Review Film Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2 (2011) Pertempuran Besar Melawan Voldemort [A Full-Scale War Against Lord Voldemort]

 

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.

Review Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2 (2011) Pertempuran Besar Melawan Voldemort [A Full-Scale War Against Lord Voldemort]

Oleh Skywalker HunterNabil Bakri

“People die everyday! Friends, family. Yeah, we lost Harry tonight. But he's still with us, in here. So's Fred, Remus, Tonks, all of them. And they didn't die in vain. But you will! Cause you're wrong! Harry's heart did beat for us! For all of us! It's not over!”— Neville Longbottom

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Fantasi

Rilis                 :

Domestic Releases:

July 15th, 2011 (Wide) by Warner Bros.
July 15th, 2011 (IMAX) by 
Warner Bros.
September 2nd, 2018 (Limited), released as Harry Potter and the Deathly Hallows: Part II (2011) (Re-Release)

International Releases:

July 13th, 2011 (Wide) (Australia)
July 13th, 2011 (Wide), released as Harry Potter e i doni della morte - Parte II (
Italy)
July 14th, 2011 (Wide) (
New Zealand)
July 15th, 2011 (Wide), released as Haris Poteris ir Mirties relikvijos, 2 d. (
Lithuania)
July 15th, 2011 (Wide) (
Netherlands)
... Show all releases

Video Release:

November 11th, 2011 by Warner Home Video, released as Harry Potter and the Deathly Hallows, Part II

MPAA Rating:

PG-13 for some sequences of intense action violence and frightening images.
(Rating bulletin 2177, 6/22/2011)

Durasi             : 130 menit

Sutradara       : David Yates

Pemeran         : Daniel Radcliffe, Rupert Grint, Emma Watson, Helena Bonham Carter, Robbie Coltrane, Warwick Davis, Ralph Fiennes, Michael Gambon, John Hurt, Jason Isaacs, Gary Oldman, Alan Rickman, Maggie Smith, David Thewlis, Julie Walters

Episode           :

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.

Sinopsis

Voldemort menjadi semakin tak terkalahkan setelah ia berhasil mendapatkan Elder Wand, tongkat sihir paling sakti di seluruh dunia. Satu-satunya cara agar Harry bisa mengalahkannya adalah dengan menemukan dan menghancurkan seluruh Horcrux yang dimiliki oleh Lord Voldemort. Menurut keterangan Griphook, Goblin yang merupakan pegawai Gringotts Bank, Bellatrix Lestrange menyimpan sebuah pedang Gryffindor [pedang yang bisa menghancurkan Horcrux] di dalam bank dan kemungkinan besar ada benda berharga lain yang disimpan di sana. Griphook menjelaskan bahwa Bellatrix dan Voldemort tidak tahu bahwa pedang yang mereka simpan hanyalah sebuah replika—pedang yang asli hanya akan muncul ke hadapan siswa Gryffindor yang pantas dan membutuhkannya. Untuk saat ini, pedang itu ada di tangan Harry. Goblin itu bersedia membantu Harry menyusup ke dalam ruang penyimpanan Bellatrix di Gringotts asalkan Harry memberikan pedang Gryffindor kepadanya. Mereka pun sepakat dan menyusup ke dalam bank Gringotts—Hermione menyamar sebagai Bellatrix dengan menggunakan ramuan Polyjuice sementara Harry dan Griphook bersembunyi di balik Invisibility Cloak. Di dalam ruang penyimpanan milik Bellatrix Lestrange, Harry menemukan Hufflepuff’s Cup yang merupakan Horcrux Voldemort. Karena Griphook mengkhianati mereka, Harry dan teman-temannya terpaksa melarikan diri dari Gringotts dengan menunggangi seekor naga. Keberhasilan Harry mencuri Horcrux membuat Voldemort murka dan menghabisi seluruh makhluk hidup di dalam Gringotts—termasuk Griphook. Pedang Gryffindor yang ada di tangan Griphook pun kembali menghilang.

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.

