Review Animasi How to Train Your Dragon (2010) Bocah Lemah Penakluk Naga [How A Scrawny Boy Captures The Most Frightening Dragon]

 

©2010/DreamWorks/How to Train Your Dragon/All Rights Reserved.

Review How to Train Your Dragon (2010) Bocah Lemah Penakluk Naga [How A Scrawny Boy Captures The Most Frightening Dragon]

Oleh Skywalker HunterNabil Bakri

“This is Berk. It's twelve days north of Hopeless and a few degrees south of Freezing to Death. It's located solidly on the Meridian of Misery. My village. In a word, sturdy. It's been here for seven generations, but every single building is new. We've got hunting, fishing, and a charming view of the sunsets. The only problems are the pests. Most places have mice or mosquitoes. We have... dragons.”—Hiccup

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Fantasi—Petualangan (Animasi Full CGI)

Rilis                 :

Domestic Releases:

March 26th, 2010 (Wide) by Paramount Pictures
March 26th, 2010 (IMAX) by 
Paramount Pictures

International Releases:

March 26th, 2010 (Wide) (Italy)
April 2nd, 2010 (Wide) (
Lithuania)
May 20th, 2010 (Wide) (
South Korea)
May 13th, 2021 (Limited) (
Australia)

Video Release:

October 15th, 2010 by Paramount Home Video
December 3rd, 2019 by 
Universal Home Entertainment, released as How to Train Your Dragon: Homecoming

MPAA Rating:

PG for sequences of intense action and some scary images, and brief mild language
(Rating bulletin 2105 (Cert #45908), 1/27/2010)

Durasi             : 98 menit

Sutradara       : Chris Sanders, Dean DeBlois

Pemeran         : Jay Baruchel, Gerard Butler, Craig Ferguson, America Ferrera, Jonah Hill, Christopher Mintz-Plasse, T.J. Miller, Kristen Wiig, David Tennant

Episode           : -

©2010/DreamWorks/How to Train Your Dragon/All Rights Reserved.

Sinopsis

Di sebuah daerah bernama Berk, tinggallah sekelompok bangsa Viking yang sangat kuat. Kehidupan mereka benar-benar keras dan satu-satunya ancaman bagi mereka adalah Naga. Para Naga sering datang menyerang Berk untuk mencuri hewan-hewan ternak para Viking. Bangsa Viking dan Naga sudah bermusuhan sejak zaman dahulu kala. Maka, wajar sekali jika orang-orang Viking dituntut untuk memiliki ketangkasan dan kekuatan yang luar biasa agar dapat melawan para Naga. Sejak usia dini, anak-anak Viking sudah diajari untuk membenci Naga dan bagaimana caranya melawan mereka. Berk dipimpin oleh kepala suku bernama Stoick yang dikenal tangguh dan tak kenal rasa takut. Ia senantiasa berhasil melawan para Naga yang berani menyerangnya. Meskipun ia adalah orang Viking yang perkasa, anaknya yang bernama Hiccup adalah seorang remaja berbadan kurus yang tidak suka berkelahi dan secara fisik tidak mampu melawan Naga. Sehari-hari ia membantu membuat senjata sementara teman-teman sebayanya berlatih melawan Naga. Pada suatu malam, kelompok Naga kembali menyerang Berk dan mencuri ternak. Ketika orang-orang desa sibuk melawan para Naga, Hiccup ingin ikut serta. Namun, ia dilarang ikut oleh pandai besi Berk sekaligus mentornya yang bernama Gobber. Hiccup tetap nekat berpartisipasi dalam perkelahian dengan membawa sebuah alat penembak jaring (bolas launcher). Ketika seekor Naga paling ditakuti dari jenis Night Fury muncul, Hiccup menembakkan jaringnya dan Naga itu berhasil ditangkap. Sayangnya, Naga itu jatuh di tengah hutan cukup jauh dari desa. Tidak ada seorang pun—termasuk ayahnya—yang percaya bahwa Hiccup berhasil menangkap Night Fury. Menurut mereka, Hiccup hanyalah sumber masalah.

©2010/DreamWorks/How to Train Your Dragon/All Rights Reserved.

