Review Animasi The Lion King (1994) Kudeta Kerajaan Singa Penuh Intrik [The Shakespearean Battle for the Animal Kingdom]
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
Review The Lion King (1994) Kudeta Kerajaan Singa Penuh
Intrik [The Shakespearean Battle for the Animal Kingdom]
Oleh Skywalker HunterNabil Bakri
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
Genre : Petualangan—Musikal
[Animasi Tradisional/Hand-drawn Animation]
Rilis :
Domestic Releases: |
June 15th, 1994 (Wide) by Walt Disney |
International Releases: |
July 2nd, 1994 (Wide) (South Korea) |
March 3rd, 1995 by Walt Disney Home Entertainment |
|
MPAA Rating: |
Durasi : 88 menit
Sutradara : Roger
Allers dan Rob
Minkoff
Pemeran : Matthew Broderick, Jonathan Taylor Thomas, James Earl Jones, Jeremy Irons,Moira Kelly, Niketa
Calame, Ernie Sabella, Nathan Lane, Robert Guillaume, Rowan Atkinson, Whoopi Goldberg, Cheech Marin, Jim Cummings, Madge Sinclair
Episode : -
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
Sinopsis
Simba
adalah putera mahkota calon pemimpin kawanan singa yang bernama Pride Rock.
Ketika ia lahir, ayah dan ibunya yang bernama Mufasa dan Sarabi memperkenalkan
Simba kepada seluruh penghuni hamparan padang rumput Afrika. Simba diberkati
oleh seekor Madril bijaksana bernama Rafiki dan seluruh penghuni kawasan Pride
Land memberikan penghormatan kepada Simba sebagai calon Raja mereka. Namun, ada
satu penghuni Pride Rock yang tidak hadir dalam upacara perayaan kelahiran
Simba yakni pamannya sendiri yang bernama Scar. Sang paman merasa kesal karena
harapannya menjadi Raja Pride Land semakin menipis setelah Simba Lahir. Jika
Mufasa turun takhta, Scar tidak akan mengambil alih posisi Mufasa karena takhta
akan jatuh kepada Simba. Setelah Simba tumbuh menjadi seekor anak singa yang
lincah dan penuh dengan rasa ingin tahu, Scar sengaja memberi tahu Simba bawa
terdapat sebuah kuburan gajah di wilayah luar Pride Land, The Outland. Wilayah
itu senantiasa diliputi bayangan gelap dan dihuni oleh para hyena. Karena
penasaran, Simba melanggar nasihat Mufasa untuk tidak pernah menginjakkan kaki
di wilayah Outland. Untuk mendapat izin dari Sarabi, Simba mengajak sahabatnya
yang bernama Nala dan meminta izin untuk pergi bermain di sumber mata air.
Sarabi mengizinkan asalkan Zazu, burung penasihat Mufasa, ikut menyertai
mereka.
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
Simba
dan Nala bekerja sama untuk mengalihkan perhatian Zazu agar mereka berdua dapat
pergi bertualang ke Outland. Sesampainya di kawasan tandus tersebut, kedua anak
singa itu menemukan apa yang mereka cari: kuburan gajah yang menakutkan. Simba
adalah anak singa yang tidak sabar menjadi Raja. Ia senantiasa ingin
menunjukkan bahwa dirinya adalah singa yang pemberani. Ia pun menjelajah daerah
Outland dan menarik perhatian tiga ekor hyena bernama Shenzi, Banzai, dan Ed.
Ketiga hyena itu mengejar Simba dan Nala hingga mereka terpojok. Beruntung,
Zazu berhasil memanggil bantuan Mufasa yang segera menyelamatkan Simba dan
Nala. Mufasa menasihati Simba untuk tidak lagi mencari masalah. Menurut Mufasa,
menjadi pemberani bukan berarti mencar-cari masalah. Lagipula, tidak masalah
jika seorang pemimpin merasa takut selama ia mau menghadapi rasa takutnya.
Mufasa mengakui bahwa hari itu dirinya sangat takut akan kehilangan Simba.
Ternyata, kejadian itu merupakan ide dari Scar yang sengaja membuat Simba
penasaran dan pergi ke kuburan gajah. Scar telah berteman dengan para hyena dan
sebenarnya ingin para hyena itu menyantap Simba. Ia pun membuat rencana baru
untuk membunuh Mufasa agar bisa menguasai Pride Land. Dibentuklah ikatan kerja
sama antara Scar dan para hyena. Jika para hyena berhasil membantu Scar
membunuh Mufasa dan menundukkan para singa betina, ia berjanji akan mengizinkan
para hyena tinggal di Pride Land dan berbuat sesukanya.
