Review Animasi Sinbad: Legend of the Seven Seas (2003) Mengarungi Samudera Penuh Bahaya

 

©2003/DreamWorks/Paramount/Sinbad Legend of the Seven Seas/All Rights Reserved.

Review dan Sinopsis Film Sinbad: Legend of the Seven Seas (2003) Mengarungi Samudera Penuh Bahaya

Oleh Skywalker Hunter

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Petualangan [Animasi 2D—Hybrid: Hand-Drawn+Computer-Generated]

Rilis                 : 2 Juli 2003

Durasi             : 86 menit

Sutradara       : Tim Johnson dan Patrick Gilmore

Pemeran         : Brad Pitt, Catherine Zeta-Jones, Michelle Pfeiffer, dan Joseph Fiennes

Episode           : -

©2003/DreamWorks/Paramount/Sinbad Legend of the Seven Seas/All Rights Reserved.

Sinopsis

Sinbad beserta kru kapalnya sedang mengejar sebuah kapal kerajaan yang membawa Buku Perdamaian, sebuah buku ajaib yang menjaga ketenteraman tujuh lautan. Tujuan utama Sinbad adalah mencuri buku itu dan meminta tebusan. Namun setelah ia dan awak kapalnya berhasil menyergap kapal kerajaan dan menjejakkan kaki di atas kapal kerajaan, Sinbad terkejut karena orang yang bertanggung jawab menjaga buku itu adalah Pangeran Proteus, teman semasa kecil Sinbad. Peristiwa itu disaksikan oleh Eris, sang Dewi Kekacauan yang sangat menginginkan kerusakan dunia. Ia pun mengirimkan Cetus, monster laut peliharaannya, untuk menyerang kapal kerajaan dan mencuri Buku Perdamaian. Sinbad yang awalnya berniat mencuri Buku Perdamaian, kini justru bahu membahu dengan Proteus guna menghalangi Cetus mengambil buku itu. Pada akhirnya, Cetus berhasil dikalahkan dan Proteus memahami bahwa sifat Sinbad yang baik semasa kecil masih tersimpan di dalam dirinya. Sebelum Cetus tenggelam ke laut, salah satu tentakelnya menyeret Sinbad ke dalam laut. Sinbad kemudian bertemu dengan Eris yang menawarkannya sebuah perjanjian karena Sinbad telah membunuh monster lautnya. Eris meminta Sinbad untuk mencuri Buku Perdamaian dan akan diberi imbalan kekayaan yang melimpah. Pada akhirnya, Sinbad sepakat.

©2003/DreamWorks/Paramount/Sinbad Legend of the Seven Seas/All Rights Reserved.

Pada acara perjamuan dan sambutan kedatangan Proteus serta Buku Perdamaian, Sinbad datang untuk menghadiri acara tersebut dengan niat terselubung mencuri Buku Perdamaian. Dalam kesempatan itu, Proteus memperkenalkan Sinbad kepada Lady Marina, calon isterinya. Begitu berjumpa dengan Marina, Sinbad langsung memerintahkan krunya untuk pergi berlayar. Saat itulah Eris datang dan menyamar sebagai Sinbad utuk mencuri Buku Perdamaian. Begitu Eris mengambil dan menutup buku itu, seantero negeri berubah menjadi gelap dan dilanda gempa. Alhasil, Sinbad dituduh mencuri buku sakti itu dan diseret ke pengadilan. Sinbad berterus terang kepada Proteus bahwa buku itu sebenarnya dicuri oleh Eris, Dewi Kekacauan. Proteus yakin kalau Sinbad tidak mencurinya dan hanya dialah yang bisa mencuri kembali buku itu dari tangan Eris. Maka, Proteus rela menggantikan posisi hukuman mati Sinbad sementara Sinbad mendapat waktu 10 hari untuk mengembalikan buku itu. Mulanya, Sinbad enggan melakukan perjalanan berbahaya ke Tartarus untuk mengambil buku itu. Namun, Marina menyelinap ke atas kapal dan membayarnya dengan batu berlian supaya Sinbad bersedia membawanya serta berlayar menuju Tartarus. Perjalanan Sinbad dipenuhi dengan rintangan yang sengaja disiapkan oleh Eris. Dewi yang satu ini sangat menyukai permainan dan menikmati kesulitan-kesulitan yang dilalui oleh Sinbad. Pada akhirnya, Sinbad harus berhadapan dengan rintangan terbesarnya yakni dirinya sendiri—mampukah Sinbad yang egois dan kriminal menemukan kembali kebaikan di dalam hatinya?

