Review Film Deep Blue Sea (1999)
Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter
Genre : Fiksi
Ilmiah [Monster]—Horror
Rilis : 28 Juli 1999
Episode : -
Warner Bros./1999/Vision Interprima Pictures/2002/all rights reserved. |
Sinopsis
Seorang ilmuwan peneliti Alzheimer bernama Susan, meyakinkan investor Russel Franklin bahwa percobaan yang dibiayai oleh perusahaannya akan mampu mengobati penyakit Alzheimer. Jika percobaan itu berhasil, jutaan pasien Alzheimer dapat disembuhkan yang berarti keuntungan besar bagi perusahaan. Franklin pun memutuskan untuk datang langsung ke lokasi percobaan yang letaknya di sebuah laboratorium tengah laut untuk meninjau sendiri progress dan hasil dari percobaan. Laboratorium Aquatica itu dikelilingi oleh “sangkar-sangkar” laut yang menahan ikan-ikan hiu hasil percobaan genetika. Susan dan rekan kerjanya, Jim, meneliti kegunaan otak ikan hiu sebagai obat Alzheimer. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, mereka secara rahasia melanggar aturan dengan merekayasa gen hiu-hiu mereka supaya otaknya menjadi lebih besar. Alhasil, hiu-hiu itu menjadi lebih pintar.
Karena
mengejar deadline, Susan dan timnya tetap melaksanakan uji coba di tengah badai
besar. Carter, si pengurus hiu, menangkap satu ekor hiu percobaan dengan obat
bius dan membawanya masuk ke dalam laboratorium dalam air. Susan kemudian
menyedot cairan otak hiu itu dan menggunakannya sebagai obat Alzheimer. Uji
coba itu berhasil dengan sukses. Jim yang gembira karena penelitiannya sukses
besar, menghampiri hiu yang dibius dan duduk terlalu dekat. Sayangnya hiu itu
kemudian bangun dan melukai Jim. Timnya pun harus segera mengungsikan Jim ke
rumah sakit. Di tengah badai, helikopter yang mengangkat Jim mengalami
kerusakan sehingga Jim tercebur ke kolam hiu. Para hiu yang memiliki kecerdasan
tinggi itu memanfaatkan situasi untuk menjebol bagian dalam laboratorium bawah
laut, memerangkap semua orang di dalamnya.
Susan,
Carter, Franklin, dan kru peneliti mereka terjebak di dalam laboratorium
tingkat bawah laut yang dengan cepat digenangi air seperti sebuah kapal
tenggelam. Mereka terjebak karena lift tidak berfungsi dan semua akses ke permukaan
terhalangi oleh kerusakan berat. Karena laboratorium mulai digenangi air, para
hiu percobaan bisa melenggang masuk dengan bebas dan memburu para anggota tim
peneliti satu per satu. Meskipun banyak korban berjatuhan, Susan yang paling
berambisi mewujudkan pil penyembuh Alzheimer bersikeras untuk melanjutkan
penelitian.
Warner Bros./1999/Vision Interprima Pictures/2002/all rights reserved. |
01 Story Logic
Genre
film ini adalah fiksi ilmiah bertajuk monster yang dipadukan dengan nuansa
horror. Fiksi ilmiah yang menceritakan penciptaan monster rekayasa atau makhluk
percobaan tentulah tidak bisa disamakan dengan fiksi ilmiah yang bertajuk pada
teknologi seperti teknologi Artificial Intelligence dan perjalanan antariksa.
Fiksi Iilmiah tentang monster umumnya mengedepankan aksi menegangkan
perseteruan antara manusia dengan monster dan fondasi ceritanya biasanya
ringan. Deep Blue Sea memiliki logika cerita yang memenuhi kriteria ini.
Bahkan, film ini adalah sebuah film monster yang logika narasinya tergolong
masuk akal. Rekayasa genetika yang dilakukan bukanlah rekayasa besar-besaran
seperti membuat hiu hybrid yang bisa berjalan di darat seperti cerita Creature karya Peter Benchley atau
temuan Megalodon seperti The Meg.
Mereka adalah hiu “biasa” yang diperbesar massa otaknya sehingga berdampak
menjadi lebih pintar. Kepintaran mereka pun masih dalam batas wajar/logis
karena mereka sebetulnya memanfaatkan cuaca yang kala itu sedang badai. Konsep
cerita Deep Blue Sea bisa dibilang masuk akal dan tidak terlalu mengada-ada.
Logika ceritanya sejalan dengan genrenya, bahkan di atas rata-rata karena tidak
ada kekonyolan di luar nalar yang ditampilkan.
