Review Animasi Hercules (1997) Perjalanan Panjang Sang Putera Zeus

 

Review Disney Hercules (1997) Perjalanan Panjang Sang Putera Zeus

Oleh Skywalker HunterNabil Bakri

Edisi Review Singkat+PLUS

Periksa index

“Long ago, in the far away land of ancient Greece, there was a golden age of powerful gods and extrodinay heroes. And the greatest and strongest of all these heroes... was the mighty Hercules. But what is the measure of a true hero?”—Narrator

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

images©1997/Disney/Hercules/All Rights Reserved.

Genre             : Komedi Fantasi—Petualangan—Musikal [Animasi Tradisional/Hand-drawn Animation]

Rilis                 :

Domestic Releases:

June 13th, 1997 (Wide) by Walt Disney

Video Release:

February 3rd, 1998 by Walt Disney Home Entertainment

MPAA Rating:

G

Durasi             : 93 menit

Sutradara       : Ron Clements, John Musker

Pemeran         : Tate Donovan, Danny DeVito, James Woods, Susan Egan, Rip Torn, Charlton Heston, Keith David, Jim Cummings

Episode           : -

Sinopsis

Dewa Zeus dan Dewi Hera memiliki seorang putera yang diberi nama Hercules. Putera itu memiliki kekuatan yang luar biasa seperti ayahnya. Dewa-dewa Olympus semua bersuka cita dan memberi selamat kepada Zeus dan Hera. Zeus sendiri memberikan seekor bayi Pegasus untuk Hercules. Satu-satunya dewa yang tidak gembira adalah Hades, penguasa alam baka. Hades memiliki ambisi untuk mengalahkan Zeus dan mengambil alih Olympus. Untuk mencapai tujuannya, Hades berkonsultasi kepada The Fates [Grey Sisters—makhluk mitologi berupa tiga saudari bermata satu] yang mengetahui semua tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan. Mereka adalah makhluk yang menentukan kematian seseorang. Menurut The Fates, Hades dapat mengambil alih Olympus dengan membangkitkan para Titan yang dahulu berhasil dikalahkan dan dipenjarakan oleh Zeus. Jika Hades membebaskan para Titan, dia dapat memerintah mereka untuk menyerang Olympus. Namun, rencana Hades akan hancur berantakan apabila dewa Hercules, putera Zeus, berusaha menghalanginya. Maka, Hades memerintahkan dua anak buahnya yang bernama Pain dan Panic untuk membunuh Hercules ketika masih bayi. Karena Hercules adalah dewa, ia tidak dapat dibunuh kecuali lebih dulu dijadikan manusia biasa. Untuk itu, Hades memerintahkan Pain dan Panic untuk meminumkan sebotol ramuan kepada Hercules agar bayi itu benar-benar menjadi manusia biasa dan dapat dengan mudah dibunuh.

Setelah menculik Hercules, Pain dan Panic meminumkan sebotol ramuan Hades kepadanya. Namun, mereka dikejutkan oleh kemunculan sepasang suami istri bernama Amphitryon dan Alcmene. Akibatnya, tersisa satu tetes ramuan Hades yang tidak diminum oleh Hercules. Pada akhirnya Hercules menjadi manusia biasa, tetapi karena ia tidak meminum ramuannya sampai habis, Hercules masih memiliki kekuatan fisik seperti dewa. Karena sudah lama ingin mempunyai anak, Amphitryon dan Alcmene mengadopsi Hercules sebagai putera mereka. Panic dan Pain mencoba untuk membunuh Hercules tetapi mereka gagal karena Hercules masih sekuat dewa. Karena takut dihukum oleh Hades, mereka berdua tidak melaporkan kejadian yang sebenarnya kepada sang penguasa alam baka. Zeus merasa marah sekaligus sedih ketika mengetahu bahwa puteranya telah diculik dan kini menjadi manusia “biasa”. Satu-satunya hal yang bisa dilakukan oleh Zeus adalah senantiasa mengawasi Hercules. Bayi dewa itu tumbuh sebagai remaja yang bermasalah karena ia dijauhi oleh semua orang. Kekuatan Hercules yang luar biasa justru sering merepotkan orang lain meskipun Hercules memiliki niat yang baik. Niat baiknya membantu anak-anak bermain bola justru meruntuhkan bangunan di alun-alun kota dan niat baiknya membantu penjual kerajinan gerabah justru menghancurkan seluruh hasil kerajinan. Hercules merasa putus asa dan heran mengapa dirinya “berbeda”. Saat itulah kedua orangtuanya menyampaikan kebenaran bahwa Hercules sebenarnya bukan putera mereka melainkan putera Zeus, sang Dewa Petir. Setelah mengetahui hal itu, Hercules bergegas mendatangi kuil Zeus untuk meminta bimbingan.