©2003/DreamWorks/Paramount/Sinbad Legend of the Seven Seas/All Rights Reserved.

01 Story Logic

Film ini masuk dalam genre Petualangan dan telah mengikuti konsep genre Petualangan dengan baik. Sinbad Legend of the Seven Seas berfokus pada Sinbad yang harus melakukan sebuah perjalanan [petualangan] penuh rintangan untuk mencapai tujuannya dan karakternya perlahan mengalami perubahan seiring berjalannya cerita. Konsep dasar cerita Petualangan semacam ini memang merupakan signature genre Petualangan yang ditampilkan dengan baik dalam icon film Petualangan yakni Indiana Jones Raiders of the Lost Ark. Serupa dengan Raiders of the Lost Ark, Sinbad juga melalui rintangan untuk mendapatkan sesuatu yang bersifat mistis atau Fantasi. Namun, Lost Ark yang merupakan artefak mistis dalam Indiana Jones tidak terlalu digali dari sisi mistis karena memang poin supranatural bukanlah poin utama genre Petualangan murni. Buku Perdamaian dalam Sinbad juga tidak ditelusuri lagi mengenai asal usulnya, Sinbad hanya tahu bahwa buku itu bisa menyebabkan kekacauan jika jatuh ke tangan yang salah dan Eris sangat menginginkannya [Belloq dalam Raiders of the Lost Ark sangat menginginkan The Lost Ark yang dipercaya memiliki kekuatan menghancurkan yang dahsyat]. Secara umum, alur cerita film ini sudah logis sesuai genrenya.

©2003/DreamWorks/Paramount/Sinbad Legend of the Seven Seas/All Rights Reserved.

02 Story Consistency

Meskipun konsep film ini sudah sesuai dengan genrenya dan poin-poin cerita sudah masuk akal dalam koridor genrenya, namun alur cerita film ini kurang konsisten karena ada cukup banyak poin yang ingin dieksplorasi sementara tidak ada cukup waktu untuk mengeksplorasi semuanya. Pertama, posisi Eris dan umat manusia yang kurang jelas. Ambisi Eris dan keterlibatannya dalam cerita masih kurang dieksplorasi sehingga motivasi-motivasinya masih kurang jelas dan risiko dari perbuatan Eris juga kurang jelas. Di dalam film, hanya dijelaskan bahwa Eris menginginkan kekacauan tanpa penjelasan lebih lanjut. Memang, ada karakter penjahat yang sebatas senang berbuat jahat, namun perilaku mereka yang seolah “sederhana tanpa motif” itu sebenarnya sangat kompleks—coba saja amati Joker. Dalam cerita Hercules, jelas sekali bahwa Hades menyimpan dendam kepada Zeus karena ia diberi jabatan paling rendah. Maka, Hades menyusun rencana untuk menggulingkan Zeus dari Olympus. Tidak begitu jelas apa yang sebenarnya diinginkan Eris dengan mencuri Buku Perdamaian karena buku itu juga tidak dijelaskan memiliki kekuatan yang teramat dahsyat selain mengubah cuaca menjadi lebih mendung. Ke dua, kisah masa lalu dan persahabatan antara Sinbad dengan Proteus. Kisah persahabatan mereka sangat krusial karena persahabatan merekalah yang menimbulkan permasalahan dan harus diselesaikan di akhir. Kalau kita perhatikan dalam The Lord of the Rings, memang ada kisah masa lalu antar tokohnya [sejak The Hobbit], namun kisah pershabatan ini bukanlah sebuah kekuatan yang menggerakkan cerita—Sauron tidak bangkit mengincar mereka karena mereka bersahabat [Eris mengincar Sinbad dan Proteus karena memanfaatkan kisah persahabatan mereka di masa lalu untuk merebut The Book of Peace]. Ke tiga, kisah asmara antara Sinbad dengan Marina. Kita coba bandingkan kisah asmara dalam film ini denggan film yang menjadi icon genre Petualangan yakni Indiana Jones Raiders of the Lost Ark. Dalam Indiana Jones, kisah asmara Indy dengan Marion Ravenwood benar-benar dieksplorasi dengan membahas masa lalu mereka dan bagaimana mereka bekerja sama setelah masing-masing sempat menjalin asmara. Eksplorasi semacam ini tidak dijumpai dalam Sinbad sehingga perasaan cinta Sinbad kepada Marina terkesan kurang natural hingga bahkan tidak perlu untuk dibahas. Ketidak-konsistenan film ini digambarkan dengan baik oleh adegan terakhir yang kurang rapih rajutan ceritanya sehingga berpotensi besar membuat penonton [terutama kalangan anak-anak] merasa kebingungan [Pada tahun 2012, penulis telah mengamati reaksi penonton film ini secara langsung dan banyak yang merasa kurang paham dengan bagian akhir filmnya—sampai penulis harus memutar ulang adegan akhirnya].

