Review Film Harry Potter and the Goblet of Fire (2005) Bangkitnya Lord Voldemort [The Rise of Lord Voldemort]
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |
Review Harry Potter and the Goblet of Fire (2005) Bangkitnya
Lord Voldemort [The Rise of Lord Voldemort]
Oleh Skywalker HunterNabil Bakri
“Well
now that we're all settled in and sorted, I'd like to make an announcement.
This castle will not only be your home this year but home to some very special
guests as well. You see, Hogwarts has been chosen to host a legendary event:
The TriWizard Tournament. The Tournament brings together three schools for a
series of magical contests. From each school a single student is selected to
compete. Now let me be clear. If chosen, you stand alone. And trust me when I
say, these contest are not for the faint-hearted.”—Albus Dumbledore
KLIK/TAP |
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
Genre : Fantasi
Rilis :
Domestic
Releases: |
November
18th, 2005 (Wide) by Warner Bros. |
International
Releases: |
November
18th, 2005 (Wide), released as Harry Potter y el cáliz de fuego (Mexico) |
March
7th, 2006 by Warner Home Video |
|
MPAA Rating: |
PG-13 for
sequences of fantasy violence and frightening images. |
Durasi : 157 menit
Sutradara : Mike Newell
Pemeran : Daniel Radcliffe, Rupert
Grint, Emma Watson, Robbie Coltrane, Ralph Fiennes, Michael Gambon, Brendan Gleeson, Jason Isaacs, Gary Oldman, Alan Rickman, Maggie Smith, Timothy Spall
Episode : -
Read the complete
over-70-pages-long Reviews divided into 8 parts:
Harry
Potter and the Sorcerer’s Stone [2001]
Harry
Potter and the Chamber of Secrets [2002]
Harry
Potter and the Prisoner of Azkaban [2004]
Harry
Potter and the Goblet of Fire [2005]
Harry
Potter and the Order of the Phoenix [2007]
Harry
Potter and the Half-Blood Prince [2009]
Harry
Potter and the Deathly Hallows Part 1 [2010]
Harry
Potter and the Deathly Hallows Part 2 [2011]
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |
Sinopsis
Harry
bermimpi melihat Lord Voldemort yang masih lemah dan pengikutnya yang setia.
Meskipun Harry bisa melihat wajah pengikut Voldemort, namun ia tidak mengetahui
namanya. Mimpi itu membuatnya terbangu sebelum berangkat bersama keluarga
Weasley untuk menonton pertandingan Piala Dunia Quidditch. Dalam perjalanan,
Harry bertemu dengan seorang siswa asrama Hufflepuff yang bernama Cedric
Diggory. Ia dan ayahnya juga dalam perjalanan menuju turnamen Piala Dunia
Quidditch. Untuk pertama kalinya, Harry dan anak-anak keluarga Weasley
bepergian menggunakan alat sihir yang bernama Portkey, yakni sebuah benda yang
diberi mantra supaya bisa membawa seseorang ke lokasi tertentu saat disentuh.
Setibanya di lokasi turnamen, keluarga Weasley mendirikan tenda dan segera
bergabung dengan para penonton lainnya untuk menyaksikan pertandingan. Acara
yang meriah itu dibuka oleh Menteri Sihir, Cornelius Fudge. Dari seluruh tim
Quidditch yang bertanding, tim Quidditch dari Bulgaria adalah yang paling
terkenal dengan pemain andalan mereka yang bernama Viktor Krum. Setelah
pertandingan berakhir, perkemahan para penonton diserang oleh para Death
Eaters, pengikut setia Lord Voldemort. Dalam serangan itu, Harry melihat salah
satu pengikut Voldemort menciptakan Dark Mark yang merupakan tanda kembalinya
Voldemort. Para Auror atau petugas kepolisian sihir yang dipimpin oleh Barty
Crouch Sr. tiba di lokasi kejadian, namun mereka terlambat karena para Death
Eaters telah pergi.