Zeus menjelaskan kepada Hercules bahwa dirinya bisa kembali tinggal di Olympus jika sudah berhasil kembali menjadi dewa. Untuk menjadi Dewa, Hercules harus membuktikan dirinya sebagai seorang pahlawan yang sejati. Agar bisa menjadi pahlawan, Zeus meminta Hercules untuk mencari satyr bernama Philoctetes dan meminta bantuan dari satyr itu untuk mendidik Hercules menjadi pahlawan. Zeus juga memberikan kembali Pegasus peliharaan Hercules untuk mendampinginya melakukan perjalanan panjang. Pada mulanya, Philoctetes alias Phil menolak untuk mendidik Hercules karena selalu dikecewakan oleh murid-muridnya dan ia tidak percaya kalau Hercules adalah putera Zeus. Namun ia akhirnya setuju menjadi guru Hercules setelah Zeus “memaksanya” dengan melempar Phil mengunakan petir—bukti bahwa Hercules benar-benar putera Zeus. Akhirnya dimulailah sesi latihan panjang agar Hercules dapat menjadi pahlawan sejati. Setelah melalui semua tahap pelatihan, Philoctetes mengantar Hercules pergi ke kota untuk menawarkan bantuan kepada orang-orang yang kesulitan. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Megara yang ditawan oleh centaur jahat bernama Nessus. Hercules akhirnya berhasil mengalahkan Nessus dan menyelamatkan Megara—dan jatuh cinta kepada gadis itu. Phil mengingatkan kembali apa misi Hercules yang sebenarnya dan mereka pun melanjutkan perjalanan. Tanpa diketahui oleh Hercules maupun Phil, Megara sebenarnya adalah anak buah Hades yang diperintahkan untuk mencari koalisi sebanyak-banyaknya. Ketika bertemu dengan Hercules, Megara sebenarnya sedang membujuk Nessus untuk bergabung dengan Hades melawan Zeus. Ketika Hades mempertanyakan kegagalan Megara, gadis itu menceritakan tentang seorang pemuda bernama Hercules yang menyelamatkannya. Hades pun terkejut karena selama ini ia mengira Hercules telah meninggal di tangan dua anak buahnya. Kabar itu membuat Hades sangat murka dan mulai menyusun rencana untuk menghabisi nyawa Hercules. Sanggupkah Hercules menyelesaikan semua rintangan yang dipersiapkan oleh Hades? Akankah para Titan bebas dan menghancurkan Olympus? Apakah Megara akan tetap setia kepada Hades?

Fabulous party. You know, I haven't seen this much love in a room since Narcissus discovered himself.”—Hermes

01 Story Logic

Konsep dan cerita Hercules sudah logis sesuai dengan genrenya. Meskipun Hercules merupakan sebuah film Fantasi, tetapi Fantasi di sini didampingi oleh genre Komedi yang memungkinkan keseriusan dunia Fantasinya untuk diturunkan sehingga berbagai atribut Fantasi dapat dipermainkan untuk menyajikan lelucon yang ekspresif. Kisah-kisah Fantasi memiliki pola nuansa yang pada dasarnya serius seperti dalam The Lord of the Rings, Harry Potter, dan Eragon. Namun, ketiga contoh populer itu merupakan film Fantasi murni yang serius, bukan film Komedi Fantasi. Kisah Hercules diangkat dari mitologi Yunani yakni keberadaan para Titan dan dewa-dewa Olympus. Maka, aturan-aturan dunia Fantasinya mengikuti aturan yang sudah diberikan oleh mitologinya. Namun proses pemindahan narasi dari media apapun ke film memberikan kebebasan artistik kepada penciptanya selama kebebasan tersebut diimplementasikan dengan baik dan bijaksana. Karena Hercules merupakan sebuah animasi yang dtujukan untuk keluarga, maka dapat dimaklumi ketika Disney memangkas mitologi yang kompleks menjadi teramat sederhana. Film ini tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi sebuah reka ulang cerita mitologi yang akurat. Apalagi, posisi film ini yang merupakan sebuah Komedi memberikan keleluasaan untuk mengubah realita atau konvensi agar dapat menyajikan lelucon atas konvensi yang sudah ada.

