Review Animasi Meet the Robinsons (2007) Menjelajah Masa Depan Untuk Memahami Masa Lalu

 

Review Meet the Robinsons (2007) Menjelajah Masa Depan Untuk Memahami Masa Lalu [Disney Movie that Taught You To Keep Moving Forward]

Oleh Skywalker HunterNabil Bakri

Edisi Review Singkat+PLUS

“I have a big head, and little arms. I'm just not sure how well this plan was thought through.”—T-Rex

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

images©2007/Disney/Meet the Robinsons/All Rights Reserved.

Genre             : Petualangan—Fiksi Ilmiah [Animasi 3D/Full CGI Animation]

Rilis                 :

Domestic Releases:

March 30th, 2007 (Wide) by Walt Disney

Video Release:

October 23rd, 2007 by Walt Disney Home Entertainment

MPAA Rating:

G

Durasi             : 95 menit

Sutradara       : Stephen Anderson

Pemeran         : Daniel Hansen, Jordan Fry, Wesley Singerman, Angela Bassett, Tom Selleck, Harland Williams, Laurie Metcalf, Nicole Sullivan, Adam West, Ethan Sandler, Tom Kenny, Stephen Anderson

Episode           : -

Sinopsis

Seorang perempuan muda meninggalkan bayinya di sebuah panti asuhan. Bayi itu adalah Lewis yang tumbuh sebagai seorang anak jenius yang suka menciptakan berbagai peralatan canggih. Meskipun ia berkali-kali gagal menciptakan sebuah alat, Lewis tidak pernah patah semangat. Mildred, pengurus panti asuhan, sudah berkali-kali mencarikan orangtua angkat untuk Lewis. Namun setiap kali Lewis dipertemukan dengan calon orangtuanya, mereka tidak pernah merasa cocok. Akhirnya, Lewis tidak mau lagi berharap pada orangtua angkat dan memantapkan hati untuk mengerjakan alat temuannya. Lewis sudah beranjak remaja dan sudah ditolak oleh calon orangtua lebih dari 100 kali. Anak itu sudah tidak mau lagi merasa kecewa dan sakit hati. Maka, Lewis merenung dan menyadari bahwa satu-satunya orang yang meninginginkannya adalah ibu kandungnya. Ia pun segera memikirkan cara untuk menciptakan sebuah alat yang dapat memindai ingatannya agar Lewis dapat melihat kembali wajah ibu kandungnya. Selama membuat alat itu, Lewis menghabiskan waktunya bereksperimen hingga ia melewatkan janji pertemuan dengan calon orangtua dan ia selalu membuat teman sekamarnya, Mike Yagoobian, tidak bisa tidur semalaman. Sepanjang malam, Lewis bergadang untuk menyelesaikan alat Memory Scanner temuannya. Alat itu akan diperagakan dalam lomba karya ilmiah di sekolah. Karena sudah terlambat, Lewis tidak punya waktu untuk melakukan uji coba dan langsung membawa Memory Scanner ke acara perlombaan.

Dalam perlombaan, Lewis bertemu dengan seorang anak berperilaku aneh bernama Wilbur Robinson yang memperingatkan Lewis tentang The Bowler Hat Guy [pria bertopi bundar]. Karena tidak mengenal anak itu, Lewis tidak memedulikan peringatannya. Seorang pria bertopi bundar menyelinap ke dalam aula perlombaan. Pria itu memiliki sebuat topi robot yang canggih. Topi itu menghampiri Memory Scanner milik Lewis dan merusaknya. Ketika tiba giliran Lewis untuk mempresentasikan alat temuannya, baling-baling Memory Scanner terlepas dan terbang menghantam lampu hingga menyebabkan kerusakan listrik. Kerusakan alat ciptaan Lewis menyebabkan kekacauan besar sampai acara perlombaan harus dihentikan sementara. Kekacauan itu membuat Lewis marah dan kecewa pada dirinya sendiri; ia tidak tahu bahwa alat itu telah dirusak dan mengira kalau alat itu tidak berfungsi karena ia tidak membuatnya dengan benar. Lewis meninggalkan Memory Scanner begitu saja di aula dan alat itu dicuri oleh The Bowler Hat Guy. Sejak awal, pria itu memang mengincar alat ciptaan Lewis.