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |
Harry
dan teman-temannya kembali ke sekolah Hogwarts. Tahun ini, Hogwarts menjadi
tuan rumah untuk turnamen legendaris yang bernama The Triwizard Tournament yang
diikuti oleh tiga sekolah sihir ternama. Ketika Profesor Dumbledore memberikan
pengumuman, Profesor Mad Eye Moody tiba di sekolah Hogwarts. Ia adalah mantan
Auror yang mengalami cacat akibat pekerjaannya yang berbahaya dan ditakuti oleh
banyak kalangan. Profesor Dumbledore memperkenalkan Mad Eye kepada seluruh
siswa sebagai guru Ilmu Pertahanan yang baru menggantikan profesor Lupin yang
telah mengundurkan diri. Karena situasi dunia sihir sedang tidak stabil dan
turnamen Triwizard dapat berakibat fatal, kepala Department of International Magical
Cooperation, Barty Crouch Sr. ikut mengawasi langsung berjalannya turnamen dan
mengumumkan peraturan baru dari kementerian sihir bahwa hanya siswa yang
berumur di atas 17 tahun yang dapat mendaftarkan nama mereka dalam turnamen
Triwizard. Selain Hogwarts, turnamen itu diikuti oleh sekolah Durmstrang Institute yang merupakan sekolah
Viktor krum, dan Beauxbatons Academy of Magic. Setiap siswa yang berusia 17
tahun ke atas diperbolehkan memasukkan nama mereka ke dalam sebuah piala api
(The Goblet of Fire) yang akan menyeleksi tiga orang peserta turnamen. Piala
api memilih Cedric Diggory sebagai peserta Hogwarts, Viktor Krum sebagai
peserta Durmstrang, dan Fleur Delacour sebagai peserta Beauxbatons. Setelah
tiga peserta ditentukan, perlombaan akan segera dilaksanakan. Namun, terjadi
sebuah keanehan. Piala api memuntahkan satu nama lagi sebagai peserta yakni
Harry Potter. Munculnya nama Harry Potter menjadi perdebatan karena Harry masih
berusia di bawah 17 tahun dan ia mengaku sama sekali tidak mendaftarkan namanya
ke dalam piala api. Meskipun keikutsertaan Harry ditentang oleh semua pihak,
Barty crouch Sr. menegaskan bahwa Harry harus ikut serta karena keikutsertaan
turnamen adalah sebuah kontrak sihir yang mengikat. Akhirnya, Harry pun
"terpaksa" ikut serta. Profesor Dumbledore secara khusus meminta Mad
Eye Moody untuk mengawasi Harry secara langsung.
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |
Turnamen
Triwizard dibagi menjadi tiga pertandingan yang berbahaya. Terpilihnya Harry
sebagai peserta membuatnya dimusuhi oleh teman-temannya yang menduga Harry
berbuat curang. Bahkan, Ron merasa cemburu karena Harry dapat terpilih sebagai
peserta pertandingan. Meskipun Ron marah besar kepada Harry, namun ia
sebenarnya tetap menganggap Harry sebagai sahabat dan diam-diam memberi tahu
Hagrid tentang pertandingan pertama. Karena kakak Ron bekerja mengurus naga di
Romania, Ron tahu bahwa pertandingan pertama akan melibatkan naga. Ia diam-diam
meminta Hagrid untuk memberi tahu Harry karena masih kesal kepada Harry. Dalam
perlombaan pertama, seluruh peserta harus mengambil sebuah telur emas yang
dijaga oleh tiga ekor naga yang berbeda. Harry harus menghadapi naga yang
paling berbahaya yakni Hungarian Horntail. Ia berhasil mendapatkan telur itu
setelah menghindari serangan-serangan naga yang berbahaya. Melihat betapa
berbahayanya turnamen Triwizard, Ron mulai mendukung Harry dan tidak lagi
merasa kesal. Harry harus berhasil memecahkan teka-teki untuk menuju
pertandingan yang selanjutnya. Semakin dekat Harry dengan kemenangan, semakin
dekat pula ia dengan Lord Voldemort. Apakah yang direncanakan oleh Voldemort
dan pengikutnya? Akankah Voldemort bangkit kembali setelah senantiasa
digagalkan oleh Harry Potter?