Di dalam mitologi, ibu Hercules bukanlah Hera dan Zeus bukanlah sosok ayah berbakti seperti Geppetto. Namun jika kesesuaian dengan mitologi semacam itu dipaksakan, genre film ini akan berubah dan bukan lagi sebuah Komedi Fantasi untuk keluarga. Maka, ubahan-ubahan semacam ini di dalam keseluruhan film Hercules tidak perlu dipermasalahkan karena memang film ini mengikuti pola untuk menyederhanakan cerita secara ekstrem agar dapat menyajikan cerita dan lelucon yang mudah dipahami dan efektif. Selain merupakan sebuah Komedi Fantasi, Hercules juga merupakan sebuah film Petualangan. Itu artinya, karakter utama haruslah melakukan sebuah Petualangan yang berarti [meaningful] sehingga Petualangannya benar-benar berpengaruh pada sifat karakter utama. Dalam Hercules, tokoh utama sudah diperlihatkan melakukan Petualangan untuk kembali menjadi dewa Olympus. Sama halnya dengan genre Fantasi, contoh ideal sebuah film Petualangan juga umumnya memiliki nuansa yang serius (Indiana Jones). Namun sama halnya dengan pembahasan mengenai Fantasi dalam Hercules, Petualangan dalam film ini juga tidak harus terlalu serius karena Hercules dinaungi oleh genre Komedi; terlebih lagi, Hercules merupakan sebuah film Musikal yang pada dasarnya tidak logis [tentu saja tidak masuk akal jika orang tiba-tiba bernyanyi di tengah jalan]. Sekali lagi, sajian Fantasi dan petualangan yang sangat ringan dan berbeda dengan standarnya yang ideal dalam film ini masih dapat dimaklumi dan dianggap logis karena Hercules juga dinaungi oleh pola genre Komedi dan Musikal. Fakta bahwa Hercules merupakan sebuah Animasi membuat logika ceritanya lebih masuk akal lagi karena pada dasarnya Animasi memang memiliki privilege untuk menampilkan karakter atau kejadian yang jauh lebih ekspresif dan tidak rasional dibandingkan film live action.

02 Story Consistency

Meskipun konsep film ini sudah logis sesuai dengan genrenya, alur cerita Hercules tidak konsisten. Bahkan, animasi “murah” Hercules produksi Jetlag/Goodtimes memiliki alur cerita yang lebih konsisten dibandingkan dengan versi Disney. Tidak jelas apakah Hercules bercerita tentang upaya Hercules kembali menjadi dewa, dinamika kehidupan keluarga Hercules dengan manusia dan para dewa, hubungan asmara Hercules dengan Megara, kisah mitologi secara umum mengenai perseteruan antara Titan, Zeus da Hades, atau sesuatu  yang lain. Film ini mencampurkan semua fokus penting tanpa mengeksplorasi satu poin yang paling penting. Dengan demikian, fokus-fokus cerita itu menjadi kurang dieksplorasi. Dalam versi “murah” Jetlag, ceritanya fokus pada bagaimana Hercules menyelesaikan 12 perintah Eurystehus. Maka, detil lainnya seperti hubungan Hercules dengan Zeus dan hubungan Hercules dengan Megara memang tidak dieksplorasi. Tidak diperlihatkan bagaimana Hercules jatuh cinta pada Megara karena memang bukan itu fokus utama ceritanya. Cukup sulit menentukan fokus utama yang paling utama dalam Hercules karena memang ada terlalu banyak fokus. Bahkan, karakter lain seperti Hades, Megara, dan Philoctetes seringkali mengambil alih pusat perhatian—terutama Hades. Tidak mengherankan jika seumpamanya film Hercules diganti judulnya menjadi The Story of Hades or How I Failed to Conquer Olympus. Jika kita mengamati pola film-film Disney, para villain Disney memang sangatlah menonjol. Di tahun 1986 aktor Vincent Price mengisi suara villain Professor Ratigan dalam film The Great Mouse Detective dan menceritakan betapa seringkali kisah para villain jauh lebih menarik daripada kisah tokoh utama. Namun, bukan berarti villain mengambil alih pusat perhatian sepenuhnya.