Wilbur Robinson mendatangi Lewis dan memintanya untuk memperbaiki Memory Scanner. Namun, Lewis menolaknya. Anak itu yakin kalau alat ciptaannya tidak akan berfungsi. Wilbur terus mendesak Lewis untuk memperbaiki Memory Scanner dan menyatakan dirinya berasal dari masa depan untuk memastikan Lewis menyelesaikan alat ciptaannya. Lewis tidak memercayai perkataan Wilbur. Akhirnya, Wilbur membuktikan kepada Lewis bahwa dirinya benar-benar dari masa depan dengan catatan Lewis harus memperbaiki Memory Scanner. Wilbur membawa Lewis naik ke mesin waktu dan membawanya pergi ke masa depan. Alangkah terkejutnya Lewis menyaksikan pemandangan dunia di masa depan. Bukannya melaksanakan permintaan Wilbur untuk memperbaiki Memory Scanner, Lewis justru merasa kalau alat itu sudah tidak berguna lagi. Akan lebih baik jika Lewis menggunakan mesin waktu untuk menemui ibu kandungnya secara langsung. Keinginan Lewis ditentang oleh Wilbur. Akibatnya, mereka berdua berkelahi hingga mesin waktu hilang kendali dan terjatuh. Mesin itu pun rusak parah dan Wilbur meminta Lewis untuk memperbaikinya. Satu-satunya cara memperbaiki mesin waktu adalah dengan membaca petunjuk dari blueprint yang ada di rumah Wilbur. Sesampainya di rumah Wilbur, kediaman keluarga Robinson, Wilbur meminta Lewis untuk tidak pergi meninggalkan garasi dan jangan sampai anggota keluarganya mengetahui identitas Lewis yang sebenarnya.

Di masa kini [present], The Bowler Hat Guy membawa Memory Scanner ke perusahaan Inventco dengan tujuan mengklaim alat itu sebagai alat ciptaannya. Namun karena tidak tahu cara menggunakannya, Bowler Hat Guy gagal melakukan presentasi dan justru merusak alat itu. Ia pun diusir dari Inventco dan harus menyusun kembali rencana baru. Topi robot miliknya yang bernama Doris meminta Bowler Hat Guy untuk menculik Lewis dan memaksa anak itu memperbaiki mesinnya. Namun ketika mereka sampai di panti asuhan, Lewis sudah pergi ke masa depan. Akhirnya mereka mengikuti Lewis ke masa depan dengan menggunakan mesin waktu versi terbaru yang mereka curi dari garasi rumah keluarga Robinson. Di masa depan, Lewis tanpa sengaja bertemu dengan anggota keluarga Robinson ketika ia tersedot keluar dari garasi dan mencoba untuk kembali ke dalam garasi. Namun, tidak seorang pun yang mengetahui bahwa Lewis sebenarnya bukan berasal dari masa depan. Sementara itu, Bowler Hat Guy dan Doris berusaha untuk menculik Lewis. Apa sebenarnya yang diinginkan oleh Bowler hat Guy dengan Memory Scanner? Akankah Bowler Hat Guy berhasil menculik Lewis? Apakah Lewis akan bertemu kembali dengan ibu kandungnya?

Look, I'm sorry your life turned out so bad. But don't blame me you messed it up yourself. You just focused on the bad stuff when all you had to do was... let go of the past and keep moving forward...”—Lewis