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |
01 Story Logic
Konsep
Harry Potter and the Goblet of Fire secara umum sudah logis sesuai genrenya,
namun ada cukup banyak kejanggalan detil cerita yang melemahkan landasan
Fantasinya dan logika ceritanya. Sebagaimna sudah berkali-kali dibahas dalam
review Skywalker sebelumnya, sebuah film Fantasi memiliki keleluasaan
menciptakan logika dunianya sendiri, tetapi risikonya logika itu harus
benar-benar diperhitungkan supaya konsisten—aturan yang konsisten akan membuat
jalan ceritanya menjadi logis; misalnya [Spoiler] “Oh, tongkat sihir Voldemort
tidak bisa melukai Harry Potter selagi ia menggunakan tongkatnya karena tongkat
Harry dan Voldemort adalah ‘saudara’.” Namun jika Voldemort sudah mengganti
tongkatnya, seharusnya ia sudah bisa melukai Harry Potter. Apabila setelah
mengganti tongkat tetapi Harry tetap saja tidak terluka, maka aturan ceritanya
tidak konsisten sehingga jalan ceritanya menjadi tidak logis. Terdapat berbagai
“keajaiban” baru yang ditampilkan dalam The Goblet of Fire yang berpotensi
merusak aturan-aturan dunia Harry Potter yang sudah dibangun. Misalnya, tidak
ada aturan yang jelas dalam penggunaan sihir dan artefak-artefak ajaib seperti
mantra Avada Kedavra dan Portkey. Apabila bepergian di dunia sihir sangat mudah
dengan menggunakan Portkey, lantas apa gunanya para siswa pergi menuju Hogwarts
dengan kereta api? Dalam Harry Potter and the Chamber of Secrets, keluarga Weasley
memang bepergian menggunakan Bubuk Floo (Floo Powder). Namun, jelas sekali
penggunaan bubuk itu memiliki efek samping seperti pakaian menjadi
compang-camping dan tubuh berlumuran arang. Belum lagi, mantra itu sangat
sensitif sehingga salah sedikit saja mengucapkan mantra bisa berakibat fatal.
Dengan adanya kekurangan Bubuk Floo, maka masih logis jika sebagian penyihir
memilih bepergian menggunakan kereta api.
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |
Penggunaan
sihir dalam film ini juga semakin bervariasi sampai mengambil sesuatu saja ada
mantra sihirnya yakni ‘Accio’. Tanpa penjelasan lebih dulu, mantra ini
berpotensi membuat jalan ceritanya menjadi tidak logis. Dalam lomba pertama,
Harry diminta mengambil Telur Emas yang dijaga oleh naga. Ia diperbolehkan
menggunakan tongkat sihir dan memanggil sapu terbangnya dengan mengucapkan
mantra ‘Accio Firebolt’. Belum dijelaskan mengenai batasan-batasan mantra
Accio, sehingga menjadi aneh jika Harry tidak memakai mantra Accio untuk
mengambil Telur Emas—kenapa harus repot melawan Naga kalau bisa mengambil telur
dengan mantra ‘Accio’? Lalu, apa aturan pemakaian mantra Avada Kedavra dan
bagaimana petugas atau Auror bisa tahu bahwa seorang penyihir telah mengucapkan
mantra tersebut? Dalam Harry
Potter and the Prisoner of Azkaban, Harry mempelajari sebuah mantra
baru untuk melawan Dementor yakni Patronus. Dalam film itu dijelaskan bahwa
tidak sembarang penyihir bisa menggunakan mantra Patronus—dengan kata lain, ada
aturan yang mengikat pada penggunaan mantra Patronus. Mantra Avada Kedavra
adalah sebuah mantra yang sangat serius, sehingga tidak masuk akal jika
penggunaannya tidak memiliki aturan yang jelas. Hal semacam ini boleh jadi
sudah dijelaskan di dalam novel, tetapi film bukanlah novel. Dalam proses
adaptasi, seharusnya penulis cerita dapat memilih bagian mana yang perlu
dijelaskan. Apabila The
Prisoner of Azkaban bisa menjelaskan aturan mantra Patronus, tidak
alasan bagi The Goblet of Fire untuk tidak menjelaskan aturan-aturan yang
mengikat pada mantra-mantra penting di dalamnya. Dalam seri Eragon, dijelaskan bahwa menggunakan
sihir dapat menguras tenaga seseorang, jadi sihir digunakan jika benar-benar
perlu. Penjelasan ini efektif untuk menjawab pertanyaan, “Kalau bisa
menggunakan sihir, kenapa tidak memakai sihir?”—karena terlalu banyak
menggunakan sihir bisa berbahaya bagi fisik orangnya.
