Review Film Tusk (2014) Kakek Psikopat Hobi Mengubah Manusia Menjadi Walrus [The Human Centipe… I Mean Walrus]

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved. 

Review dan Sinopsis Film Tusk (2014) Kakek Psikopat Hobi Mengubah Manusia Menjadi Walrus [The Human Centipe… I Mean Walrus]

Oleh Skywalker HunterNabil Bakri

Edisi Review Singkat+PLUS

“Are you really mourning your loss of humanity? I don't understand. Who in the hell would want to be human? God Almighty... In all of my travels, I've only ever known a human to be an ocean of shit.”—Howard Howe

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Horror—Komedi [film kelas B]

Rilis                 :

Domestic Releases:

September 19th, 2014 (Wide) by A24

International Releases:

October 10th, 2014 (Wide) (Australia)
February 6th, 2015 (Wide) (Spain)
July 17th, 2015 (Wide) (Taiwan)

Video Release:

December 30th, 2014 by Lionsgate Home Entertainment

MPAA Rating:

R for some disturbing violence/gore, language and sexual content.
(Rating bulletin 2332, 7/23/2014)

Durasi             : 101 menit

Sutradara       : Kevin Smith

Pemeran         : Michael Parks, Justin Long, Haley Joel Osment, Genesis Rodriguez

Episode           : -

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved. 

Sinopsis

Wallace Bryton dan Teddy Craft adalah dua orang host yang memandu podcast sukses bernama The Not See Party [kata Not See jika dibaca [NakSzee] terdengar seperti Nazi; Nazi Party adalah Partai Nazi yang melakukan genosida selama Perang Dunia II—nama Not See sengaja digunakan sebagai plesetan agar orang mengira Wallace dan Teddy adalah pengikut Nazi, padahal Not See]. Keduanya rutin membahas tentang hal-hal yang sedang hits atau viral di dunia maya. Salah satu video viral yang mereka bahas adalah video tentang seorang anak di Kanada yang dijuluki sebagai The Kill Bill Kid. Videonya menjadi viral karena dianggap sangat lucu. Di dalam video itu terlihat seorang lelaki yang memainkan Katana dan memotong kakinya. Karena video itu jelas-jelas rekayasa dengan editing komputer yang kasar, video itu justru mengundang gelak tawa penontonnya. Wallace pun memutuskan untuk mewawancarai The Kill Bill Kid untuk disertakan dalam acara podcast-nya. Setelah sampai di Manitoba, Kanada, Wallace sangat kecewa karena The Kill Bill Kid sudah meninggal akibat bunuh diri menggunakan Katana. Wallace merasa frustrasi dan menceritakan kekesalannya pada Teddy lewat telepon di sebuah bar. Wallace merasa perjalanannya sia-sia dan harus mencari sesuatu untuk menggantikan konten podcast mereka. Ketika buang air kecil, Wallace menemukan sepucuk surat yang ditempel di dinding toilet bar. Surat itu berisi undangan seorang pelaut kesepian yang menawarkan tempat bermalam gratis dan akan menceritakan seluruh pengalaman hidupnya sebagai pelaut. Menurut Wallace, kisah pelaut itu pastilah menarik dan bisa menjadi konten podcast-nya menggantikan konten The Kill Bill Kid. Ia lantas bergegas menuju rumah si pelaut yang bernama Howard Howe.

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved. 