Horcrux berikutnya yang harus mereka temukan adalah Rowena Ravenclaw’s Diadem, sebuah perhiasan yang dulunya milik Rowena Ravenclaw dan telah dijadikan Horcrux oleh Voldemort. Karena Horcrux itu ada di Hogwarts, Harry dan kawan-kawannya harus menyusup ke dalam sekolah. Selain karena Horcrux berikutnya tersimpan di Hogwarts, mereka juga harus mengambil taring Basilisk dari Chamber of Secrets untuk menghancurkan Hufflepuff Cup. Dengan bantuan Aberforth Dumbledore, adik dari Albus Dumbledore, mereka berhasil menyusup ke dalam kastil Hogwarts. Kemunculan Harry di Hogwarts diketahui oleh Severus Snape yang kini menjadi kepala sekolah Hogwarts. Ia memerintahkan seluruh siswa untuk berkumpul di aula dan meminta mereka untuk menyerahkan Harry Potter atau akan dikenai hukuman yang setara dengan Harry Potter. Sebelum Snape memaksa siswa untuk mengaku, Harry mengungkapkan dirinya dan berdiri menantang Snape dengan mengungkapkan bahwa Snape adalah orang yang membunuh Dumbledore. Professor McGonagall lantas melindungi Harry dan menyerang Snape hingga ia melarikan diri. Hogwarts telah berhasil direbut kembali oleh para siswa dan kini mereka bekerja sama mencari Horcrux Voldemort. Selagi mereka sibuk mencari, para guru dan anggota Orde menciptakan portal pelindung yang menyelubungi kastil Hogwarts. Voldemort dan pasukannya akan segera menyerang Hogwarts. Profesor McGonagall memerintahkan patung-patung dinding Hogwarts untuk bangkit dan membantu mempertahankan kastil.

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.

Pada akhirnya, Ron dan Hermione berhasil menemukan Chamber of Secrets dan menghancurkan Hufflepuff Cup dengan taring Basilisk. Harry pun berhasil mendapatkan Rowena Ravenclaw’s Diadem dan menghancurkannya. Menyadari bahwa Horcrux miliknya berhasil dihancurkan, Voldemort menghancurkan portal pelindung Hogwarts dan pertempuran Hogwarts pun dimulai. Para siswa dibantu oleh anggota Orde bekerja sama melawan Death Eaters, Snatchers, raksasa, hingga laba-laba raksasa yang semuanya bersumpah setia kepada Voldemort. Pertempuran itu mengakibatkan kerusakan parah pada kastil Hogwarts dan banyak nyawa yang melayang. Voldemort lantas memberikan kesempatan bagi Harry untuk menyerahkan dirinya sendiri apabila tidak ingin seluruh temannya tewas. Voldemort meminta Harry mendatanginya di Hutan Terlarang malam itu juga. Sebelumnya, Harry telah mengetahui apa Horcrux Voldemort yang berikutnya. Dengan membaca pikiran Voldemort, Harry membuntuti sang Dark Lord dan menyaksikan Voldemort membunuh Severus Snape. Sebelum tewas, Snape meminta Harry menyimpan air matanya yang berisi kenangan. Kenangan-kenangan Snape menjawab berbagai misteri yang selama ini menyelimuti Harry dan kenyataan pahit bahwa Harry sebenarnya adalah Horcrux yang tanpa sengaja diciptakan oleh Voldemort. Maka, Harry memang harus mendatangi Voldemort untuk mati. Apakah Harry benar-benar akan menyerahkan dirinya semudah itu?

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.

01 Story Logic

Narasi dalam film ini masih kurang logis. Pada dasarnya, unsur-unsur penting dalam sebuah kisah Fantasi sudah dapat ditemukan dalam film ini dan sudah cukup logis karena cukup konsisten dengan film-film sebelumnya. Hanya saja, narasi dan detil narasi dalam film ini masih kurang masuk akal. Permasalahan-permasalahan logika ini bisa jadi merupakan kesalahan yang memang sudah ada di dalam bukunya, tetapi kita akan memperlakukan film ini sebagai sebuah entitas yang berdiri sendiri atau lepas dari bukunya. Film ini dimulai dengan Harry, Hermione, Ron, dan Griphook yang menyelinap masuk ke Gringotts Bank dengan Hermione menyamar menjadi Bellatrix Lestrange. Adegan tersebut dibuat dengan sentuhan lelucon seperti Hermione yang kesulitan menggunakan sepatu Bellatrix. Adegan dengan bumbu komedi tersebut menjadi tidak masuk akal karena diletakkan pada poin cerita yang sangat serius. Harry dan teman-temannya harus bisa menyelinap ke dalam bank dengan penjagaan yang ketat untuk mencuri Horcrux milik Voldemort. Adegan ini bahkan jauh lebih serius ketimbang adegan Harry dan kwan-kawannya menyusup dalam kementerian sihir dalam Part 1. Adegan yang ditampilkan dalam film ini memberikan kesan seperti Harry dan teman-temannya kurang serius dan belum merencanakan penyusupan mereka dengan matang.

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.