©2003/DreamWorks/Paramount/Sinbad Legend of the Seven Seas/All Rights Reserved.

03 Casting Choice and Acting

Secara umum, kualitas para pengisi suara dalam film ini telah berhasil menyesuaikan karakter fisik dan perilaku tokoh-tokohnya; salah satu alasannya adalah karena animator dalam film ini mengambil inspirasi langsung dari para pengisi suara dalam hal tampilan fisik dan gerakan karakter-karakter animsi Sinbad Legend of the Seven Seas. Terdapat beberapa kekurangan yang sifatnya sangat minor dan kemungkinan besar bukan berkaitan dengan kemampuan pengisi suaranya melainkan dari arahan sutradara [dua catatan penting yang negatif adalah bagaimana Marina tertawa dan berteriak yang terdengar “lepas/off” dari keseluruhan suara yang direkam [tidak pada tempatnya]].

©2003/DreamWorks/Paramount/Sinbad Legend of the Seven Seas/All Rights Reserved.

04 Music Match

Musik dalam film ini sudah baik karena telah menyesuaikan dengan tiap-tiap adegan hingga membentuk sinkronisasi yang baik [tidak ada musik yang seperti tidak pada tempatnya].

05 Cinematography Match

Tidak ada keluhan dalam poin sinematografi. Animasi latar belakang dan sudut pengambilan gambar telah mampu menampilkan skala kisah petualangan yang besar, dunia mitologi yang menakjubkan, serta adegan-adegan aksi yang mendebarkan—argumen ini didukung oleh niatan sutradara filmnya yang disebutkan dalam dokumenter singkat The Making of Sinbad yang juga menampilkan pernyataan dan proses kerja para animator.

©2003/DreamWorks/Paramount/Sinbad Legend of the Seven Seas/All Rights Reserved.

06 Costume Design [Character Design for Animation]

Tidak ada keluhan dalam desain karakter karena secara umum telah menyatu dengan gaya background dengan baik dan antar tokoh digambar dengan gaya sketsa [bahasa desain] yang sama.

07 Background/Set Match

Penggunaan efek komputer telah berhasil memperkuat kesesuaian desain karakter dengan background, tetapi juga membuat background tampil menguatkan kebesaran skala film ini. Istilah “kebesaran skala” merujuk pada jumlah bagian yang disatukan dalam sebuah adegan, yang menunjukkan seberapa banyak divisi animasi yang berbeda harus bekerja sama “hanya” untuk merealisasikan sebuah adegan berskala besar. Contoh background animasi Sinbad dengan skala yang kecil [untuk perbandingan kebesaran skala] adalah animasi pendek The Adventures of Sinbad yang diproduksi oleh Toei Animation dalam seri animasi Sekai No Dowa.

©2003/DreamWorks/Paramount/Sinbad Legend of the Seven Seas/All Rights Reserved.

08 Special and/or Practical Effects

Pada saat film ini dirilis, beberapa kritikus menilai negatif penggunaan efek komputer yang dipadukan dengan teknik gambar tangan [hand-drawn]. Meskipun efek CGI dalam Sinbad Legend of the Seven Seas terlihat mencolok dan kontras dengan animasi 2D-nya, namun CGI dalam film ini sebetulnya sudah sangat baik terutama mengingat bahwa film ini dirilis pada tahun 2003. Di sinilah pentingnya seorang kritikus film “menggali” lebih dalam seputar informasi mengenai pembuatan sebuah film agar kritikus tahu betul apa saja batasan para pembuat film untuk menimbang apakah keterbatasan itu wajar atau tidak wajar. Misalnya, penggunaan “boneka” gorilla dan dinosaurus dalam film King Kong 1933 adalah dikarenakan keterbatasan teknologi karena belum ada teknologi CGI—bahkan teknologi animatronik belum begitu canggih. Maka, efek yang tampak “palsu” dalam King Kong 1933 sangat bisa dimaklumi. Hal yang sama berlaku untuk CGI dalam Sinbad Legend of the Seven Seas.