Apabila film ini bercerita tentang mitologi secara umum, kisah mengenai Titan dan pertempuran mereka dengan para dewa Olympus seharusnya lebih dieksplorasi—hingga menceritakan motivasi Hades membebaskan para Titan untuk menguasai Olympus. Dalam film Clash of the Titans, terlihat sekali bahwa Hades tidak menyukai Zeus karena sudah dijelaskan bahwa Zeus berbuat “curang” kepada Hades sehingga hubungan keduanya sama sekali tidak akur. Dalam film Disney, Zeus tidak terlihat memiliki masalah dengan Hades dan Hades pun tidak terlihat terlalu mempermasalahkan posisinya sebagai penguasa alam baka. Ia masih tetap diundang ke perayaan kelahiran Hercules—sebuah kehormatan yang bahkan tidak diterima oleh Maleficent yang tidak diundang ke perayaan kelahiran puteri Aurora dalam Sleeping Beauty. Apabila film Disney ini ingin bercerita tentang perjalanan Hercules menjadi seorang pahlawan sejati, maka seharusnya masing-masing petualangan Hercules benar-benar dieksplorasi sehingga penonton mengetahui seberapa besar tantangan dari masing-masing petualangan. Namun film ini justru menampilkan petualangan Hercules sebatas montage [rangkaian kilasan ekstra pendek] dalam sebuah lagu Zero to Hero. Dalam versi “murah” Jetlag, terlihat sekali bahwa fokus utamanya adalah 12 tugas Eurystehus dan apa yang ingin dicapai oleh Hercules dengan menyelesaikan keduabelas tugas itu. Maka, tugas-tugas yang memiliki kompleksitas melebihi tugas lainnya akan dieksplorasi lebih mendalam [meskipun tidak bisa dikatakan benar-benar mendalam juga karena terbatas durasi sekitar 40 menit saja].

Dalam film-film Disney pada umumnya, eksplorasi kisah cinta akan disinggung sejak awal filmnya dimulai—jika aspek kisah cinta itu adalah aspek yang sangat penting. Snow White sudah bertemu pangeran di awal cerita, Aurora sudah bertemu dengan Philip bahkan ketika masih bayi, Tiana dalam film The Princess and the Frog bertemu dengan Naveen sebelum mereka berdua bertualang, begitu juga Rapunzel dan Flynn dalam film Tangled. Pasangan-pasangan yang sudah disebutkan telah bertemu sejak awal atau sebelum sebuah petualangan karena kisah cinta mereka teramat penting untuk jalannya cerita. Apabila hal semacam itu tidak ditemukan, maka umumnya kisah cinta karakter Disney tidak menjadi fokus cerita yang teramat penting dalam keseluruhan filmnya. Sebagai contoh adalah film Mulan yang bahkan sampai akhir Mulan dan Shang belum resmi menjadi pasangan [baru diresmikan dalam sekuel Mulan II]. Hal serupa terjadi dalam The Fox and the Hound yang mana kisah cinta antara Tod dan Vixey bukanlah fokus dari keseluruhan cerita sehingga dinamika perasaan Vixey tidak perlu dieksplorasi. Bahkan dalam film dengan dialog minimum, Bambi, tokoh utama Bambi dan Faline sudah bertemu sejak kecil. Dinamika cinta antara Hercules dan Megara menjadi salah satu fokus dari film Hercules. Namun karena hanya menjadi “satu dari banyak” fokus cerita, maka dinamika asmara keduanya juga masih kurang dieksplorasi. Padahal, bisa saja ditambahkan sedikit detil latar belakang seperti Megara adalah satu-satunya anak di desa yang tidak menghujat Hercules semasa muda sehingga setelah dewasa Hercules menyimpan rasa cinta kepada Megara. Dengan demikian, proses Hercules jatuh cinta pada Megara tidak terjadi secara tiba-tiba “hanya dari” pandangan pertama.

03 Casting Choice and Acting

Para pengisi suara dalam Hercules telah dipilih dengan baik karena berhasil menghidupkan karakter mereka. Hal ini dapat diamati dengan mendengarkan dialog masing-masing karakter yang secara umum sudah terdengar natural dan tidak kaku.

Yeah, I had a dream. I dreamed I would train the greatest hero there ever was. So great the gods would hang a picture of him in the stars for everyone to see. And everyone would say, "That's Phil's boy." That's right. Ah, but dreams are for rookies, kid. A guy can only take so much disappointment.”—Philoctetes

04 Music Match

Pemilihan musik dan lagu dalam Hercules sudah baik karena menyesuaikan dengan masing-masing nuansa adegan filmnya. Posisi Hercules sebagai sebuah film Musikal mengharuskan film ini untuk menampilkan lagu sebagai bagian dari cerita, bukan hanya sebagai pengiring adegannya. Meskipun alur cerita film ini memiliki masalah konsistensi, lagu-lagu yang ditampilkan sudah berhasil mendukung laju alur ceritanya karena dialog atau bagian-bagian dari cerita Hercules sudah dimasukkan ke dalam lagu sehingga lagu-lagu dalam film ini memiliki kualitas efektivitas narasi yang baik.