Keesokan harinya, Hiccup menelusuri hutan tempat Night Fury jatuh. Hiccup sangat terkejut ketika mengetahui tembakannya berhasil menangkap seekor Night Fury, jenis Naga yang paling langka dan paling ditakuti. Naga itu terlilit jaring dan tidak dapat membebaskan diri. Hiccup sudah bersiap membunuh Naga itu, tetapi ia merasa iba dan justru membebaskannya. Night Fury langsung terbang menjauh, tetapi terjatuh ke dalam sebuah ceruk. Tampaknya, tembakan Hiccup telah memotong sebagian sirip ekor Night Fury sehingga Naga itu tidak dapat terbang lagi. Di desa, Stoick memutuskan untuk melakukan ekspedisi memburu Naga. Ia meminta Gobber untuk mengawasi Hiccup selagi ia melakukan ekspedisi. Stoick menyetujui usulan Gobber untuk mendaftarkan Hiccup dalam pelatihan melawan Naga bersamanya. Sebelum pergi, Stoick menegaskan kepada Hiccup agar ia belajar dengan sungguh-sungguh untuk berhasil mengalahkan Naga. Dalam pelatihan, Hiccup bergabung dengan lima orang anak lainnya yakni Astrid, seorang gadis cantik yang perkasa, si kembar Tuffnut dan Ruffnut yang senantiasa berkelahi, si gemuk Fishlegs yang paling tahu tentang Naga, dan si kekar Snotlout yang suka membual. Di antara teman-temannya, Hiccup adalah yang paling lemah. Gobber mengajarkan mereka dasar-dasar tentang Naga dan bagaimana caranya mengalahkan mereka. Semua murid sangat antusias mempelajari secara langsung caranya melawan Naga—kecuali Hiccup. Ia senantiasa menyelinap dan mempelajari Night Fury yang berhasil ia tangkap. Hiccup mendatangi Naga tangkapannya, memberinya makan, dan menamainya Toothless. Hiccup berencana membuatkan sirip palsu agar Toothless dapat terbang kembali. Semakin banyak waktu yang Hiccup habiskan bersama Toothless, semakin banyak pengetahuan tentang Naga yang ia pelajari; terutama kenyataan bahwa Naga sebenarnya dapat dijinakkan. Dengan mengamati perilaku Toothless, Hiccup berhasil mengetahui titik-titik kelemahan Naga sehingga ia dapat “mengalahkan” semua Naga yang dikurung di Berk tanpa menggunakan kekerasan melainkan dengan kecerdasan.

©2010/DreamWorks/How to Train Your Dragon/All Rights Reserved.

Kemampuan Hiccup “melawan” para Naga membuatnya menjadi anak yang populer. Teman-temannya yang dulu menjauhinya kini ingin berteman dengan Hiccup. Satu-satunya teman yang tidak suka akan popularitas Hiccup adalah Astrid, yang tidak suka popularitasnya dikalahkan oleh Hiccup. Astrid curiga bahwa Hiccup menyembunyikan sesuatu dan membuntutinya. Akhirnya, Astrid tahu bahwa Hiccup menyembunyikan seekor Night Fury. Sebelum Astrid sempat memberitahu warga desa, Hiccup buru-buru menyambar Astrid dan membawanya terbang di atas punggung Toothless. Ia menjelaskan bahwa Naga dapat dijadikan teman—seperti Hiccup berteman dengan Toothless. Ia telah berhasil membuat sirip palsu yang dapat ia kendalikan sebagai penunggang Naga. Astrid pun mengerti bahwa Naga dapat dijadikan teman. Tanpa sengaja, Hiccup dan Astrid berada di tengah-tengah kawanan Naga yang terbang menuju Pulau Naga—pulau yang selama ini dicari-cari oleh Stoick—dan mereka mengetahui bahwa pulau itu dihuni oleh sesosok monster yang sangat mengerikan bernama Red Death. Hiccup berencana untuk mencoba mengubah pikiran ayahnya tentang Naga agar mereka tidak perlu lagi bertarung dengan Naga dan tidak perlu mencari Pulau Naga yang berbahaya. Sanggupkah Hiccup meyakinkan ayahnya? Apakah orang-orang Viking sanggup melawan monster mengerikan yang merupakan Raja para Naga?

©2010/DreamWorks/How to Train Your Dragon/All Rights Reserved.

