Review Film Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid (2004) Kalimantan Diserbu Anaconda Raksasa [The Search for Immortality that Cost Their Lives]
©2004/Columbia, Screen Gems/Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid/All Rights Reserved. |
Review Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid (2004)
Kalimantan Diserbu Anaconda Raksasa [The Search for Immortality that Cost Their
Lives]
Oleh Skywalker HunterNabil Bakri
“I
had this friend, who had this friend who shot documentaries, and he and his whole
crew went down to the Amazon, and they were all eaten by snakes.”—Cole Burris
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak
cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes
copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
Genre : Fiksi
Ilmiah—Petualangan [Film Monster]
Rilis :
Domestic Releases: |
August 27th, 2004 (Wide) by Sony Pictures |
International Releases: |
October 7th, 2004 (Wide), released as Anacondas: The
Hunt For The Blood Orchid (Australia) |
MPAA Rating: |
PG-13 for
action violence, scary images and some language. |
Durasi : 96 menit
Sutradara : Dwight H. Little
Pemeran : Johnny Messner, KaDee Strickland, Matthew Marsden, Eugene Byrd, Salli Richardson-Whitfield, Nicholas Gonzalez, Karl Yune, Morris Chestnut
Episode : -
©2004/Columbia, Screen Gems/Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid/All Rights Reserved. |
Sinopsis
Perusahaan
farmasi Wexell-Hall menyetujui proposal Dr. Jack Byron dan Gordon Mitchell
untuk melakukan ekspedisi ke Borneo dan mengambil The Blood Orchid [anggrek
darah] yang mereka yakini mampu menjadi kunci obat keabadian. Perusahaan turut
mengirimkan Gail Stern untuk mengawasi secara langsung proses pencarian anggrek
tersebut. Jack membawa serta asistennya, Sam Rogers, dan dua orang koleganya
yakni ahli komputer dan navigasi Cole Burris serta dokter Ben Douglas.
Setibanya di Borneo, mereka semua menerima kabar bahwa kapal yang mereka sewa
batal mengantarkan mereka melakukan ekspedisi karena cuaca buruk. Tidak ada
satu pun kapten kapal yang bersedia mengantarkan mereka menjelajah hutan Borneo
di tengah kondisi cuaca yang tidak bersahabat. Namun, mereka mendengar kabar
bahwa seorang kapten bernama Jin Sun akan bersedia mengantar mereka jika
dibayar dengan upah yang tinggi. Mereka akhirnya menemui Jin Sun dan membuat
kesepakatan; $50 ribu akan diberikan kepada Jin Sun jika ia bersedia menyewakan
kapal dan jasanya sebagai kapten. Kapal miliknya adalah sebuah kapal bobrok
yang tidak sebanding dengan biaya $50 ribu, tetapi Jin Sun menegaskan bahwa
kapal tersebut layak berlayar dan dialah satu-satunya kapten yang cukup berani
untuk mengantarkan mereka melakukan ekspedisi. Ia pun menjelaskan bahwa nama
sebenarnya adalah Bill Johnson, tetapi orang setempat selalu salah mengucapkan
Johnson menjadi Jin Sun. Ia pun mengajak serta rekan kerjanya, Tran Wu.
©2004/Columbia, Screen Gems/Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid/All Rights Reserved. |
Ekspedisi
tersebut berisikan anggota yang saling tidak menyukai satu sama lain sehingga
ketegangan sering terjadi; Gail menganggap keberhasilan Sam menjadi asisten
Jack hanyalah karena keberhasilannya menggoda Jack. Ia pun senantiasa memandang
rendah seluruh anggota tim ekspedisi—meskipun ia dan Gordon, yang sebelumnya sering
berselisih pendapat, pada akhirnya menjalin asmara. Meskipun Sam mendapatkan
posisinya berkat keahlian yang ia miliki, bukan rahasia lagi jika Jack
menyukainya. Namun, Ben Douglas tetap berusaha memikat hati Sam. Walau
penjelajahan tersebut dilakukan oleh orang-orang yang tidak akur, ekspedisi
mereka berjalan dengan lancar sesuai rencana. Akhirnya, cuaca buruk mulai
menghambat perjalanan mereka. Bill menjelaskan kepada Jack bahwa ia bisa
melewati jalur yang lebih singkat, tetapi jalur tersebut sangat berbahaya
karena cuaca buruk menyebabkan banjir. Tanpa berdiskusi dengan teman-temannya,
Jack memutuskan untuk membayar uang lebih kepada Bill asalkan ia bersedia
mengantarkan mereka melalui jalur yang singkat namun berbahaya tersebut.
