Oleh Nabil Bakri
Teks
berikut diperbaiki 22 Januari 2021 [Penambahan pada Pengantar, tata letak,
tambahan informasi, penggantian foto/ilustrasi, dan pengubahan tata [dan] gaya
bahasa]
Picture A and B Copyright Dolby Laboratories. All rights reserved. |
Seiring semakin majunya dunia digital dan tuntutan untuk koneksi internet tiada henti, kemajuan dalam bidang tampilan atau presentasi video juga semakin pesat. Sejak diperkenalkannya Blu-ray pada tahun 2006 dan resminya penggunaan saluran digital untuk bisnis pertelevisian Amerika di 2009, tuntutan akan video dengan kualitas kejernihan High Definition semakin umum dan kini perangkat-perangkat perekam sudah “minimal” dibekali kemampuan menangkap gambar dalam High Definition [720] atau Full High Definition [1080]. Bahkan di 2016, Sony dan Blu-ray Association merilis cakram baru penerus DVD dan Blu-ray yakni Ultra High Definition [UHD] Blu-ray atau Blu-ray 4K. Ini berarti, standar presentasi video mulai merambah susunan teknis gambar yang resolusinya 4 kali lipat Full HD. Televisi dan layar perangkat lain seperti komputer dan smartphone-pun merambah dunia 4K. Namun, masih banyak sekali input atau masukan video [terutama video lawas 2010 ke bawah] yang tidak dibekali dengan resolusi HD apalagi 4K dan diciptakan bukan untuk layar yang resolusinya tinggi. Nah, apakah ada cara-cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan output gambar dari input yang resolusinya lebih kecil?
A.
Bagaimana Bisa Nyaman Nonton VCD Gambar Pecah [Resolusi rendah 240p]?
Nabil Bakri's private collection. in depth video on this collection is available on Skywalker Hunter YouTube channel. |
Tidak bisa. Itu jawabannya. Sekali Anda melihat output
video dengan resolusi tinggi, Anda tidak akan bisa nyaman nonton VCD lagi. Tapi, ada hal-hal yang
bisa dilakukan
supaya, yah, minimal tingkat kepecahan gambar bisa dikurangi, jadi Anda tidak perlu menyingkirkan semua koleksi VCD yang sudah Anda miliki.
1.
Memilih TV
Jenis TV terbaik untuk menonton VCD adalah TV tabung
[CRT TV] karena resolusi
maksimal TV tabung sesuai dengan resolusi VCD. TV tabung pada
umumnya akan menampilkan resolusi 800x600 atau ada pula yang 500x400—bandingkan
dengan HDTV LCD/LED/OLED yang memiliki resolusi 1920x1080 dan 4K. Resolusi VCD
adalah 352x240 [untuk Negara dengan kode siaran/sinyal TV NTSC seperti Amerika]
atau 352x288 [untuk Negara PAL seperti Indonesia—sistim warna ini mengikuti
frekuensi yang disetujui/dipakai di masing-masing negara sehingga bisa jadi ada
perbedaan standar]. Jika dilihat dari resolusinya, TV tabung lebih mendekati
resolusi “native” atau asli dari VCD. Dengan demikian, resolusi VCD bisa
ditampilkan “apa adanya” tanpa “pembesaran/zoom” yang berlebihan. Ibarat
berbicara dengan warga “native” atau asli Indonesia [kita ibaratkan VCD], orang
Malaysia [kita ibaratkan sebagai TV tabung] meskipun bahasanya ada perbedaan,
bisa lebih mudah memahami si orang Indonesia ketimbang si orang Jepang [kita
ibaratkan LED TV]. Dengan demikian, berarti TV tabung mampu memperlihatkan
keluaran video dengan lebih jernih dan halus karena ukuran resolusi TV tabung
yang sesuai atau paling tidak mendekati resolusi “native” dari VCD. Ibarat ukuran foto yang dipasang dalam figura yang
ukurannya nyaris sama, akan enak dilihat. Gambar VCD akan terlihat pecah
[Pixelated] secara kronis
di TV LCD, LED, UHD, Curved UHD, dll, karena resolusi maksimal mereka jauh
di atas resolusi VCD. Ini berarti resolusi
240 dari VCD harus “dimelarkan” sampai 1080 atau 4K. Maka ibarat foto dalam bingkai kebesaran malah
menimbulkan kesan gambar yang di-zoom berlebihan dan hancurlah gambarnya. Jika
Anda masih punya banyak koleksi VCD, gunakanlah TV
tabung, simpanlah TV
itu dengan dikhususkan untuk
menonton VCD. Selain itu, TV tabung juga sangat sesuai untuk
menonton video lawas dari kaset VHS atau rekaman 2010 ke bawah. Video yang
terlihat terlalu pixelated di layar LED dkk akan menjadi lebih halus dan lebih
enak ditonton dengan TV tabung. Misalnya, video YouTube yang hanya tersedia
outpun 240 dan 144p akan terlihat pecah di layar LCD/LED, namun bisa jauh
ditingkatkan kualitasnya jika video itu disaksikan menggunakan monitor atau TV
tabung.