01 Story Logic

How to Train Your Dragon merupakan sebuah film animasi yang artinya, film ini memiliki keleluasaan yang lebih ketimbang film live action dalam menampilkan narasi dan karakternya. Berbagai ekspresi konyol atau tidak masuk akal dalam film ini seperti misalnya Fishlegs tidak terluka setelah tertindih Naga, Hiccup tidak terluka setelah terkena hempasan api Naga [Hiccup menunggang Tootless yang menyemburkan api di udara], atau sikap tidak serius Tuffnut dan Ruffnut ketika menghadapi Raja Naga, kesemuanya masih dapat dimaklumi dalam dunia animasi. Film ini merupakan sebuah Fantasi, yang artinya How to Train Your Dragon harus menentukan aturan-aturan sendiri untuk membuat narasinya menjadi logis. Film ini telah menyajikan aturan Fantasi yang sederhana yakni bangsa Viking hidup di dunia yang juga dihuni oleh para Naga. Penyajian aturan ini tidak ditampilkan di awal film, tetapi dalam keseluruhan film. Film ini tidak mencertakan sebuah dunia Fantasi yang sudah terbentuk, tetapi bagaimana aturan-aturan dalam dunia Fantasi itu terbentuk—para Naga, meskipun berbahaya, dapat dijinakkan; lantas bagaimana (how) cara menjinakkan (to train) para Naga? Keseluruhan film ini adalah jawabannya. Apa saja kemapuan dan batasan seekor Naga akan diungkap secara bertahap selama film berlangsung. Selain sudah logis sesuai genre Fantasi, film ini juga sudah logis sesuai genre Petualangan. Berbagai Aksi yang ditampilkan merupakan bagian dari Petualangan Hiccup dalam mengungkapkan aturan-aturan dunia Fantasi film ini dan sebuah Petualangan besar telah dilaksanakan oleh Hiccup dan teman-temannya. Petualangan ini pada akhirnya berdampak besar pada jalannya cerita karena mengubah hampir seluruh persepsi aturan Fantasi yang diperkenalkan di awal film menjadi sebuah standar/aturan yang baru—bahwa Naga bisa dilatih dan dijadikan teman, tetapi tidak semua jenis Naga.

©2010/DreamWorks/How to Train Your Dragon/All Rights Reserved.

02 Story Consistency

Alur cerita film ini sudah konsisten. How to Train Your Dragon fokus menceritakan bagaimana persepsi orang-orang Viking terhadap Naga berubah melalui pengalaman-pengalaman karakter utama Hiccup. Setiap poin cerita yang disajikan adalah pengalaman-pengalaman Hiccup yang memiliki dampak langsung pada proses jalannya cerita dan membentuk puncak serta bagian akhir dari film ini. Tidak ada percabangan cerita yang mengalihakan fokus narasi dari Hiccup dan/atau proses orang-orang Viking belajar untuk memahami para Naga.

03 Casting Choice and Acting

Para pengisi suara dalam film ini telah berhasil menghidupkan karakter mereka masing-masing. How to Train Your Dragon memang dimulai dengan konsep yang dilengkapi dengan berbagai ilustrasi desain karakter. Namun, proses rekaman suara dilakukan sebelum animasinya diselesaikan. Dengan demikian, desain karakter dapat disesuaikan dengan ciri fisik pengisi suaranya sehingga karakter mereka terdengar lebih hidup atau natural karena memang ada ciri-ciri nyata pengisi suaranya yang diimplementasikan dalam desain dan gerakan karakter dalam film ini.

©2010/DreamWorks/How to Train Your Dragon/All Rights Reserved.

04 Music Match

Pemilihan musik dalam film ini sudah baik karena tidak ada musik yang terdengar out-of-sync (tidak pas) dengan nuansa adegan-adegan di dalam filmnya. Pengaruh gaya artistik musik Skotlandia juga mendukung nuansa cerita yang berlatar pada dunia para Viking. Musik dalam film ini pun dinominasikan dalam Best Original Score Academy Awards yang memberikan anugerah bagi musik dan implementasi musik terbaik dalam film.

Review scores for How to Train Your Dragon Soundtrack (2010)

Source

Rating

AllMusic

4.5/5

Film Music Magazine

A

Film Score Click Track

5/5

Filmtracks

5/5

MovieCues

Favorable

Movie Music UK

5/5

Tracksounds

10/10


©2010/DreamWorks/How to Train Your Dragon/All Rights Reserved.