Keputusan Jack terbukti memiliki dampak buruk. Pada keesokan harinya, kapal
yang mereka tumpangi mengalami kerusakan mesin sehingga gagal berbelok melewati
jalur yang benar dan akhirnya terseret arus sampai terjerumus ke air terjun.
Setelah kapal tersebut hancur, para anggota ekspedisi harus mulai melanjutkan
perjalanan dengan kaki menembus hutan belantara. Sebagian besar anggota tim
memilih untuk membatalkan ekspedisi, namun Jack dan Gordon berikeras untuk
tetap melanjutkan ekspedisi yang bernilai milyaran dolar tersebut. Akhirnya,
Bill menghubungi temannya, John Livingston, untuk menjemput mereka sekaligus
melanjutkan ekspedisi. Livingston menyanggupi permintaan Bill dengan bayaran
yang telah disepakati.
©2004/Columbia, Screen Gems/Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid/All Rights Reserved. |
Ketika
menyusuri hutan, tim ekspedisi diserang oleh seekor ular anaconda raksasa.
Mereka pun bergegas menuju ke lokasi pertemuan dengan Livingston. Sayangnya,
Livingston diserang oleh anaconda sebelum sampai ke lokasi pertemuan. Perahunya
berlayar tak terkendali dengan kecepatan tinggi dan menghantam bebatuan hingga
meledak. Tim ekspedisi itu pun terpaksa melanjutkan perjalanan kembali menembus
hutan. Bill menceritakan kepada Sam bahwa Jack membayarnya untuk mengambil
jalan pintas—sebuah keputusan yang seharusnya lebih dulu dibicarakan
bersama-sama. Ketika seluruh anggota ekspedisi termasuk Gordon memutuskan untuk
membatalkan ekspedisi, Jack tetap bersikeras untuk melanjtkan ekspedisi. Ia pun
mencoba melakukan berbagai cara agar ekspedisi itu bisa berjalan dengan sukses
dan ia berhasil mengambil The Blood Orchid yang akan membuatnya sukses besar.
Seluruh anggota ekspedisi harus menghadapi ancaman dari para ular anaconda yang
sedang mendatangi mereka dari segala penjuru karena mereka berada tepat di
jalur para anaconda menuju lokasi kawin mereka di musim kawin yang bertepatan
pada waktu mekarnya The Blood Orchid. Mampukah mereka selamat hidup-hidup?
©2004/Columbia, Screen Gems/Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid/All Rights Reserved. |
01 Story Logic
Berbeda
dengan Anaconda
1997 yang berada pada genre Petualangan—Horror, Anacondas: The Hunt for the
Blood Orchid [mulai sekarang kita sebut Anacondas saja] mengalami pergeseran
genre menjadi Fiksi Ilmiah—Petualangan. Dari segi konsep, narasi dalam Anacondas
sudah logis sesuai dengan genrenya. Karena film ini mengambil koridor Fiksi
Ilmiah, maka film ini perlu menyediakan penjelasan yang “dibuat” masuk akal
mengenai alasan para tokohnya melakukan Petualangan (karena Fiksi Ilmiah, jadi
istilah Petualangan dapat digantikan dengan istilah Ekspedisi atau
Penjelajahan) dan mengenai keberadaan monster Anaconda. Namun perlu diingat
bahwa film ini hanyalah Fiksi Ilmiah yang mengedepankan Fiksi dengan
adegan-adegan menegangkan, bukan sebuah Hard Science Fiction atau Fiksi Ilmiah
serius yang benar-benar mengutamakan akurasi atau dugaan fiktif yang otentik
[dugaan yang dipikirkan matang-matang seperti kemungkinan kloning dinosaurus
dalam Jurassic
Park atau percobaan pada otak hiu untuk mengobati Alzheimer dalam Deep
Bule Sea]. Maka, logika film ini tidak bisa diharapkan untuk
benar-benar masuk akal—terutama karena film ini ada dalam sebuah bentukan genre
yang pada dasarnya tidak logis yakni sebuah Film Monster. Film-film tentang
Monster umumnya akan menampilkan berbagai sosok mengerikan yang tidak masuk
akal karena terlalu mengada-ada seperti kemunculan Godzilla, Octalus [dalam
film Deep Rising], dan monster Clover
[dalam Cloverfield]. Hal inilah yang
membuat film Jurassic Park sebenarnya
bukanlah
sebuah film Monster.