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |
Permasalahan
detil logika lainnya datang dari aturan TriWizard Tournament yang aturannya
kurang jelas. Dalam film ini, berkali-kali dikatakan bahwa aturan TriWizard
sifatnya serius dan mengikat, tetapi sepanjang film tidak dijelaskan atau
ditampilkan seberapa seriusnya turnamen ini dan apa dampak-dampaknya. Dalam
pertandingan pertama, Harry harus melawan naga yang terkuat yakni Hungarian
Horntail. Dari pemilihan naga saja, aturannya sudah tidak logis karena ada
potensi kecurangan atau ketidakadilan: mengapa Harry mendapatkan lawan naga
terkuat? Selain itu, lomba pertama Harry seharusnya dihentikan karena sang Naga
berhasil lepas dan merusak kompleks kastil Hogwarts. Akan lebih logis jika para
guru atau panitia mencoba membantu ketimbang membiarkan saja Harry diserang
oleh Naga. Bagaimana turnamen TriWizard bekerja? Apakah TriWizard merupakan
turnamen sihir yang ada secara turun-temurun dengan jenis lomba yang sama?
Nyatanya tidak, karena para guru punya kesempatan untuk memberi saran lomba apa
saja yang akan dilaksanakan. Ketika seorang peserta tidak berhasil
menyelesaikan satu perlombaan, tidak ada dampak yang signifikan dan ia masih
bisa mengikuti lomba yang berikutnya. Kejanggalan-kejanggalan seperti ini
mengurangi keseriusan turnamen TriWizard yang di awal digambarkan sebagai
sebuah turnamen yang serius. Apabila memang turnamen itu sebenarnya tidak
serius, mengapa pihak panitia/sekolah tidak bisa membatalkan pencalonan nama
Harry Potter dari turnamen tersebut? Terdapat banyak kejanggalan-kejanggalan
yang saling bertolak belakang semacam ini dalam The Goblet of Fire. Sekali
lagi, penjelasan di dalam buku tidaklah cukup karena film berbeda dengan buku.
Meskipun semua sudah dijelaskan dalam novel, kalau tidak ada dalam film, maka tetaplah
harus dianggap tidak ada.
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |
Skywalker
Hunter menyebut dilema adaptasi dari buku ke film semacam ini sebagai The
HTTYD [How to Train Your Dragon] Effect. Film
How to Train Your Dragon
mendapatkan pujian bukan karena mengikuti bukunya, tetapi justru karena berbeda
jauh dengan bukunya dan fokus bukan
menjadi “adaptasi yang baik”, tetapi menjadi “film yang baik”. Buku dan film,
walau sama-sama merupakan karya seni dan mengandung unsur kesusastraan, berbeda
dalam hal bentuk. Keduanya tidak bisa disamakan dan proses menerjemahkan
kata-kata dalam novel menjadi gerakan dalam film tidak bisa disamakan dengan
proses menerjemahkan tulisan dalam bahasa Inggris ke bahasa China, Jepang,
Indonesia, atau bahasa tulis lainnya. Sebuah film tidak dapat dikatakan “jelek”
hanya
karena “berbeda” dengan novelnya, begitu juga tidak dapat dikatakan
“baik” hanya karena “sama” dengan novelnya—tetapi haruslah karena film
itu memang benar-benar baik dan apakah memang narasi dalam bukunya adalah
pilihan narasi yang terbaik untuk mendukung logika dan konsistensi cerita dalam
filmnya. Salah satu kasus yang Skywalker bahas adalah film Death
in Venice yang menjadi tidak logis karena mengabaikan pilihan narasi
dari bukunya yang sudah lebih logis.