Rumah Howard Howe terletak cukup jauh dari keramaian—dua jam dari lokasi Wallace. Sesampainya di depan gerbang rumah Howard, Wallace masih harus mengemudikan mobilnya melewati halaman yang panjang, gelap, dan tampak terbengkalai. Wallace akhirnya sampai di dalam rumah Howard Howe, seorang pelaut tua yang lumpuh. Howard menawari Wallace secangkir teh dan mulai menceritakan kisah-kisah petualangannya. Salah satu kisah Howard adalah tentang kecelakaan kapal yang membuatnya terombang-ambing di lautan yang sangat dingin. Beruntung, Howard “diselamatkan” oleh seekor walrus yang menjaganya tetap hangat. Walrus itu diberi nama Mr. Tusk dan merupakan sahabat terbaik yang pernah dimiliki oleh Howard. Menurutnya, tidak ada satu manusia pun yang sebaik walrus. Perbincangan mereka semakin menarik, tetapi Wallace merasa pening dan akhirnya pingsan. Wallace telah dibius dengan teh yang sudah dicampur obat secobarbital. Ketika terbangun esok harinya, Wallace merasa lemas. Ia didudukkan di sebuah kursi roda dengan pinggang yang diikat. Menurut Howard, semalam Wallace pingsan karena digigit oleh laba-laba beracun. Gigitan itu sangat fatal sampai-sampai kaki Wallace harus diamputasi. Ia pun diikat supaya tidak terjatuh dari kursi roda. Wallace menjadi sangat panik dan cemas, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Wallace telah dibius hingga ia menjadi sangat lemah. Howard menjelaskan bahwa Wallace memang harus dibius untuk menghilangkan rasa sakit setelah operasi amputasi kaki. Ketika makan malam, Wallace menanyakan tujuan Howard yang sebenarnya karena semua penjelasan Howard tidak masuk akal.

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved. 

Akhirnya, Howard mengungkapkan niat yang sebenarnya. Ia sengaja membius Wallace karena ingin mengubahnya menjadi Mr. Tusk, seekor walrus yang dulu menyelamatkannya. Tak lama lagi, Wallace akan menjalani lebih banyak operasi seperti operasi mengubah tangannya menjadi sirip walrus dan memotong lidahnya agar tidak bisa lagi berbicara. Sebelum operasi dilakukan, Wallace sempat menghubungi kekasihnya, Ally Leon, melalui voice note. Ia meminta Ally untuk segera mencari bantuan karena ia telah diculik oleh seorang kakek psikopat yang ingin mengubah bentuk fisiknya. Ally sebenarnya merasa kesal kepada Wallace yang sering selingkuh dengan wanita lain. Ia juga kesal karena Wallace menolak mengajaknya ke Kanada dan tidak mengangkat teleponnya selama berada di Kanada. Maka, Ally terlambat membuka pesan Wallace. Setelah mendengarkan pesan suara Wallace, Ally dan Teddy segera melapor polisi dan berangkat ke Kanada untuk mencari Wallace. Mereka berdua bertemu dengan Guy LaPointe, seorang detektif yang sudah lama mengincar Howard Howe. Berdasarkan pengalaman Guy, seluruh mayat korban Howard menunjukkan tanda-tanda yang aneh; seperti telah dilakukan eksperimen mengerikan untuk memodifikasi fisik mereka menjadi monster. Keterangan Guy membuat Ally khawatir Wallace telah meninggal dunia. Wallace sebenarnya belum meninggal, tetapi ia telah diubah menjadi seekor walrus oleh Howard. Pria tua itu memaksa Wallace untuk belajar berenang dan mengkonsumsi ikan mentah—ambisinya adalah untuk menghilangkan jiwa manusia Wallace dan mengubahnya menjadi walrus seutuhnya, seperti Mr. Tusk. Sanggupkah Wallace meloloskan diri? Apakah Guy LaPointe dan Ally akan menemukan Wallace sebelum terlambat?

We survive at all costs. Only to butcher again. And again. Until we ourselves are at last butchered in turn.”—Howard Howe

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved. 

01 Story Logic

Konsep dan narasi film ini tidak logis sesuai dengan genrenya; Horror—Komedi. Tusk merupakan film Kelas B, artinya film ini boleh menyuguhkan cerita dengan logika yang tidak sekuat film-film Kelas A. Sebagai contoh untuk perbandingan, karena penilaian Skywalker adalah penilaian berdasarkan pola, kita bisa melihat film Alien (1979), Predator (1987), dan versi “imitasi”nya yang berjudul DNA (1997). Apabila kita bandingkan, akan terlihat bahwa cerita dalam DNA lebih tidak masuk akal dibandingkan dengan Alien dan Predator. Meski demikian, ceritanya masih berada dalam batas toleransi logika berdasarkan genrenya yang merupakan gabungan Fiksi Ilmiah dan Horror. Cara karakter merespons sebuah kejadian pun masih dapat dimaklumi sehingga tidak benar-benar merusak suspense of disbelief dari penonton. Proses terbentuknya monster Balacau dalam DNA sudah dijelaskan menggunakan pakem Fiksi Ilmiah dan bagaimana monster itu meneror karakter lainnya sudah dieksplorasi menggunakan pakem Horror. DNA benar-benar terlihat seperti Alien dan Predator, hanya saja terlihat jelas sebagai versi “murahan” dari kedua film tersebut—seperti inilah film-film Kelas B diklasifikasikan—terlihat lebih murah, tetapi seharusnya tidak murahan. Dalam Tusk, narasinya tidak logis dengan posisi genrenya sebagai Horror—Komedi. Film ini terlalu serius untuk menjadi sebuah Horror—Komedi, tetapi terlalu konyol untuk menjadi sebuah film Horror yang serius.

