Review Film The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe (2005) Negeri Fantasi di Dalam Lemari Tua
Review Film The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe (2005) Negeri Fantasi di Dalam Lemari Tua
Oleh Skywalker HunterNabil Bakri
“To
the glistening Eastern sea, I give you Queen Lucy, the valiant. To the great
Western wood , King Edmund The Just. To the radiant Southern sun, Queen Susan,
the gentle, and to the clear Northern sky, I give you King Peter, the
magnificent. Once a king or queen of Narnia, always a king or queen, may your
wisdom grace us till the stars rain down from the heavens.”—Aslan
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak
cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes
copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
image©2005/Disney, Walden Media/The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe/All Rights Reserved.
Genre : Fantasi
Rilis :
Domestic Releases: |
December 9th, 2005 (Wide) by Walt Disney |
April 4th, 2006 by Walt Disney Home Entertainment |
|
MPAA Rating: |
PG for
battle sequences and frightening moments. |
Durasi : 140 menit
Sutradara : Andrew Adamson
Pemeran : William Moseley, Anna Popplewell, Skandar Keynes, Georgie Henley, Tilda Swinton, James McAvoy, Jim Broadbent, Liam Neeson
[sebagai suara Aslan]
Episode : -
Sinopsis
Ketika
Perang Dunia II meletus dan London diserang oleh pasukan musuh, anak-anak
keluarga Pevensie terpaksa mengungsi ke pedesaan. Anak-anak keluarga Pevensie
terdiri dari empat orang yakni [sesuai urutan kelahiran] Peter, Susan, Edmund,
dan Lucy. Mereka berempat diungsikan ke rumah Profesor Kirke di pedesaan yang
jauh dari pusat pertempuran. Keempatnya dijemput di stasiun oleh Mrs. Macready,
pengurus rumah Profesor. Mrs. Macready menegaskan kepada anak-anak bahwa mereka
tidak boleh bertindak semaunya di rumah Profesor. Anak-anak tidak boleh
berlarian, berisik, menyentuh perabotan antik, dan tidak boleh sampai
mengganggu Profesor. Ketika turun hujan yang deras, keempat Pevensie merasa
bosan. Lucy, anak yang paling muda, menyarankan mereka untuk bermain petak
umpet. Awalnya ketiga kakaknya enggan, tetapi akhirnya Peter setuju untuk mulai
berhitung dan permainan petak umpet pun dimulai. Karena semua tempat
persembunyian terdekat sudah ditempati oleh Susan dan Edmund, Lucy pergi ke
lantai atas dan masuk ke sebuah ruangan kosong yang hanya berisi sebuah lemari
besar. Gadis kecil itu pun masuk ke dalam lemari untuk bersembunyi. Namun, Lucy
menemukan sebuah portal ajaib menuju sebuah negeri ajaib yang dipenuhi salju.
Lemari itu adalah portal menuju negeri Narnia.
Saat
mulai menjelajahi Narnia, Lucy bertemu dengan sesosok faun bernama Mr. Tumnus. Mereka berkenalan dan Mr. Tumnus
mengajak Lucy untuk berkunjung ke rumahnya. Ia akan menyediakan minuman hangat
dan sarden untuk Lucy. Gadis itu akhirnya setuju dan mereka pun pergi ke rumah
Mr. Tumnus. Tidak lama setelah menyantap hidangan dan mendengarkan musik yang
dimainkan oleh Mr. Tumnus, Lucy tertidur. Ketika Lucy bangun, Mr. Tumnus
meminta maaf karena sebenarnya ia telah menculik Lucy. Faun itu menjelaskan
bahwa Narnia telah dikuasai oleh Jadis, sang Penyihir Putih yang menyihir
seluruh Narnia menjadi negeri bersalju tanpa henti. Jadis mengetahui ramalan
yang menyatakan bahwa ketika ada anak manusia [sons and daughters of Adam and
Eve] yang tiba di Narnia, kekuasaannya akan berakhir. Maka, ia memerintahkan
semua penghuni Narnia untuk melapor padanya jika mereka melihat manusia di
Narnia. Mr. Tumnus menyesal dan mengantarkan Lucy kembali ke sebuah lampu jalan
tua yang akan menuntun Lucy kembali ke lemari di rumah Profesor. Setelah keluar
dari lemari, Lucy segera memanggil ketiga saudaranya karena ia telah pergi
selama berjam-jam. Namun bagi ketiga kakaknya, Lucy hanya pergi sesaat. Peter
bahkan baru saja selesai menghitung sampai 100. Lucy menjelaskan bahwa terdapat
sebuah negeri ajaib di dalam lemari. Saudara-saudaranya kemudian memeriksa
lemari itu, tetapi tidak menemukan apapun. Mereka semua tidak memercayai Lucy.
