(C) Universal/Wingnut/Video Ezy/2005/2006/all rights reserved. |
Review King Kong (2005) Raja Gorilla Penguasa Pulau Dinosaurus
Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak
cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes
copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
Genre : Monster—Petualangan
Rilis : 5 Desember 2005
Episode : -
Sinopsis
Di kala Great Depression, krisis ekonomi Amerika era 1930-an, Ann Darrow kehilangan pekerjaannya sebagai pemain teater. Ketika sedang berkeliling mencari pekerjaan, Ann bertemu dengan sutradara film bernama Carl Denham. Sutradara itu menemukan sebuah peta misterius dan ingin membuat film di pulau yang ada di dalam peta. Karena merasa Anna adalah orang yang cocok memerankan tokoh utama wanita dalam filmnya, Carl menawarkan pekerjaan main film itu kepada Ann. Walaupun enggan, Ann berubah pikiran setelah mengetahui bahwa film Carl Denham ditulis oleh Jack Driscoll, penulis drama terkenal yang merupakan idola Ann. Hal yang disembunyikan oleh Carl adalah fakta bahwa produksi filmnya sebenarnya mengalami masalah finansial dan ditentang oleh pihak studio. Maka, studio menghubungi polisi untuk menangkap Carl yang melarikan uang perusahaan untuk pembuatan film tanpa izin.
(C) Universal/Wingnut/Video Ezy/2005/2006/all rights reserved. |
Karena
mengetahui situasinya sedang sulit, Carl buru-buru memberangkatkan krunya
dengan menyewa kapal milik pemburu binatang, Englehorn. Sebagai jaminan
kualitas narasi filmnya, Carl menjebak Jack Driscoll supaya tertahan di kapal
dan ikut berlayar bersama krunya. Di tengah perjalanan, Englehorn menerima
surat perintah untuk berlabuh karena Carl akan ditangkap. Perjalanan pembuatan
film itu pun kandas karena kapal berbalik arah keluar dari jalur di dalam peta.
Namun, keluarnya mereka dari peta justru membawa mereka menuju pulau misterius
bernama Skull Island yang ada di dalam peta. Pulau itu dikelilingi oleh batu
karang yang diukir membentuk sosok raksasa mengerikan. Ketika Carl dan kru
pembuat filmnya mendarat dan memasuki pemukiman penduduk pulau itu, krunya
diserang dan Ann Darrow diculik. Ann diculik karena akan dijadikan persembahan
untuk penguasa pulau yakni seekor gorilla berukuran raksasa.
(C) Universal/Wingnut/Video Ezy/2005/2006/all rights reserved. |
Englehorn
mengirimkan sebagian awak kapalnya untuk melakukan misi penyelamatan ke dalam
hutan. Carl memanfaatkan kesempatan itu untuk menyelesaikan film yang dia
garap. Usaha mencari Ann Darrow dipenuhi dengan rintangan mematikan. Itu karena
Skull Island sebenarnya adalah pulau dinosaurus yang tersembunyi. Tim
penyelamat harus berjuang menghindari kawanan dinosaurus leher panjang yang
ketakutan dikejar pemangsa, serangga raksasa yang kelaparan, dan akhirnya
berhadapan dengan sang gorila raksasa, King Kong. Gorila itu senantiasa
menantikan sesembahan dari penduduk pulau yang berupa perempuan untuk disantap.
Namun Kong tampak menyukai Ann Darrow dan urung menyantapnya. Mereka malah
menjadi teman—Kong bahkan menyelamatkan Ann dari serangan tiga ekor T-Rex.
(C) Universal/Wingnut/Video Ezy/2005/2006/all rights reserved. |
Misi
penyelamatan Ann mengakibatkan Carl kehilangan kru film dan kamera miliknya.
Alhasil, semua adegan yang telah direkam kini hancur dan itu berarti karier
Carl juga hancur. Tak mau kembali ke Amerika dengan tangan kosong, Carl
meyakinkan Eglehorn untuk menangkap Kong dan membawanya ke New York untuk
dijadikan tontonan. Dengan menggunakan obat bius yang sangat kuat, Carl dan
para awak kapal menjebak dan menangkap Kong. Setelahnya, Kong dibawa ke New
York dan dijadikan tontonan masyarakat kelas atas. Karier Carl pun kembali
bersinar. Namun, Kong akhirnya berhasil melepaskan diri dari rantai baja yang
mengikat tubuhnya dan mengacak-acak kota New York mencari Ann Darrow. Karena
menimbulkan kekacauan dan korban jiwa, akhirnya pasukan militer Amerika turun
tangan dan menetapkan misi untuk menghabisi gorila raksasa yang
memporakporandakan kota New York.