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved. 

Film ini bercerita tentang seorang pria tua yang terobsesi pada walrus—apakah obsesi yang aneh ini seharusnya lucu? [is this weird obsession supposed to be funny?]—atau apakah seharusnya menakutkan? [or is it supposed to be scary?]. Kedua pertanyaan ini akan berkaitan erat pada poin Konsistensi Cerita. Tidak jelas apakah pemilihan hewan berupa walrus di dalam film ini seharusnya menakutkan atau konyol. Kita harus membedakan antara aneh/absurd yang hanya absurd saja, dengan hal yang benar-benar lucu atau absurd yang membuatnya menjadi lucu. Dalam film Enchanted (2007), tanpa sengaja gaun Giselle menutupi seorang kerdil. Dengan polosnya Giselle menyapa orang kerdil itu sebagai Grumpy. Satu adegan sederhana ini saja dapat dijabarkan panjang lebar untuk mengurai di mana letak kelucuannya; Grumpy adalah nama seorang kurcaci dalam film Snow White and the Seven Dwarfs, orang kerdil itu bukan Grumpy tetapi bersikap seperti Grumpy, tetapi sikapnya sebetunya wajar karena ia merasa tersinggung [if he is not Grumpy, why is he so grumpy? And why him being grumpy is understandable?]. Adegan yang absurd ini menjadi sebuah adegan Komedi yang dapat diuraikan apa saja yang membuatnya menjadi lucu dan membuat penonton tertawa. Ketika hewan walrus dipilih, bukannya kuda nil, sapi, atau keledai, apa yang dapat dijabarkan tentang walrus sehingga menjadikannya sebagai pilihan absurd untuk menggugah nuansa Komedi? Kenapa tidak menjadikannya wombat raksasa Australia pemarah yang sering diganggu oleh Steve Irwin atau berang-berang mengerikan dalam serial Narnia dari BBC? Jika hewan walrus dipilih untuk menguatkan nuansa Horror, apa dari seekor walrus yang dapat dijabarkan untuk membuat hewan ini mengeluarkan aura menakutkan? Kenapa tidak mengubahnya menjadi monster serigala atau monster buaya? Meskipun walrus memiliki gading yang panjang, sosok hewan ini lebih mirip gajah dan tentu tidak semenakutkan Macan Gigi Pedang [saber-toothed tiger].

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved. 