©2003/DreamWorks/Paramount/Sinbad Legend of the Seven Seas/All Rights Reserved.

09 Audience Approval

Film ini mendapatkan tanggapan yang beragam cenderung negatif dari mayoritas penonton. Sinbad Legend of the Seven Seas memiliki nuansa dan alur cerita yang lebih “dewasa” ketimbang film serumpunnya yakni Atlantis The Lost Empire sehingga penonton anak-anak kebanyakan kesulitan mengikuti jalan ceritanya secara utuh. Di sisi lain, film ini masih terlalu “anak-anak” bagi banyak orang dewasa sehingga membuat Sinbad di posisi yang tanggung, tidak seperti kebanyakan film Disney yang memang menyasar keluarga sehingga mencari keseimbangan style dan narasi untuk menyenangkan baik anak-anak maupun orang dewasa. Apalagi, Disney telah memiliki katalog film yang panjang dan banyak orang dewasa yang merasa bernostalgia dengan menonton film-film Disney—sedangkan DreamWorks tergolong masih baru ketika Sinbad dirilis.

©2003/DreamWorks/Paramount/Sinbad Legend of the Seven Seas/All Rights Reserved.

10 Intentional Match

Sinbad Legend of the Seven Seas dimaksudkan untuk menjadi penerus Aladdin dan Tarzan yang sebelumnya sudah difilmkan dengan skala yang besar. Film ini juga memikul tanggung jawab yang berat sebagai harapan terakhir skema industri animasi 2D di masa bangkitnya animasi 3D. Dana yang dikucurkan untuk film ini tidaklah tanggung-tanggung, menunjukkan seberapa seriusnya film ini dikerjakan. Sinbad diciptakan untuk memberikan sebuah tontonan penuh aksi yang memanjakan penonton segala usia dan melekat di hati penonton lantas menjadi besar seperti Aladdin dan Tarzan. Namun sayang sekali, film ini gagal mencapai misinya dan nyaris membuat studio DreamWorks bangkrut karena Sinbad mengalami kerugian. Di sisi lain, animasi 3D DreamWorks yakni Shrek terus mendulang kesuksesan. Singkatnya, bukannya menyelamatkan nyawa animasi 2D DreamWorks, film ini justru menjadi pembunuh animasi 2D DreamWorks yang sebelumnya sukses besar membuat The Prince of Egypt.

©2003/DreamWorks/Paramount/Sinbad Legend of the Seven Seas/All Rights Reserved.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

01 Skywalker’s Schemata

Dulu ketika film ini masih baru tayang di bioskop, saya tidak berkesempatan menyaksikannya dan hanya bisa mengagumi gambar-gambarnya dari majalah bahasa Inggris CnS yang diedarkan di tempat kursus bahasa asing STBA LIA. Saya baru berkesempatan menonton film ini pada tahun 2012 ketika secara tidak sengaja menemukan stok lama DVD-nya di sebuah toko. Sebelumnya, saya tidak begitu ingin menonton film ini karena entah mengapa film ini seperti “hilang dari radar” dan jarang sekali dibahas oleh orang. Di Amerika, penjualan DVD-nya bahkan digabung dengan film lain [two in one], bukan dirilis secara independen dan eksklusif—seolah DreamWorks begitu benci terhadap film ini dan ingin menjauhkan diri darinya untuk menjaga image. Saya akhirnya menonton Sinbad Legend of the Seven Seas dan saya langsung menyukai filmnya. Film ini memiliki gaya animasi klasik yang sangat saya sukai, adegan-adegan aksi yang spektakuler, dan alur cerita yang, kalau boleh terus terang, unik. Musik yang disajikan sangat memukau dan jajaran pengisi suaranya sudah baik. Karena saya begitu menyukai film ini, di kesempatan perkumpulan setelah saya menonton film itu, saya memutarkan Sinbad untuk teman-teman saya. Hasilnya, mayoritas dari mereka juga menyukai Sinbad Legend of the Seven Seas. Animasi ini jelas sekali menyasar pangsa pasar yang lebih dewasa karena adegan-adegan aksinya bahkan bisa menahan perhatian saya dan teman-teman saya yang kala itu sebagian besar berusia 17 tahun.