01 Story Logic

Narasi dalam Meet the Robinsons sudah logis sesuai dengan genrenya. Sebagai sebuah film animasi, Meet the Robinsosns memiliki keleluasaan untuk menampilkan berbagai adegan Petualangan dan konsep Fiksi Ilmiah yang tidak serealistis film-film live action dalam genre yang serumpun. Maka, tidak logis jika menuntut logika Meet the Robinsons untuk sekuat Back to the Future. Film ini sudah memperlihatkan sebuah Petualangan yang menonjolkan perjalanan Lewis ke masa depan. Dalam genre Petualangan, perjalanan karakternya haruslah meaningful dan penting dalam mengubah jalannya cerita serta sifat karakternya. Perjalanan Lewis ke masa depan dalam film ini sudah meaningful dan memang penting untuk dieksplorasi karena petualangannya di masa depan akan memengaruhi masa kini Lewis. Di akhir petualangan tersebut, sifat Lewis pun mengalami perubahan yang jelas dan masuk akal [wajar jika sifatnya berubah setelah melalui petualangan di masa depan—Indiana Jones tidak percaya pada keberadaan energi supranatural, tetapi petualangannya mencari The Lost Ark akhirnya membuat Indy yakin dengan energi supranatural]. Berbagai aksi dan reaksi karakter dalam film ini memang terlihat konyol [cartoonish/comical]—tetapi tetap masih logis mengingat koridor genre dan format filmnya. Bagaimana bisa Lewis masuk ke dalam interior mesin waktu yang tidak terlihat tanpa menghantam atapnya? Pertanyaan tersebut sama saja mempertanyakan bagaimana bisa Patrick dalam serial Spongebob Squarepants menyalakan TV yang terbuat dari pasir.

Selain merupakan sebuah animasi Petualangan, Meet the Robinsons juga merupakan sebuah Fiksi Ilmiah karena terdapat unsur-unsur teknologi atau ilmu pengetahuan yang berperan penting dalam menggerakkan jalannya cerita. Namun perlu diingat bahwa kata kunci pembahasan poin ini adalah “animasi Fiksi Ilmiah”, bukan sebatas “film Fiksi Ilmiah”. Maka, penonton tidak perlu terlalu mengharapkan adanya upaya penulis naskah untuk menjelaskan proses terciptanya berbagai alat canggih dalam film ini. Di dalam film Back to the Future, dijelaskan bahwa mesin waktu DeLorean diciptakan oleh Doc dengan menggunakan teknologi Flux Capacitor yang hanya dapat digerakkan oleh plutonium—atau setidaknya dengan energi petir. Dengan kata lain, Back to the Future mencoba menjelaskan secara teknis bagaimana Fiksi Ilmiah di dalamnya berfungsi. Dalam Meet the Robinsons, penjelasan semacam ini tidak dieksplorasi. Bagaimana Lewis dapat menciptakan mesin waktu dan bagaimana ia bisa memperbaikinya pun tidak dieksplorasi. Berbagai teknologi masa depan yang ditampilkan pun tidak memerhatikan fungsi dan lebih memerhatikan nilai artistik; misalnya perjalanan menggunakan gelembung, pistol isi selai, tabung penghisap untuk berpindah tempat, dan lain sebagainya. Alat-alat tersebut menyerupai pilihan artistik dalam film Blue Sky Studios berjudul Robots yang memang ditampilkan karena alasan artistik, bukan karena fungsinya untuk para karakter di dalam ceritanya. Sekali lagi, posisi Meet the Robinsons sebagai sebuah animasi yang didesain untuk keluarga memungkinkan film ini untuk menyajikan dunia Fiksi Ilmiah tanpa eksplorasi yang mendalam layaknya Fiksi Ilmiah live action yang serius seperti Prometheus.

Around here, however, we don't look backwards for very long. We keep moving forward, opening up new doors and doing new things, because we're curious...and curiosity keeps leading us down new paths.”—Walt Disney