©2004/Columbia, Screen Gems/Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid/All Rights Reserved. |
Anacondas
sudah menjelaskan alasan para karakternya pergi bertualang untuk mendapatkan
The Blood Orchid—untuk mewujudkan obat keabadian—dan menjelaskan bagaimana
ular-ular Anaconda di Borneo bisa tumbuh sangat besar [ada kaitannya dengan The
Blood Orchid]. Anaconda sendiri sebetulnya tidak ada di Borneo dan pembuat film
ini menyadari hal itu. Maka, desain ular anaconda dalam film dimodifikasi
sehingga tidak terlihat seperti anaconda dari Amazon. Selain itu, penulis
naskah telah menambahkan dialog yang menyatakan bahwa ular-ular tersebut
merupakan “Freak of nature”—anomali
keanehan alam yang belum bisa dijelaskan. Hal yang membedakan Anacondas dengan Anaconda 1997—hal yang membuatnya
menjadi Fiksi Ilmiah bukannya Horror—adalah karena Anacondas tidak menyajikan
misteri yang menekankan pada Fear of the
Unknown. Keberadaan Anaconda telah diketahui oleh Bill Johnston, kapten
kapal Bloody Marry sekaligus pemandu tim ekspedisi pencari The Blood Orchid.
Dirinya juga dapat dengan mudah mengidentifikasi pola perilaku para Anaconda
dan menyimpulkan bahwa mereka terjebak di tengah hutan Anaconda di saat musim
kawin. Keberadaan ular anaconda yang “sakral” pada Anaconda 1997 sudah tidak ada lagi dan digantikan dengan penjelasan
“ilmiah” mengapa ular-ular tersebut bisa berukuran sangat besar.
©2004/Columbia, Screen Gems/Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid/All Rights Reserved. |
Unsur
Petualangan dalam film ini sudah baik dan sejalan dengan pakem yang
dipopulerkan oleh Sir Arthur Conan Doyle dalam kisah The Lost World. Meski demikian, film ini memiliki masalah logika
pada detil ceritanya. Dalam Anaconda
1997, tim ekspedisi pembuat dokumenter harus pergi ke pelosok untuk menemukan
suku Shirishama yang tersembunyi. Keberadaan ular Anaconda pun hanya pada titik
tertentu yang dengan sengaja mereka lewati. Dalam Anacondas, tidak logis ketika
semua nahkoda setempat tahu tentang adanya anaconda [Bill sudah tahu tentang
anaconda, dia sudah hafal kawasan hutan, ada patroli hutan yang rutin menyusuri
kawasan tersebut] tetapi ia sama sekali tidak melakukan persiapan. Selain itu, sahabat
Bill yang juga berprofesi sebagai nahkoda pada akhirnya pergi menuju lokasi
Bill dan harus berhadapan dengan anaconda—padahal seharusnya ia tahu tentang
anaconda, jika memang keberadaan mereka sudah bukan rahasia lagi. Dalam film Anaconda 1997, terlihat jelas bahwa suku
pedalaman hidup berdampingan dengan ular anaconda—bahkan ular itu awalnya tidak
berniat memangsa manusia—sehingga wajar jika berita tentang ular raksasa
pemangsa manusia tidak menyebar. Dalam Anacondas, jelas sekali bahwa suku
pedalaman merasa ketakutan dan bersembunyi dari anaconda karena ular-ular
tersebut memangsa mereka. Informasi yang sebegitu mengejutkan seharusnya sudah
diketahui oleh pemerintah setempat atau setidaknya para pemburu liar yang ingin
menangkap ular-ular raksasa tersebut.