Tapi kalau Anda tidak
lagi memiliki TV tabung, maka Anda memang tidak akan bisa menikmati video VCD
dengan potensi yang maksimal. Namun, Anda masih bisa melakukan beberapa langkah
untuk sedikit memperbaiki kualitas gambar video VCD atau format lain yang
resolusinya setara yang akan Anda saksikan.
Sony Xross Media Bar. Copyright Sony. all rights reserved. |
#. Ketika membeli LCD, LED, dll, pastikan Anda memilih yang kualitas gambarnya paling bagus. Kenapa
hal yang sudah jelas ini masih ditekankan? Ini karena masing-masing perusahaan
pembuat TV memiliki standar yang berbeda-beda. Misalnya, ada yang mendukung
OLED, ada yang mendukung QLED. Ada yang mendukung penggunaan teknologi HDR-10,
ada yang mendukung Dolby Vision. Keduanya adalah teknologi di TV UHD yang mampu
membuat gambar lebih stands-out dengan warna yang lebih “hidup” dan “life-like”.
Tentunya ada kelebihan dan kekurangan masing-masing. Selain itu, biasanya
perangkat tertentu hanya akan memberi support/dukungan untuk perangkat yang
sesuai. Misalnya, jika video yang Anda miliki menyediakan fitur Dolby Vision
namun TV Anda hanya menyediakan HDR 10, maka bisa jadi Anda tidak bisa
menikmati video itu dengan maksimal. Contoh lain adalah adanya teknologi
seperti Triluminos dari Sony yang didukung oleh Blu-ray Player dari Sony, tapi
belum tentu didukung oleh perangkat lain dari Samsung, misalnya. Selain itu,
pilihlah TV yang menyediakan dua atau lebih colokan HDMI dan yang masih
menyediakan colokan kabel composite video/RCA [kabel merah-putih-kuning].
https://www.unifore.net/analog-surveillance/security-camera-2d-3d-digital-noise-reduction-dnr.html |
#. Pilih TV yang punya fitur ‘PENYARINGAN NOISE DIGITAL’ dan ‘PENYARINGAN
NOISE MPEG’. Kedua fitur ini berfungsi membersihkan ‘noda-noda’ seperti
garis-garis dan bintik-bintik pada output video. Jadi, kepecahan gambar di VCD bisa dikurangi jika
TV
Anda punya dua fitur ini.
Keunggulan penyaringan digital juga berbeda-beda tergantung merk dan tipe TV, jadi pilihlah TV
dengan jeli. Namun, sesuaikan juga dengan budget yang dimiliki,
tidak perlu terlalu berlebihan lalu memilih TV terbaik dari segalanya dengan
harga ekstra mahal karena nanti pun kita masih perlu perangkat lain untuk
mendukung langkah kita menyetel TV dan home theater yang baik untuk upscaling
atau peningkatan kualitas gambar.