Di
malam hari, Lucy menyelinap keluar kamar dan diikuti oleh Edmund. Kali ini,
Lucy berhasil kembali ke Narnia dan Edmund pun berhasil masuk ke negeri Narnia.
Karena Lucy sudah lebih dulu pergi, Edmund tidak bisa menemukan adiknya dan
justru bertemu dengan Jadis, sang Penyihir Putih. Penyihir itu tidak menakutkan
dan justru bersikap baik kepada Edmund. Setelah mengetahui bahwa Edmund adalah
manusia, Jadis justru menawarkan untuk mengadopsi Edmund dan menjadikannya
Raja. Penyihir itu memberi Edmund minuman hangat dan sekotak manisan Turkish
Delight yang sangat disukai oleh Edmund. Jika Edmund ingin menjadi Raja dan
makan Turkish Delight sepuasnya, ia harus membawa semua saudaranya ke istana
Jadis. Edmund sama sekali tidak curiga dan menganggap Jadis adalah sosok yang
baik hati. Bocah itu bercerita tentang adik perempuannya yang berteman dengan
faun bernama Mr. Tumnus dan dua saudara lainnya yang belum pernah datang ke
Narnia. Ia pun menyanggupi permintaan Jadis sebelum kembali ke dalam lemari.
Sebelum sampai di lemari, Edmund bertemu dengan Lucy yang senang melihat
kakaknya juga berada di Narnia. Ia bercerita kalau tadi ia kembali bertemu
dengan Mr. Tumnus dan bersyukur bahwa Mr. Tumnus tidak dihukum oleh Jadis
karena membantu manusia. Lucy menjelaskan kepada Edmund bahwa Jadis sebenarnya
jahat dan mengaku sebagai Ratu Narnia. Padahal, dia hanyalah penyihir jahat.
Mendengar hal tersebut, Edmund merahasiakan pertemuannya dengan Jadis.
Begitu
Lucy dan Edmund kembali ke rumah Profesor, Lucy membangunkan Peter dan Susan
untuk menceritakan pengalamannya di Narnia. Kali ini Lucy merasa yakin karena
Edmund juga pergi ke Narnia. Namun Edmund justru berbohong dan menyatakan kalau
Lucy hanya berkhayal. Sikap Edmund membuat Lucy menangis dan “mengganggu”
Profesor Kirke. Sang Profesor meminta Peter dan Susan untuk percaya kepada
Lucy, tetapi tentu saja mereka berdua sulit memercayai Lucy. Apalagi, mereka
sudah memeriksa lemari tua di lantai atas dan tidak menemukan apa-apa di
dalamnya. Keesokan harinya, cuaca sangatlah cerah. Anak-anak Pevensie bermain
di luar rumah. Meskipun sudah berbohong, Edmund masih berusaha meyakinkan Peter
dan Susan untuk bermain petak umpet karena ia mau menuntun saudara-saudaranya
ke dalam lemari ajaib. Peter menolak dan melanjutkan permainan baseball. Edmund
memukul bola dengan sangat kuat sampai bola itu memecahkan kaca rumah Profesor.
Anak-anak Pevensie berlari ketakutan karena mereka pasti akan dihukum oleh Mrs.