Proses transformasi Wallace dalam film ini pun tidak masuk akal. Sebenarnya, prosesnya tidak harus masuk akal asalkan ceritanya membuat sebuah aturan baru yang membuat prosesnya “seakan-akan” masu akal seperti dalam Fiksi Ilmiah. Contohnya, ular anaconda tidak bisa tumbuh sebesar Titanoboa, tetapi film Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid memberi penjelasan bahwa mereka telah mengkonsumsi The Blood Orchid sehingga hidup abadi dan terus tumbuh besar. Transformasi Wallace menjadi seekor walrus tidaklah logis. Waktu yang dibutuhkan baginya untuk “sembuh” dari luka-lukanya terlalu cepat, dan alasan Howard Howe mengubahnya menjadi walrus juga kurang kuat. Ceritanya mungkin akan lebih masuk akal jika Howard Howe melakukan eksperimen dengan ramuan khusus untuk mengubah manusia menjadi walrus yang sudah ia uji cobakan ke puluhan orang yang gagal [korban gagal yang tewas inilah yang kemudian diselidiki oleh Guy]. Wallace tetap hidup karena akhirnya ramuan itu berhasil—mengarah pada Fiksi Ilmiah seperti Dr. Connor menjadi The Lizard dalam kisah Spider-Man. Bisa juga konsepnya diubah menjadi Supranatural seperti perubahan pada manusia serigala. Terlihat jelas dalam film ini bahwa Howard Howe selalu berhasil mengubah korbannya menjadi walrus, tetapi ia sendiri yang membunuh mereka. Agar ceritanya logis, harus dijelaskan alasan yang kuat mengapa ia terus membunuh ciptaannya yang berhasil ia ciptakan. Dalam adegan terkhir, Howard menantang Wallace untuk membunuhnya. Tetapi, bukan ini yang dimaksudkan dengan Howard selalu membunuh ciptaannya. Ketika Wallace “dipaksa” belajar berenang, ia melihat ada korban walrus lain yang tewas tenggelam—dengan asumsi Howard memaksa mereka berenang dengan ancaman nyawa yaitu membiarkan mereka tenggelam. Tentu saja konyol jika Howard memaksa ciptaannya untuk segera bisa berenag layaknya walrus. Dilihat dari caranya melatih Wallace, terlihat jelas bahwa Howard adalah psikopat yang serampangan atau tidak rapih sehingga seharusnya mudah ditangkap [bandingkan saja dengan Hannibal dalam film The Silence of the Labs; Howard bahkan tidak menyingkirkan ponsel milik Wallace]. Proses transformasi Wallace menjadi walrus seutuhnya tidaklah logis karena ia masih manusia [berbeda jika ia diberi ramuan yang membuatnya berperilaku seperti walrus] dan [spoiler] bagian akhir film ini pun tidak logis ketika Wallace ditempatkan di kandang pusat penangkaran hewan; karena Wallace bukan hewan!

To solve a riddle older than the Sphinx. To answer the question which has plagued us since we first crawled from this Earth and stood erect in the sun. Is man, indeed, a walrus at heart?”—Howard Howe

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved. 

02 Story Consistency

Alur cerita film ini tidak konsisten. Dalam bagian Logika Cerita, dinyatakan bahwa konsep film ini sudah tidak konsisten dengan genrenya yakni Horror—Komedi karena film ini terlalu tanggung, berbeda dengan film Horror—Komedi yang ideal seperti Evil Dead II: Dead by Dawn atau bahkan film musikal Sweeney Todd: The Demon Barber of Fleet Street. Film yang awalnya ditampilkan serius, secara tiba-tiba menampilkan Johnny Depp sebagai detektif yang berperilaku seperti Jack Sparrow dan seketika jati diri film ini menjadi tidak jelas. Alur ceritanya pun tidak dirajut dengan konsisten karena permasalahan-permasalahan yang penting tidak dieksplorasi dengan benar. Fokus film ini pun tidak begitu jelas, apakah menampilkan dinamika Howard Howe dalam merealisasikan obsesinya untuk menciptakan walrus dari manusia [seperti dalam The Human Centipede atau kisah Frankenstein—atau setidaknya seperti film anak-anak Frankenweenie] atau isu yang lainnya. Kisah masa lalu Howard dengan Mr. Tusk tidak dieksplorasi dengan baik sehingga bahkan [saya berkelakar] akan lebih masuk akal jika Pi Patel dari film Life of Pi yang menjadi psikopat dan ingin mengubah manusia menjadi harimau Richard Parker karena dampak kejiwaan dari kebersamaannya dengan Richard Parker dapat ditelusuri dan dimaklumi—bahkan masa kecilnya pun dipenuhi hinaan karena namanya dipelesetkan menjadi Si Pipis.

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved. 

