Review Film Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1 (2010) Voldemort Menguasai Dunia Sihir [When Voldemort Rules the Wizarding World]
©2010/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1/All Rights Reserved. |
Review Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1 (2010)
Voldemort Menguasai Dunia Sihir [When Voldemort Rules the Wizarding World]
Oleh Skywalker HunterNabil Bakri
“These are dark times, there is no denying. Our world has perhaps faced no greater threat than it does today. But I say this to our citizenry: We, ever your servants, will continue to defend your liberty and repel the forces that seek to take it from you! Your Ministry remains, strong.”— Rufus Scrimgeour
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak
cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes
copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
©2010/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1/All Rights Reserved. |
Genre : Fantasi
Rilis :
Domestic Releases: |
November 19th, 2010 (Wide) by Warner Bros. |
International Releases: |
November 17th, 2010 (Limited), released as Harry Potter
y las Reliquias de la Muerte – Parte 1 (Mexico) |
April 15th, 2011 by Warner Home Video,
released as Harry Potter and the Deathly Hallows, Part I |
|
MPAA Rating: |
PG-13 for
some sequences of intense action violence, frightening images and brief
sensuality. |
Durasi : 146 menit
Sutradara : David
Yates
Pemeran : Daniel Radcliffe, Rupert Grint, Emma
Watson, Helena Bonham Carter, Robbie Coltrane, Warwick Davis, Ralph Fiennes, Michael Gambon, Brendan Gleeson, Richard Griffiths, John Hurt, Jason Isaacs, Alan Rickman, Fiona Shaw, Timothy Spall, Imelda Staunton, David Thewlis, Julie Walters
Episode : -
Read the complete
over-70-pages-long Reviews divided into 8 parts:
Harry
Potter and the Sorcerer’s Stone [2001]
Harry
Potter and the Chamber of Secrets [2002]
Harry
Potter and the Prisoner of Azkaban [2004]
Harry
Potter and the Goblet of Fire [2005]
Harry
Potter and the Order of the Phoenix [2007]
Harry
Potter and the Half-Blood Prince [2009]
Harry
Potter and the Deathly Hallows Part 1 [2010]
Harry
Potter and the Deathly Hallows Part 2 [2011]
©2010/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1/All Rights Reserved. |
Sinopsis
Setelah
Dumbledore berhasil dikalahkan, kekuatan dan teror Voldemort semakin meluas.
Para pengikutnya mulai mengambil alih kementerian sihir sementara Voldemort
masih terus mencari keberadaan Harry Potter. Voldemort telah menculik
Ollivander dan memaksanya memberikan informasi seputar tongkat ajaib setelah ia
tahu bahwa tongkat sihirnya adalah kembaran tongkat sihir Harry sehingga mereka
tidak bisa saling membunuh. Sebuah rapat diadakan di Malfoy Manor yang dihadiri
oleh Severus Snape dan para pengikut setia Voldemort. Mereka membahas tentang
kemungkinan Harry akan dijemput menuju markas anggota Order of the Phoenix.
Apabila Harry telanjur dibawa pergi, akan cukup sulit bagi mereka untuk
melakukan penyergapan. Sehari sebelum Harry berusia 17 tahun, ia dijemput oleh
para anggota Orde. Karena usia Harry belum genap 17 tahun, ia masih bisa dilacak
oleh pihak kementerian. Maka, para anggota Orde menggunakan ramuan Polyjuice
untuk menyamar sebagai Harry guna mengelabuhi petugas atau Death Eaters yang
mungkin mereka temui di sepanjang perjalanan. Sayang sekali, misi mereka telah
diketahui oleh Voldemort yang melakukan penyergapan. Para anggota Orde diserang
oleh Voldemort dan Death Eaters—namun musuh tidak tahu mana Harry yang asli
sampai Hedwig datang membantu Harry dari serangan seorang Death Eater. Bantuan
Hedwig justru memberi tahu mana Harry yang asli dan membuat Voldemort bisa
mengejarnya. Salah satu Death Eater membunuh Hedwig dan Voldemort langsung
menyerang Harry menggunakan tongkat sihir milik Lucius Malfoy. Namun, tongkat
milik Lucius tidak cukup kuat sehingga Voldemort gagal mengalahkan Harry.