Warner Bros./1999/Vision Interprima Pictures/2002/all rights reserved. |
02 Story Consistency
Cerita
film ini sangat konsisten. Poin inti ceritanya disampaikan dengan apik seperti
rajutan yang halus dari awal hingga akhir. Tidak ada percabangan cerita yang
membahas masa lalu atau membahas terlalu dalam kisah hidup atau kepribadian tokoh
tertentu. Alur ceritanya berfokus pada kejadian-kejadian urut yang “kini”
terjadi, memerangkap tidak hanya para tokoh di dalam laboratorium yang
“tenggelam”, namun juga memerangkap para penonton dan mampu menimbulkan kesan
klaustrophobia karena pengambilan gambar dan poin cerita difokuskan pada aksi
yang sedang terjadi dan tidak menampilkan kondisi di luar laboratorium seperti
pulau terdekat atau kota tempat tinggal para tokoh. Kerabat dan pihak
perusahaan pun tidak dibcarakan selama aksi berlangsung. Konsistensi narasi
dalam film ini, untuk sekelas film monster kelas “B”, sangatlah apik.
03 Casting Choice and Acting
Pemilihan
pemeran dalam film ini sangat bagus dan pas. Jajaran bintangnya pun tidak
main-main, ada Samuel L. Jackson (Nick Fury, The Avengers) sebagai Franklin, Stellan Skarsgard (The Avengers), Thomas Jane (The Mist) dan LL Cool J (Pearl Harbor). Para pemain berhasil
memerankan tokoh mereka dengan mumpuni dan sesuai dengan deskripsi karakter
mereka yang semestinya.
Warner Bros./1999/Vision Interprima Pictures/2002/all rights reserved. |
04 Music Match
Tidak
ada keluhan di pemilihan musik. Film ini menampilkan musik dan lagu-lagu yang
khas sekali dengan era 90-an, menjadikannya sebuah pengingat yang sempurna
tentang masa transisi dari abad 20 ke abad 21.
05 Cinematography Match
Film
ini mengambil fokus bagian dalam laboratorium yang kebanjiran dan dengan baik
mempertontonkan sudut adegan yang menguatkan kesan klaustrophobia yakni
kengerian berada di ruangan yang sempit ditambah diburu oleh ikan-ikan hiu yang
lapar. Teknik pengambilan gambar film ini mampu menguatkan kesan terisolasi
seperti kengerian saat terjebak di pesawat ruang angkasa, padahal sedang berada
di tengah laut.
06 Costume Design
Tidak
ada keluhan dalam poin pemilihan kostum.
07 Background/Set Match
Tidak
ada keluhan dalam pemilihan latar belakang. Bagian ini justru patut diapresiasi
karena penggunaan set sungguhan yang, walaupun bukan kelas film blockbuster
berdana fantastis, tetap dibuat dengan baik dan terlihat “sangat niat”. Hasilnya,
set film ini tampak seperti film-film yang dibuat dengan biaya yang lebih mahal.
Warner Bros./1999/Vision Interprima Pictures/2002/all rights reserved. |
08 Special and/or Practical Effects
Untuk
ukuran film tahun 1999, penggunaan efek spesial film ini sangatlah fantastis.
Penggabungan efek practical [non-CGI] dan efek CGI dipadukan dengan baik di
film ini. Jika dilihat sekarang, efek CGI film ini mungkin terlihat “ketinggalan
jaman”, namun tentu kita harus menilainya apa adanya sesuai tahun
kemunculannya. Di saat komputer mayoritas masih menggunakan Windows 95-98, film
“murah” ini termasuk berhasil memanjakan mata. Untungnya, banyak bagian di film
ini menggunakan efek practical, sehingga lebih abadi. Penggunaan hiu robot
[animatronik] berhasil menyerupai hiu asli dengan sangat bagus dan tetap
terlihat nyata walau sudah berusia lebih dari dua dekade. Tidak banyak film
monster kelas “B” [B Movie] seangkatan yang memiliki set dan efek spesial yang
mampu bertahan selama Deep Blue Sea dengan artian belum terlihat “jelek”
efeknya setelah lewat lebih dari 20 tahun.
09 Audience Approval
Film
ini sukses di pasaran dan disukai oleh mayoritas penonton. Apalagi, film
semacam ini memiliki basis penggemarnya sendiri yang sering disebut sebagai
“Cult Following” yang mirip dengan basis penggemar film serupa yakni Anaconda, Lake Placid, dan The Relic.
Deep Blue Sea menjanjikan fiksi ilmiah-monster yang ringan namun tetap logis
dan konsisten, menggabungkan semua nuansa akhir 90-an mulai dari musik, tren,
hingga teknologi. Maka tak heran film ini disukai oleh penonton.