©2003/DreamWorks/Paramount/Sinbad Legend of the Seven Seas/All Rights Reserved.

Kekaguman saya terhadap film ini dan terhadap respons teman-teman saya untuk film ini seketika berubah menjadi keheranan karena ternyata film ini gagal total dan tidak laku di pasaran. Tidak hanya itu, film ini juga gagal dari segi tanggapan publik dan kritikus film. Dugaan saya, salah satu faktor yang membuat film ini gagal secara finansial adalah karena ia ditayangkan di waktu yang berdekatan dengan Finding Nemo dan Pirates of the Carribean. Di tahun 2003, animasi 2D secara umum memang sedang berada dalam posisi yang sulit. Bahkan, Disney tidak mampu lagi menjual pesona Brother Bear kepada masyarakat luas yang lebih memilih animasi PIXAR serta kelanjutan Shrek dan Ice Age—yang kesemuanya adalah animasi 3D. Melihat saingan Sinbad yang merupakan film-film besar, tidak heran jika penonton lebih memilih menghabiskan uang mereka untuk menonton Finding Nemo atau aksi Kapten Jack Sparrow ketimbang Sinbad—ditambah DreamWorks memiliki track record yang buruk untuk animasi 2D setelah Prince of Egypt yakni The Road to El Dorado dan Spirit: Stallion of the Cimarron. Banyak kalangan [terutama anak-anak] yang merasa animasi 2D sudah ketinggalan jaman, cerita yang disajikan Sinbad kurang kuat karena kurang konsisten, dan tidak ada musik yang iconic di dalamnya meskipun musiknya tidak jelek. Yang jelas, kegagalan Sinbad tidak bisa dikerucutkan menjadi satu alasan tunggal. Walau demikian, saya masih beranggapan bahwa Sinbad Legend of the Seven Seas adalah sebuah animasi Petualangan yang baik sesuai genrenya dan telah berhasil menyuguhkan sebuah film Petualangan penuh aksi dengan humor yang cukup untuk mengajak penonton masuk ke dunia Sinbad dan ikut berpetualang.

©2003/DreamWorks/Paramount/Sinbad Legend of the Seven Seas/All Rights Reserved.

02 Awards

Tidak ada penghargaan yang penting untuk disebutkan.

03 Financial

Sinbad menghabiskan dana sebesar $60 juta dan hanya menghasilkan uang sebesar $80 juta—itu pun masih merupakan penghasilan kotor yang belum dikurangi biaya pembuatan dan marketing. Bandingkan saja dengan Shrek yang dibuat dengan dana $60 juta namun mampu menghasilkan $487 juta. Setelah dikalkulasikan, dikabarkan bahwa DreamWorks mengalami kerugian sebesar $125 juta akibat kegagalan Sinbad. Kerugian ini nyaris membuat DreamWorks bangkrut—ironis ketika film yang dibuat dengan kepercayaan dan harapan terhadap animasi 2D agar terus menyambung napas pembuatan animasi 2D, justru menjadi pembunuh animasi 2D itu sendiri. Tercatat, setelah kegagalan Sinbad, DreamWorks tidak pernah lagi merilis film layar lebar 2D. Bahkan ketika Disney masih mencoba mempertahankan obor animasi 2D di tahun 2009 dan 2011, DreamWorks tidak bergeming dan tetap tidak berniat merilis film 2D. Bahkan, DreamWorks tidak pernah lagi mengiklankan animasi 2D mereka di setiap DVD yang mereka jual. Padahal, DreamWorks selalu mempromosikan DVD film-film mereka melalui DreamWorks DVD Jukebox yang menawarkan produk DVD dari film-film 3D mereka. Seolah-olah, DreamWorks ingin menghapus animasi 2D dari katalog mereka dan meniru PIXAR yang memiliki image sebagai studio animasi yang memang berfokus pada animasi 3D. Jeffrey Katzenberg, produser Sinbad sekaligus salah satu pendiri DreamWorks menyatakan bahwa, "I think the idea of a traditional story being told using traditional animation is likely a thing of the pastSepertinya, menceritakan sebuah kisah tradisional menggunakan teknik animasi tradisional [pula] sudah menjadi sebuah konsep yang ketinggalan jaman."