Macready. Edmund menuntun saudara-saudaranya ke lantai atas dan menyarankan
mereka untuk bersembunyi di dalam lemari. Kali ini, mereka semua masuk ke dalam
lemari dan mereka semua memasuki negeri Narnia. Edmund segera meminta
saudara-saudaranya untuk pergi ke istana Jadis, tetapi Peter yang merasa
bersalah memutuskan kalau mereka semua harus mengikuti kemauan Lucy. Gadis
kecil itu meminta mereka semua untuk berkunjung ke rumah Mr. Tumnus.
Sesampainya
di rumah Mr. Tumnus, anak-anak Pevensie terkejut melihat rumah itu dalam
keadaan porak poranda. Terdapat sepucuk surat yang menyatakan bahwa Mr. Tumnus
telah ditangkap oleh polisi setia Jadis karena berkhianat dengan membantu
seorang manusia. Susan merasa cemas dan meminta agar mereka semua segera
kembali. Di sisi lain, Lucy merasa bersalah karena Mr. Tumnus ditangkap akibat
membantu dirinya dan Edmund masih merahasiakan pertemuannya dengan Jadis.
Sebelum mereka berempat memutuskan langkah selanjutnya, seekor berang-berang
memanggil mereka dan menjelaskan bahwa mereka semua dalam bahaya. Berang-berang
itu mengatakan kalau Jadis sudah mengetahui tentang keberadaan manusia dan
ramalan kuno akan segera terwujud. Kedatangan anak-anak Pevensie telah membawa
perubahan ke negeri Narnia. Musim dingin yang abadi perlahan-lahan mulai mereda
dan Aslan, sang singa agung yang merupakan penguasa Narnia yang sejati, telah
datang kembali ke Narnia dan mengumpulkan bala tentara untuk melawan Jadis.
Peter dan Susan menolak untuk pergi menemui Aslan. Namun, Edmund menyelinap dan
pergi ke istana Jadis. Manurut Berang-Berang, Peter, Susan, dan Lucy tidak akan
bisa menyelamatkan Edmund. Satu-satunya yang bisa menyelamatkan Edmund adalah
Aslan. Mampukah mereka menemui Aslan tepat pada waktunya? Apakah perang besar
tidak bisa dihindarkan?
01 Story Logic
The
Lion, The Witch, and The Wardrobe merupakan sebuah film Fantasi. Konsep dan
logika dalam film ini sudah sesuai dengan genre Fantasi. Penilaian Skywalker
menggunakan The Lord of the
Rings sebagai standar paling ideal untuk
menentukan pola dan menilai film Fantasi. Sebuah film Fantasi memang tidak
logis/realistis, tetapi harus membentuk aturan-aturan baru yang konsisten
sehingga cerita yang tidak realistis itu tetap konsisten dan membentuk logika
yang kuat. Film pertama seri Narnia ini telah menunjukkan adanya dunia ajaib
bernama Narnia yang terikat pada aturan Deep Magic. Meskipun standar Fantasi
yang ideal adalah The Lord of the Rings,
bukan berarti Narnia harus memiliki detil yang sekomprehensif The Lord of the Rings. Hal ini
dikarenakan Narnia memang ditujukan untuk kalangan penonton yang lebih luas
sehingga alur ceritanya memang lebih sederhana dibandingkan dengan The Lord of the Rings. Dengan kata lain,
kurangnya kompleksitas dalam film ini sangatlah wajar—understandable. Detil
cerita atau aksi dan reaksi masing-masing karakter dalam film ini, secara umum,
juga sudah logis sesuai dengan permasalahan yang disajikan dan deskripsi
karakter masing-masing. Sebagai contoh, Edmind adalah anak Pevensie yang paling
sulit diatur dan selalu bertindak semaunya sendiri. Maka, wajar jika Edmund
adalah anak yang dapat dengan mudah dirayu oleh Jadis untuk mengkhianati
saudara-saudaranya.