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
Scar
menyusun sebuah rencana yang melibatkan Simba. Ia menempatkan Simba di sebuah
ceruk yang terjal sementara para hyena mengejar kawanan wildebeest sampai masuk
ke dalam ceruk. Scar segera meminta bantuan Mufasa untuk menyelamatkan Simba
yang terjebak di dalam ceruk sementara kawanan wildebeest berlarian dan
kemungkinan menginjak-injak Simba sampai tewas. Mufasa berhasil menyelamatkan
Simba dari terjangan kawanan wildebeest namun ia ikut terseret kawanan sehingga
terpisah dari Simba. Ketika Mufasa berusaha memanjat dinding celah yang terjal,
Scar sudah menunggu di puncak untuk menjatuhkan Mufasa dari tebing hingga
tewas. Karena Simba masih hidup dan tidak menyaksikan pembunuhan yang dilakukan
oleh Scar, sang paman meyakinkan Simba bahwa Mufasa tewas akibat ulah Simba
yang usil dan menyebabkan para wildebeest berlarian ke dalam ceruk. Ia pun menyarankan
Simba untuk pergi sejauh-jauhnya dan jangan pernah kembali. Begitu Simba
berlari pergi, Scar memerintahkan ketiga hyena kepercayaannya untuk membunuh
Simba. Namun, mereka gagal melaksanakannya dan membiarkan Simba melarikan diri
ke padang pasir. Menurut mereka, Simba akan tewas dengan sendirinya di tengah
padang pasir. Scar kembali ke Pride Rock dan berpidato mengenai tewasnya Mufasa
dan Simba. Ia menyampaikan bahwa dirinya “dengan berat hati” menerima takhta
penguasa Pride Rock. Kebijakan pertama yang direalisasikan oleh Scar adalah
mengizinkan para hyena untuk tinggal di Pride Land. Meskipun keputusan itu
tidak disukai oleh para singa betina, namun mereka tidak punya pilihan.
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
Di
padang yang gersang, tanpa sengaja Simba ditemukan dan diselamatkan oleh Timon,
seekor meerkat yang suka mengatur, dan Pumbaa, seekor babi hutan yang setia.
Mereka berdua membawa Simba menuju sebuah hutan tropis yang indah dan damai
layaknya sebuah Utopia. Timon dan Pumbaa memperkenalkan Simba kepada filsafat
hidup mereka yang berbunyi “Hakuna Matata”—artinya “Jangan Khawatir” atau
“Santai Saja”. Menurut keduanya, Simba tidak perlu hidup merasa dibebani oleh
masalah atau rasa bersalah. Simba disarankan untuk melupakan masa lalu dan
fokus untuk menjalani masa sekarang dengan penuh kebahagiaan. Simba akhirnya
tumbuh besar di hutan tersebut bersama Timon dan Pumbaa. Ia telah melupakan
masa lalunya, termasuk nasihat-nasihat dari ayahnya. Tanpa diduga, Nala tiba di
hutan tersebut dan menceritakan tentang kehancuran Pride Land akibat ulah Scar
dan para hyena. Nala meminta Simba untuk kembali dan merebut kembali haknya
sebagai Raja Pride Land. Namun, Simba terlalu takut untuk menghadapi masa
lalunya dan sudah sepenuhnya menerima filsafat Hakuna Matata. Sikap Simba
membuat arwah Mufasa muncul, berkat bantuan Rafiki, untuk kembali mengingatkan
Simba akan hak dan kewajibannya sebagai pemimpin. Simba pun memantapkan hatinya
untuk kembali ke Pride Land dan merebut posisinya sebagai Raja.
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
01 Story Logic
Narasi
dalam film ini sudah logis sesuai genrenya. Berlawanan dengan kepercayaan
publik bahwa The Lion King meniru narasi buku, serial, dan film Kimba The White Lion,
film ini sebenarnya sama sekali tidak meniru Kimba the White Lion. Berbagai kemiripan yang diajukan, setelah
diinvestigasi secara mendalam, ternyata merupakan kebetulan dan yang terjadi
justru sebaliknya: banyak adegan dalam Kimba
yang dirilis setelah The Lion King justru mirip dengan The Lion King. Narasi
film ini lebih tepat jika disandingkan dengan drama tragedi populer Shakespeare
yakni Hamlet. The Lion King
menggunakan kembali pakem cerita tentang kerabat kerajaan yang berambisi
merebut takhta dan akhirnya membunuh sang Raja. Narasi seperti ini sering sekali
digunakan sehingga membentuk pola tersendiri yang logis: wajar dan masuk akal
ketika seorang anggota kerajaan di masa lalu sangat ingin menduduki takhta.