©2010/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1/All Rights Reserved. |
Harry
dan Hagrid lebih dulu tiba di markas Orde, tempat kediaman Weasley. Satu per
satu anggota Orde turut kembali, tetapi Mad-Eye Moody tewas dalam serangan itu.
Keesokan harinya, menteri sihir yang baru dan berani menentang Voldemort yakni Rufus
Scrimgeour datang mengunjungi kediama Weasley untuk membacakan wasiat dari
Albus Dumbledore. Dumbledore mewariskan alat Deluminator kepada Ron, sebuah
buku dongeng The Tales of Beedle the Bard
kepada Hermione, dan The Golden Snitch yang pertama kali dimenangkan oleh Harry
saat menjadi Seeker di perlombaan Quidditch. Sebenarnya, Dumbledore juga
mewariskan pedang Godric Gryffindor kepada Harry, tetapi pedang itu menghilang
secara misterius. Menurut Rufus Scrimgeour, pedang itu tidak bisa diberikan
kepada Harry karena pedang Gryffindor akan muncul kepada setiap siswa
Gryffindor yang pantas dan membutuhkan. Sang menteri akhirnya pergi setelah
mengingatkan Harry bahwa pemuda itu tidak bisa memenangkan pertempuran melawan
Voldemort seorang diri. Pada malam harinya, pesta pernikahan Bill Weasley
dengan Fleur Delacour diselenggarakan. Namun, pesta tersebut dikacaukan oleh
serangan Death Eaters. Voldemort dan para pengikutnya telah berhasil membunuh
menteri sihir dan mengambil alih kementerian. Pius Thicknesse, salah seorang
pengikut setia Voldemort, diangkat menjadi menteri sihir yang baru sementara
Severus Snape dijadikan kepala sekolah Hogwarts. Untuk menghindari serangan
Death Eaters, Harry, Ron, dan Hermione ber-disapparate ke London. Di sana,
mereka diserang oleh dua orang Death Eaters dan bersembunyi di kediaman Sirius
Black yang merupakan markas The Order of the Phoenix.
©2010/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1/All Rights Reserved. |
Di
dalam markas yang ditinggalkan itu, Ron menemukan tulisan nama Regulus Arcturus
Black yang berinisial RAB—inisial yang ada pada liontin imitasi Voldemort yang
ditemukan oleh Harry dan Dumbledore. Harry pun menanyakan kepada House Elf
pelayan keluarga Sirius, Kreacher, tentang lokasi liontin itu. Kreacher
menjelaskan bahwa liontion itu telah dicuri oleh Mundungus Fletcher, salah
seorang anggota Orde yang melarikan diri dari serangan Death Eaters sewaktu
menjemput Harry. Kreacher dan Dobby berhasil menjemput Mundungus secara paksa
untuk memberikan keterangan kepada Harry dan teman-temannya. Menurut Mundungus,
lionton itu telah diambil oleh Dolores Umbridge. Harry dan kawan-kawannya pun
harus menyusun rencana untuk mencuri kembali lionton itu untuk dihancurkan.
Mereka pun menggunakan ramuan Polyjuice untuk menyamar menjadi tiga pegawai
kementerian. Setelah berhasil mendapatkan lionton itu, perjuangan yang
sebenarnya baru dimulai: mereka senantiasa diincar oleh Voldemort dan
pengikutnya, serta mereka sama sekali tidak tahu caranya menghancurkan Horcrux
Voldemort. Keadaan kelompok kecil Harry semakin diperparah dengan pertikaian
yang terjadi di antara Harry, Ron, dan Hermione. Puncaknya, perselisihan di
antara mereka membuat Ron pergi meninggalkan teman-temannya. Harry harus segera
menemukan jawaban untuk menghancurkan Horcrux karena semakin lama ia menunggu,
Voldemort menjadi semakin kuat dan semakin banyak nyawa tidak bersalah yang
menjadi korban.