Samsung/all rights reserved. |
#. Pilih TV yang memberi Anda keleluasaan mengatur gambar mulai dari pencahayaan
[Brightness], ketajaman
[Sharpness], warna
[Color], gamma
[kontras perbedaan nada warna hitam dan putih/gelap dan terang], pengaturan cahaya berdasarkan gerakan
[opsional], pemilihan warna
kulit
[skin color/skin tone], keseimbangan
tepi
[pengaturan layar full atau underscan], pengaturan detil bayangan, pengaturan tingkat warna hitam, pengaturan
tingkat kontras dinamis [dynamic contrast], pilihan modus menonton yang terbaik secara otomatis
[ada beberapa TV dan player yang menyediakan pilihan optimalisasi gambar untuk
video dan untuk subtitle, gunakan untuk memilih peningkatan pada video
ketimbang pada subtitle], pengaturan
ukuran tampilan layar [Penuh, 4:3, otomatis, atau sesuai
layar: perlu diingat bahwa tampilan otomatis
dan penuh seringkali “memotong”
sedikit bagian dari video, sehingga pilih ukuran “sesuai layar” atau Underscan”], pilihan palet warna [opsional], dll. Seharusnya pengaturan-pengaturan macam ini ada di [smart]
TV baru tapi saya tulis karena nyatanya ada yang tidak punya fitur
sebanyak ini dalam memberi keleluasaan menentukan kualitas gambar.
Perlu diingat bahwa tidak ada TV yang sempurna dan menyediakan semua bentuk
keleluasaan mengatur kualitas gambar. Namun, disarankan untuk memilih TV yang
memberikan keleluasaan terbanyak. Ini karena seringkali kita masih harus
mengatur ulang gambar untuk input video yang berbeda. Pengaturan standar/basic
seperti pilihan Dynamic Mode, Film Mode, Game Mode, User Mode, Standard Mode,
Broadcast Mode, dan lain sebagainya hanyalah setting paling dasar yang nantinya
perlu ada yang diubah.
#. Pilih DVD player yang memiliki dua keluaran yakni via HDMI dan composite video/RCA [kabel
merah-putih-kuning] dan memiliki
pilihan resolusi. VCD [untuk kode Negara Indonesia] seharusnya berformat PAL, jadi pilih saja resolusi
1080/50p. Walau demikian, sebaiknya Anda coba antara keluaran dengan HDMI dan dengan kabel composite video, mana yang gambarnya paling bagus dalam menampilkan
pengaturan 1080/50p. Contohnya, ketika menggunakan DVD Player
High-Resolution [CDT/Crystal Digital Technology] Crystal, keluaran dengan HDMI
di LCD TV Samsung lebih maksimal ketika menggunakan pengaturan resolusi
1080/50p. Namun ketika menggunakan Sony DVD Player, gambar bisa lebih maksimal
menggunakan composite video pada LED Sharp Aquos. Dengan Anda memilih TV dan
Player yang memiliki dua keluaran yakni HDMI dan composite video, Anda jadi
bisa menjajal keduanya dan Anda bisa memutuskan sendiri keluaran mana yang
lebih bagus dan sesuai dengan perangkat yang Anda miliki.
Veronica Belmont/Sony/all rights reserved. Picture processed by Nabil Bakri. |
#Pasang TV dengan jarak
menonton yang wajar. Jika Anda menonton terlalu dekat, selain akan mengganggu
mata Anda, setiap pixelation atau ketidaksempurnaan gambar akan terlihat. Tidak
ada yang sempurna di dunia ini, bahkan perempuan paling cantik dan pria paling
tampan memiliki kekurangan di wajahnya. Kekurangan ini tidak akan terlihat dari
jarak pandang normal, tapi jika terlalu dekat akan kelihatan. Jadi, atur posisi
TV sebaik mungkin disesuaikan dengan ukuran layarnya. Semakin lebar layarnya,
semakin jauh posisi duduknya. Tapi jangan terlalu jauh. Apabila sudah, sekarang
waktunya mengatur menu pada TV.
[Zoom gambar ini dan lihat perbedaannya untuk memahami Pixelation] Titanic/20th Century Fox/Paramount |
#. Atur
Penyaringan Noise. Apa itu Penyaringan Noise? Setiap video digital mempunyai ‘Noise’
atau ‘artefak’ atau ‘gangguan’ seperti pecahnya gambar, guratan-guratan atau
noda dan pixel yang terlalu kelihatan [Gambar digital dibentuk dari titik-titik
kecil alias pixel, semakin besar jumlah titiknya, semakin tajam gambarnya dan
satuan pixel tidak akan terlihat. Namun semakin sedikit titik atau pixelnya,
akan semakin terlihat titik atau kotak-kotak yang menyusun gambar tersebut,
maka gambar akan terlihat pecah atau kotak-kotak dan disebut Pixelated]. Fitur
ini diciptakan untuk memperbaiki atau menghilangkan/menyamarkan noise tadi.