(C) Universal/Wingnut/Video Ezy/2005/2006/all rights reserved. |
01 Story Logic
Logika
film ini sudah sesuai dengan genrenya. King Kong adalah sebuah film monster dan
film petualangan. Penggunan latar waktu tahun 1930-an mebuat narasi lebih masuk
akal karena keberadaan pulau yang tidak diketahui atau tersembunyi masih sangat
mungkin untuk era sebelum diciptakannya teknologi satelit yang mampu menangkap
citra permukaan bumi secara mendetil dari angkasa. Memang ada banyak bagian
dari film ini yang tidak masuk akal dan mengundang pertanyaan: bagaimana bisa
ada pulau dinosaurus? Bagaimana penduduk asli pulau itu membangun tembok dan
mengukir patung Kong di tengah laut? Namun keanehan semacam ini diberi
justifikasi oleh genrenya yakni film bertema monster dan petualangan. Hal yang
serupa ditemui dalam kisah karangan Sir Arthur Conan Doyle yakni The Lost World. Jika dihadapkan secara head to head, maka sebenarnya dapat
dikatakan bahwa narasi dalam King Kong lebih logis dalam menggambarkan lokasi
keberadaan para hewan purba. Dalam The
Lost World, dunia purba ini terletak di sebuah hutan di Amazon. Sedangkan
dalam King Kong, para dinosaurus berada di sebuah pulau terpencil yang
terisolasi berkat fenomena alam berupa kabut tebal dan medan magnet yang
membuat alat navigasi menjadi kacau. Jika benar-benar ada lokasi tersembunyi
para dinosaurus, maka pulau terpencil lebih memungkinkan daripada di dalam
hutan di daerah yang sudah dijamah manusia. Pada waktu Kong lepas dan
meresahkan warga New York, reaksi pemerintah sudah sesuai dengan logika realita
terutama realita tahun 1930-an ketika orang tidak begitu peduli soal nyawa binatang.
Bahkan di tahun 1962 masih rilis film berjudul Hatari yang dibintangi aktor besar John Wayne mengenai petualangan
menangkap hewan di Afrika untuk dijual. Film semacam ini tidak akan dapat izin
untuk dibuat di masa sekarang.
(C) Paramount/HATARI/1962/all rights reserved. |
02 Story Consistency
Alur
cerita film ini sudah konsisten. Secara mengejutkan, karakter para tokohnya
tidak berubah hingga akhir film dan Carl Denham akhirnya berhasil mendapatkan
apa yang dia inginkan—sebelum Kong lepas. Petualangan menuju Skull Island ini
dimulai karena Carl ingin membuat film petualangan mencari negeri
antah-berantah. Namun lebih dari sekadar keinginan membut film, Carl ingin
kariernya cemerlang dan dihormati orang-orang dari industri dunia hiburan. Maka
ketika rencana membuat filmnya hancur, ia bukannya segera “bertobat”, tetapi
malah berencana untuk menangkap Kong guna mempertontonkannya di panggung
teater. Englehorn yang sejatinya merupakan seorang pemburu hewan juga pada
akhirnya tidak bisa menolak tawaran bekerja sama untuk menangkap Kong. Padahal,
awalnya ia menganggap ide itu adalah ide yang gila. Cerita yang dirajut dari
awal hingga akhir sebetulnya straightforward
dan tidak membentuk cabang cerita yang membuat alurnya tidak konsisten.
(C) Universal/Wingnut/Video Ezy/2005/2006/all rights reserved. BEHIND: JACK BLACK as Denham. |
03 Casting Choice and Acting
Tidak
ada keluhan dalam pemilihan pemain. Catatan pedas ditujukan pada pemilihan
aktor Jack Black yang merupakan aktor komedi sebagai Carl Denham. Meski
demikin, akting Jack Black dalam film ini tidak menampilkan komedi dan
sebenarnya sudah sejalan dengan penggambaran sosok Carl Denham di film asli
King Kong yang dirilis tahun 1933.