05 Cinematography Match

Tidak ada keluhan dalam poin sinematografi. Berbagai adegan Aksi yang mendukung genre Petualangan dan Fantasi dalam film ini telah diperlihatkan dengan baik dan utuh. Adapun kekurangan dalam sinematografi adegan Aksi ada pada adegan montage yang berkaitan dengan kekurangan dalam poin Konsistensi cerita, bukan pada sinematografi itu sendiri karena montage dalam film ini, jika berdiri sendiri, sebetulnya sudah baik karena memiliki konsep yang jelas dan sesuai dengan narasi dari lirik lagunya.

06 Character Design

Desain karakter dalam film ini kurang baik karena tidak memiliki gaya animasi tunggal yang tegas. Maka, terdapat banyak karakter yang tidak cocok berada dalam satu frame dengan karakter lainnya—mereka terlihat dari universe yang berbeda, dari film yang berbeda. Beberapa karakter digambar dengan cukup realistis dan mengimplementasikan gaya artistik seniman Gerald Scarfe. Hercules, misalnya, fisiknya ketika dewasa digambar dengan proporsional dan dengan sentuhan gaya Gerald Scarfe yang tampak jelas dari bentuk dagunya yang melingkar. Desain proporsional ini berbeda dengan desain Hercules remaja yang kurang proporsional dan lebih sejalan dengan desain Megara yang juga kurang proporsional bentuk fisiknya dibandingkan dengan Hercules dewasa. Bukannya menyatukan persepsi dalam hal desain karakter, para animator Disney menggunakan sumber yang lebih arbiter sesuai kebutuhan mereka masing-masing dalam mengerjakan Hercules. Animator Eric Goldberg, misalnya, justru menggunakan karakter Grumpy dari film Snow White and the Seven Dwarfs dan Bacchus yang gila anggur dan perempuan dalam film Fantasia untuk menciptakan desain karakter Philoctetes yang disuarakan oleh aktor Danny DeVito. Dibandingkan dengan Hercules dewasa, Hercules muda, dan Megara, karakter Philoctetes lebih menyerupai karikatur dalam artian desain fisiknya tidak seproporsional karakter lainnya. Sistem Skywalker tidak menilai bagus atau tidaknya gaya luksan sebuah animasi. Namun, sistem ini menggunakan pola yang berulang sebagai acuan. Disney sendiri menyadari bahwa masing-masing seniman memiliki gaya masing-masing yang harus dihargai. Namun ketika bekerja sama membuat sebuah animasi, gaya yang berbeda-beda itu harus disatukan melalui kesepakatan tentang gaya yang bagaimana yang akan dipakai di dalam sebuah film. Proses ini sudah diperlihatkan dengan baik dalam dokumenter singkat Four Artists Pain One Tree dan sistem Skywalker menjadikan film Sleeping Beauty sebagai standar yang ideal mengenai kesesuaian desain karakter untuk membentuk sebuah universe yang konsisten. Beberapa karakter dalam film ini justru terlihat seperti dari universe yang berbeda misalnya anak-anak di kota sewaktu Hercules remaja terlihat seperti karakter dari film animasi Asterix and Obelix vs Caesar.

07 Background/Set Match

Berkaitan dengan poin Desain Karakter, Desain Latar Belakang dalam Hercules juga memiliki masalah karena ketidakjelasan gaya atau bahasa desain yang mengikat keseluruhan aspek artistik visual film ini. Beberapa latar belakang terlihat memiliki detil yang realistis, beberapa lagi terlihat seperti karikatur dan sangat mendekati gaya lukisan Gerald Scarfe yang memang “seharusnya” menjadi acuan atau inspirasi bagi para animator. Segmen-segmen dalam film ini memiliki gaya latar belakang yang konsisten dan serasi [misalnya gaya lukisan dalam vas atau gerabah ketika para Muse bernyanyi menceritakan kisah Hercules], tetapi ketika disatukan terdapat perbedaan gaya latar belakang yang membuat desainnya kurang serasi antar satu latar dengan latar lainnya dan dengan karakternya. Beberapa latar belakang bahkan hanya serasi dengan karakter tertentu dan terlihat seperti berbeda universe ketika karakter lainnya diperlihatkan. Kritikus film James Berardineli memuji Hercules secara keseluruhan, tetapi memberikan keluhan kepada gaya atau desain animasinya sebagai berikut:

[EN] “The most disappointing aspect of Hercules is the amateurish quality of the artwork. The "excuse" for this is that the animators at Disney were trying a new, angular style (one that is attributed to production designer Gerald Scarfe). In fact, this approach makes the film look rushed and, at times, incomplete. It is never a visual marvel—even the computer-generated scenes fail to impress. The sequences intended to offer the biggest spectacle—Olympus and the Underworld—provoke little more than a yawn.” (James Berardinelli, Reelviews™)

[ID] “Aspek yang paling mengecewakan dalam Hercules adalah kualitas seni visualnya yang tampak amatiran. Disney berdalih bahwa mereka tengah mencoba gaya baru dengan garis yang tegas [mengikuti gaya production designer Gerald Scarfe]. Pada kenyataannya, pendekatan baru ini justru membuat filmnya tampak terburu-buru diselesaikan, dan bahkan terkadang terlihat belum selesai. Hercules bukanlah film dengan visual yang memukau—bahkan adegan yang menggunakan CGI tidak terlalu mengesankan. Adegan-adegan yang seharusnya memberikan tontonan paling memukau—Olympus dan Alam Baka—hanya membuat orang menguap saja [biasa saja].” (James Berardinelli[diterjemahkan oleh Nabil bakri], Reelviews™)

08 Special and/or Practical Effects

Secara umum, efek visual dalam film ini sudah baik. Gerakan karakternya sudah halus dan presentasi filmnya pun sudah baik. Ketika film ini baru dirilis, Hercules telah menampilkan adegan-adegan dengan objek yang diciptakan dengan komputer dengan klaim bahwa objek komputer di dalamnya akan terlihat seamless atau menyatu sempurna dengan animasi gambar tangan. Jika dinilai dengan standar animasi 2010 ke atas maka klaim yang dilayangkan oleh sutradara Hercules itu dapat dianggap salah besar karena objek CGI dalam film ini masih terlihat jelas dan “berbeda” dengan objek non-CGI. Bahkan, implementasi CGI dalam The Lion King yang dirilis pada tahun 1994 masih terlihat lebih seamless dibandingkan dengan Hercules. Namun, itu semua merupakan permasalahan dalam hal artistik yang memengaruhi Desain Karakter dan Desain Latar Belakang dalam Hercules, bukan pada masalah efek visualnya. Jika dinilai secara objektif mempetimbangkan tahun pembuatan filmnya, efek visual Hercules dapat dikatakan sudah baik. Adapun permasalahan dari segi visual adalah permaslahan artistik, bukan karena terdapat ketidakmampuan dalam bidang efek visual.

09 Audience Approval

Kalangan penonton secara umum memberikan respons yang positif untuk film ini. Meskipun Hercules mengangkat cerita mitologi kuno, film tersebut sengaja dibuat untuk menyajikan sindiran-sindiran kontemporer 1990-an sehingga penonton di tahun 1997 dapat mengidentifikasi [relate to] realita yang ditampilkan di sepanjang film seperti sindiran terhadap kehidupan artis dan endorsement yang seringkali mengada-ada. Minuman edisi Hercules, misalnya, tidak lebih mengada-ada ketimbang botol shampoo edisi princess Leia yang membuat aktris Carrie Fisher [pemeran Leia] mengeluhkan [untuk humor] bagaimana kepalanya dipenggal dengan cara diputar agar pembeli dapat menuang shampoo dari dalam botol. Berbagai sindiran humor dalam film ini juga terbukti masih dapat dipahami oleh penonton generasi baru karena fenomena serupa masih terjadi lebih dari 10 tahun setelah Hercules dirilis. Misalnya, popularitas band asal Korea Selatan, BTS, membuat McDonalds menawarkan paket BTS Meal yang menjadi sensai di tahun 2021—penulis sendiri terkejut ketika video penulis terkait kopi BTS mendapatkan cukup perhatian di aplikasi TikTok. Hal itu menunjukkan bahwa sindiran dalam Hercules masih tetap relevan bahkan di tahun 2020 ke atas dan poin ini berkaitan erat dengan poin Longevity Hercules sebagai sebuah karya seni.

