Review Kill Bill Volume 2 (2004) Kelanjutan Balas Dendam Sang
Pengantin
Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter
“I
suppose the traditional way to conclude this is we cross Hanzo swords. Well, it
just so happens this hacienda comes with its very own private beach. And this
private beach just so happens to look particularly beautiful bathed in
moonlight. And there just so happens to be a full moon out tonight. So,
swordfighter, if you want to sword fight, that's where I suggest. But if you
wanna be old school about it, and you know I'm all about old school, then we
can wait till dawn, and slice each other up at sunrise, like a couple of
real-life, honest-to-goodness samurais.”—Bill
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak
cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes
copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
images©2004/Miramax Films/Kill Bill Volume 2/All Rights
Reserved.
Genre : Aksi—Kekerasan/Eksploitasi—Komedi
Rilis :
Domestic Releases: |
April 16th, 2004 (Wide) by Miramax |
International Releases: |
April 22nd, 2004 (Wide), released as Kill Bill Vol. 2 (Australia) |
August 10th, 2004 by Miramax Video |
|
MPAA Rating: |
R for violence,
language and brief drug use |
Durasi : 137 menit
Sutradara : Quentin Tarantino
Pemeran : Uma
Thurman, David Carradine, Michael Madsen, Daryl Hannah, Gordon Liu, Michael Parks
Episode : -
Sinopsis
Dalam Kill Bill Volume 1, dikisahkan bahwa Beatrix Kiddo telah “dibunuh” oleh Bill
dan anggota Deadly Viper Assassination Squad. Namun, Beatrix berhasil selamat
meski Bill telah menembak kepalanya. Beatrix menjelaskan kepada penonton bahwa
dirinya telah memutuskan untuk memulai hidup baru yang jauh dari dunia mafia.
Maka, ia menjauh dari Bill yang merupakan kekasihnya dan memutuskan untuk
menikah dengan seorang pemilik toko CD tempatnya bekerja, Tommy Plympton.
Ketika sedang melakukan latihan pernikahan, tanpa diduga Bill datang ke gereja.
Beatrix yang terkejut memohon agar Bill melupakan segalanya dan membiarkan
Beatrix memulai hidup baru. Perempuan yang sejatinya adalah seorang pembunuh
handal itu memperkenalkan Bill kepada calon suaminya dan teman-temannya sebagai
ayahnya. Setelah Beatrix yakin bahwa Bill telah memaafkan keputusannya dan
merestui pernikahan tersebut, Bill memerintahkan anggota Deadly Viper
Assassination Squad untuk membunuh semua orang di dalam gereja. Mereka semua
menduga bahwa Beatrix Kiddo alias The Black Mamba juga tewas dalam pembantaian
tersebut. Namun, Beatrix bertahan hidup dan mengalami koma selama 4 tahun.
Setelah sadar, Beatrix memutuskan untuk membalas dendam dengan membunuh seluruh
anggota Deadly Viper Assassination Squad. Setelah berhasil membunuh O-Ren Ishii
dan Vernita Green, kini Beatrix memburu sisa anggota lainnya dengan sasaran
utama Bill.
Kabar
keberhasilan Beatrix mengalahkan O-Ren sangatlah menggemparkan dunia mafia.