02 Story Consistency

Meskipun logika film ini secara umum sudah baik karena sudah sesuai dengan genrenya dan kodratnya [nature] sebagai animasi, alur cerita film ini masih kurang konsisten. Secara umum, permaslahan yang disajikan di awal film sudah diselesaikan di akhir film. Namun proses untuk menyelesaikan masalah tersebut melalui jalur yang kurang konsisten. Tidak begitu jelas apakah Meet the Robinsons ingin benar-benar fokus mengeksplorasi ketakjuban Lewis terhadap masa depan atau membahas konflik antara Lewis, masa lalunya, dan The Bowler Hat Guy. Apalagi, ternyata [spoiler] topi bundar Doris [Dor-i5] juga memiliki dendam pada Lewis di masa depan. Apa signifikasinya memperlihatkan Lewis menghabiskan waktu mengeksplorasi kehidupan keluarga Robinson di masa depan? Dengan besarnya porsi eksplorasi gaya hidup keluarga Robinsons, eksplorasi konflik antara Lewis dan berbagai masalah yang sudah disebutkan sebelumnya menjadi kurang kuat. Dalam film animasi Wall●E, kondisi bumi dieksplorasi karena eksplorasi tersebut penting untuk menunjang jalannya cerita: bumi dalam Wall●E jauh berbeda dengan bumi yang ditinggali oleh penonton, memperlihatkan bumi yang terbengkalai dan ditinggalkan penuh dengan sampah. Kondisi bumi yang penuh dengan sampah berkaitan langsung dengan Wall●E yang merupakan robot yang sengaja diciptakan untuk membersihkan sampah. Selain itu, eksplorasi kondisi bumi menguatkan nuansa kesepian atau kesendirian yang dialami oleh Wall●E [the exploration of the deserted earth amplifies the loneliness of Wall●E] sehingga kedatangan dan kepergian Eve menjadi sangat bermakna atau meaningful bagi Wall●E dan bagi jalannya cerita. Eksplorasi bumi yang mengenaskan membuat alasan Wall●E tidak ingin berpisah dengan Eve menjadi masuk akal atau dapat dimengerti.

Dalam film Back to the Future, latar belakang masa lalu tidak hanya ditampilkan untuk memamerkan kodisi di masa lalu, tetapi untuk menjadi sebuah rintangan tersendiri yang harus dilalui oleh Marty McFly. Ia harus berusaha menjalani hidup di tahun 1955 tanpa melakukan hal yang bisa mengubah masa depan. Ia juga harus tepat waktu mendatangi lokasi Clock Tower jika ingin kembali ke tahun 1985. Dalam Meet the Robinsons, tampilan masa depan seolah-olah diperlihatkan hanya untuk memperlihatkan masa depan [the future is shown for the sake of showing the future]—dan memang buku yang menjadi sumbernya fokus pada menunjukkan anggota keluarga Robinson yang berperilaku eksentrik [nyaris seperti petualangan Alice in Wonderland mendatangi satu karater eksentrik ke karakter eksentrik lainnya]. Eksplorasi cerita yang mengikuti buku A Day with Wilbur Robinson ditampilkan ketika Lewis mengunjungi masa depan, tetapi fokus utama film ini bukanlah petualangan yang seperti Alice in Wonderland. Karena permasalahan atau konflik yang disajikan di awal cukup kompleks, maka seharusnya film ini mengeksplorasi permasalahan tersebut agar ceritanya memiliki alur yang konsisten. Petualangan Lewis mengunjungi masing-masing keluarga Robinson terkesan seperti sebuah detour atau pengalihan cerita dari permasalahan paling utama ceritanya. Bahkan, proses Lewis menjadi lebih dekat dengan keluarga Robinson [spoiler] yang membuat mereka ingin mengadopsi Lewis juga kurang dieksplorasi.

03 Casting Choice and Acting

Pemilihan pengisi suara dalam film ini sudah baik. Masing-masing aktor berhasil menghidupkan karakter mereka sesuai dengan deskripsinya sehingga tidak terdengar kaku. Aktor cilik [kala itu] Jordan Fry dan Wesley Singerman berhasil menyuarakan Lewis dan Wilbur [respectively] dengan perbedaan suara serta gaya bicara yang jelas. Selain itu, Lewis sebenarnya disuarakan oleh dua aktor yakni Daniel Hansen dan Jordan Fry. Pengisi suara yang "sebenarnya" adalah Daniel Hansen, tetapi Jordan Fry berhasil menyuarakan Lewis dengan baik ketika banyak dialog Lewis yang diganti dan direkam ulang. Adanya dua pengisi suara untuk tokoh utama dalam film ini tidak memberikan dampak "negatif" seperti yang terjadi pada The Sword in the Stone ketika pengisi suara utamanya harus diganti karena perubahan pita suara. Aktor senior Adam West yang dikenal luas sebagai pemeran Batman dalam serial televisi di era 1960-an berhasil menyuarakan Uncle Art dengan baik—karakternya merupakan seorang pengantar pizza yang berperilaku dan berbicara layaknya seorang pahlawan super, persis seperti karakter Adam West sebagai Batman.