05 Cinematography Match

How to Train Your Dragon memiliki sinematografi yang baik. Ketika Toothless terbang membawa Hiccup dan Astrid, misalnya, film ini menampilkan pemandangan angkasa dengan komposisi yang indah (langit cerah berawan menjelang sore hari). Pemandangan angkasa yang indah tersebut ditampilkan bukan semata-mata karena pemandangannya indah, tetapi membantu menjelaskan bagaimana perasaan takjub karakternya yang baru pertama kali merasakan sensasi terbang. Dalam pertempuran melawan Raja Naga, sinematografi adegan tersebut juga sudah baik karena berhasil mendukung jalannya cerita dalam mempertegas seberapa berbahayanya Raja Naga dari ukurannya dibandingkan dengan orang-orang Viking dan dari kemampuannya bertarung. Dalam adegan puncak, sinematografi pertarungan Toothless dengan Raja Naga telah berhasil memperlihatkan kekuatan Toothless yang sebenarnya dan mengapa Night Fury adalah Naga yang sangat ditakuti. Adegan pertempuran yang dahsyat di angkasa kemudian dikontraskan dengan ketakjuban orang-orang Viking yang menyaksikannya dari darat—fokus frame ada pada Stoick yang memperlihatkan ekspresi takjub sekaligus ngerinya. Ekspresi tersebut menunjukkan pada penonton bahwa semua pengetahuan Stoick tentang Naga dan anaknya terbukti salah dan sifatnya akan mengalami perubahan pada akhir cerita—semua informasi ini disampaikan hanya dengan mengandalkan sinematografi tanpa dialog, menunjukkan contoh implementasi sinematografi yang efektif dan efisien dalam menyampaikan cerita.

©2010/DreamWorks/How to Train Your Dragon/All Rights Reserved.

06 Character Design

Desain karakter dalam film ini sudah baik karena membentuk satu bahasa desain yang sama. Masing-masing karakter didesain dengan gaya serupa sehingga terlihat berasal dari universe yang sama.

07 Background/Set Match

Desain latar belakang dalam How to Train Your dragon sudah baik. Latar belakang film ini menyatu dengan desain karakternya secara baik sehingga tidak terlihat perbedaan desain seperti dua gaya/style lukisan berbeda yang dicampuradukkan. Desain latar belakang film ini juga telah berhasil mendukung sinematografinya.

©2010/DreamWorks/How to Train Your Dragon/All Rights Reserved.

08 Special and/or Practical Effects

Film ini diproduksi oleh studio DreamWorks yang telah dikenal memiliki kualitas teknologi animasi yang setara dengan PIXAR. Efek komputer dalam film ini mulai dari gerakan karakter, pencahayaan, detil latar belakang, hingga efek-efek khusus seperti api dan ledakan sudah dibuat dengan baik sesuai dengan teknologi yang memungkinkan pada tahun 2010.

09 Audience Approval

How to Train Your Dragon mendapatkan tanggapan yang positif dari penonton. Film ini diangkat dari buku anak-anak populer berjudul sama karangan Cressida Cowell. Dalam seri film populer yang diangkat dari buku seperti The Lord of the Rings, Harry Potter, dan Narnia, penonton dan kritikus sering memberikan respons negatif apabila ada adegan yang tidak sesuai dengan bukunya. Kesesuaian semacam ini benar-benar dijunjung tinggi sehingga film-film lain seperti The Golden Compass dan Eragon menerima tanggapan yang sangat negatif karena ceritanya berbeda dari novelnya. How to Train Your Dragon menjadi bukti nyata bahwa media film pada dasarnya berbeda dari buku dan perbedaan dari buku dengan film tidak bisa dijadikan alasan utama memberikan tanggapan negatif untuk sebuah film. Sebuah film haruslah dinilai sebagai sebuah karya yang mandiri, terlepas dari buku sumbernya. Narasi dalam film How to Train Your Dragon sama sekali berbeda dengan novelnya—bahkan saking berbedanya, mustahil melanjutkan sekuel dari novelnya dan harus menciptakan sekuel sendiri. Namun, perbedaan ini tidak dipermasalahkan karena filmnya dinilai memiliki kualitas yang bagus. Apabila sebuah film memiliki kualitas yang bagus, terlepas dari seberapa berbedanya film itu dengan novelnya, seharusnya tidak dijadikan masalah. Karena fenomena keberhasilan How to Train Your Dragon tetap sukses memberikan sajian film yang berkualitas meskipun “membuang novelnya ke tempat sampah” karena saking berbedanya, Skywalker menyebut kejadian semacam ini sebagai The HTTYD (How to Train Your Dragon) Principle yang penting untuk dipertimbangkan dalam menilai sebuah film: Sebuah film tidak dapat dikatakan buruk hanya karena berbeda dari bukunya apabila film itu sendiri memiliki kualitas yang baik sebagai sebuah film yang mandiri.