©2010/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1/All Rights Reserved. |
01 Story Logic
Konsep
film ini sudah logis sesuai dengan genrenya. Harry Potter and the Deathly
Hallows Part 1 telah menampilkan pola-pola cerita genre Fantasi dengan baik.
Meski demikian, terdapat permasalahan logika dalam berbagai detil cerita film
ini. Sebagai contoh, ada cukup banyak kecerobohan yang dilakukan baik oleh
pihak Harry maupun pihak Voldemort yang membuat penonton mempertanyakan
keseriusan tindakan mereka atau kemahsyuran kekuatan mereka. Terdapat banyak
keputusan terlalu gegabah yang diambil oleh Harry dan teman-temannya ketika di
saat yang bersamaan Voldemort bergerak terlalu lambat dalam mengatasi
perselisihannya dengan Harry. Apabila diperhatikan, Harry dan teman-temannya
sama sekali tidak bersembunyi di awal film sehingga seharusnya Voldemort dan
Death Eaters bisa dengan mudah menangkapnya. Rencana Order of the Phoenix dalam
menjemput Harry juga kurang dipikirkan dengan matang: kenapa harus bepergian
lewat angkasa jika mungkin mereka bisa menyelinap lewat jalur darat dan berbaur
dengan Muggle. Kenapa para anggota Orde harus menyamar menjadi Harry dan
bukannya Harry menyamar menjadi salah satu anggota Orde atau pergi dengan
menggunakan Invisibility Cloak? Kebencian Voldemort terhadap Muggle sebenarnya
telah dijelaskan dalam literatur Harry Potter. Namun, sutradara David Yates
sama sekali menolak untuk mengeksplorasinya dalam film-film sebelumnya sehingga
alasan Voldemort berambisi menguasai dunia menjadi kurang logis karena tidak
begitu jelas. Kepemimpinan Voldemort juga tidak logis karena masing-masing divisi
pengikutnya seolah bekerja sendiri-sendiri tanpa adanya alur kekuasaan yang
jelas.
©2010/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1/All Rights Reserved. |
02 Story Consistency
Alur
cerita film ini kurang konsisten. Permasalahan-permasalahan yang diutarakan
telah diselesaikan, tetapi terdapat terlalu banyak pengalihan cerita dalam film
ini. Pengalihan-pengalihan ini tidak hanya berupa percabangan cerita tetapi
juga penggunaan gaya sinematografi yang tidak mendukung jalannya cerita. Film
ini seharusnya mengeksplorasi perihal Deathly Hallows dan Horcrux yang
diciptakan oleh Voldemort. Namun selama 146 menit, hanya satu saja Horcrux yang
dieksplorasi dan diselesaikan poin ceritanya. Hal ini membuat proses menemukan
dan menghancurkan Horcrux sebagai proses yang sangat panjang dan melelahkan.
Masalahnya, fokus pada satu Horcrux secara berlebihan dalam film ini nantinya
berakibat pada kurangnya eksplorasi pada penemuan-penemuan Horcrux dalam film
berikutnya. Horcrux yang semestinya sulit untuk dihancurkan berdasarkan cerita
di film ini, secara tiba-tiba menjadi mudah dicari dan dihancurkan dalam Deathly Hallows Part 2. Bagian pertama
ini benar-benar dibuat dengan struktur yang menyerupai sebuah serial
televisi—berjalan lebih lambat daripada sebuah film yang utuh padahal hanya
memiliki kesempatan dua film saja untuk menyelesaikan seluruh cerita terakhir
seri Harry Potter. Tidak begitu jelas fokus film ini apakah ingin
menggarisbawahi usaha Harry menghancurkan Horcrux, usaha para anggota Order of
the Pheonix dalam menghindari kejaran Voldemort, upaya Voldemort dan
pengikutnya untuk menguasai dunia, atau kesemuanya secara simultan. Terdapat
banyak sekali waktu luang yang seharusnya dapat digunakan untuk mencari tahu
apa saja rencana Voldemort dan/atau anggota Order of the Phoenix yang akan
berperan besar dalam film ke-2. Namun, film ini justru fokus pada momen-momen
sunyi yang dihabiskan oleh Harry, Ron, dan Hermione. Hal ini berkaitan erat
dengan poin Sinematografi—yang tampak cantik, tetapi sinematografi dalam film
tidak bisa hanya tampil cantik tanpa ada suatu hal yang signifikan dalam melanjutkan
jalannya cerita.