04 Music Match

Tidak ada keluhan di pemilihan musik. Musisi Danny Elfman telah berhasil menciptakan musik yang digunakan menyesuaikan dengan nuansa masing-masing adegan filmnya. Lagu-lagu yang disajikan pun sudah baik; Meet the Robinson bukanlah sebuah film Musikal sehingga lagu yang disajikan boleh sebatas mengiringi nuansa adegannya saja. Namun, selain menyesuaikan dengan nuansa adegannya, lagu dalam film ini juga memiliki tema yang sesuai dengan adegan-adegan tersebut. Lagu Little Wonders, misalnya, diperdengarkan di bagian akhir dengan lirik pertama “Let it go—relakan” yang sangat sesuai dengan pesan utama dalam Meet the Robinsons.

05 Cinematography Match

Tidak ada keluhan dalam poin sinematografi. Sudut pengambilan gambar dalam film ini telah berhasil menangkap masing-masing nuansa adegannya. Gerakan layar yang normal dan terfokus pada adegan awal berhasil menguatkan nuansa serius dan “gelap/sedih” dari filmnya sedangkan gerakan layar yang lebih cepat dan menampilkan lebih banyak objek sejelas-jelasnya dalam adegan masa depan telah berhasil menampilkan kontras antara masa kini dan masa depan serta memberikan nuansa optimisme yang tidak dimiliki oleh adegan masa kini sebelumnya.

06 Character Design

Desain karakter dalam film ini sudah baik karena sudah serasi antar karakter dan serasi dengan desain latar belakangnya. Karakter utama dalam film ini adalah manusia, yang artinya Meet the Robinsons menjadi animasi 3D Disney yang pertama kali menampilkan manusia sebagai tokoh utama. Karenanya, film ini masih mendapatkan inspirasi dari karya-karya sebelumnya dan jelas sekali adanya inspirasi dari film PIXAR The Incredibles—desain karakter dalam film ini terlihat memiliki kemiripan bahasa desain dengan karakter dalam The Incredibles—contoh paling jelas adalah desain Uncle Art. Secara umum, desain karakter dalam Meet the Robinsons sudah memiliki konsep yang jelas dan asal-usul bahasa desain yang bisa ditelusuri. Proses desain karakter film ini telah disampaikan secara sederhana dalam artikel yang dipublikasikan oleh AWN [Animation World Network] sebagai berikut:

The Incredibles was a definite inspiration for this. It was eye-popping to me, and certainly part of my education in 3D and how to do character animation with all of its subtleties. We looked at a lot of Warner Bros. cartoons for our inspiration as well. Alice in Wonderland, Cinderella and Peter Pan were Disney inspirations as far as combining believable characters with much more caricatured ones in the same scenes. In defining the two time periods, we define the present as Disney animation from the `50s, where it's caricatured but very grounded, believable, dimensional animation. In the future, things move a little bit faster and are quirkier and more off beat, with characters that can zip around like Warner Bros. cartoons, and where characters from the present day follow all the rules of The Illusion of Life. [Bill Desowitz in “‘Meet The Robinsons’: Keep Moving Forward at Disney”]

07 Background/Set Match

Tidak ada keluhan dalam pemilihan latar belakang. Desain latar belakang dalam film ini sudah serasi dengan desain karakternya sehingga baik karakter maupun background terlihat berada dalam satu universe. Selain itu, Meet the Robinsons juga telah mengimplementasikan permainan warna latar belakang dengan baik sehingga terdapat perbedaan yang sangat jelas antara masa lalu, masa kini [present], dan masa depan. Permainan bentuk juga diimplementasikan dengan baik sehingga kontras antar masa dapat dengan mudah dilihat—misalnya desain objek masa kini [present] sengaja dibuat lebih monoton atau seragam dari segi bentuk [seperti bagaimana dunia dalam sebuah masa memiliki tren yang menonjolkan ciri khas masa tersebut; misalnya mobil-mobil era 1950-an yang memiliki desain serumpun membulat sementara era 1970-an memiliki desain body mobil yang kotak dengan garis tegas]. Sementara itu, desain latar belakang masa depan dibuat lebih variatif dan memiliki lebih banyak lengkungan atau tidak ada keseragaman yang sejelas masa kini. Konsep latar belakang film ini memiliki arah yang jelas dan juga telah disederhanakan dalam potongan artikel AWN [Animation World Network] berikut:

According to art director Robh Ruppel, who studied, among other things, the way cinematographers Vittorio Storaro (Reds) and Caleb Deschanel (The Natural) handle period looks, the philosophy could be summed up thusly: "We know that Lewis' answer lies in the future. Every time he thinks about the past, every time he gets further from his answer, we pull more color out. Every time we go into the past, we pull most of the blues and the higher saturated colors out. The present is in between those worlds, color wise: it's very warm, it's nice; we save those blue notes for the future: the blue sky, the bright magentas. In the shape design, we tried to keep the present day very boxy and square. Everything's on a grid, everything's a little repetitive, everything's a little busy. So that when you go to the future, the view is unobstructed, the building shapes are very curved. There's pleasantness to it." [Bill Desowitz in “‘Meet The Robinsons’: Keep Moving Forward at Disney”]

08 Special and/or Practical Effects

Apabila dinilai dengan standar animasi 3D era 2010 ke atas, tentunya efek visual Meet the Robinsons memiliki banyak kekurangan terutama dalam hal keluwesan gerakan karakternya—manusia dalam film ini tidak terlihat se-lifelike animasi 3D era 2010 ke atas. Namun, kita harus menilai film ini dengan standar tahun 2007. Menggunakan standar 2010 ke atas untuk menilai film ini sama saja dengan menilai efek visual The Incredibles dengan The Incredibles 2; karakter dalam The Incredibles terlihat kurang detil dan gerakannya lebih kaku dibandingkan dengan The Incredibles 2. Proses penciptaan animasi manusia 3D memang lebih sulit dibandingkan dengan animasi objek atau benda mati. Itulah mengapa PIXAR merilis Toy Story yang mayoritas karakternya adalah benda mati dan efek visual dalam film Cars yang dirilis pada tahun 2006 tidak terlihat terlalu berbeda dengan Cars 2 yang dirilis pada tahun 2011. Dengan menilai efek visual Meet the Robinsons sesuai dengan tahun perilisannya, maka dapat disimpulkan bahwa efek visual film ini sudah baik.

09 Audience Approval

Meet the Robinsons mendapatkan tanggapan yang beragam dari penonton. Untuk sebuah film keluarga, Meet the Robinsons masih terlalu kompleks untuk anak-anak tetapi terlalu sederhana dan kurang serius untuk orang dewasa.

10 Intentional Match

Meet the Robinsons benar-benar mengusung sebuah beban cerita yang jelas yakni menyampaikan pesan mengenai merelakan masa lalu dan senantiasa menyongsong masa depan [keep moving forward]. Pesan tersebut telah disajikan dengan baik dan dengan sejelas-jelasnya. Pesan ini menjadi sangat penting dalam poin Intentional Match karena sutradara filmnya secara khusus memilih untuk menyutradarai film ini karena merasa memiliki koneksi atau memahami karakter Lewis yang yantim piatu. Desain karakter film ini memiliki konsep yang jelas dan telah diciptakan dengan baik sebagaimana telah dibahas dalam poin Character Design dan Background. Dari segi finansial, Meet the Robinsons belum mampu memenuhi ekspektasi studio. Namun dari segi artistik, film ini sudah berhsil menyampaikan visi penciptanya dengan cukup baik.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

01 Skywalker’s Schemata

Saya menyukai Meet the Robinsons. Film ini adalah sebuah film yang unik dan menyentuh, terutama dengan adanya lagu Little Wonders. Lebih dari kualitas artistik film ini, saya mengapresiasi dan menyukai pesan yang digarisbawahi di dalamnya. Meet the Robinsons menyajikan sebuah cerita tentang perjalanan hidup untuk merelakan masa lalu dan mensyukuri masa kini agar masa depan menjadi lebih baik. Frasa ‘let it go’ yang menjadi pembuka lagu Little Wonders benar-benar mampu meringkas esensi film ini. Meet the Robinsons mengajarkan kita semua untuk merelakan apa saja yang tidak bisa kita kendalikan—yang sudah ya sudah, belajar dari masa lalu. Pesan film ini tidak hanya saya setujui dari kaca mata filsafat yang saya pegang, tetapi juga dari kaca mata psikologi yang menyatakan bahwa hidup manusia adalah sebuah proses yang terus berjalan. Kita harus menghargai setiap momen yang kita miliki meskipun ada kalanya kita merasa sangat jatuh dan sangat sedih. Bahkan, tidak jarang orang berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena pahitnya siksaan kehidupan. Keadaan terendah seorang manusia, pada kenyataannya, bukanlah sebuah keadaan final dan tetap bagian dari sebuah proses; sama halnya dengan kebahagiaan seseorang juga bukan sebuah keadaan final dan bisa berubah karena merupakan sebuah proses. Sebelum seseorang mati, dirinya akan senantiasa merasakan sensai hidup yang berbeda-beda menyesuaikan berbagai variabel yang mungkin terjadi di sekitarnya.