O-Ren Ishii bukanlah pembunuh yang dapat dianggap remeh: ia berhasil mengambil
alih kepemimpinan Yakuza di Jepang dan menjadi bos mafia terkuat dengan pasukan
setia bernama Crazy 88. Beatrix Kiddo berhasil menghabisi anggota Crazy 88 dan
akhirnya berhasil membunuh O-Ren. Kabar keberhasilan Beatrix mendapatkan sebuah
pedang Hattori Hanzo juga terbukti mengejutkan karena Hattori Hanzo sudah
bersumpah tidak akan membuat pedang lagi. Saking menggemparkannya, Bill sampai
mengunjungi adiknya, Budd yang juga mantan anggota Deadly Viper Assassination
Squad, dan menceritakan bahwa Beatrix berhasil mengalahkan seluruh pasukan
O-Ren Ishii dengan menggunakan pedang Hattori Hanzo. Bill meminta Budd untuk
berpihak kepadanya. Berbeda dengan anggota Deadly Viper Assassination Squad
lainnya yang melanjutkan hidup penuh martabat, Budd justru hidup menyendiri di
dalam sebuah trailer dan bekerja sebagai penjaga sebuah bar. Ia terlihat santai
menanggapi kabar soal Beatrix dan bahkan mengakui telah menjual pedang Hattori
Hanzo miliknya karena butuh uang. Menurut Budd, wajar sekali jika Beatrix ingin
menuntut balas kepada seluruh anggota Deadly Viper Assassination Squad. Pada
malam harinya, Beatrix Kiddo mendatangi Budd dengan tujuan membunuhnya. Namun
sebelum ia sempat berkelahi dengan Budd, pria itu sudah lebih dulu menduga
kedagangan Beatrix dan menembaknya dengan senjata api. Budd kemudian membius
Beatrix dan menguburnya hidup-hidup. Ia mengambil pedang Hattori Hanzo milik
Beatrix dan menghubungi Elle Driver, mantan anggota Deadly Viper Assassination
Squad yang merupakan pasangan baru Bill. Elle sangat membenci Beatrix dan
sangat menginginkan sebuah pedang Hattori Hanzo. Budd berjanji akan membuat
Beatrix tersiksa sampai mati [dengan menguburnya hidup-hidup] dan memberikan
pedang Hanzo kepada Elle dengan bayaran sebesar $1 juta.
Meskipun
dikubur hidup-hidup, Beatrix berhasil menyelamatkan diri berkat kemampuan bela
diri yang ia pelajari dari master martial arts, Pai Mei. Elle menyetujui
permintaan Budd dan mengunjungi trailernya dengan membawa uang tunai sebesar $1
juta. Budd memberi tahu Elle lokasi Beatrix dikubur dan menyerahkan pedang
Hattori Hanzo milik Beatrix kepada Elle. Tanpa diduga oleh Budd, Elle telah
meletakkan seekor ular black mamba di bawah tumpukan uang yang menyerang Budd
begitu ia mengeluarkan uangnya. Tanpa adanya pertolongan medis, Budd akhirnya
tewas. Sebelum Elle meninggalkan trailer Budd, Beatrix Kiddo datang dan
berkelahi dengan Elle. Mereka berdua sama-sama pernah dilatih oleh Master Pai
Mei. Beatrix berhasil melalui latihan bersama Sang Master yang dikenal pemarah
dan tidak ragu mencabut bola mata seseorang. Di sisi lain, Elle telah
kehilangan satu bola matanya akibat tidak mematuhi Pai Mei—hal tersebut membuat
Elle membalas dendam dengan membunuh Pai Mei. Beatrix dan Elle berkelahi dengan
sengit di dalam trailer Budd. Elle menyerang Beatrix dengan pedang Hattori
Hanzo Beatrix. Untungnya, Budd ternyata masih menyimpan pedang Hattori Hanzo
miliknya yang merupakan hadiah dari Bill dan pedangi itu digunakan oleh Beatrix
untuk melawan Elle. Sanggupkah Beatrix mengalahkan Elle? Bagaimana Beatrix
Kiddo akan melacak keberadaan musuh terbesarnya: Bill? Apa rencana yang telah
disusun oleh Bill untuk menghadapi Beatrix Kiddo?