Jadi, sifatnya seperti makeup atau lotion kecantikan yang “menyamarkan noda
pada kulit wajah”. Namun, sama halnya dengan make-up, fitur ini akan menghilangkan
kesan “natural” pada video. Padahal, ada banyak sekali video yang lebih bagus
jika kelihatan natural, seperti banyak gadis cantik yang justru tampil makin
memesona saat tampil natural. Maka, sifat fitur ini bisa berbeda-beda
tergantung sumber video kita. Tak heran kita mesti mengganti setting beberapa
kali untuk beberapa film yang berbeda. Pertama, coba pilih penyaringan noise baik digital maupun MPEG dalam
mode tertinggi, tapi hanya jika mode ‘TINGGI’ di TV
Anda lebih bagus daripada mode
‘PENYARINGAN OTOMATIS’, karena biasanya dalam menampilkan Blu-ray, penyaringan
terbaik adalah penyaringan otomatis, tapi dalam VCD, [seharusnya]
makin tinggi tingkat penyaringannya makin baik. Ubah ketajamannya ke posisi netral atau
0, karena ketajaman pada VCD justru meningkatkan pixelation-nya. Kemudian tingkatkan detil bayangan, tingkat warna hitam, dan
turunkan kontras dinamis [Dynamic Contrast] jika memungkinkan
sampai level 0 atau nonaktif.
Mode tampilan ‘Dinamis’ yang mana menampilkan gambar HD, sebaiknya dihindari
saat nonton VCD. Pilih mode ‘Standar’ supaya bisa diatur-atur pilihan
tampilan output-nya [dalam beberapa TV, pilihan mode Dinamis justru “mengunci”
menu lainnya, sehingga penonton tidak bisa mengubah-ubah pengaturan pada TV]. Jika TV Anda punya fitur pilihan palet warna, pilih pengaturan yang
memungkinkan TV menampilkan warna ‘lebih’ dari yang disediakan oleh VCD. Pilih
opsi fokus pada kualitas gambar ketimbang fokus pada subtitle.
Pada intinya, semakin melimpahnya fitur memang bisa cukup membingungkan, tapi
akan memberi Anda kesempatan mengamati sendiri dan menentukan setting mana yang
terbaik. Namun secara garis besar, VCD pada LCD/UHD TV memerlukan dikuranginya
tingkat ketajaman dan kontras dinamis namun perlu peningkatan pada Penyaringan
Noise.
#. Dalam menonton VCD lebih baik pakai DVD player ketimbang BD
[Blu-ray Disc Player] karena opsi
pengaturan kualitas gambarnya lebih luas di DVD player, terutama yang memiliki
teknologi upscaling dengan HDMI. DVD player upscaling juga sangat disarankan
untuk TV tabung dengan pilihan resolusi 1080/50p. Tapi untuk LCD tertentu,
lebih baik 1080/60p. Misalnya, DVD Player High Resolution
Polytron bisa menampilkan gambar yang jauh lebih bagus pada TV tabung dengan
setting 1080/50p ketimbang dengan DVD player biasa dengan kabel yang sama yakni
composite video [merah-putih-kuning].
Berikut VCD Treasure Planet yang diputar dengan DVD player di LCD TV yang
sudah dicustom setelan gambarnya. Gambar diambil ketika
adegan bergerak, sehingga noise atau artefak masih tampak namun sudah jauh
lebih bagus. Apalagi mengingat VCD ini keluar tahun 2002 ketika TV tabung masih
menjadi standar dan VCD masih menjadi pilihan konsumen karena DVD masih relative
baru dan belum begitu populer dan masih sangat mahal di kala itu.