Detil
cerita dalam film ini sudah lebih logis dibandingkan dengan adaptasi Narnia
yang sebelumnya dari BBC. Dalam versi BBC, proses Lucy menemukan lemari ajaib
sangatlah sederhana: ia dan ketiga saudaranya sekadar melihat-lihat seisi rumah
profesor. Hal ini berbeda dengan detil dalam adaptasi Disney yang
memperlihatkan Lucy memasuki lemari karena sedang bermain petak umpet. Adaptasi
Disney tentu lebih logis karena jika Lucy hanya melihat-lihat, tidak ada urgensi
atau motivasi yang kuat baginya untuk masuk ke dalam lemari. Apalagi,
dikisahkan bahwa rumah profesor memang menyimpan berbagai barang antik—untuk
apa Lucy peduli pada sebuah lemari sampai-sampai masuk ke dalamnya? Dalam versi
BBC, Lucy dengan cepat dapat menerima tawaran Mr. Tumnus untuk berkunjung ke
rumahnya dan langsung tahu bahwa Mr. Tumnus adalah sesosok faun. Detil ini
sebenarnya tidak bermasalah, tetapi coba kita bandingkan dengan detil dalam
versi Disney. Di versi ini, Lucy tidak tahu sosok apa Mr. Tumnus sebenarnya.
Mereka harus berkenalan terlebih dahulu dan Tumnus menyatakan bahwa ia adalah
faun. Hal ini lebih logis jika dikaitkan dengan usia Lucy yang masih sangat
kecil—nantinya diperlihatkan seberapa mudahnya Lucy menangis. Selain itu, Lucy
tidak segera menerima tawaran berkunjung dari Mr. Tumnus dan faun itu perlu
benar-benar meyakinkan Lucy untuk datang ke rumahnya. Jika kita membandingkan
detil dari dua versi ini, versi Disney terlihat lebih logis. Terdapat detil
lain yang sebenarnya tidak logis, seperti bagaimana bisa Aslan sampai ke istana
Jadis dengan cepat dan kembali ke medan perang dengan lebih cepat lagi bersama
bala tentara. Namun, detil ini disajikan dalam momen yang mengharuskan ketukan
cerita film ini untuk bergerak cepat, sehingga permasalahan detil seperti ini
tidak sampai mengganggu logika keseluruhan filmnya.
02 Story Consistency
Alur
cerita film ini sudah konsisten. Permasalahan-permasalahan yang ditampilkan di
awal telah dieksplorasi dan diselesaikan dengan porsi yang tepat untuk
menyelesaikan masalah saat ini/present. Dengan kata lain, film ini tidak
mengeksplorasi masa lalu atau masa depan dan hanya fokus pada masa sekarang.
Alur cerita film ini sudah jelas dan runtut. Salah satu cara mudah untuk
menentukan sudah konsisten atau belumnya cerita sebuah film adalah dengan
menuliskan ringkasan ceritanya. Apabila ringkasan tersebut dapat ditulis dengan
cepat dan runtut [penulis tidak kebingungan atau bimbang memilih adegan mana
yang harus diceritakan lebih dulu] maka biasanya alur cerita film tersebut
memang sudah konsisten. Film ini menyinggung tentang banyak hal yang berkaitan
dengan masa lalu, tetapi tidak lantas menghabiskan waktu untuk membahasnya
karena kisah-kisah masa lalu tersebut adalah kisah yang berbeda untuk momen
yang berbeda [another story for another
time—seperti bagaimana The Hobbit
terpisah dari The Lord of the Rings].
Konsistensi cerita yang baik dalam film ini juga berkaitan erat dengan Logika
cerita dan membantu Logika-nya menjadi lebih kuat. Sebagai contoh, film ini
telah menunjukkan secara singkat keadaan London yang mencekam saat pesawat
musuh menjatuhi bom. Adegan ini penting untuk memperkuat Logika dan Konsistensi
cerita ketika anak-anak Pevensie tidak merasa ketakutan saat memasuki negeri
Narnia dan berani ikut berperang—bahkan anak kecil seusia Lucy pada umumnya
akan ketakutan jika melihat sesosok faun sungguhan, tetapi karena Lucy telah
menyaksikan berbagai hal yang mengerikan, masuk akal jika ia tidak terlalu
takut melihat faun. Adegan ini tidak ditampilkan dalam seri Narnia dari BBC
sehingga Logikanya kurang kuat ketika diperlihatkan anak-anak yang inosen terjun
dalam pertempuran.