Tusk mencoba mengeksplorasi berbagai cabang cerita dan akhirnya tidak mengeksplorasi apapun dengan baik. Film ini tidak hanya fokus pada Howard Howe dan Wallace, tetapi mencoba mengeksplorasi kisah hidup kekasih Wallace, Ally, masalah di antara mereka berdua, dan perselingkuhan Ally. Bahkan, film ini mencoba mengeksplorasi hubungan antara detektif Guy LaPointe dengan Howard Howe yang seakan-akan adalah musuh bebuyutan seperti Holmes dan Moriarty. Film ini sebenarnya memiliki konsep yang sangat tipis [bukankah aneh jika seserang diubah menjadi walrus? Pertanyaan ini hanyalah sebuah pertanyaan tanpa signifikansi yang berpotensi mengembangkannya menjadi sebuah film, atau tidak ada justifikasi untuk memanjangkan pertanyaan yang sederhana ini menjadi film sepanjang satu setengah jam lebih—mungkin lebih baik dijadikan entry dalam serial acara Horror seperti 50 States of Fright], tetapi dipaksakan dengan berbagai percabangan cerita yang pada dasarnya tidak memengaruhi inti ceritanya yakni Wallace tetap dijadikan walrus dan ia tidak bisa menjadi manusia kembali—bahkan tidak ada upaya untuk mengembalikannya menjadi manusia. Di dalam universe yang memungkinkan seorang manusia dijadikan walrus, seharusnya memungkinkan juga perlahan-lahan mengembalikannya menjadi manusia lagi atau setidaknya dicoba terlebih dahulu. Apa signifikansinya kisah hidup Wallace dieksplorasi, toh Howard tidak peduli [tidak ada kriteria dalam korban yang hendak ia jadikan walrus, misalnya apakah harus seorang perjaka, harus seorang pelaut, harus berkulit putih, dan lain sebagainya], apa signifikansinya perselingkuhan Ally dieksplorasi, toh tidak mengubah jalannya cerita.

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved. 

Well, someone's looking for Wallace... It must be nice to know that somebody cares about you that much. Just what I felt on the island with Mr. Tusk. He was the only living thing that ever had my best interests at heart. As a child, I was not cared for so much as I was... filed away, like a document. A document fed into a shredding machine and fueled by the blood of the innocent.”—Howard Howe

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved. 

03 Casting Choice and Acting

Dilihat dari jajaran aktor dalam film ini, mereka adalah aktor yang sudah berpengalaman di industri perfilman Hollywood sehingga seharusnya mampu berperan dengan baik. Kekurangan-kekurangan dalam hal akting masih banyak ditemui dalam film ini, tetapi kekurangan tersebut umumnya disebabkan oleh naskah yang tidak logis dan tidak konsisten. Selain itu, pemilihan aktor dalam film ini tidaklah tepat. Aktor yang dipilih terlalu populer untuk memerankan karakter dalam film ini. Tokoh utama Wallace diperankan oleh aktor Justin Long yang populer dalam film Disney Herbie: Fully Loaded dan merupakan pengisi suara Alvin dalam seri film Alvin and the Chipmunks. Tokoh detektif Guy tidak tanggung-tanggung diperankan oleh aktor Johnny Depp yang populer sebagai Kapten Jack Sparow dalam seri film Pirates of the Caribbean. Padahal, banyak sekali film Horror yang sengaja memilih aktor yang belum terkenal agar nuansa Horror-nya lebih terasa karena penonton tidak menebak-nebak siapa aktornya dan tidak memikirkan karier sang aktor sehingga benak penonton sudah dipenuhi oleh pikiran bahwa “ini hanya sebuah film”. Coba Anda bayangkan jika aktor-aktor terkenal seperti Jack Nicholson, Meryl Streep, atau Harrison Ford memerankan tokoh dalam film Cannibal Holocaust atau The Blair Witch Project, maka kesan Horror dan nyata dari film itu akan jauh berkurang karena penontoh tahu betul bahwa film itu palsu. Namun jika film ini memang ingin mengedepankan nuansa Komedi seperti film Scream (1996) yang justru sengaja memilih aktor yang sedang populer di era tersebut, pilihannya pun masih kurang tepat karena hanya Johnny Depp yang benar-benar sangat populer di arena internasional dan jumlah aktornya masih kurang. Dalam seri film Scream, bahkan aktor pendukung yang hanya tampil selama tiga sampai lima menit saja dipilihkan yang benar-benar sedang populer di kala itu seperti aktris Drew Barrymore dalam Scream dan aktris Jada Pinkett Smith dalam sekuelnya.

[c]this image belongs to Variety

04 Music Match

Tidak ada keluhan di pemilihan musik.