FINAL VCD :Saya tekankan Anda untuk
gunakan TV tabung (tidak perlu menu pengaturan
berlebihan) dan DVD player+Upscaling
dengan HDMI 1080/50p color system. Gambar VCD akan
terlihat lebih bagus, halus, tajam, dan masih enak ditonton [tidak mengganggu
kenyamanan karena noise tidak begitu kelihatan—sebab resolusinya tidak di-Zoom
secara berlebihan].
B.
Bagaimana
Kalau Saya Menonton DVD? Bukankah Statusnya adalah SD/Standard Definition?
#. Sebenernya kalau mau nonton DVD dengan nyaman, pakailah cara yang sama dengan VCD karena keduanya
diciptakan di masa TV tabung. Apalagi melihat resolusi DVD yang
pas sekali dengan resolusi TV tabung yakni 480 dan masih bisa ditingkatkan
dengan player High Resolution menjadi 720. Tapi, tentu saja DVD lebih unggul. Selain cara-cara yang
sama dengan VCD, ada satu cara ‘ultimate’ untuk meningkatkan kualitas gambar
DVD yakni: Tontonlah DVD dengan Blu-ray Player!
Ya, ini karena BD player menyediakan fitur upscaling yang jauh lebih baik
ketimbang upscaling DVD player. Resolusi DVD bisa ditingkatkan hingga 1080-i
yang jika ditonton dari jarak pandang normal (dan TVnya di
rentang ukuran 32-40), gambarnya
akan mendekati BD. Saya mencoba membandingkan karena banyak BD yang dijual
sepaket dengan DVD-nya, bernama BD Combo Pack. DVD kelihatan jauh sekali dari BD kalau diputar di DVD player
biasa. Jadi, saran saja walaupun koleksi Anda formatnya DVD semua, belilah BD player karena kualitas gambarnya
akan meningkat secara signifikan. Fitur Upscaling untuk
DVD di BD/Blu-ray player bukanlah Gimmick atau akal-akalan produsen untuk
menjual Player, tapi merupakan fitur wajib yang sudah disepakati oleh Asosiasi
Blu-ray internasional. Sehingga setiap produsen yang akan membuat Blu-ray
Player harus memenuhi standar dan memiliki kemampuan Upscaling. Hal ini bahkan
menjadi nilai jual tersendiri karena produsen Blu-ray Player seperti Sony dan
Panasonic, menjanjikan bahwa Player mereka akan meningkatkan kualitas DVD
secara signifikan. Hal ini dibicarakan dalam demo/presentasi perkenalan Blu-ray
di masa 2008-2011 oleh Sony yang menggaet jurnalis teknologi cantik Veronica
Belmont dalam mendemonstrasikan produk Blu-ray, Panasonic, dan Disney yang
menggaet akror kembar Dylan dan Cole Sprouse dalam menunjukkan Blu-ray kepada
penonton.
#. Walaupun secara aturan standar Blu-ray player
semestinya mampu melakukan
upscaling, tingkat upscaling tiap-tiap BD player berbeda-beda. Untuk itu, pilihlah Player
secara jeli. Anda bisa baca-baca dulu spesifikasinya
atau mencari tahu review Player tersebut. Belakangan ada banyak YouTuber yang
melakukan review Player terutama Player Blu-ray 4K. Pertimbangan lainnya adalah pilihlah
Player yang merk-nya sama dengan TV Anda.
Hal ini semata-mata untuk menjaga konsistensi kualitas dan compatibility.
Misalnya, Blu-ray Player Sony yang dibekali teknologi Triluminos akan bekerja
lebih maksimal di TV Sony yang juga dibekali teknologi Triluminos. Selain itu,
beberapa merk punya sistim universal remote, misalnya Panasonic yang punya
sistim AnyNet yang mampu mengaktifkan semua perangkat Home Entertainment dari
Panasonic secara bersamaan dengan sentuhan satu tombol atau sapuan jari pada
layar smartphone. Namun teknologi semacam ini hanya bisa dinikmati jika semua
perangkat Anda satu merk.
#. Pilih BD player yang menyediakan fitur pilihan resolusi DVD. Rata-rata
BD ditampilkan secara 1080/24p, sedangkan DVD 1080/60p. Nah, pilih BD player
yang memungkinkan Anda mengubah tampilan DVD dari yang semula 60p menjadi 24p.