03 Casting Choice and Acting
Pemilihan
aktor dalam film ini sudah baik. Masing-masing aktor utama [untuk karakter
Peter, Susan, Edmund, dan Lucy] tidak hanya dipilih berdasarkan kemampuan
akting mereka, tetapi berdasarkan seberapa dekat sifat asli mereka dengan
karakter yang mereka perankan. Hal ini telah dibicarakan oleh sutradara Andrew
Adamson ketika ia melakukan proses audisi. Peter yang lebih dewasa tampak lebih
kalem dan harus dikontraskan dengan Edmund yang lebih kekanak-kanakan. Karakter
Susan haruslah menampilkan aura sosok yang cerdas, yang paling cerdas dari
saudara lainnya. Tiga bersaudara ini memiliki karakter yang sangat berbeda dan
telah dikontraskan dengan baik oleh masing-masing aktornya. Ketiganya pun
memiliki sifat yang kontras dengan Lucy yang lebih mengutamakan perasaan [Susan
lebih mengutamakan logika] dan yang paling polos [lebih optimis, senantiasa
berprasangka baik]. Aktris Tilda Swinton berhasil memerankan sosok Jadis dengan
baik—ia berhasil menampilkan sosok yang dingin tetapi tetap dapat memanipulasi
dengan berpura-pura menjadi baik. Liam Neeson, Pengisi suara Aslan, sudah
berhasil menghidupkan karakternya dengan baik. Suara Aslan haruslah terdengar
unik, memiliki wibawa, tetapi tidak menakutkan atau mengintimidasi—berbeda
dengan suara Darth Vader.
04 Music Match
Musik
dalam film ini sudah ditata dengan baik karena sesuai dengan nuansa
masing-masing adegannya.
“There's a prophecy. "When Adam's Flesh and Adam's bone sits in Cair Paravel in throne, the evil time will be over and done".”—Mr. Beaver
05 Cinematography Match
Sinematografi
dalam film ini sudah baik. Bentang alam Narnia telah diperlihatkan dengan baik
sehingga penonton tidak melewatkan detilnya. Adegan peperangan juga direkam
dengan sudut pengambilan gambar yang baik dan mengikuti pola film-film kolosal
pada umumnya untuk menguatkan skala cerita dan skala filmnya.
06 Costume Design
Kostum
dalam film pertama Narnia ini sudah baik—jelas sebuah peningkatan yang
signifikan dibandingkan dengan seri BBC. Salah satu kekurangan yang fatal dalam
Narnia pertama seri BBC bukanlah dari efek visualnya yang kurang baik—karena
harus dimaklumi skalanya yang jauh lebih kecil dan dengan efek visual era
1980-an, melainkan dari ketidaksesuaian desain monster dan kostum di dalamnya.
Karakter serta kostum dalam Narnia versi Disney didesain agar seragam—artinya
mereka harus terlihat seperti berasal dari universe yang sama. Maka desain
Minotaur, Centaur, Faun, dan makluk lainnya dibuat agar memiliki bahasa desain
yang sama sehingga terlihat berasal dari dunia yang sama.
07 Background/Set Match
Pemilihan
latar belakang film ini berhasil menguatkan nuansa masing-masing bagian cerita.