05 Cinematography Match

Tidak ada keluhan dalam poin sinematografi; Wallace yang menjadi walrus telah diperlihatkan sejelas mungkin. Namun, adegan ketika Howard Howe melakukan mutilasi dan operasi sama sekali tidak diperlihatkan secara mentah [raw/full of gore]. Konsep film ini seolah-olah menjanjikan adanya adegan kekerasan [gore], tetapi sebetulnya tidak ada karena tahu-tahu Wallace sudah menjadi walrus. Bahkan dalam adegan [spoiler] kematian Howard sekalipun, adegan kekerasannya tidak diperlihatkan.

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved. 

06 Costume Design

Kostum pemeran manusia dalam film ini sudah tidak ada masalah karena yang digunakan adalah busana kontemporer 2010-an. Namun, desain kostum Wallace sebagai walrus masih belum baik karena masih sangat terlihat seperti kostum. Padahal, seharusnya kostum Wallace terlihat seperti kulit manusia karena Wallace tidak memakai kostum walrus, melainkan diubah menjadi walrus [ini penting untuk membedakan kostum Howard di adegan akhir karena Howard memakai kostum walrus sedangkan Wallace benar-benar menjadi walrus, tetapi kostum yang digunakan sangat mirip]. Desain untuk wajahnya pun tampak tanggung karena masih menyerupai manusia. Padahal, Howard sudah totalitas dalam memasang gading walrus, sehingga tampak aneh jika ia tidak sekalian mengubah wajah Wallace semirip mungkin dengan Mr. Tusk.

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved. 

07 Background/Set Match

Tidak ada keluhan dalam pemilihan latar belakang.

08 Special and/or Practical Effects

Tidak ada keluhan dalam hasil presentasi film ini. Namun berkaitan dengan poin Kostum, Wallace memiliki kostum walrus yang masih terlihat palsu. Desain kostum monster yang tampak palsu masih dapat dimaklumi jika monster tersebut bukan berdasarkan realita dan/atau hanya muncul sesaat—misalnya zombie Linda dalam Evil Dead II yang terbuat dari boneka dan hanya muncul sesaat, dan makhluk mengerikan dari Book of the Dead yang memang bukan berdasarkan realita. Wallace adalah manusia yang tentu saja ada di dunia nyata dan juga dibuat menjadi walrus yang ada di dunia nyata. Selain itu, ia adalah fokus dari film ini sehingga akan sering disorot dalam waktu yang lama. Maka, seberapa nyata efek visual yang diimplementasikan dalam kostumnya sangat penting karena akan mendukung nuansa Horror filmnya.

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved. 

09 Audience Approval

Mayoritas penonton memberikan tanggapan yang negatif untuk film ini.

5.3/10  IMDb

45%    Rotten Tomatoes

55%    Metacritic

52%    liked this film Google users

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved. 

10 Intentional Match

Film ini dibuat berdasarkan sebuah iklan sungguhan di situs periklanan Gumtree yang dibicarakan dalam podcast SModcast. Di dalam iklan tersebut disebutkan seorang pemilik rumah akan mengizinkan seseorang tinggal secara cuma-cuma jika orang tersebut bersedia memakai kostum walrus. Iklan itu menjadi bahan perbincangan dan lelucon di sepanjang podcast di mana sutradara Kevi Smith dan rekannya Scott Mosier membuat kemungkinan cerita berdasarkan iklan tersebut. Setelahnya, Kevin Smith meminta pendapat pendengarnya untuk mengrimkan cuitan [tweet] di Twitter dengan tagar #WalrusYes jika mereka ingin cerita itu difimlkan, atau #WalrusNo jika tidak. Karena para pendengar mengirimkan cuitan #WalrusYes, maka film itu pun dibuat. Iklan di Gumtree itu sendiri ternyata hanyalah sebuah lelucon atau prank yang dibuat oleh pujangga Chris Parkinson. Film yang didasari pada lelucon untuk menjadi sebuah lelucon ini telah berhasil menjadi sebuah lelucon—the movie based on a joke is itself a joke. Penciptanya telah berhasil merealisasikan keinginan pendengar setianya dan jadilah film Tusk—sebuah film yang tipis sekali ceritanya karena memang didasari pada konsep yang kurang kuat. Film itu sendiri sudah tampak seperti sebuah prank berskala besar. Hal yang tidak berhasil dicapai oleh Tusk adalah dalam hal finansial karena penjualan tiket film ini lebih kecil dari biaya pembuatannya.

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved. 