©2010/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1/All Rights Reserved. |
03 Casting Choice and Acting
Tidak
ada keluhan dalam pemilihan aktor karena mayoritas merupakan aktor yang sudah
berperan dalam film-film Harry Potter sebelumnya. Apabila terdapat kekurangan
dalam hal akting, umumnya bukan karena si aktor yang kurang pandai bersandiwara
melainkan dialog atau naskah yang memang kurang baik.
04 Music Match
Tidak
ada keluhan di pemilihan musik.
©2010/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1/All Rights Reserved. |
05 Cinematography Match
Harry
Potter and the Deathly Hallows Part 1 memberikan sajian visual yang, saya berani
bilang secara objektif, memukau. Apabila kita melihat pola
pemandangan-pemandangan yang secara umum dianggap indah oleh banyak orang, maka
kita bisa meliha bahwa sinematografi dalam film ini benar-benar berhasil
menangkap berbagai keindahan bentang alam lokasi pengambilan gambarnya.
Komposisi, pencahayaan, serta sudut pengambilan gambar pemandangan dalam film
ini telah berhasil menampilkan sajian sinematografi yang memanjakan mata. Namun
kita perlu mengingat kembali bahwa sinematografi yang baik dalam sebuah film
bukan semata-mata sinematografi yang indah. Dalam berproses membuat ulasan ini,
saya menyimpulkan pemahaman dasar Skywalker tentang Sinematografi dalam sebuah
film sebagai berikut:
Cinematography in a movie is like, for instance, a painting
of a horse. You can do so much, using different techniques, styles, equipments
available in the entire stock of an art shop, but the image, in the end, should
be the image of or looked like a horse. Since you want your audience to know
that it is a horse you are painting, you need to add precise features of a
horse onto the painting so that it resembles, at the very least, a silhouette
of a horse. Unless, you specifically want the audience to guess that it is an
image of a horse when it looks nothing like a horse—that is a totally different
scenario—but still, the image has to have at least attributes associated to a
horse to guide the audience come to the conclusion that the painting they are
looking at is a painting of or related to a horse—be it a stable, a meadow
known to be the habitat of Mustang, or anything that provides hints to the
audience. All the hassle is done because you want to say something to the
audience through the image you have created. If you do not want your audience
to know, why bother making it public in the first place? Cinematography can be
plain beautiful, yes, but at the same time must be meaningful to the overall
plot. A movie about an epic battle between good and evil is at ts core
different from a documentary on the beauty of the Grand Canyon.—Skywalker HunterNabil Bakri
©2010/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1/All Rights Reserved. |
Merujuk
pada pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sinematografi dalam Harry
Potter and the Deathly Hallows memang tampak memukau, tetapi tidak benar-benar
berkontribusi pada jalannya cerita. Bahkan, waktu yang diperlukan untuk
menampilkan pemandangan-pemandangan indah tersebut justru membuat alur
ceritanya menjadi kurang konsisten. Film ini sebenarnya tidak perlu lagi
menampilkan kontras keadaan dunia sebelum dan sesudah Voldemort bangkit karena
kontras tersebut seharusnya sudah ada dalam film-film Harry Potter sebelumnya
sehingga film ini tidak perlu lagi menegaskannya.