Latar belakang kota London telah disiapkan dengan baik dan latar belakang
bentang alam New Zealand telah berhasil menguatkan nuansa Fantasi dalam film
ini. Tidak ada penjelasan yang logis mengapa bentang alam semacam itu mampu
menguatkan nuansa Fantasi, tetapi dapat dipahami berdasarkan pola yang
berulang. Latar belakang semacam itu juga digunakan dalam The Lord of the Rings dan secara umum penonton sepakat bahwa latar
semacam itu sangat memancarkan nuansa Fantasi. Untuk memahaminya, kita juga
bisa menggunakan Narnia dari BBC sebagai perbandingan yang menggunakan hutan
sebagai latar belakang peperangan. Kondisi hutan yang penuh dengan pohon dan
gelap tidak mampu memancarkan nuansa Fantasi dan justru memancarkan nuansa
Horror.
08 Special and/or Practical Effects
Efek
visual yang berupa efek nyata dan efek komputer dalam film ini sudah saling
melengkapi dengan baik. Apabila kita menggunakan standar film-film blockbuster
2010 ke atas, maka akan terlihat banyak efek komputer dalam Narnia yang masih
terlihat kasar. Namun, kita tidak bisa menilai efek visual sebuah film dengan
memisahkannya dari waktu perilisan film ini. Untuk standar tahun 2005, efek
visual film ini sudah sangat baik dan tergolong mampu bertahan cukup lama.
Salah satu alasannya adalah karena film ini tidak sepenuhnya bergantung pada
efek komputer, tetapi membagi porsi adegan dengan menimbang adegan mana saja
yang harus menggunakan efek nyata dan mana yang harus menggunakan efek
komputer. Hasil presentasi film ini yang mencakup ukuran layar dan pencahayaan
pun sudah baik dan sesuai dengan nuansa filmnya.
09 Audience Approval
Mayoritas
penonton memberikan tanggapan yang positif untuk ilm ini.
“Do not cite the Deep Magic to me, Witch! I
was there when it was written.”—Aslan
10 Intentional Match
Setelah
mengamati penjelasan sutradara dan kru film ini, penilaian Skywalker
menyimpulkan bahwa The Chronicles of Narnia: The Lion, The Witch, and The
Wardrobe telah berhasil memenuhi visi penciptanya. Sutradara Andrew Adamson
sejak awal memang ingin menjadikan kisah pertama Narnia ini menjadi sebuah film
yang benar-benar bernuansa Fantasi [anak-anak Pevensie benar-benar masuk ke
dunia ajaib, bukan sekadar mengkhayal] dan epic [berskala besar, kolosal]. Film
ini bukan dimaksudkan untuk dotonton oleh anak-anak, tetapi mengembalikan pesan
Walt Disney untuk menghibur jiwa kanak-kanak di dalam diri semua penonton,
termasuk penonton yang sudah dewasa. Khusus untuk film pertama ini, Narnia
berhasil menjadi sebuah film Fantasi yang ideal, mengikuti kesuksesan dan
posisi The Lord of the Rings serta Harry Potter. Film ini telah meraih kesuksesan ganda baik dalam penjualan
tiket maupun dalam opini publik.
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
01 Skywalker’s Schemata
Saya
masih ingat betul ketika Narnia pertama kali dirilis. Saya juga masih ingat
ketika pertama kali menonton film ini dan saya benar-benar takjub. Film ini
adalah sebuah film Fantasi yang luar biasa, dengan berbagai makhluk Fantasi
yang mengagumkan dan koreografi pertempuran yang brilian—epic! Kata yang tepat
untuk menggambarkan adegan pertempuran dalam film ini adalah: Keren. Saya
benar-benar kehabisan kata-kata untuk menjelaskan keunggulan film ini. Bagi
penonton generasi baru yang menyaksikannya di atas tahun 2010, efek visual film
ini mungkin terlihat standar. Namun karena saya menyaksikannya ketika masih
baru, tentunya saya menganggap efek visual film ini sangatlah spektakuler.
Aslan benar-benar tampak nyata dan semua binatang Fantasi terlihat sangat nyata
sampai sulit dibedakan dengan yang asli—di kala itu. I am speechless—this movie is a fun ride, a magnificent adventure, an
Experience! Well done!