8.1/10  IMDb

99%    Rotten Tomatoes

75%    Metacritic

91%    liked this film Google users

©2010/DreamWorks/How to Train Your Dragon/All Rights Reserved.

10 Intentional Match

Novel How to Train Your Dragon karangan Cressida Cowell memiliki alur cerita yang lebih “manis/sweet” dan penuh dengan kekonyolan. Jelas sekali bahwa novel tersebut ditujukan bagi pembaca kalangan anak-anak. Awalnya, adaptasi filmnya akan mengikuti narasi yang disajikan dalam bukunya. Namun, sutradara film ini dengan sengaja ingin menyajikan cerita yang benar-benar berbeda dari novelnya. Film ini dimaksudkan untuk menyajikan sebuah versi dengan cerita yang lebih dewasa, lebih serius, lebih gelap, dan lebih mendekati gaya artistik film live-action. Umumnya, sebuah film yang tidak sesuai dengan bukunya akan mendapat kritik negatif dari berbagai kalangan. Namun How to Train Your Dragon telah dibuat dengan baik sehingga penonton dapat mengapresiasi filmnya meskipun sama sekali berbeda dari bukunya. Fenomena ini menunjukkan bahwa film dan buku pada dasarnya adalah dua hal yang berbeda—maka jika film itu dibuat dengan baik, meskipun tidak sesuai dengan bukunya, seharusnya tetap dapat diapresiasi sebagai sebuah film yang baik. Keberhasilan How to Train Your Dragon memberikan pengertian baru bagi proses pembuatan film yang bersumber dari buku: Tujuan utama membuat sebuah film adalah membuat sebuah Film yang baik, bukan sebuah Adaptasi yang baik (walaupun akan lebih baik jika kedua-duanya berhasil dicapai)—fenomena ini yang mendasari istilah The HTTYD Principle yang Skywalker ciptakan.

©2010/DreamWorks/How to Train Your Dragon/All Rights Reserved.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

01 Skywalker’s Schemata

How to Train Your Dragon, menurut saya, adalah sebuah animasi yang spektakuler. Dari sajian visualnya saja, terlihat jelas seberapa baik animator DreamWorks menyelesaikan animasi film ini. Adegan-adegan aksi yang ditampilan pun luar biasa dan film ini memiliki adegan pertarungan puncak yang sangat spektakuler. Kemunculan film ini, pada masanya dahulu, merupakan sebuah angin segar dari DreamWorks yang seperti kehabisan napas melawan PIXAR dan hanya mengandalkan Shrek yang dibuat terus sekuelnya. Film ini menyajikan racikan yang pas teknik animasi yang memukau dengan narasi yang lebih dewasa tetapi lebih sesuai untuk segala usia dibandingkan dengan Shrek atau Megamind. How to Train Your Dragon adalah sebuah keberhasilan yang gagal dicapai oleh Brave dari PIXAR dalam segi kualitas. Karena saya merasa filmnya luar biasa, saya menyisihkan uang dan waktu untuk membeli dan membaca novelnya. Saya berpikir, “Novelnya pasti sangat luar biasa dan menyimpan lebih banyak rahasia jika filmnya saja sebagus itu.” Betapa terkejutnya saya ketika membaca novelnya dan mengetahui bahwa film How to Train Your Dragon sama sekali tidak seperti novelnya. Novel itu seolah hanya diambil bungkusnya saja lalu seluruh isinya dibuang ke dalam tempat sampah selagi DreamWorks membuat cerita yang sama sekali berbeda.

©2010/DreamWorks/How to Train Your Dragon/All Rights Reserved.