06 Costume Design
Tidak
ada keluhan dalam poin pemilihan kostum.
07 Background/Set Match
Tidak
ada keluhan dalam pemilihan latar belakang.
©2010/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1/All Rights Reserved. |
08 Special and/or Practical Effects
Efek
visual dalam film ini sudah baik. Presentasi dengan warna yang terlalu gelap
dan kabur di film sebelumnya sudah tidak diimplementasikan lagi dalam film ini.
Sehingga, presentasi film ini lebih konsisten dengan Harry
Potter and the Order of the Phoenix yang telah menampilkan berbagai
adegan penting dengan pencahayaan yang jelas. Adapun bagian-bagian yang tidak
begitu jelas dalam film ini umumnya bukan diakibatkan oleh pencahayaan yang
buruk, melainkan oleh sinematografi yang kurang baik. Dalam Harry
Potter and the Prisoner of Azkaban, misalnya, kamera bergerak mendekat
(zoom-in) pada foto Sirius Black hingga wajahnya terlihat sejelas-jelasnya.
Dalam Deathly Hallows Part 1, terdapat banyak foto penting yang diperlihatkan dari
jarak jauh sehingga cukup sulit untuk dilihat meskipun efek visual
pencahayaannya sudah baik.
©2010/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1/All Rights Reserved. |
09 Audience Approval
Mayoritas
penonton memberikan tanggapan yang positif untuk film ini. Tanggapan-tanggapan
yang diterima oleh film ini lebih positif dibandingkan dengan Harry Potter and the Half-Blood Prince.
92% liked this film Google users |
©2010/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1/All Rights Reserved. |
10 Intentional Match
Film
pertama ini secara spesifik dibuat untuk menyerupai sebuah cinéma vérité tentang perjalanan atau observational cinema tentang perjalanan, jenis film dokumenter yang menyajikan adegan-adegan langsung
pelakunya tanpa campur tangan penjelasan dari pengisi suara (narator) agar
informasi yang ingin digali dapat muncul dengan sendirinya. Pendekatan ini
sebenarnya telah berhasil dicapai dalam film ini. Meskipun menggunakan
pendekatan artistik yang sama sekali berbeda dari semua film Harry Potter
sebelumnya (dan sayangnya) sesudahnya, film ini tetap berhasil melanjutkan
tongkat estafet cerita Harry Potter dengan cukup baik. Permasalahan yang muncul
adalah kenyataan bahwa Part 2 sudah tidak lagi menggunakan pendekatan cinéma vérité sehingga keduanya tidak
benar-benar tampak berkesinambungan.
Penjelasan Britannica mengenai cinéma vérité.
Cinéma vérité, (French: “truth cinema”), French film movement
of the 1960s that showed people in everyday situations with authentic dialogue
and naturalness of action. Rather than following the usual technique of
shooting sound and pictures together, the film maker first tapes actual
conversations, interviews, and opinions. After selecting the best material, he
films the visual material to fit the sound, often using a hand-held camera. The
film is then put together in the cutting room.
©2010/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1/All Rights Reserved. |
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
01 Skywalker’s Schemata
Sebetulnya,
saya sangat menikmati Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1. Menurut
saya, film ini adalah sebuah peningkatan yang signifikan dari The Half-Blood Prince. Saya sejujurnya
menyukai proses narasi film ini yang lebih lambat—it takes its time—seperti sebuah serial televisi atau miniseries.
Hal yang tidak saya sukai dari gaya ini bukanlah dari film ini, melainkan dari
film lanjutannya yang terkesan tergesa-gesa. Harry Potter and the Deathly
Hallows Part 1 bergulir dengan terlalu santai dan tidak memanfaatkan waktu
semaksimal mungkin sampai film lanjutannya yang terkena dampak. Akibatnya, Part
1 dan Part 2 menjadi tidak seimbang dan tidak seperti berkesinambungan. Apabila
kita bandingkan dengan tiga film The
Lord of the Rings, maka dapat dilihat bahwa kesinambungan antara
Deathly Hallows Part 1 dan 2 sangat buruk. Keduanya tidak seperti film yang
dibuat secara back-to-back karena
benar-benar tampak berbeda. It gives you
an endless feast of beautiful landscapes and the sense of comfort brought by
the familiar Harry Potter vibes that were mising in The Half-Blood Prince.