01 Story Logic
Kill Bill Volume 1 berada dalam naungan genre Aksi—Kekerasan/Eksploitasi—Komedi karena memang bagian-bagiannya sesuai dengan standar genre tersebut. Karena Volume 2 pada dasarnya dibuat secara bersamaan dengan Volume 1, maka genre Volume 2 seharusnya sama persis dengan Volume 2. Meskipun unsur kekerasan yang sering ditemui dalam Volume 1 telah jauh berkurang dalam Volume 2, sekuel ini masih tetap konsisten mempertahankan posisi genrenya. Terdapat cukup Aksi yang memperlihatkan adegan-adegan Kekerasan dengan tetap membungkusnya dengan Komedi. Namun, sistim penilaian Skywalker memperhatikan pola dan secara tegas membandingkan Kill Bill Volume 2 dengan Volume 1. Jika dibandingkan, terdapat permasalahan logika dalam Kill Bill Volume 2. Dalam film sebelumnya, Beatrix Kiddo telah berhasil mengalahkan O-Ren Ishii. Kemenangan Beatrix tidaklah main-main karena ia harus memata-matai gerak-gerik O-Ren beserta para pengikutnya. Setelah berhasil menyusup dan menantang O-Ren, Beatrix masih harus melawan anak buah O-Ren yang jumlahnya puluhan orang. Beatrix juga harus melawan Gogo Yubari yang merupakan seorang gadis remaja psikopat yang tidak ragu membunuh orang. Pada akhirnya, Beatrix memang berhasil mengalahkan seluruh pasukan O-Ren, tetapi tentu saja tenaga Beatrix sudah banyak terkuras. Ia kemudian harus menghadapi O-Ren dan berhasil mengalahkannya. Apabila Beatrix telah menghadapi rintangan yang sangat sulit seperti O-Ren, rintangan yang berikutnya seharusnya lebih sulit lagi karena ia harus melacak keberadaan sasaran utamanya: Bill.
Apabila
permasalahan logika dalam dua film Kill Bill disederhanakan, akan memunculkan
sebuah frasa: “apabila Bearix Kiddo berhasil mengalahkan O-Ren dan seluruh
anggota Crazy 88 dengan “mudah”, maka seharusnya musuh dalam Volume 2 dapat
dikalahkan dengan jauh lebih mudah lagi.” Hal ini karena musuh-musuh Beatrix
dalam Volume 2 tidak ada yang memiliki persiapan sebesar O-Ren dan anehnya lagi
Beatrix berhasil dikalahkan dengan sebegitu mudahnya oleh Budd [bahkan Elle
mempermasalahkan kenyataan tersebut: mengapa Budd yang “rendahan” bisa
mengalahkan Beatrix dengan mudah]. Kekalahan Beatrix dalam Volume 2
memperlihatkan kecerobohannya dan permasalahan logika ceritanya. Tidak
seharusnya Beatrix menjadi kurang berhati-hati karena ia belum mendekati
sasaran utamanya. Seharusnya Beatrix mempertimbangkan secara lebih matang
usahanya melawan musuh-musuhnya agar ia tidak tewas lebih dulu sebelum membunuh
Bill. Apabila dibandingkan secara objektif, tantangan musuh Beatrix dalam
Volume 2 tidak sebesar tantangan musuh dalam Volume 1. Belum lagi persoalan adegan kekerasan yang jauh mengalami
penurunan [violence in Volume 2 is
somewhat heavily toned-down]. Kill
Bill Volume 1 telah menampilkan adegan kekerasan secara all-out dengan
menampilkan musuh yang paling badass sehingga tidak logis jika Beatrix
mengalami kesulitan melawan musuh dalam Volume 2 jika ia berhasil melawan musuh
dalam Volume 1.