10 Intentional Match
Dilihat
dari seluruh poin yang telah dibahas, film ini telah memenuhi tujuan utama
pembuatan film ini yakni memberikan hiburan fiksi ilmiah-monster yang “fun”
untuk ditonton, tapi tidak konyol dan mengekor kepada nuansa horror film yang
lebih serius yakni Jaws. Ada banyak
sekali film bertajuk hiu yang sebagian besar konyol dan mutlak menjadi “B
Movie”. Deep Blue Sea dimaksudkan untuk menjadi seringan film monster
kebanyakan, semencekam Jaws, dan
dibuat seniat Titanic dalam hal
penggunaan set—tentu pada kalibernya sendiri yang masih jauh lebih kecil.
Warner Bros./1999/Vision Interprima Pictures/2002/all rights reserved. |
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
01 Skywalker’s Schemata
Saya
sangat menyukai film-film monster. Anaconda,
The Relic, King Kong, Godzilla, Lake Placid, Jaws, hingga Rogue adalah
film-film yang saya sukai karena sangat menghibur dan ringan untuk ditonton.
Saya sangat menapresiasi pembuatan Deep Blue Sea karena film ini mampu
menunjukkan bahwa film “Monster Murah” tidak selalu “Murahan”. Saya bahkan
kaget sewaktu mengetahui bahwa Deep Blue Sea termasuk “B Movie” yang dibenci
oleh kritikus. Ini karena dari segi cerita dan teknik pengambilan gambar, film
ini tergolong sangat mumpuni. Alur cerita yang menjelaskan bagaimana hiu-hiu
itu menjadi pintar dirangkai dengan narasi yang logis dan tidak terlalu
mengada-ada seperti kebanyakan film monster dan pemilihan pemeran serta efek
spesialnya benar-benar istimewa melebihi ekspektasi. Saya dapat menyimpulkan
bahwa Deep Blue Sea adalah sebuah film fiksi ilmiah-monster yang bagus
kualitasnya.
02 Awards
Film
bertema monster masih lebih sering dianggap “rendahan” dari segi kualitas
cerita. Maka tak heran jika film ini tidak memperoleh banyak penghargaan.
Warner Bros./1999/Vision Interprima Pictures/2002/all rights reserved. |
03 Financial
Film
ini merupakan sebuah kesuksesan dengan menghasilkan $160 juta dari dana sekitar
$70 juta [beberapa sumber mengatakan $65 juta sampai $80 juta] yang pada masa
itu termasuk memuaskan untuk sebuah film monster yang kalibernya di bawah film
kelas A seperti Jaws atau Jurassic Park.
04 Critics
Film
ini mendapat respons negatif dari kritikus profesional pada masanya. Melihat
dari genrenya, wajar jika film ini dihujat kritikus meskipun pada kenyataannya
disukai oleh penonton.
05 Longevity
Setelah
lebih dari 10 tahun, film ini masih tetap populer berkat kuatnya basis
penggemar film ini dan genre film-film monster pada umumya. Buktinya, film ini
dibuatkan sebuah “sequel” yang terpaut nyaris dua dekade yakni pada tahun 2018.
Meskipun demikian, Deep Blue Sea 2
tidak melanjutkan kisah Deep Blue Sea 1999 dan dibuat dengan serampangan
sehingga hasilnya jauh di bawah Deep Blue Sea 1999. Film ke duanya lebih
seperti film-film imitasi murahan yang dibuat hanya untuk dijual DVD-nya dan
streaming tanpa ditayangkan di bioskop.
Final Score
Skor
Asli : 10/10
Skor
Tambahan : -2
Skor
Akhir : 8/10
Meskipun
kritikus pada masanya tidak menyukai film ini, minat masyarakat dan kritkus
berangsur mengarah positif seiring berjalannya waktu. Bahkan editor majalah
Wired, Brian Raftery, mengungkapkan di tahun 2016 bahwa Deep Blue Sea adalah
“Film bertajuk ikan hiu non-Jaws yang
terbaik”.
Spesifikasi DVD
Judul : Deep Blue Sea
Rilis : 09 Januari 2002
Format : DVD [Dual Layer]
Kode
Warna : NTSC [60-24hz]
Fitur : Komentar Pembuat Film, Deleted
Scenes, Galeri, fitur tambahan untuk komputer.
Support :
Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box
360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS
5].
Untuk informasi lebih lanjut mengenai Spesifikasi DVD, kunjungi profil instagram @skywalkerhunter95.
***
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan
standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review
Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
©Nabil Bakri Platinum.
Teks ini dipublikasikan dalam Nabil Bakri Platinum [https://nabilbakri.blogspot.com/] yang diverifikasi Google dan dilindungi oleh DMCA.
Nabil Bakri Platinum tidak bertanggung jawab atas konten dari
link eksternal yang ada di dalam teks ini—termasuk ketersediaan konten video
atau film yang dapat berubah sewaktu-waktu di luar kendali Nabil Bakri
Platinum.