©2010/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1/All Rights Reserved. |
02 Awards
IMDb mencatat bahwa film ini menerima 15
penghargaan dan 55 nominasi,
sebuah peningkatan dari Harry Potter and
the Half-Blood Prince.
03 Financial
Dari
dana sebesar $125 juta, film ini berhasil menjual tiket sebesar $955 juta.
Hasil penjualan DVD film ini pun tergolong sukses dengan menghasilkan uang
sebesar $153 juta. Apabila hasil penjualan tiket dan DVD film ini digabung,
maka Part 1 ini mendapatkan lebih dari $1 miliar dalam rilis perdananya.
Harry Potter and the Deathly Hallows: Part I
(2010) Theatrical Performance |
||
Domestic
Box Office |
$296,131,568 |
|
International
Box Office |
$659,240,323 |
|
Worldwide
Box Office |
$955,371,891 |
|
Home Market Performance |
||
Est. Domestic
DVD Sales |
$92,530,315 |
|
Est.
Domestic Blu-ray Sales |
$61,135,737 |
|
Total
Est. Domestic Video Sales |
$153,666,052 |
|
©2010/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1/All Rights Reserved. |
04 Critics
Sebagian
besar kalangan kritikus memberikan tanggapan yang positif untuk film ini.
05 Longevity
Harry
Potter and the Deathly Hallows Part 1 berhasil bertahan melawan gerusan zaman
karena bahkan setelah berusia lebih dari 10 tahun, tanggapan umum tentang film
ini masih tetap positif.
Final Score
Skor
Asli : 8.5
Skor
Tambahan :
Skor
Akhir : 8.5/10
***
Spesifikasi Optical Disc
[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]
Judul : Harry Potter and the Deathly
Hallows Part 1
Rilis : April 2011
Format : VCD [|||] Blu-ray
Disc [||]
Kode
Warna : PAL [VCD], Full HD 1080p 60 dan
24hz [Blu-ray]
Fitur : [khusus Blu-ray] Deleted
scenes, behind the scenes, BD Live
Support : Windows 98-10 [VLC Media Player],
DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].
Keterangan Support:
[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]
[Support VCD, DVD,
Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]
[Support Semua Termasuk 4K]
STREAMING
Amazon VOD: |
|
iTunes: |
|
Google Play: |
|
Vudu: |
***
Spesifikasi Buku
Judul : Harry Potter and the Deathly Hallows |
Penulis : J.K.
Rowling
Terbit : 21
Juli 2007
Halaman : 607
(UK), 759 (US)
Penerbit : Scholastic
(UK), Bloomsbury (US)
***
Read the complete
over-70-pages-long Reviews divided into 8 parts:
Harry
Potter and the Sorcerer’s Stone [2001]
Harry
Potter and the Chamber of Secrets [2002]
Harry
Potter and the Prisoner of Azkaban [2004]
Harry
Potter and the Goblet of Fire [2005]
Harry
Potter and the Order of the Phoenix [2007]
Harry
Potter and the Half-Blood Prince [2009]
Harry
Potter and the Deathly Hallows Part 1 [2010]
Harry
Potter and the Deathly Hallows Part 2 [2011]
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan
standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review
Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
©2010/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1/All Rights Reserved. |
Edisi Review Singkat+PLUS
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda
Review Singkat+PLUS di
bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel
tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.
©2010/Warner Bros/Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1/All Rights Reserved. |
Skywalker Hunter adalah alias
dari Nabil Bakri
Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers
©2010/Warner Bros/Harry
Potter and the Deathly Hallows Part 1/All Rights Reserved.