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |
02 Story Consistency
Alur
cerita film ini kurang konsisten. The Goblet of Fire seharusnya menjadi entry
yang menceritakan kebangkitan Lord Voldemort. Maka, fokus ceritanya haruslah
bagaimana Lord Voldemort bagkit dengan memanfaatkan TriWizard Tournament untuk
menggiring Harry datang kepadanya. Namun, antara TriWizard Tournament dan
kebangkitan Voldemort tampak seperti dua cerita yang terpisah. Kemunculan
Voldemort disinggung di awal cerita, namun seperti menghilang begitu saja
sebelum akhirnya muncul kembali di puncak film. Dalam adegan bangkitnya
Voldemort, sang Dark Lord begitu disibukkan dengan perbincangannya dengan para
Death Eaters sampai-sampai ia lupa bahwa Harry masih berada di lokasi yang
sama. Alur film ini serupa dengan ingatan Voldemort yang sesaat lupa bahwa
narasinya di awal mengindikasikan proses kebangkitan Voldemort, lalu teringat
kembali di puncak film. Terdapat berbagai cabang cerita yang sebenarnya dapat
diubah atau dihilangkan supaya membuat narasinya lebih konsisten. Adegan pesta
dansa dapat dipersingkat untuk fokus pada konflik antara Harry, Ron, dan
Hermione. Dalam membahas adegan pesta, film ini harus mengeksplorasi bagaimana
Ron menerima sebuah baju pesta ketinggalan zaman, bagaimana McGonagall melatih
dansa, hingga bagaimana para siswa berpesta sampai larut. Proses Harry
mengetahui tantangan lomba pertama pun berbelit-belit, dan mantra penghalang
usia yang dibuat oleh Dumbledore supaya siswa di bawah 17 tahun tidak bisa
mengikuti lomba juga harus diperlihatkan dengan adegan Fred dan George meminum
ramuan penua. Apabila diamati, sebenarnya banyak sekali detil yang tidak perlu
dalam film ini karena tidak berpengaruh pada keseluruhan jalannya cerita.
Apabila bagian-bagian tidak penting itu dihilangkan, film ini dapat menampilkan
adegan-adegan penting setelah Voldemort bangkit sehingga
beban narasi The Order of Phoenix
bisa sedikit dikurangi—seperti kisah bahwa menteri sihir tidak percaya bahwa
Voldemort telah bangkit, yang seharusnya sudah dimunculkan dalam The Goblet of
Fire.
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |
03 Casting Choice and Acting
Pemilihan
aktor dalam film ini sudah baik. Keluhan utama adalah karakter Dumbledore yang
tidak hanya berbeda dari deskripsinya di dalam buku, tetapi berbeda jauh dari
karakter Dumbledore yang ditampilkan dalam tiga film sebelumnya. Albus
Dumbledore adalah sosok tua yang bijaksana—ia seharusnya bertindak
tenang/kalem. Penggambaran sifat tenang Dumbledore ini penting untuk
menunjukkan kemampuan aslinya sebagai penyihir terkuat. Dalam film-film
sebelumnya (terutama 1 dan 2), Dumbledore tidak terlihat seperti penyihir yang
sangat sakti. Pada bagian akhir buku The Goblet of Fire, dikisahkan bahwa Harry
terkejut melihat Dumbledore yang benar-benar menunjukkan kekuatannya sehingga
Harry menyadari alasan mengapa Voldemort tidak berani melawan Dumbledore: di
balik ketenangan pria tua itu, tersimpan sebuah kekuatan yang luar biasa.
Penggambaran karakter semacam ini tidak hanya akan membuat filmnya lebih
sejalan dengan novelnya, tetapi juga sejalan dengan film-film sebelumnya dan
lebih masuk akal. Dalam The Goblet of Fire, Dumbledore tampak “kesal” dan
“marah” sepanjang waktu. Hal ini membuat mustahil bagi Harry untuk merasa
terkejut melihat kemampuan Dumbledore yang sebenarnya. Kekurangan-kekurangan
lain dalam hal akting para aktor dalam film ini umumnya bukan dikarenakan kemampuan
akting yang jelek, tetapi karena logika dan konsistensi cerita yang kurang
baik.
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |
04 Music Match
Tidak
ada keluhan di pemilihan musik.
05 Cinematography Match
Tidak
ada keluhan dalam poin sinematografi.