©2004/Columbia, Screen Gems/Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid/All Rights Reserved. |
02 Story Consistency
Alur
cerita film ini sudah konsisten. Anacondas fokus pada ekspedisi Jack dan Gordon
bersama tim mereka dalam mencari The Blood Orchid yang mereka yakini mampu
menjadi obat keabadian. Tidak ada percabangan cerita yang terlalu
dieksplorasi—misalnya kisah hidup masing-masing karakter secara mendalam. Film
ini hanya memberikan pengenalan mendasar para karakter untuk menentukan logika
mereka masing-masing dalam menghadapi atau merespons [bereaksi terhadap]
kejadian-kejadian yang menimpa mereka. Dengan demikian, film ini benar-benar
fokus pada kejadian “sekarang/present”
yang berhasil membuat ceritanya bergulir cepat, runtut, dan jelas.
03 Casting Choice and Acting
Tidak
ada keluhan dalam pemilihan aktor; masing-masing bintang yang dipilih telah
berhasil memerankan karakter mereka sesuai deskripsi masing-masing dengan baik.
©2004/Columbia, Screen Gems/Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid/All Rights Reserved. |
04 Music Match
Tidak
ada keluhan di pemilihan musik.
“We're
in the middle of the jungle Jack, at this point your authority is what we say
it is.”—Sam Rogers
05 Cinematography Match
Sama
halnya dengan film Anaconda 1997,
sinematografi dalam Anacondas sudah baik. Namun alih-alih meniru Anaconda 1997 yang menampilkan ular
anaconda secara gamblang, film ini justru meniru film Jaws yang memilih untuk “menyembunyikan” ular anaconda sampai
mendekati akhir. Meski demikian, film ini tidak lantas mencurangi penonton
seperti Godzilla 2014 [membuat
penonton tidak sabar, kecewa, dan bertanya-tanya “mana Godzilla-nya?”] karena
ceritanya bergulir cepat dan runtut sehingga fokus aksi para karakternya
dikemas secara non-stop.
06 Costume Design
Tidak
ada keluhan dalam poin pemilihan kostum.
©2004/Columbia, Screen Gems/Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid/All Rights Reserved. |
07 Background/Set Match
Film
ini juga menggunakan latar belakang asli dan buatan sehingga benar-benar
nyata—tidak full CGI seperti banyak film-film 2010 ke atas [perhatikan saja,
hutan dalam Anacondas yang dibuat dengan dana $25 juta, setelah lebih dari 10
tahun masih terlihat lebih nyata ketimbang hutan dalam Jumanji Welcome to the Jungle yang dirilis tahun 2017 dengan dana
$150 juta]. Dengan demikian, latar belakang film ini masih konsisten dengan
film Anaconda 1997.
08 Special and/or Practical Effects
Efek
nyata yang digunakan dalam film ini sudah baik: hutan sungguhan, miniatur
kapal, binatang-binatang sungguhan, dan lain sebagainya. Namun, film ini
memiliki efek CGI ular anaconda yang masih terlihat kasar ketika ular-ular
tersebut tampil seutuhnya. Ketika ular tampil sekejap [teasing] di dalam air, CGI yang digunakan sudah baik, tetapi ketika
ular tersebut muncul ke permukaan seutuhnya, kualitas CGI yang digunakan
terlihat masih sangat kasar. Hal in merupakan sebuah kemunduran dari Anaconda yang memiliki efek nyata yang
baik dengan animatronik yang juga dipadukan dengan efek ular komputer. Apabila
diperhatikan, tidak ada perkembangan yang terlihat dari efek komputer di tahun
1997 dengan 2004—padahal seharusnya teknologi komputer tahun 2004 mampu
menghasilkan efek komputer yang lebih baik.
©2004/Columbia, Screen Gems/Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid/All Rights Reserved. |
09 Audience Approval
Lagi-lagi,
Anacondas memiliki kemiripan dengan Anaconda
1997. Film ini juga mendapat kecaman dari kritikus film, tetapi mendapatkan
tanggapan yang positif dari kalangan penonton.