©2003/DreamWorks/Paramount/Sinbad Legend of the Seven Seas/All Rights Reserved.

04 Critics

Sinbad Legend of the Seven Seas mendapatkan tanggapan beragam cenderung negatif dari kalangan kritikus film.

05 Longevity

Seperti yang sudah dibahas, film ini gagal total dan menyebabkan studionya nyaris bangkrut. Pihak studio pun enggan memperkuat posisi film ini sebagai bagian dari katalog DreamWorks yang beragam—tidak seperti Disney yang senantiasa mengingatkan publik terhadap katalog animasi mereka dan berkali-kali melakukan rilis ulang. Sinbad bukanlah animasi pertama DreamWorks dan bukan yang tersukses. Film ini akan senantiasa disebut sebagai animasi 2D terakhir dari DreamWorks yang bahkan populritasnya masih di bawah The Road to El Dorado [yang juga mengalami kegagalan]. Sinbad tidak mampu mempertahankan posisinya di benak masyarakat setahun setelah filmnya dirilis, apalagi sepuluh tahun. Mustahil film-film besar yang standalone [bukan franchise] dirilis ulang dalam DVD double feature atau two-in-one [dua film dalam satu paket DVD]—namun itulah yang terjadi pada Sinbad. Maka, Sinbad tidak bisa dikatakan sebagai sebuah materpiece—film-film seperti Gone with the Wind, Forrest Gump, bahkan Snow White and the Seven Dwarfs dan Pinocchio senantisa dirilis ulang dalam paket DVD eksklusif yang dijual terpisah dari film lainnya, sistim “beli satu dapat dua” tidak berlaku untuk film masterpiece dan umumnya untuk film-film “buangan”—salah satunya adalah Sinbad.

©2003/DreamWorks/Paramount/Sinbad Legend of the Seven Seas/All Rights Reserved.

Final Score

Skor Asli                     : 7.5

Skor Tambahan           : +2-3

Skor Akhir                  : 6.5/10

Sinbad Legend of the Seven Seas adalah salah satu film yang sangat saya sukai, tetapi terpaksa saya beri nilai di bawah 7. Saya sudah menggunakan hak subjektif saya untuk menambahkan 2 poin kepada Sinbad. Namun, poin kekurangan lainnya masih terlalu kuat dan tidak bisa dikesampingkan. Oke, sebuah film yang bagus tidak harus sukses secara finansial—tetapi kasus permasalahan finansial Sinbad terlalu besar karena nyaris membuat studionya bangkrut dan mengakhiri karier animasi 2D pada umumnya. Singkatnya, faktor ekonomi Sinbad terlalu krusial untuk dikesampingkan. Film ini juga sudah tidak dianggap relevan oleh banyak orang, bahkan oleh produsernya sendiri sehingga dari sisi Longevity atau usia sebuah karya masih bisa tetap relevan seiring perubahan zaman, film ini juga tidak berhasil. Padahal, sistim skor Skywalker secara tegas menggunakan prinsip Hume dalam filsafat karya seni untuk menilai seobjektif mungkin. Prinsip ini menyatakan bahwa sebuah karya yang benar-benar bagus secara objektif akan membuktikan kualitasnya seiring perubahan zaman dan akan tetap relevan di masa yang akan datang—contohnya musik-musik karya Mozart. Perasaan subjektif saya yang menyukai film ini [salah satu film faorit saya] tetap tidak bisa mengklaim kesuksesan-kesuksesan film ini karena memang kesuksesan itu tidak pernah ada.

***

Spesifikasi DVD

Judul               : Sinbad Legend of the Seven Seas

Rilis                 : 18 November 2003

Format             : DVD-9 [Double-Layered]

Kode Warna    : NTSC [03, 06 Region Locked]

Fitur                : The making of Sinbad [behind the scenes], Cyclops Island interactive short, audio commentary, DVD player games, DVD-ROM features

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

Keterangan Support:

[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]

[Support VCD, DVD, Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]

[Support Semua Termasuk 4K]

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

Skywalker Hunter adalah alias dari Nabil Bakri

©2003/DreamWorks/Paramount/Sinbad Legend of the Seven Seas/All Rights Reserved.