06 Costume Design
Tidak
ada keluhan dalam poin pemilihan kostum.
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |
07 Background/Set Match
Tidak
ada keluhan dalam pemilihan latar belakang.
08 Special and/or Practical Effects
Efek
visual dalam film ini sudah baik.
09 Audience Approval
Mayoritas
penonton memberikan tanggapan yang positif untuk film ini. Meski demikian, The
Goblet of Fire mendapatkan tanggapan yang lebih negatif dari penggemar novelnya
atau dari penonton yang sudah pernah membaca novelnya. Hal ini karena The
Goblet of Fire menyajikan cabang cerita baru yang tidak penting dengan mengorbankan
narasi penting yang dikisahkan dalam bukunya.
93% liked
this film Google users |
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |
10 Intentional Match
Secara
spesifik, sutradara Mike Newell ingin menampilkan cerita Harry Potter yang
berbeda secara artistik dari film-film sebelumnya. Pada akhirnya, Harry Potter
and the Goblet of Fire memang berhasil menampilkan kisah Harry Potter dengan
gaya artistik yang berbeda dari tiga film sebelumnya namun tetap melanjutkan
inti cerita Harry Potter dengan baik. Maka sama halnya dengan The
Prisoner of Azkaban yang “berbeda tetapi satu” dalam franchise Harry
Potter, The Goblet of Fire juga telah berhasil tampil berbeda dengan tetap
mempertahankan kesinambungan cerita dari film sebelumnya sehingga meskipun
berbeda, film ini tetap memiliki kesan sebagai satu bagian dari franchise Harry
Potter.
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |
01 Skywalker’s Schemata
Pada
tahun 2011, ketika Harry Potter and the
Deathly Hallows Part 2 dirilis, saya memutuskan untuk benar-benar menonton
ulang seluruh entry seri Harry Potter karena sebelumnya saya menonton Harry
Potter 1, 2,
dan 4 dengan asal-asalan, serta saya belum menonton The Half-Blood Prince dan The
Deathly Hallows Part 1. Dalam proses menonton ulang dengan serius itu,
Harry Potter and the Goblet of Fire menjadi entry Harry Potter yang paling saya
sukai, menggantikan The
Prisoner of Azkaban yang sebelumnya merupakan entry terfavorit saya.
Saya masih tetap menganggap The Goblet of Fire sebagai entry terfavorit sampai
saya memutuskan untuk menonton ulang seri ini dari awal dengan keseriusan ganda
karena memang mau saya review dengan sebaik-baiknya sehingga saya harus
bersikap objektif. Setelah menonton ulang seri ini, saya harus dapat
membandingkan entri Harry Potter dengan entry sebelumnya untuk melihat
konsistensi yang harus dimiliki oleh sebuah franchise. Saat itulah kecintaan
saya pada The Goblet of Fire mulai luntur sampai film ini tidak lagi menjadi
entry terfavorit saya. Saya ingat sangat menyukai film ini karena adegan-adegan
yang ditampilkan sangatlah spektakuler sehingga film ini benar-benar menjadi sebuah
film yang “fun to watch”. Menarik
sekali melihat bagaimana para karakter dalam cerita beranjak dewasa dan melihat
Voldemort akhirnya bangkit kembali. Namun di balik semua adegan spektakuler dan
menawan yang disajikan, film ini memiliki banyak sekali masalah logika pada
detilnya dan alur ceritanya kurang konsisten. Pada akhirnya, saya tetap sangat
menyukai the Goblet of Fire, hanya saja saya tidak lagi menutup mata pada
kekurangan-kekurangannya. It is a
spectacular spectacle, the most fantastically dark yet light Fantasy—should you
choose to look past its flaws.
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |
02 Awards
IMDb mencatat The Goblet of Fire menerima 44
nominasi dan 13 kemenangan. Catatan ini
merupakan penurunan dibandingkan dengan film-film sebelumnya—The
Sorcerer’s Stone 17 kemenangan dari 68 nominasi, The
Chamber of Secrets 13 kemenangan dari 46 nominasi, The
Prisoner of Azkaban 17 kemenangan dari 53 nominasi.