Permasalahan detil lain muncul pada konsep cerita film ini yang berpusat pada sekolah Hogwarts. Alur cerita film ini sudah tidak seringan Harry Potter and the Sorcerer’s Stone sehingga keseriusan narasinya harus lebih diperhatikan—tidak masuk akal ketika Voldemort harus mengerahkan nyaris seluruh pasukannya untuk menyerang sebuah sekolah yang “hanya” berisi anak-anak. Ceritanya akan berbeda apabila Hogwarts dikisahkan telah dipersenjatai oleh pasukan Order of the Phoenix, tetapi kenyataannya tidak demikian. Kadar keseriusan film ini harusnya setara dengan The Lord of the Rings—berbagai tindakan harus memiliki risiko yang jauh lebih besar dibandingkan dengan tindakan-tindakan dalam film Harry Potter yang sebelumnya. Dalam pertempuran di Helm’s Deep dari cerita The Two Towers, Sauron dan Saruman tidak harus langsung campur tangan ikut berperang. Bahkan, mereka hanya mengerahkan sebagian kecil pasukan mereka untuk menggempur Helm’s Deep. Di sisi lain, King Theoden segera meminta orang-orang yang tidak mampu berperang untuk segera menyelamatkan diri. Meletusnya perang di sekolah Hogwarts, dengan berat hati disampaikan, adalah sebuah tindakan yang cukup konyol. Terlebih lagi, sekolah ini bukanlah semacam universitas melainkan seperti asrama anak Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah. Lalu, apa gunanya Voldemort menghabisi anak-anak di sebuah sekolah? Dalam bagian akhir The Fellowship of the Ring, para Uruk Hai sebenarnya hanya peduli pada para Hobbit. Nyatanya, mereka tidak memedulikan Legolas, Aragorn, maupun Gimli setelah mereka berhasil menculik Merry dan Pippin—buat apa memedulikan yang lainnya?

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.

Kalau memang Voldemort digambarkan sebagai seorang penguasa yang gemar membunuh, lantas mengapa para orang tua siswa masih mengantarkan anak-anak mereka ke sekolah Hogwarts? Bukankah lebih aman jika anak-anak tidak diberangkatkan? Mengacu pada Harry Potter and the Order of the Phoenix, desas-desus kemunculan Voldemort saja sudah cukup untuk membuat para orangtua enggan menyekolahkan anak-anak mereka di Hogwarts. Tentu saja ceritanya menjadi tidak masuk akal ketika para orangtua tetap menyekolahkan anak-anak mereka setelah Voldemort menguasai dunia sihir. [Mungkin] Akan lebih logis apabila Hogwarts telah berubah menjadi sebuah markas perlawanan sehingga Voldemort punya alasan yang kuat untuk menyerangnya dengan mengerahkan segenap kekuatan yang dia miliki. Detil tidak masuk akal lain adalah keberadaan Ginny Weasley di sekolah Hogwarts. Ginny adalah anggota keluarga Weasley dan kelompok perlawanan. Identitasnya dan keluarganya sudah diketahui oleh Voldemort dan anak buahnya. Lantas mengapa ia masih tetap masuk sekolah Hogwarts dan bukannya bergerilya bersama keluarganya? Bukankah ia juga diserang sewaktu Death Eaters menyerang pesta pernikahan kakaknya? Kembalinya Ginny ke Hogwarts, secara logika, seharusnya setara dengan kembalinya Andy Dufresne dari film The Shawshank Redemption ke dalam penjara—sama sekali tidak masuk akal. Permasalahan detil cerita semacam ini banyak sekali terjadi dalam keseluruhan film ini. Bahkan, aturan kepemilikan Elder Wand yang sudah disederhanakan (tongkat itu dimiliki oleh penyihir yang berhasil membunuh pemilik sebelumnya) justru dibuat menjadi lebih rumit dan bertolak belakang dengan aturan yang sudah ditetapkan.

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.