10 Intentional Match
Anacondas
memang dimaksudkan untuk menjadi sekuel dari Anaconda 1997, tetapi film ini juga dimaksudkan untuk tampil dengan
sangat berbeda. Hasilnya, film ini menjadi sebuah sekuel yang sifatnya spin-off [judulnya pun Anacondas,
bukan Anaconda 2]. Anacondas telah berhasil menyajikan sebuah kisah
yang berbeda dengan Anaconda 1997,
tetapi tetap berada dalam satu koridor atau Universe yang sama dengan kualitas
cerita yang setara, pemilihan aktor yang setara, pemilihan latar belakang yang
setara, serta efek visual yang secara umum sudah baik. Film ini bahkan terbukti
memiliki potensi cerita yang lebih kuat dibandingkan dengan Anaconda 1997 karena Anacondas membuka
peluang adanya pengembangan cerita. Maka, Anaconda
3: Offsprinf dan 4: Trail of Blood
meneruskan cerita dari Anacondas, bukan dari Anaconda 1997. Meski demikian, sekuel ke 3 dan 4 sama sekali tidak
terlihat berada dalam satu Universe baik dengan Anacondas maupun Anaconda 1997 karena format film yang
diubah menjadi FTV.
©2004/Columbia, Screen Gems/Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid/All Rights Reserved. |
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
01 Skywalker’s Schemata
Anacondas:
The Hunt for the Blood Orchid adalah sebuah film Petualangan yang menyajikan
aksi tanpa henti. Bahkan sebelum ular-ular raksasa muncul sekalipun, film ini
tidak membosankan karena menampilkan perjalanan para karakternya menjelajah
hutan yang berbahaya. Film ini menampilkan cerita yang lebih menyerupai Congo (1995) daripada film pertamanya.
Dalam film Congo, monster yang
sebenarnya sama sekali tidak ditampilkan sampai bagian akhir. Namun, film
semacam ini tidak hanya bertujuan menampilkan monster melainkan memperlihatkan
proses karakternya melakukan sebuah ekspedisi. Ekspedisi dalam Anacondas dapat
dikatakan memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan dengan Anaconda 1997 karena karakter dalam film
ini tidak hanya menyusuri sungai, tetapi juga menembus hutan. Anacondas is a fun monster movie, it is a
well-crafted—worthy spin-off sequel to the 1997 Cult Classic—it is a ‘Jurassic
Park’ compared to countless cheap B-Movie monster entries including its own two
sequels.
©2004/Columbia, Screen Gems/Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid/All Rights Reserved. |
02 Awards
Tidak
ada penghargaan yang penting untuk disebutkan.
03 Financial
Film
ini sukses dalam tangga box office karena dari dana sebesar $25 juta, film ini
berhasil menjual tiket sebesar $70 juta.
Anacondas: The Hunt for the
Blood Orchid (2004)
Theatrical Performance |
||
Domestic
Box Office |
$31,526,393 |
|
International
Box Office |
$38,800,000 |
|
Worldwide
Box Office |
$70,326,393 |
|
04 Critics
Mayoritas
kritikus film memberikan tanggapan yang negatif untuk film ini.
©2004/Columbia, Screen Gems/Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid/All Rights Reserved. |
05 Longevity
Anacondas
yang pada awal kemunculannya menerima tanggapan negatif dari kritikus film,
perlahan-lahan mendapatkan respons yang lebih positif dan menjadi sebuah Cult
Classic seperti Anaconda
1997—meskipun pada akhirnya film ini tidak sepopuler Anaconda 1997.
Final Score
Skor
Asli : 9
Skor
Tambahan : -1
Skor Akhir : 8/10
***
Spesifikasi Optical Disc
[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]
Judul : Anacondas: The Hunt for the
Blood Orchid
Rilis : 23 Oktober 2004
Format : DVD [|||]
Kode
Warna : 3/PAL
Fitur : Deleted scenes, behind the
scene: Creating Anacondas, trailers
Support : Windows 98-10 [VLC Media Player],
DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].
Keterangan Support:
[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]
[Support VCD, DVD,
Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]
[Support Semua
Termasuk 4K]
***
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar
yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil
Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
Edisi Review Singkat+PLUS
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda
Review Singkat+PLUS di
bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel
tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.
©2004/Columbia, Screen Gems/Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid/All Rights Reserved. |
Skywalker Hunter adalah alias
dari Nabil Bakri
Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers
©2004/Columbia,
Screen Gems/Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid/All Rights Reserved.