Pengaturan 24p sudah lepas dari sistem warna PAL (50p) dan NTSC (60p) sehingga
kecepatan gambar sesuai tidak peduli sistim warnanya apa dan tentu saja hasilnya maksimal.
#. Pilih BD player yang memberikan pengaturan MNR (mosquito noise reduction) dan BNR (block noise reduction) serta pengaturan ruangan menonton (normal, ruangan terang, ruangan gelap, dll). Fitu-fitur tersebut sangat berguna saat menonton video yang noise-nya terlalu kentara karena akan mengurangi noise [berfungsi sebagai Digital Noise Reduction] pada video jika Anda aktifkan fiturnya.
C.
Bagaimana
dengan Blu-ray?
Nabil Bakri's private collection |
Untuk BD sebaiknya Anda biarkan dalam posisi mode normal/standar
bawaan pabrik, asal Anda memilih TV yang juga OK, karena tanpa
diatur-atur gambarnya pun semestinya tampilan Blu-ray sudah bagus. Meski demikian, Anda
bisa meninjau dengan cara yang sama dengan sebelumnya.
D. Bukankah Sekarang Ada UHD atau 4K?
Setelah membicarakan beberapa format film dari VCD hingga Blu-ray, kita menjadi tahu kalau sebuah format akan tampil maksimal jika disaksikan dengan perangkat yang tepat. VCD, misalnya, akan tampak sangat bagus dengan TV tabung karena resolusinya memang diciptakan untuk “match” dengan TV tabung. Sama halnya dengan permainan video di era Nintendo 90-an [Super Mario] dan PlayStation [01] yang akan tampil maksimal di TV Tabung, tapi akan kelihatan pixelated atau pecah berlebihan di LCD TV. Hal serupa dialami permainan video komputer seperti Alien Sky dari Kraisoft, Need for Speed II, Froggy Castle, hingga Tomb Raider awal 2000-an yang tampil maksimal di layar monitor tabung dan kurang maksimal di layar komputer LCD. Blu-ray akan terlihat memukau di HDTV LCD/LED/OLED/Plasma karena resolusi TV-nya sesuai dan memang Blu-ray diciptakan untuk memenuhi pasar HDTV. Ketika Blu-ray diputar di UHD Blu-ray, maka sifatnya akan seperti DVD yang diputar di Blu-ray Player yakni gambarnya akan ditingkatkan secara otomatis. Namun, tentu saja tidak akan sebagus “native” 4K, jika kita kaitkan dengan perumpamaan orang Indonesia, Malaysia, dan Jepang tadi. Pilihan terbaik adalah menyesuaikan sumber input dengan perangkat yang mendukung resolusi native dari video tersebut sehingga bisa menampilkan output yang maksimal.
Panasonic/all rights reserved. |
Catatan: Artikel ini
dibuat untuk menyesuaikan kenyamanan menonton video yang sifatnya Pre-recorded
alias “sudah ada” dan “siap tonton”, jadi bukan video project. Maksudnya, dalam
project video, ada opsi untuk melakukan editing berupa Upscaling menggunakan
software khusus yang di masa kini sudah dilengkapi dengan bantuan A.I alias Artificial
Intelligence. Sehingga, input video yang ukuran resolusinya kecil dapat
ditingkatkan melalui proses editing yang pintar menggunakan software dari komputer
yang berkekuatan besar. Proses seperti ini bisa sangat rumit dan sampai
sekarang belum ada teknologi pasaran yang benar-benar bisa mengakomodasi keperluan
masyrakat luas untuk meningkatkna kualitas video yang dimiliki. Kalaupun ada,
hasilnya pun tidak bisa maksimal dan hanya “sedikit sekali” peningkatannya. Maka,
penulis belum akan membahas tentang cara meningkatkan kualitas video dari sisi
input dan hanya membahas dari sisi output saja.
Contoh upscaling dari sisi input bisa dilihat dari dua video trailer The King and I yang sudah penulis proses dan upload ini. Video pertama adalah resolusi asli dari VCD, sedangkan video ke dua adalah hasil upscaling menggunakan software yang sudah penulis lakukan. Selain cukup rumit, ukuran file pun menjadi sangat besar meskipun durasinya hanya beberapa menit.