Dalam sejarah, hal semacam ini juga tidak jarang terjadi. Kudeta, Revolusi,
hingga Penjajahan adalah kenyataan sejarah yang selalu terjadi berulang dalam
kehidupan nyata. Maka, tidak mengherankan jika tema ini sering digunakan. Dalam
The Chronicles of Narnia: Prince Caspian,
misalnya, ayah Caspian dibunuh oleh Lord Miraz, paman Caspian sendiri. Walalupun
basis cerita The Lion King mengekor sebuah Drama Tragedi, film ini merupakan
sebuah Animasi Petualangan—Musikal. Poin-poin Drama yang ada dalam film ini
haruslah diubah untuk mendukung sebuah kisah Petualangan yang akan mengubah
sifat karakter utama film ini.
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
The
Lion King telah memodifikasi Drama Tragedi dengan menjadikannya sebagai
motivasi Simba untuk melakukan sebuah Petualangan atau Pencarian (Quest) ke
lokasi yang asing. Bahkan sejak awal, berbagai adegan Petualangan sudah
disajikan seperti petualangan Simba dan Nala menyusuri kawasan Outland dan
Simba dibawa pergi ke sebuah ceruk mematikan oleh Scar. Cerita Petualangan
dalam film ini telah dipadukan dengan berbagai lagu yang logis dari perspektif
film Musikal karena lagu-lagu yang ditampilkan telah mendukung jalannya cerita.
Terdapat berbagai gaya animasi yang tidak logis dalam film ini seperti adegan
Musikal Simba dalam lagu Can’t Wait to be
King dan Scar menyanyikan lagu Be
Prepared. Hal-hal tidak logis semacam inilah yang ingin “diperbaiki” dalam
The Lion King versi Photo-Realistic 2019. Namun, niat dari versi 2019 adalah
sebuah niat yang salah kaprah karena The Lion King 1994 merupakan sebuah
animasi Tradisional. Status animasi tahun 1994 ini membuat adegan-adegan tidak
logis tadi menjadi logis sesuai dengan medium yang digunakan. Adegan-adegan
konyol, tidak realistis, dan berlebihan dalam animasi The Lion King bukan
berarti tidak logis. Dalam naungan keistimewaan film-film Animasi,
adegan-adegan tidak logis tadi hanyalah variasi ekspresi atau variasi style
animasi—bukan narasi yang tidak logis, tetapi ekspresif. Begitu The Lion King
2019 memutuskan untuk menggunakan teknik Photo-Realistic, film itu kehilangan
hak istimewa film Animasi dalam melebih-lebihkna ekspresi tokohnya. Bahkan
dalam Drama Musikal live action sekalipun, para tokoh bisa bernyanyi secara
tidak logis di tengah jalan, tetapi jalannya tidak bisa berubah menjadi warna
pelangi atau awan berubah pink dan bisa bicara—kecuali film tersebut termasuk
Fantasi atau adegannya terjadi dalam pikiran satu atau kolektif karakternya
(the character(s)’ imagination).
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
02 Story Consistency
Alur
cerita The Lion King sudah konsisten. Film ini sudah menceritakan posisi
masing-masing karakter dan motivasi tindakan mereka di awal film yang akan
memberikan alasan bagi tokoh utama dalam film ini untuk mengambil
tindakan-tindakan yang nantinya berperan penting dalam proses penyelesaian
masalah sebelum ditutup dengan adegan penutup. Narasi The Lion King merupakan
narasi yang straightforward dengan tidak menyertakan terlalu banyak percabangan
cerita. Dalam The Lion King versi 2019, Disney mencoba membuat narasinya lebih
kompleks dengan membangun narasi eksklusif permasalahan di antara Mufasa dengan
para hyena. Namun bukannya membuat narasi semakin kompleks, eksplorasi semacam
ini justru membuat alur ceritanya memiliki percabangan yang tidak perlu. Dalam
versi animasi 1994, penonton cukup diberi tahu bahwa hyena bermusuhan dengan
para singa—tidak lebih, tidak kurang. Eksplorasi kisah hidup tokoh jahat yang berlebihan
dapat berpotensi membangun narasi “rasa maklum” penonton kepada tokoh jahat
seperti dalam film Joker dan Cruella.