02 Awards
Berdasarkan
laporan IMDb, film ini
menerima 18 penghargaan dan 46 nominasi. Narnia memenangkan piala Oscar untuk Best Achievement in
Makeup dan dinominasikan untuk Best Achievement in Sound Mixing serta Best
Achievement in Visual Effects. Kostum dalam film ini kembali dipuji dan diberi
penghargaan oleh BAFTA dan Academy of Science Fiction, Fantasy & Horror
Films, USA. Perlu diingat, Narnia adalah film yang menjual efek visual yang
spektakuler. Penghargaan yang diterima tergolong luar biasa karena film ini
dirilis pada tahun yang sama dengan film-film yang memiliki efek visual memukau
seperti King Kong, Harry Potter and
the Goblet of Fire, dan Star Wars Episode III. Bahkan film Fiksi
Ilmiah Zathura yang juga menampilkan efek visual memukau tidak banyak
menerima penghargaan karena harus bersaing dengan film-film berkaliber besar,
salah satunya adalah Narnia.
03 Financial
Film
ini dibuat dengan dana $180 juta dan berhasil menjual tiket bioskop sebesar
$720 juta. Angka ini menunjukkan bahwa Narnia meraih kesuksesan besar. Narnia
bahkan lebih sukses daripada King Kong
yang menjual tiket sebesar $562 juta. Selain sukses menjual tiket, Narnia juga
sukses di pasar DVD dengan total penjualan mencapai lebih dari $360 juta di
Amerika saja. Di hari pertama penjualan DVD saja, 4 juta kopi DVD Narnia
terjual dan mengalahkan rekor penjualan DVD Harry
Potter and the Goblet of Fire—yang juga dirilis tahun 2005.
The Chronicles of
Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe (2005) Theatrical Performance |
||
Domestic
Box Office |
$291,710,957 |
|
International
Box Office |
$428,828,615 |
|
Worldwide
Box Office |
$720,539,572 |
|
Home Market Performance |
||
Est.
Domestic DVD Sales |
$368,412,451 |
|
Total
Est. Domestic Video Sales |
$368,412,451 |
|
04 Critics
Mayoritas
kritikus film memberikan tanggapan yang positif untuk film ini.
“You know, Aslan, I'm a little disappointed
in you. Did you honestly think by all this that you could save the human
traitor? You are giving me your life and saving no one. So much for love.
Tonight, the Deep Magic will be appeased, but tomorrow, we will take Narnia
forever! In that knowledge, despair... and die!”—Jadis
05 Longevity
Film
pertama Narnia ini masih tetap relevan dan populer bahkan setelah berusia lebih
dari 10 tahun. Tanggapan penonton generasi baru secara umum tetap positif
seperti ketika filmnya pertama kali dirilis. Dibandingkan dengan sekuelnya,
popularitas film ini masih lebih kuat. Maka, tidak sedikit kalangan yang
menyayangkan Narnia memiliki sekuel yang lebih lemah dan seri ini berhenti
dilanjutkan; padahal memiliki awal yang sangat kuat dan sukses.
Final Score
Skor
Asli : 10
Skor
Tambahan : -
Skor
Akhir : 10/10
***
Spesifikasi Optical Disc
[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]
Judul : The Chronicles of Narnia: The
Lion, the Witch and the Wardrobe
Rilis : 22 Januari 2008 [2 Disc]
Format : DVD [|||]
Kode
Warna : 3/NTSC
Fitur : Bloopers, Trivia, audio
commentary, behind the scenes documentaries, activity, dive deeper into Narnia
Support : Windows 98-10 [VLC Media Player],
DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].
Keterangan Support:
[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]
[Support VCD, DVD,
Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]
[Support Semua
Termasuk 4K]
STREAMING
iTunes: |
|
Google Play: |
***
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian
Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk
menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar
yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil
Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
Edisi Review Singkat+PLUS
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda
Review Singkat+PLUS di
bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel
tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.
Skywalker Hunter adalah alias
dari Nabil Bakri
Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers
©2005/Disney, Walden Media/The Chronicles of Narnia: The
Lion, the Witch and the Wardrobe/All Rights Reserved.