02 Story Consistency

Alur cerita film ini kurang konsisten. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh film sebelumnya yang juga kurang konsisten sehingga beban poin cerita yang harus disajikan oleh film ke dua menjadi terlalu besar. Film ini tidak hanya harus menceritakan perang besar antara Harry dan Voldemort, tetapi juga petualangan Harry menemukan Horcrux. [Mungkin] alur ceritanya akan lebih konsisten jika proses pencarian Horcrux dapat lebih dieksplorasi dalam film pertama sehingga film ke dua dapat lebih fokus pada pertempuran dan pengungkapan-pengungkapan rahasia dari masa lalu. Pada akhirnya, alur cerita film ini tidak hanya kurang konsisten di dalam filmnya, tetapi juga kurang konsisten dengan film sebelumnya: Horcrux yang diperlihatkan sangat sulit untuk didapatkan dan dihancurkan, menjadi sangat mudah didapatkan dan dihancurkan dalam film ke dua. Karena bagian pertempuran harus dibagi dengan bagian yang semestinya sudah dirampungkan di film pertama, detil pertempuran dalam film ini menjadi kurang dieksplorasi. Misalnya, Bellatrix adalah sosok penyihir yang kuat dan ditakuti, tetapi [Spoiler] dapat dengan mudah dikalahkan oleh Molly Weasley. Hal semacam ini tidak hanya membuat ceritanya kurang konsisten karena kurangnya eksplorasi, tetapi juga tidak logis karena mustahil Bellatrix dapat dikalahkan dengan begitu mudahnya.

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.

03 Casting Choice and Acting

Poin pemilihan pemain dan akting mereka sudah konsisten dengan film-film sebelumnya. Apabila ada kekurangan dalam akting, umumnya adalah karena naskah yang memang kurang baik.

04 Music Match

Tidak ada keluhan di pemilihan musik.

05 Cinematography Match

Tidak ada keluhan dalam poin sinematografi. Adapun kekurangan sinematografi dalam film ini berkaitan erat pada poin Special Effects karena kekurangan tersebut bukan terletak pada teknik pengambilan gambar, tetapi pada teknik implementasi efek komputer.

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.

06 Costume Design

Tidak ada keluhan dalam poin pemilihan kostum karena ostum yang dikenakan sudah konsisten dengan film-film Harry Potter sebelumnya (post-Prisoner of Azkaban)

07 Background/Set Match

Tidak ada keluhan dalam pemilihan latar belakang.

08 Special and/or Practical Effects

Secara umum, efek visual film ini sudah baik. Objek CGI yang ditampilkan sudah terlihat halus dan tampak nyata. Permasalahan efek visual dalam film ini bukan terletak pada objek-objek tambahan, tetapi pada hasil akhir presentasinya—lebih spesifik pada pencahayaan. Pertempuran Hogwarts yang terjadi pada malam hari benar-benar sulit untuk dilihat karena pencahayaan dalam film ini sengaja dibuat gelap. Adegan yang seharusnya spektakuler seperti Battle of Helm’s Deep menjadi sama sekali tidak spektakuler karena memang nyaris tidak ada yang bisa dilihat. Pencahayaan film ini mirip dengan film Alien vs Predator 2: Requiem dan Godzilla 2014 yang diimplementasikan akibat salah kaprah pembuat filmnya: adegan-adegan penting dalam film-film ini justru seharusnya ditampilkan sejelas mungkin karena merupakan adegan yang ingin disaksikan oleh penonton. Godzilla 2014 menggunakan gaya pencahayaan film Monsters (2010) yang senantiasa meliputi sang monster dalam kegelapan. Padahal, penonton datang menonton film Godzilla karena mereka ingin melihat Godzilla, kenapa harus ditutup-tutupi? Pertempuran dalam Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2 adalah puncak dari seluruh pertikaian dalam seri Harry Potter. Maka semestinya, adegan tersebut ditampilkan semaksimal mungkin—bukannya malah disembunyikan.

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.

09 Audience Approval

Film ini mendapatkan sambutan yang baik dari penonton.

8.1/10  IMDb

96%    Rotten Tomatoes

85%    Metacritic

91%    liked this film Google users

10 Intentional Match

Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2 tampaknya memang sengaja dibuat berbeda dalam hal gaya artistik dari bagian pertama. Perbedaan itu memang membuat dua film terakhir Harry Potter kurang konsisten (tidak ada kesan back-to-back seperti dalam trilogi The Lord of the Rings), tetapi Part 2 telah berhasil melanjutkan narasi dari film-film sebelumnya dan mengakhirinya dengan baik—dibuktikan dengan diselesaikannya cerita The Deathly Hallows dan suksesnya film ini baik secara finansial maupun dalam tanggapan penonton+kritikus.

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.