02 Awards

Berdasarkan laporan IMDb, film ini menerima beberapa nominasi untuk animasi terbaik, tetapi tidak ada penghargaan penting yang dimenangkan.

03 Financial

Dari dana sebesar $150, Meet the Robinsons “hanya” berhasil menjual tiket sebesar $170 juta. Angka ini tergolong mengecewakan untuk ukuran sebuah animasi Disney. Apalagi, film ini adalah animasi full CGI pertama dari Disney yang menyajikan tokoh utama manusia.

Meet the Robinsons (2007) Theatrical Performance

Domestic Box Office

$97,822,171

Details

International Box Office

$72,730,548

Details

Worldwide Box Office

$170,552,719

Home Market Performance

Est. Domestic DVD Sales

$86,109,830

Details

Total Est. Domestic Video Sales

$86,109,830

Further financial details...

Opening Weekend:

$25,123,781 (25.7% of total gross)

Legs:

3.89 (domestic box office/biggest weekend)

Domestic Share:

57.4% (domestic box office/worldwide)

Theater counts:

3,413 opening theaters/3,435 max. theaters, 6.4 weeks average run per theater

Infl. Adj. Dom. BO

$130,382,159

04 Critics

Ketika film ini dirilis, secara umum kalangan kritikus film memberikan respons yang positif.

05 Longevity

Popularitas Meet the Robinsons cenderung meredup seiring berjalannya waktu. Tidak banyak penonton yang masih aktif memperbincangkan film ini setelah berusia di atas 10 tahun—jika dibandingkan dengan animasi Disney lainnya seperti Bambi, Mulan, atau Beauty and the Beast. Respons penonton generasi baru pun secara umum tidak banyak berubah dibandingkan dengan respons penonton ketika filmnya dirilis. Hal yang membuat film ini masih tergolong “populer” adalah posisinya sebagai salah satu animasi “official” Disney yang masuk dalam katalog Disney’s Animated Feature [film-film animasi yang diciptakan oleh [the legendary] studio animasi Disney yang dimulai dengan Snow White and the Seven Dwarfs].

Final Score

Skor Asli                     : 9

Skor Tambahan           : -1

Skor Akhir                  : 8/10

***

Spesifikasi Optical Disc

[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]

Judul               : Meet the Robinsons

Rilis                 : Oktober 2007

Format             : VCD [|||] DVD [|||] Blu-ray Disc [||]

Kode Warna    : PAL [|||] 3/NTSC [|||] A/FHD [||]

Fitur                : Behind the scenes, games, music videos [|||][||]

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

Keterangan Support:

[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]

[Support VCD, DVD, Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]

[Support Semua Termasuk 4K]

STREAMING

iTunes:

iTunes

Google Play:

Google Play

Vudu:

Vudu

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

Edisi Review Singkat+PLUS

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda Review Singkat+PLUS di bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.

Skywalker Hunter adalah alias dari Nabil Bakri

Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers

©2007/Disney/Meet the Robinsons/All Rights Reserved.

©Nabil Bakri Platinum.

Teks ini dipublikasikan dalam Nabil Bakri Platinum [https://nabilbakri.blogspot.com/] yang diverifikasi Google dan dilindungi oleh DMCA.

Nabil Bakri Platinum tidak bertanggung jawab atas konten dari link eksternal yang ada di dalam teks ini—termasuk ketersediaan konten video atau film yang dapat berubah sewaktu-waktu di luar kendali Nabil Bakri Platinum.