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
03 Casting Choice and Acting
Pengisi
suara dalam The Lion King 2019 mayoritas berkulit hitam dengan ketegasan Disney
untuk bersikap adil pada ras kulit hitam yang menurut Disney selama ini hingga
2019 orang kulit hitam masih diperlakukan sama seperti di era sebelum adanya
protes HAM. Dengan demikian, The Lion King 2019 dengan sadar memilih pengisi
suara berdasarkan warna kulit mereka. Itu artinya, niat Disney untuk melawan
rasisme justru menjadi tindakan yang rasis. Dalam versi animasi, Disney tidak
memedulikan ras pengisi suaranya karena yang dipedulikan adalah kemampuan para
pengisi suara untuk menghidupkan karakter mereka. Mengisi suara memerlukan
kemampuan akting yang berbeda dari akting di depan kamera. Aktor Matthew
Broderick dan Jonathan Taylor Thomas dipilih untuk memerankan suara Simba bukan
karena mereka berkulit putih, tetap karena suara mereka memang dinilai cocok
untuk menghidupkan karakter Simba. Aktor kulit hitam James Earl Jones dipilih
untuk mengisi suara Mufasa bukan karena ia berkulit hitam, tetapi karena
kekhasan suaranya dinilai sangat cocok memerankan sosok Mufasa yang berkuasa,
perkasa, dan bijaksana. Kekhasan suara James Earl Jones juga menunjukkan kesan
dominasi yang kuat berkat keterlibatannya dalam seri film Star Wars sebagai Darth Vader. Saya berani memberikan pernyataan
ini secara objektif karena saya sendiri pernah terlibat dalam proses pengisian
suara untuk film-film bioskop, serial, dan trailer. Saya bertemu dan berdiskusi
dengan orang-orang yang terlibat dalam proses pengisian suara dan berani
menyimpulkan bahwa akting suara memang berbeda dengan akting di depan kamera.
Maka wajar jika banyak sekali aktor yang pandai akting di depan kamera tetapi
suaranya terdengar kaku atau tidak berhasil menghidupkan karakternya dalam
proses pengisian suara film animasi. The Lion King 1994 telah memilih para
aktor dengan baik karena masing-masing aktor dipilih berdasarkan kemampuan
mereka yang memang berhasil menghidupkan karakter-karakter “tak hidup” (hanya
gambar) menjadi ekspresif dan seolah benar-benar hidup.
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
04 Music Match
Pemilihan
musik dan lagu dalam film ini sudah baik karena telah mendukung jalannya
cerita. Karena status film ini yang termasuk film Musikal, lagu-lagu yang
dipilih tidak boleh hanya mengiringi sebuah adegan saja, tetapi harus menjadi
bagian dari adegan tersebut. Scar, misalnya, tidak pernah berdiskusi dengan
hyena untuk membuat rencana menggulingkan Mufasa. Lagu Be Prepared yang dinyanyikan oleh Scar bukan untuk mengiringi
adegan diskusi, melainkan lagu itulah adegan diskusinya karena lirik-liriknya
menyatakan permintaan Scar agar para hyena mendukung rencana jahatnya.
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
05 Cinematography Match
Sinematografi
dalam film ini sudah baik.
06 Character Design
Desain
karakter dalam The Lion King sudah baik karena telah membentuk satu gaya atau
bahasa desain yang konsisten antar satu karakter dengan karakter yang lainnya.
07 Background/Set Match
Desain
latar belakang dalam film ini sudah baik karena sudah serasi dengan desain
karakternya. Dengan demikian, desain karakter dan latar belakang dalam film ini
sudah menyatu sehingga terlihat seperti sebuah dunia yang utuh.
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
08 Special and/or Practical Effects
The
Lion King diciptakan dengan memadukan teknologi animasi tradisional dengan
animasi komputer. Meski demikian, penggunaan efek komputer dalam film ini
sebatas untuk mendukung cerita dalam beberapa bagian tertentu. Efek komputer
dalam film ini sudah baik (mengingat film ini dirilis tahun 1994) karena CGI
yang ditampilkan sudah terlihat seamless
atau menyatu dengan animasi tradisionalnya.
09 Audience Approval
Mayoritas
penonton memberikan tanggapan yang positif untuk film ini.