03 Financial
Harry
Potter and the Goblet of Fire meraih sukses dengan penjualan tiket bioskop
sebesar $891 juta dari dana sebesar $150 juta. Penjualan DVD film ini juga
sukses besar; di hari pertama saja, 5 juta kopi sudah terjual di Amerika Utara
hingga akhirnya terjual sebanyak 9 juta kopi dalam minggu pertama The Goblet of
Fire dirilis dalam format DVD. Di Inggris, penjualan DVD film ini memecahkan
rekor sebagai DVD paling cepat terjual yakni sebanyak 6 kopi dalam setiap detik
pada hari pertama DVD-nya dijual. Karena hal ini, The Goblet of Fire memegang
rekor sebagai film dengan penjualan DVD paling cepat dalam Guinness World
Records. Film ini merupakan film terlaris tahun 2005.
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |
Harry Potter and the Goblet of
Fire (2005) Theatrical Performance |
||
Domestic
Box Office |
$290,201,752 |
|
International
Box Office |
$601,118,332 |
|
Worldwide
Box Office |
$891,320,084 |
|
Home Market Performance |
||
Est.
Domestic DVD Sales |
$222,200,893 |
|
Est.
Domestic Blu-ray Sales |
$6,237,064 |
|
Total
Est. Domestic Video Sales |
$228,437,957 |
|
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |
04 Critics
Secara
umum, kalangan kritikus memberikan respons yang positif untuk film ini. Meski
demikian, respons para kritikus tidak se-positif tiga film sebelumnya.
05 Longevity
Seri
Harry Potter diangkat dari salah satu seri novel paling populer dan laris di
dunia. Filmnya pun menjadi sebuah seri film yang sangat populer dan “baru”
berakhir pada tahun 2011. Maka tidak heran jika The Goblet of Fire masih tetap
populer bahkan setelah berusia lebih dari 10 tahun. Tanggapan penonton pun
masih konsisten yakni tetap positif. Meski demikian, ketidakcocokan narasi
dalam film ini dengan buku serta film-film sebelumnya menjadikan The Goblet of
Fire sebagai bahan perbincangan dan olok-olok (Meme)—terutama adegan Dumbledore
yang dengan penuh emosi bertanya kepada Harry apakah dirinya memasukkan namanya
ke dalam Goblet of Fire. Perilaku Dumbledore dinilai terlalu berlebihan dan
tidak sesuai dengan deskripsi Dumbledore yang bertanya secara baik-baik kepada
Harry.
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |
Final Score
Skor
Asli : 8.5
Skor
Tambahan : -
Skor Akhir : 8.5/10
***
Spesifikasi Optical Disc
[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]
Judul : Harry Potter and the Goblet of
Fire
Rilis : 8 Maret 2006 (VCD), Desember
2007 (Blu-ray Disc)
Format : VCD [|||] Blu-ray
Disc [||]
Kode
Warna : PAL (VCD), A/Full HD 1080p/60
dan 24 hz (Blu-ray Disc)
Fitur : (Khusus Blu-ray) Behind the
scenes, trailers
Support : Windows 98-10 [VLC Media Player],
DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].
Keterangan Support:
[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]
[Support VCD, DVD,
Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]
[Support Semua
Termasuk 4K]
Amazon VOD: |
|
iTunes: |
|
Google Play: |
|
Vudu: |
***
Spesifikasi Buku
Read the complete
over-70-pages-long Reviews divided into 8 parts:
Harry
Potter and the Sorcerer’s Stone [2001]
Harry
Potter and the Chamber of Secrets [2002]
Harry
Potter and the Prisoner of Azkaban [2004]
Harry
Potter and the Goblet of Fire [2005]
Harry
Potter and the Order of the Phoenix [2007]
Harry
Potter and the Half-Blood Prince [2009]
Harry
Potter and the Deathly Hallows Part 1 [2010]
Harry
Potter and the Deathly Hallows Part 2 [2011]
***
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan
standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review
Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
Edisi Review Singkat+PLUS
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda
Review Singkat+PLUS di
bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel
tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.
Skywalker Hunter adalah alias
dari Nabil Bakri
Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers
©2005/Warner Bros/Harry
Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved.
©2005/Warner Bros/Harry Potter and the Goblet of Fire/All Rights Reserved. |