01 Skywalker’s Schemata

Bisa dikatakan bahwa saya tumbuh besar bersama Harry Potter. Saya menyaksikan kepopuleran Harry Potter ketika pertama kali dirilis pada tahun 2001 dan seberapa kuat Harry Potter terus menjadi seri film populer selama satu dekade penuh. Saya bahkan masih ingat bahwa ketika Part 2 dirilis, film ini gagal masuk bioskop Indonesia tepat waktu karena pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang didesak oleh industri perfilman Indonesia agar memberikan perlindungan yang lebih kepada industri dalam negeri. Hasilnya, pemerintah menetapkan pajak film impor yang lebih tinggi sehingga banyak studio Hollywood yang menunda penayangan film-filmnya di Indonesia. Rasanya pengalaman menonton Harry Potter tidak akan sama bagi orang yang mengikuti perkembangannya—tumbuh besar berdampingan dengan Harry Potter, dan orang yang tidak mengalaminya. Tidak bisa dipungkiri, karena saya hidup dan menyaksikan fenomena Harry Potter dari awal sampai akhir, seri film ini memiliki arti yang istimewa bagi saya: mulai dari tidak suka, menganggapnya biasa saja, sampai perlahan-lahan mulai menyukai seri ini. Tepat 10 tahun setelah Harry Potter and the Sorcerer’s Stone dirilis [2011], saya menonton ulang seluruh film Harry Potter sambil menunggu Deathly Hallows Part 2 dirilis. Saya benar-benar kecewa dengan The Half-Blood Prince, tetapi dibuat kagum oleh Deathly Hallows Part 1. Melihat dari pengalaman semacam ini, bisa disimpulkan bahwa saya amat sangat menantikan Part 2. Ketika Part 2 akhirnya dirilis dan saya tonton, saya akui bahwa film ini tidaklah jelek. Namun sayang sekali, film ini gagal menjadi sebuah penutup [closure] yang baik. Rasanya perjalanan panjang selama 10 tahun kurang berkesan dengan adanya Part 2 sebagai penutup—seperti masih ada yang kurang, masih tanggung. Part 2 is indeed not a bad movie—but it is not a good closure.

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.

02 Awards

Film ini, berdasarkan data yang dihimpun oleh IMDb, menerima 46 penghargaan dan 94 nominasi.

03 Financial

Film ini dibuat dengan dana sebesar $125 juta (dana Part 1 dan 2 adalah $250 juta yang seharusnya dibagi dua) dan berhasil menjual tiket lebih dari $1,3 miliar. Tentu saja hal ini berarti film ini merupakan sebuah kesuksesan finansial. Penjualan DVD-nya pun sukses dengan keuntungan mencapai $157 juta di Amerika saja.

Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2 (2011) Theatrical Performance

Domestic Box Office

$381,193,157

Details

International Box Office

$953,199,387

Details

Worldwide Box Office

$1,334,392,544

Home Market Performance

Est. Domestic DVD Sales

$97,645,963

Details

Est. Domestic Blu-ray Sales

$60,019,336

Details

Total Est. Domestic Video Sales

$157,665,299

Further financial details...

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.

04 Critics

Mayoritas kritikus film memberikan tanggapan yang positif untuk film ini.

05 Longevity

Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2 masih tetap relevan setelah beusia 10 tahun; tanggapan penonton masih tetap positif.

Final Score

Skor Asli                     : 8.5

Skor Tambahan           : -1/5

Skor Akhir                  : 8/10

***

Spesifikasi Optical Disc

[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]

Judul               : Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2

Rilis                 : November 2011

Format             : VCD [|||] Blu-ray Disc [||]

Kode Warna    : PAL [VCD], Full HD 1080p 60 dan 24hz [Blu-ray]

Fitur                : [khusus Blu-ray] BD Live, Maximum Movie Experience, cast farewell video

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

Keterangan Support:

[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]

[Support VCD, DVD, Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]

[Support Semua Termasuk 4K]

STREAMING

iTunes:

iTunes

Google Play:

Google Play

Vudu:

Vudu

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

Edisi Review Singkat+PLUS

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda Review Singkat+PLUS di bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.

Skywalker Hunter adalah alias dari Nabil Bakri

Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.

Nabil Bakri Platinum Celebrates the 20th Anniversary of Harry Potter and the Sorcerer's Stone and the 10th Anniversary of Harry Potter's final film. This article concludes the long journey and all 70 pages long of Skywalker Review. Hereby this website bids Harry Potter a very warm Adieu.

Read the complete over-70-pages-long Reviews divided into 8 parts:

Harry Potter and the Sorcerer’s Stone [2001]

Harry Potter and the Chamber of Secrets [2002]

Harry Potter and the Prisoner of Azkaban [2004]

Harry Potter and the Goblet of Fire [2005]

Harry Potter and the Order of the Phoenix [2007]

Harry Potter and the Half-Blood Prince [2009]

Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1 [2010]

Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2 [2011]

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.

©2011/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2/All Rights Reserved.