8.5/10 IMDb 93% Rotten Tomatoes 88% Metacritic 92% liked this film Google users |
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
10 Intentional
Match
The
Lion King merupakan sebuah animasi Disney yang dibuat benar-benar untuk
menyampaikan sebuah cerita ketimbang untuk menegaskan posisi Disney sebagai
perusahaan pembuat animasi yang paling populer. Kenyataan ini dapat dibuktikan
dengan banyak pihak Disney yang pada waktu itu lebih mengunggulkan animasi Pocahontas karena yakin bahwa Pocahontas akan menjadi animasi yang
lebih signifikan dampaknya dan lebih sukses ketimbang The Lion King. Apalagi,
proses pembuatan The Lion King diwarnai oleh berbagai masalah termasuk
sutradara George Scribner yang memutuskan untuk keluar dari proyek The Lion
King karena dia berkeinginan membuat film ini seperti sebuah dokumenter
kehidupan Afrika, bukan sebuah musikal. The Lion King dimaksudkan untuk menjadi
sebuah animasi Disney yang segar karena dikembangkan dari berbagai inspirasi
seperti Drama Hamlet, kisah Nabi
Musa, dan kisah Nabi Yusuf, untuk membentuk sebuah cerita yang benar-benar
baru. Sampai The Lion King dirilis, film ini adalah satu-satunya animasi film
panjang (full-length) Disney yang murni hasil kreasi Disney dan bukan bersumber
pada buku atau dongeng. Film ini dimaksudkan untuk menyajikan alur cerita
tentang kehidupan yang lebih dewasa namun dengan kemasan musikal—berbeda dengan
konsep aslinya yang dikemas dengan konsep dokumenter. Pada akhirnya, film ini
telah berhasil memenuhi visi penciptanya dengan baik.
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi
10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah
atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker,
meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
01 Skywalker’s Schemata
Tidak
bisa saya pungkiri bahwa The Lion King merupakan sebuah animasi yang
spektakuler. Bahkan, jika saya diminta menentukan animasi tradisional apa yang
terbaik, kemungkinan besar saya akan menyatakan bahwa The Lion King merupakan
animasi tradisional terbaik yang pernah dibuat. Sejak film dimulai, saya sudah
terpukau dengan desain animasinya yang indah dan dengan lagunya yang enak
didengar tetapi tetap bermakna. Walau The Lion King merupakan sebuah animasi,
adegan pembuka film ini tetap tampak sangat spektakuler sehingga tidak kalah
dari film-film live-action. Bahkan, gaya animasi film ini sudah sangat bagus
sampai saya merasa The Lion King 2019 adalah sebuah film yang hambar dan tanpa
imajinasi. Sebagai seseorang yang lebih menyukai gaya animasi realistis
(seperti film-film Disney Klasik), sudah tentu saya sangat mengapresiasi desain
karakter dalam film ini. Mufasa tampak tangguh, Simba tampak keren, dan bentang
pemandangan yang disajikan benar-benar indah.
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
02 Awards
The
Lion King menerima berbagai nominasi dan penghargaan yang penting. Jumlah
penghargaan untuk film-film animasi umumnya lebih sedikit ketimbang film
live-action. Maka meskipun penghargaan The Lion King tidak sebanyak film-film
yang menerima tanggapan positif dan kesuksesan besar, untuk ukuran sebuah
animasi The Lion King termasuk salah satu animasi yang banyak diakui dalam
ajang penghargaan penting dunia sinema.
Academy Awards, USA 1995
Winner |
Best Music, Original Song For the song "Can You Feel the Love Tonight". |
Best Music, Original Score |
|
Nominee |
Best Music, Original Song For the song "Circle of Life". |
Best Music, Original Song For the song "Hakuna Matata". |
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
03 Financial
Dana
pembuatan film ini adalah sebesar $45 juta dan berhasil menjual tiket sebesar
$763 juta pada 1994. Hal ini menjadikan The Lion King sebagai film terlaris
untuk tahun 1994 sekaligus animasi terlaris sepanjang masa—sebelum rekornya
dikalahkan oleh Finding Nemo pada
2003. Meski demikian, Finding Nemo
adalah animasi 3D. Maka, The Lion King tetap menjadi animasi tradisional
terlaris sepanjang masa bahkan hingga artikel ini dipublikasikan. Setelah
dirilis ulang, angka pendapatan The Lion King (sampai artikel ini
dipublikasikan) menjadi $986 juta. Tidak hanya sukses menjual tiket bioskop,
The Lion King juga sukses besar di market Home Video. Film ini laku keras dalam
format VHS, VCD, DVD, Blu-ray, dan UHD Blu-ray. The Lion King merupakan judul
kaset VHS terlaris sepanjang masa di Amerika Serikat saja dengan total paket
terjual sebanyak 32 juta kopi. Pada hari pertama film ini dijual dalam format
VHS, 4.5 juta kopi laku terjual. Totalnya, penjualan VHS film ini menghasilkan
$520 juta yang apabila dikonversi ke nilai Dollar pada 2021 menjadi sekitar
$880 juta. Selain 32 juta kopi terjual di Amerika, 23 juta kopi terjual di
negara-negara lain. DVD edisi spesial yang dirilis pada tahun 2003 terjual
sebanyak 12 juta keping dan menghasilkan uang sebesar $220 juta di Amerika
saja. Angka keuntungan ini belum digabungkan dengan keuntungan penjualan format
LaserDisc, VCD, serta Blu-ray.