02 Story Consistency
Film
ini memiliki alur cerita yang kurang konsisten; pertama kurang konsisten dengan
Volume 1 dan ke dua kurang konsisten
dalam penyampaian ceritanya sendiri. Kill
Bill Volume 1 telah memberikan banyak penjelasan sehingga penonton tidak
perlu lagi mengetahui alasan Beatrix ingin membunuh Bill—bahkan tanpa harus
mengetahui alasan spesifik mengapa Bill mencoba membunuh Beatrix. Dalam Volume 1, Bill digambarkan sebagai sosok
yang sangat luar biasa kejam dan ahli dalam bela diri. Ia adalah pemimpin
kelompok pembunuh bayaran yang paling ditakuti, Deadly Viper Assassination
Squad. Maka, dengan posisi yang sebegitu penting, logis jika berasumsi kalau
Bill adalah musuh yang paling sulit ditaklukkan dan karena itulah Beatrix
menjadikan Bill sebagai sasaran terakhir. Setelah begitu banyak poin cerita
yang disajikan dalam Kill Bill Volume 1,
Volume 2 seharusnya fokus pada hal-hal yang sangat penting dalam upaya Beatrix
mengalahkan musuh-musuhnya. Berdasarkan kedahsyatan pertarungan dalam Volume 1, masuk akal jika Volume 2
diharapkan menyajikan showdown yang
lebih dahsyat lagi. Namun, Volume 2 justru sering mengulang kembali hal-hal
yang sudah jelas dalam Volume 1 dan
menjadikan filmnya memiliki nuansa yang berbeda dibandingkan dengan Volume 1.
Contoh
ideal film yang direkam sebagai satu film untuk kemudian dibagi menjadi
beberapa film adalah trilogi The Lord of the
Rings. Tidak pantas jika Kill Bill
dibandingkan dengan The Lord of the Rings
dari segi genre, tetapi kita tidak membandingkan genrenya melainkan tata cara
pengambilan gambar dan perilisannya. Dalam The
Fellowship of the Ring, terdapat berbagai rintangan besar yang harus
dihadapi oleh Frodo dan teman-temannya. Rintangan-rintangan itu menjadi semakin
besar dalam The Two Towers dan semakin besar lagi dalam Return of the King. Alur cerita dalam trilogi tersebut masuk akal dan konsisten
karena logis jika rintangannya akan semakin besar jika karakter sudah semakin
dekat dengan musuh utama. Logika yang serupa juga digunakan dalam berbagai
permainan video game yang mana semakin tinggi level permainan, akan semakin
berat rintangannya. Adanya peningkatan kesulitan yang konsisten menjadikan
ceritanya konsisten dan dapat dimaklumi oleh penikmatnya. Kill Bill Volume 2
memang telah menyelesaikan permasalahan yang disajikan, tetapi tidak
disampaikan dengan logika yang kuat dan konsisten. Dalam Kill Bill Volume 1, kisah masa lalu O-Ren dan Gogo sempat
dibicarakan karena kisah hidup mereka memperlihatkan seberapa kuatnya mereka
dan akan sesulit apa mengalahkan mereka. Dalam Volume 2, eksposisi yang
disampaikan cenderung tidak benar-benar penting dalam mendukung jalannya
cerita.
03 Casting Choice and Acting
Sama
halnya dengan Kill Bill Volume 1,
pemilihan pemeran dalam Volume 2 sudah baik.
“"The venom of a black mamba can kill a
human in four hours, if, say, bitten on the ankle or the thumb. However, a bite
to the face or torso can bring death from paralysis within 20 minutes."
Now, you should listen to this, 'cause this concerns you. "The amount of
venom that can be delivered from a single bite can be gargantuan." You
know, I've always liked that word, "gargantuan" I so rarely have an
opportunity to use it in a sentence. "If not treated quickly with
antivenom, 10 to 15 milligrams can be fatal to human beings. However, the black
mamba can deliver as much as 100 to 400 milligrams of venom from a single
bite".”—Elle Driver
04 Music Match
Musik
yang digunakan dalam film ini sudah baik karena sudah menyesuaikan dengan genre
dan nuansa adegannya.
05 Cinematography Match
Tidak
ada keluhan dalam poin sinematografi. Sebagai sebuah film Aksi, Kill Bill
Volume 2 haruslah memperlihatkan setiap gerakan Aksi dengan utuh—film ini telah
memperlihatkan adegan-adegan Aksinya secara utuh dan jelas. Berbagai
sinematografi adegan Aksi yang tidak logis seperti Beatrix yang mendobrak pintu
trailer Budd dengan kakinya, diperlihatkan secara comical. Hal ini tidaklah
logis dalam sebuah film Aksi, tetapi logis dalam film Aksi yang digabungkan
dengan Komedi.