10 Intentional Match

Hercules telah memenuhi visi dari penciptanya dengan cukup baik. Film ini tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi sebuah film yang akurat atau menyajikan keelokan visual seperti film-film Disney yang djunjung tinggi seperti Snow White and the Seven Dwarfs, Pinocchio, Bambi, dan Sleeping Beauty. Narasi dalam Hercules juga tidak dimaksudkan untuk menjadi seserius Beauty and the Beast dan The Lion King. Tujuan diciptakannya Hercules telah disimpulkan oleh sutradara John Musker yang diwawancarai dalam dokumenter The making of Hercules yang dirilis oleh Disney sebagai berikut:

[EN] “We call this thing sort of an epic comedy, so playing comedy against people’s expectations of Greek mythology which more often kind of stuffy or something academic and we tried to make it very contemporary and accessible.”—John Musker, Director.

[ID] “Kami menganggap film ini [Hercules] sebagai sebuah Epos [Kisah Kepahlawanan] Komedi yang menggunakan Komedi untuk menentang ekspektasi masyarakat terhadap Mitologi Yunani yang biasanya berat atau berkaitan dengan dunia akademik. Kami mencoba membuatnya [mitologi Hercules] menjadi sangat kekinian dan mudah diakses [narasinya].”—John Musker[diterjemahkan oleh Nabil bakri], Sutradara.

Berdasarkan pernyataan sutradara John Musker yang juga didukung oleh sutradara Ron Clements, jelas sekali bahwa Hercules diciptakan sebagai sebuah fiesta atau perayaan terhadap budaya kontemporer dekade 1990-an yang disajikan melalui kisah Hercules atau membuat kisah Hercules yang rumit menjadi sederhana dan dapat dikaitkan dengan realita oleh para penontonnya [making the epic story of Hercules more relatable to contemporary audience]. Cerita yang tidak konsisten dengan dipenuhi sindiran terhadap budaya populer, desain karakter yang tidak konsisten dan mengikuti gaya karikatur, kesemuanya berfungsi baik dalam mengedepankan nuansa Komedi dalam film ini. Pada akhirnya, film ini berhasil menyederhanakan kisah Hercules yang rumit dan banyak mengandung tema dewasa menjadi sebuah film keluarga yang ideal.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

01 Skywalker’s Schemata

Saya tidak begitu menikmati menonton Hercules karena saya pikir ceritanya kurang baik. Dibandingkan dengan film-film Disney era 1990-an sebelumnya, Hercules tergolong lemah [dari segi cerita selemah Pocahontas dan The Hunchback of Notre Dame] dan yang terlihat paling murahan serta tidak dikerjakan dengan serius. Meskipun cerita dalam Pocahontas dan The Hunchback of Notre Dame tidak saya sukai, keduanya memiliki sajian visual yang memukau. Visual dalam Hercules telihat murah dan benar-benar tidak memiliki identitas. Saya pikir sungguh memalukan jika animasi “murah” Hercules produksi studio “kecil” Jetlag/Goodtimes mampu menghasilkan film Hercules berdurasi 40 menit dengan cerita yang lebih konsisten dan jelas. Menurut saya, Hercules terlalu banyak fokus pada unsur Komedi dan ingin memasukkan budaya 1990-an sebanyak-banyaknya. Padahal, kisah Hercules memiliki potensi yang luar biasa dan bisa menjadi sebuah tontonan “epic” yang memukau. Saya sangat kecewa ketika semua tantangan berat Hercules hanya diperlihatkan dalam sebuah Montage musikal. Saya ingin melihat Hercules bergulat dengan singa Nemean seperti Samson bergulat dengan singa di hadapan Delilah. Saya ingin melihat Hercules yang gagah menangkap rusa Ceryneian yang super cepat, membasmi burung-burung Stymphalian, menangkap kuda-kuda karnivora Mares of Diomedes dan lain sebagainya. Saya menginginkan sebuah cerita yang jelas dan spektakuler dari sebuah film Hercules. It is a fun movie, often too childish, nothing special about it, and sadly a waste of opportunity—bahkan keterlibatan aktor legendaris Charlton Heston hanya sebagai cameo di awal film. Sayang sekali.

02 Awards

IMDb melaporkan bahwa Hercules memenangkan 9 penghargaan dan 16 nominasi. Lagu film ini mendapatkan tanggapan yang positif dan banyak dinominasikan—salah satu karakteristik populer dari animasi Disney 1990-an adalah lagu-lagunya yang menjadi sensai industri musik pop. Namun sama halnya dengan penjualan tiket yang mendapatkan persaingan ketat dari film keluarga lainnya, lagu film ini harus bersaing dengan lagu My Heart will Go On dari film Titanic yang memuncaki berbagai tangga penghargaan selama 1997-1998.