The Lion King [1994] Theatrical Performance |
||
Domestic
Box Office |
$421,785,283 |
|
International
Box Office |
$564,429,585 |
|
Worldwide
Box Office |
$986,214,868 |
|
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
The
Lion King mendapatkan respons yang positif dari kalangan kritikus profesional.
05 Longevity
Standar
penilaian Longevity atau Masa Hidup sebuah film berdasarkan struktur penilaian
Skywalker adalah 10 tahun. Sebuah film yang bagus kualitasnya secara objektif haruslah
tetap relevan bahkan setelah berusia 10 tahun. Penentuan tenggat waktu ini
penting untuk benar-benar melihat apakah sebuah film benar-benar bagus atau
hanya sukses karena trend baik itu viral karena selera masyarakat yang spesifik
pada waktu perilisannya atau karena situasi politik dan budaya yang juga
spesifik pada generasi tertentu. Apabila sebuah film benar-benar bagus,
penonton generasi baru seharusnya tetap memberikan respons yang positif karena
film tersebut tetap relevan bahkan setelah diuji oleh perubahan zaman. Salah
satu petunjuk bahwa sebuah film tetap populer dan relevan adalah dari
ada/tidaknya paket rilisan ulang yang spesial baik itu tayang ulang di bioskop
setelah lebih dari 10 tahun atau adanya paket koleksi eksklusif (atau restorasi)
yang dirilis. Nyaris 10 tahun setelah The Lion King dirilis, Disney merilis
film ini dalam format Special Edition DVD dengan gambar yang diperbaiki dan
penambahan adegan eksklusif. Tanggapan publik terhadap film ini pun tetap
positif. Film ini kembali dirilis dalam format 3D di bioskop, Blu-ray dan UHD
Blu-ray. Dalam perilisan-perilisan tersebut, tanggapan penonton masih tetap
positif. Pada tahun 2016, The Lion King dimasukkan dalam katalog National Film
Registry Amerika Serikat yang akan menyimpan master film ini untuk dilestarikan
sebagai pusaka nasional karena dianggap penting dalam ranah budaya, sejarah,
dan seni.
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
Skor
Asli : 10
Skor
Tambahan : -
Skor
Akhir : 10/10
***
Spesifikasi Optical Disc
[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]
Judul : The Lion King Special Edition
Rilis : 2 Juni 2003
Format : VCD 2.0
Kode
Warna : PAL
Fitur : Disney Mania plus Elton John
music video, exclusive new scene “Morning Report”
Support : Windows 98-10 [VLC Media Player],
DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].
Spesifikasi Optical Disc
[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]
Judul : The Lon King Diamond Edition
Rilis : 23 Agustus 2011
Format : DVD-9 [Dual-layered]
Kode
Warna : 3/NTSC [support upscaling
hingga 1080p/24 dan 60hz]
Fitur : The Lion King Documentary: A
Memoar from Don Hahn, Discover Blu-ray 3D with Timon and Pumbaa
Support : Windows 98-10 [VLC Media Player],
DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].
Keterangan Support:
[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]
[Support VCD, DVD,
Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]
[Support Semua
Termasuk 4K]
***
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan
standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review
Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
Edisi Review Singkat+PLUS
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda
Review Singkat+PLUS di
bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel
tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.
Skywalker Hunter adalah alias
dari Nabil Bakri
Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers
©1994/Disney/The Lion King/All Rights
Reserved.
©1994/Disney/The Lion King/All Rights Reserved. |