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

01 Skywalker’s Schemata

Saya sering sekali mengomentari film yang kualitasnya jelek sebagai film yang salah dalam mengeksekusi konsep ceritanya. Banyak dari film-film jelek sebenarnya memiliki konsep yang sangat menarik dan memiliki potensi cerita yang besar. Namun untuk kasus Tusk, saya tidak hanya mengatakan bahwa film ini eksekusinya jelek, tetapi saya juga akan mengatakan bahwa konsep film ini pun sudah jelek dan sama sekali tidak menarik. Bagi saya, konsep psikopat mengubah seseorang menjadi walrus adalah konsep yang terlalu konyol atau mengada-ada. Bahkan dengan sebotol pil suspense of disbelief dosis kuat sekalipun, tidak mampu memaksa penonton untuk merasakan suspense of disbelief. Saya adalah orang yang sangat toleran terhadap film jelek, sebisa mungkin saya mencoba memahaminya dan menilainya dari perspetif yang semestinya agar saya tidak salah dalam menilai. Standar tertinggi perfilman dalam skor Skywalker Hunter adalah Titanic, tetapi Skywalker tidak akan menyamaratakan semua penilaian karena bagi saya Transformers bukanlah film yang baik—kalau saya memaksakan memakai standar Titanic. Saya memberi nilai sangat rendah untuk film Tenet karena saya mempertimbangkan skalanya yang sangat besar. Sebaliknya, saya memberi nilai yang tinggi pada film “murah” Proximity karena saya melihat skalanya yang lebih kecil. Menilai Tenet dengan standar Proximity sama saja menilai disertasi doktoral seorang mahasiswa dengan standar ujian menulis essay anak kelas 2 SMA—menilai Transformers dengan standar Titanic sama saja menilai semangkuk Rendang dengan standar resep Spaghetti, salah frekuensi.

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved. 

Namun bahkan setelah saya menurunkan standar dan menggunakan standar film Kelas B untuk film Tusk, film ini tetap saja tidak bisa dikatakan bagus. Saya sudah banyak menonton film Kelas B dan paham betul kalau film-film Kelas B sering memiliki Logika yang tidak sekuat film-film Kelas A. Bahkan dengan standar Logika yang diturunkan, Tusk tetap tidak masuk akal. Film ini benar-benar dibuat berdasarkan konsep yang terlalu tipis  atau terlalu sederhana. Keseluruhan cerita dalam film ini bisa dipadatkan ke dalam sebuah film pendek berdurasi 15 sampai 20 menit. Pada akhirnya, Tusk terkesan seperti dipanjang-panjangkan [dragged] untuk mencapai target durasi 100 menit. No matter how you look at it, unless you are drunk, having a fever dream or heavily sedated, Tusk makes No fuckin’ sense. It’s a 20 minutes short film dragged to a 100 minutes of disaster.

02 Awards

Film ini tidak menerima penghargaan yang penting.

Wikimedia Commons

03 Financial

Tusk dibuat dengan dana sebesar $3 juta dan hanya berhasil menjual tiket sebesar $1.8 juta. Berdasarkan laporan ini, maka terlihat jelas kalau Tusk gagal secara finansial.

Tusk (2014) Theatrical Performance

Domestic Box Office

$1,821,983

Details

International Box Office

$65,571

Details

Worldwide Box Office

$1,887,554

Home Market Performance

Est. Domestic DVD Sales

$299,708

Details

Est. Domestic Blu-ray Sales

$382,640

Details

Total Est. Domestic Video Sales

$682,348

Further financial details...

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved. 

04 Critics

Mayoritas kritikus film memberikan tanggapan yang negatif untuk film ini.

05 Longevity

[Pending—karya masih berusia di bawah 10 tahun]

Final Score

Skor Asli                     : 5.5

Skor Tambahan           : -1.5

Skor Akhir                  : 4

***

STREAMING

YouTube [Free][Dibatasi Usia][Selama Tersedia]

Amazon VOD:

Amazon

iTunes:

iTunes

Google Play:

Google Play

Vudu:

Vudu

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved. 

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

Edisi Review Singkat+PLUS

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda Review Singkat+PLUS di bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.

Skywalker Hunter adalah alias dari Nabil Bakri

Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers

©2014/XYZ Films, A24/Tusk/All Rights Reserved.