03 Financial

Dari dana sebesar $85 juta, Hercules berhasil menjual tiket sebesar $250 juta. Di abad ke-20, angka ini tidaklah sepenuhnya mengecewakan. Berbeda dengan dekade 2010 ke atas yang menghasilkan banyak film berpenghasilan di atas $1 miliar, satu-satunya film di abad ke-20 yang berhasil menjual tiket sebesar $1 miliar adalah Titanic yang dirilis pada tahun yang sama dengan Hercules. Berkaitan dengan tahun perilisannya, presiden perusahaan distribusi film Buena Vista Pictures Distribution [bagian dari Disney, sejak 2007 berganti nama menjadi Walt Disney Studios Motion Pictures] kala itu, Dick Cook, menyatakan bahwa momen perilisah Hercules kurang tepat karena bersaing dengan film keluarga lainnya yakni Men in Black dan Batman & Robin. Disney mengharapkan Hercules untuk setidaknya menjual tiket sebesar $300 juta, tetapi angka itu tidak berhasil dicapai. Beberapa pengamat berpendapat bahwa Hercules terlalu menyederhanakan mitologi aslinya sehingga hanya menarik bagi anak-anak dan kurang menarik bagi orang dewasa dan remaja yang lebih menyukai film dengan alur cerita yang lebih jelas dan lebih kompleks seperti Beauty and the Beast dan The Lion King. Sejak tahun 1991 hingga 1999, Hercules menjadi animasi Disney dengan penghasilan yang paling mengecewakan hingga saham Disney anjlok 9,7%. Penghasilan film ini bahkan lebih rendah dibandingkan dengan Pocahontas [sekitar $346 juta] dan The Hunchback of Notre Dame [sekitar $325 juta].

Hercules (1997) Theatrical Performance

Domestic Box Office

$99,112,101

Details

International Box Office

$151,587,899

Details

Worldwide Box Office

$250,700,000

Further financial details...

Opening Weekend:

$249,567 (0.3% of total gross)

Legs:

4.62 (domestic box office/biggest weekend)

Domestic Share:

39.5% (domestic box office/worldwide)

Production Budget:

$70,000,000 (worldwide box office is 3.6 times production budget)

Theater counts:

1 opening theaters/2,930 max. theaters, 8.8 weeks average run per theater

Infl. Adj. Dom. BO

$197,792,338

04 Critics

Hercules mendapatkan tanggapan yang beragam dari kalangan kritikus profesional yang mengeluhkan narasi dan visualnya, tetapi memuji performa para pengisi suaranya.

05 Longevity

Setelah Hercules berusia lebih dari 10 tahun, tanggapan penonton secara umum masih tetap positif. Posisi film ini sebagai bagian dari jajaran animasi Disney membuat Hercules masih populer dan masih sering diperbincangkan dalam berbagai forum. Salah satu privilege berada dalam jajaran animasi yang melegenda ini adalah adanya upaya perusahaan Disney untuk tetap membuat film-filmnya relevan dengan senantiasa mempromosikan dan merilis ulang filmnya ke dalam berbagai format yang digemari masyarakat. Selain dari segi popularitas, berbagai Komedi bernuansa sindiran dalam Hercules masih tetap relevan karena masih terjadi di era 2010 ke atas dan beberapa justru menjadi semakin besar [misalnya sindiran tentang product placement dan endorsement para artis atau influencer].

Final Score

Skor Asli                     : 8

Skor Tambahan           : -1

Skor Akhir                  : 7/10

***

STREAMING

iTunes:iTunes

Google Play:Google Play

images of animated features produced/distributed by Goodtimes/Jetlag.

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

Edisi Review Singkat+PLUS

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda Review Singkat+PLUS di bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.

Skywalker Hunter adalah alias dari Nabil Bakri

Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers

©1997/Disney/Hercules/All Rights Reserved.



©Nabil Bakri Platinum.

Teks ini dipublikasikan dalam Nabil Bakri Platinum [https://nabilbakri.blogspot.com/] yang diverifikasi Google dan dilindungi oleh DMCA.

Nabil Bakri Platinum tidak bertanggung jawab atas konten dari link eksternal yang ada di dalam teks ini—termasuk ketersediaan konten video atau film yang dapat berubah sewaktu-waktu di luar kendali Nabil Bakri Platinum.