Biasanya, kondisi semacam ini akan membuat saya dan banyak orang lainnya geram. Sedikit saja perbedaan antara film dan buku The Fellowship of the Ring sudah mampu membangkitkan emosi banyak kalangan penggemar novelnya. Namun hal semacam ini sama sekali tidak saya rasakan ketika disuguhi How to Train Your Dragon. Buku dan filmnya memang memiliki judul yang sama, tetapi isinya benar-benar berbeda. Meskipun filmnya mengabaikan novelnya nyaris sepenuhnya, toh filmnya memiliki kualitas yang sangat bagus sehingga saya merasa tidak perlu mengkritik kesesuaian film ini dengan bukunya. Untuk bukunya sendiri, saya merasa bukunya bagus dan sangat lucu—berbeda sekali dengan filmnya yang lebih serius. Pada akhirnya, saya melihat buku dan film How to train Your Dragon sebagai dua entitas yang berbeda. Dan, akhirnya, saya menyadari bahwa film dan buku memang seharusnya dipisahkan. Sebuah buku memberikan narasi yang baik untuk difilmkan, tetapi jika film itu memiliki cara baru yang sama-sama atau bahkan lebih baik dalam menyampaikan sebuah cerita, maka kesesuaiannya dengan buku menjadi tidak relevan. Saya mngkritik negatif adaptasi Death in Venice yang tidak sesuai dengan bukunya bukan karena filmnya berbeda dari bukunya, tetapi karena cara penyajian cerita di dalam bukunya sudah lebih baik dan logis ketimbang filmnya. Apabila film tersebut menemukan cara baru yang lebih baik dalam menyampaikan narasi, maka perbedaan dengan bukunya akan menjadi sebuah poin penilaian yang tidak relevan. Saya pun menggunakan fenomena perbedaan buku dan film How to Train Your Dragon ini sebagai salah satu acuan dalam menilai sebuah film agar lebih objektif dengan memisahkan buku dengan filmnya—sesuatu yang saya sebut dengan istilah The HTTYD Principle, karena pemikiran tersebut secara langsung terinspirasi oleh fenomena How to Train Your Dragon. It is one of the most spectacular animated films I have ever seen throughout my life—and I state this as a fan of its book.

©2010/DreamWorks/How to Train Your Dragon/All Rights Reserved.

02 Awards

Data IMDb menunjukkan bahwa How to Train Your Dragon memenangkan 25 penghargaan dari 63 nominasi. Film ini dinominasikan sebagai animasi terbaik piala Oscar (namun dikalahkan oleh Toy Story 3) dan memenangkan penghargaan untuk kategori yang sama dalam Annie Awards. Hal ini membuktikan bahwa How to Train Your Dragon mendapatkan recognition yang sangat baik dari kalangan pihak penyelenggara penghargaan.

03 Financial

Film animasi ini dibuat dengan dana sebesar $165 juta dan berhasil menjual tiket sebesar $494 juta. Penjualan DVD serta Blu-ray film ini juga sangat menguntungkan. Tercatat DVD How to Train Your Dragon sudah berhasil menghasilkan keuntungan tambahan sebesar $148 juta di Amerika saja.

How to Train Your Dragon (2010) Theatrical Performance

Domestic Box Office

$217,581,232

Details

International Box Office

$277,289,760

Details

Worldwide Box Office

$494,870,992

Home Market Performance

Est. Domestic DVD Sales

$148,865,734

Details

Est. Domestic Blu-ray Sales

$52,821,128

Details

Total Est. Domestic Video Sales

$201,686,862

Further financial details...

©2010/DreamWorks/How to Train Your Dragon/All Rights Reserved.

04 Critics

Sebagian besar kalangan kritikus memberikan tanggapan yang positif untuk film ini.

05 Longevity

How to Train Your Dragon masih tetap populer dan relevan bahkan setelah berusia lebih dari 10 tahun. Penonton generasi baru memberikan tanggapan yang tetap positif seperti ketika filmnya pertama kali dirilis.

Final Score

Skor Asli                     : 10

Skor Tambahan           : -

Skor Akhir                  : 10/10

***

Spesifikasi Optical Disc

[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]

Judul               : How to Train Your Dragon

Rilis                 : Oktober 2010

Format             : DVD-9 [|||]

Kode Warna    : 3/NTSC

Fitur                : Behind the scenes, DreamWorks Animation Jukebox

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

Keterangan Support:

[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]

[Support VCD, DVD, Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]

[Support Semua Termasuk 4K]

STREAMING

Amazon VOD:

Amazon

iTunes:

iTunesiTunesiTunes

Google Play:

Google PlayGoogle Play

Vudu:

VuduVudu

***

Spesifikasi Buku

Judul               : How to Train Your Dragon (Bagaimana Cara Melatih Nagamu)

Penulis             : Cressida Cowell

Terbit               : Maret 2010

Halaman          : 254

Penerbit           : Mizan Fantasi

***

Istilah The HTTYD [How to Train Your Dragon] Principle muncul dari dan pertama kali digunakan oleh Nabil Bakri pada 8 Agustus 2021 selama berproses menuliskan ulasan ini.

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

Edisi Review Singkat+PLUS

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda Review Singkat+PLUS di bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.

©2010/DreamWorks/How to Train Your Dragon/All Rights Reserved.

Skywalker Hunter adalah alias dari Nabil Bakri

Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers

©2010/DreamWorks/How to Train Your Dragon/All Rights Reserved.