06 Costume Design
Tidak
ada keluhan dalam poin pemilihan kostum. Meski demikian, kostum dalam Kill Bill
Volume 2 tidaklah se-iconic kostum kuning Beatrix dalam Volume 1 dan/atau memiliki makna/pesan
sejelas kimono O-Ren Ishii [ironis, sebagai seorang gadis China-Amerika yang
mengenakan pakaian tradisional Jepang].
07 Background/Set Match
Tidak
ada keluhan dalam pemilihan latar belakang.
08 Special and/or Practical Effects
Efek
visual dalam film ini sudah baik. Berbagai efek yang terlihat “palsu” karena
terlalu mengada-ada dalam adegan Aksi [misalnya bagaimana Pai Mei berdiri di
ujung pedang] ditampilkan bukan karena kekurngan biaya untuk mengerjakan efek
visualnya, tetapi memang disengaja untuk alasan artistik memenuhi koridor
Komedi.
09 Audience Approval
Mayoritas
penonton memberikan respons yang positif untuk film ini.
10 Intentional Match
Meskpiun
Kill Bill Volume 2 mendapatkan tanggapan yang lebih redup dibandingkan dengan Volume 1, film ini sudah disajikan
sesuai dengan niatan penciptanya. Kill Bill direkam sebagai sebuah film panjang
dan direkam secara urut sesuai dengan kronologi narasi dalam naskahnya [dalam
filmnya, kronologi kejadian sering dibolak-balik atau tidak runtut]. Barulah
setelah selesai, urutannya diubah menyesuaikan visi artistik penciptanya. Film
Kill Bill yang sangat panjang tidak akan mampu menyampaiakn ceritanya secara
utuh jika Quentin Tarantino harus menyunting filmnya dan menjadikannya sebagai
satu film saja [ada terlalu banyak adegan yang harus dihapus]. Maka, produser
film ini memperbolehkan Quentin untuk membagi filmnya ke dalam dua bagian
[daripada harus membuang sebagian filmnya]. Dengan demikian, Quentin Tarantino
dapat lebih leluasa menyajikan apa saja yang ingin dia sajikan. Meskipun Kill
Bill Volume 2 mengalami penurunan kadar kekerasan, film ini secara garis besar
sudah menyelesaikan permasalahan paling mendasar yang ditampilkan dalam Volume 1. Film ini juga sudah memenuhi
visi Quentin Tarantino dari segi artistik dan sudah memenuhi ekspektasi dari
segi respons penonton dan kritikus maupun dari segi finansial.
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
01 Skywalker’s Schemata
Kill Bill Volume 1 dan 2
adalah dua film yang sangat saya sukai. Ketika memutuskan untuk akhirnya
membuat review film ini, tentunya saya harus menonton ulang keduanya. Jujur
saja, saya sudah berkali-kali menonton ulang Kill Bill Volume 1 karena menurut saya film itu sangat luar biasa
unik, badass, dan terlihat seperti sebuah pesta artistik yang nikmat jika
ditonton berulang-ulang. Namun, saya tidak bisa merasakan hal yang sama untuk
Volume 2. Saya tidak menganggap Volume 2 jelek karena Volume 2 memang bagus.
Masalahnya, setiap kali selesai menonton Kill
Bill Volume 1, saya tidak lagi memiliki hasrat untuk menonton Volume 2. Hal
ini karena Volume 1 sudah benar-benar
all out sehingga saya merasa tidak ada lagi hal yang seunik Volume 1 yang dapat ditawarkan oleh
Volume 2. Saya merasa sutradara Quentin Tarantino sudah “habis-habisan” secara
maksimal dalam Kill Bill Volume 1
sehingga Volume 2 tidaklah sebegitu mencengangkan. Apalagi, film ini direkam
sesuai kronologi kejadian. Itu artinya, adegan Beatrix melawan Bill direkam
paling akhir sedangkan adegan perkelahian Beatrix dengan O-Ren Ishii sudah
direkam lebih dulu. Padahal, dalam banyak produksi film, adegan-adegan yang
penting akan dijadikan prioritas. Kill Bill seolah-olah menjadikan aksi
perkelahian melawan O-Ren Ishii sebagai prioritas dan tidak menjadikan adegan
pertarungan melawan Bill sebagai prioritas. Karena semua kehebohan, semua
warna, sudah ditampilkan dalam Volume 1,
Volume 2 jadi terlihat tidak berwarna atau terasa sedikit hambar. Kill Bill
Volume 1 was so good, so all-out, so
unique and colorful that the second one [no matter how good it actually is],
looks pale in comparison.
02 Awards
Berdasarkan
laporan IMDb, film ini
memenangkan 23 penghargaan dan menerima 84 nominasi.
“I know we haven't spoken in some time, and
the last time we spoke wasn't the most pleasant. But you've got to get over
being mad at me and start becoming afraid of Beatrix, because she is coming,
and she's coming to kill you. And unless you accept my assistance, I have no
doubt she will succeed.”—Bill
03 Financial
Kill Bill Volume 1 dan
Volume 2 difilmkan secara bersamaan sebagai satu film panjang yang kemudian
dibagi menjadi dua film. Proses pembuatannya, untuk masing-masing film,
menghabiskan dana sekitar $30 juta dan Volume 2 berhasil menjual tiket sebesar
$153 juta. Hal ini menunjukkan bahwa dua film Kill Bill berhasil menjual tiket
sebesar [+-] $333 juta. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Kill Bill
Volume 2 sukses secara finansial.
Kill Bill Volume 2 (2004) Theatrical Performance |
||
Domestic
Box Office |
$66,207,920 |
|
International
Box Office |
$87,328,062 |
|
Worldwide
Box Office |
$153,535,982 |
|
04 Critics
Mayoritas
kritikus film memberikan tanggapan yang positif untuk Kill Bill Volume 2.
05 Longevity
Kill
Bill Volume 2 masih tetap populer dan relevan setelah berusia lebih dari 10
tahun. Tanggapan penonton generasi baru secara umum masih tetap positif.
“You know what I did? I killed that miserable
old fool. I poisoned his fishheads. And I told him, "To me the word of an
old fool like you is worth less than nothing." That's right, I killed your
master. And now I'm going to kill you, with your own sword, no less, which, in
the very immediate future, will become my sword.”—Elle Driver
Final Score
Skor
Asli : 9
Skor
Tambahan : -
Skor
Akhir : 9/10
***
Spesifikasi Optical Disc
[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]
Judul : Kill Bill Volume 2
Rilis : September 2008
Format : Blu-ray Disc [||]
Kode
Warna : -
Fitur : Kill Bill Volume 2 premiere
Support : Windows 98-10 [VLC Media Player],
DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].
Keterangan Support:
[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]
[Support VCD, DVD,
Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]
[Support Semua
Termasuk 4K]
STREAMING
iTunes: |
|
Google Play: |
***
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan
standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review
Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
Edisi Review Singkat+PLUS
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda
Review Singkat+PLUS di
bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel
tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.
Skywalker Hunter adalah alias
dari Nabil Bakri
Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers
©2004/Miramax Films/Kill Bill Volume 2/All Rights Reserved.
©Nabil Bakri Platinum.
Teks ini dipublikasikan dalam Nabil Bakri Platinum [https://nabilbakri.blogspot.com/] yang diverifikasi Google dan dilindungi oleh DMCA.
Nabil Bakri Platinum tidak bertanggung jawab atas konten dari
link eksternal yang ada di dalam teks ini—termasuk ketersediaan konten video
atau film yang dapat berubah sewaktu-waktu di luar kendali Nabil Bakri Platinum.