04 Music Match
Tidak
ada keluhan di pemilihan musik. Film ini menggunakan banyak bagian musik yang
sama dengan film asli King Kong 1933 yang sudah menjadi musik iconic di dunia
perfilman.
(C) Universal/Wingnut/Video Ezy/2005/2006/all rights reserved. |
05 Cinematography Match
Tidak
ada keluhan dalam poin sinematografi. Sutradara Peter Jackson banyak
mengimplementasikan pengalamannya membuat trilogi The Lord of the Rings sehingga kualitas sinematografi film ini
tidak diragukan lagi. Cara menangkap keadaan kota New York di tengah krisis
ekonomi, sudut pengambilan gambar laju kapal yang mengarungi samudera mencari
Skull Island, hingga pemotongan adegan aksi pertarungan Kong melawan T-rex yang
apik, semua difilmkan dengan sinematografi yang baik sehingga kebesaran skala
film ini makin terlihat dan mendukung jalannya cerita.
06 Costume Design
Tidak
ada keluhan dalam poin pemilihan kostum.
07 Background/Set Match
Tidak
ada keluhan dalam pemilihan latar belakang. Sudah tentu, tidak seperti film
petualangan sebelumnya misalnya Indiana
Jones 1-3 dan Congo, latar hutan
di film ini menggunakan efek komputer. Ditinjau dari tahun pembuatannya,
background untuk film ini sudah bagus.
(C) Universal/Wingnut/Video Ezy/2005/2006/all rights reserved. |
08 Special and/or Practical Effects
Jika
dilihat sekarang, tentu ada bagian-bagian dari film King Kong yang tampak kasar
efek komputernya atau terlihat jelas kepalsuannya. Namun, film ini dirilis
tahun 2005 dan pada masanya, film ini mampu memukau penonton dengan efek
komputer yang spektakuler. Film ini bahkan memenangkan penghargaan Oscar untuk
efek terbaik. Kita tidak dapat menilai efek komputer suatu film dari masa lalu
dengan standar kemampuan komputer masa kini. Ini sama dengan kita tidak bisa
menilai efek penggunaan “boneka” gorila dan dinosaurus di film King Kong 1933
atau kostum di King Kong 1976 dengan menggunakan standar komputer berkekuatan
Artificial Intelligence dari tahun 2020 ke atas. Kita harus bisa melihat
fenomena pada zamannya dan memang, pada zamannya King Kong 2005 telah
menyajikan tontonan petualangan epik yang spektakuler. Meskipun ada beberapa
bagian yang sudah tampak ketinggalan jaman, namun secara overall sekalipun, efek komputer King Kong masih sanggup bersaing
dengan film-film yang dirilis bahkan 10 tahun setelahnya.
09 Audience Approval
Mayoritas
penonton memberikan tanggapan yang positif untuk film ini.
(C) Universal/Wingnut/Video Ezy/2005/2006/all rights reserved. |
10 Intentional Match
King
Kong diciptakan dari kecintaan sutradaranya kepada film aslinya. Film ini
dimaksudkan benar-benar untuk “menghidupkan” kembali King Kong dengan teknologi
termutakhir pada masanya. Maka dari itu, alur cerita film ini lebih setia
kepada film aslinya ketimbang King Kong versi 1976 [di versi 70-an tersebut,
motivasi membuat film di pulau terpencil diganti dengan motivasi perusahaan
Petrox mencari sumber minyak. Selain itu, gedung Empire State dari cerita
aslinya diganti dengan WTC. Intinya, King Kong 1976 benar-benar menyajikan King
Kong dengan nuansa 70-an sehingga memang dasarnya berbeda dengan film aslinya].
Film ini berhasil “menyegarkan” King Kong untuk penonton generasi baru tanpa
mencederai citra film pendahulunya dan cenderung menjadi sebuah wujud penghormatan
untuk film aslinya. Dengan demikian, King Kong 2005 telah memenuhi ekspektasi
dan tujuan penciptanya.
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
(C) Universal/Wingnut/Video Ezy/2005/2006/all rights reserved. |
01 Skywalker’s Schemata
Kalau
boleh cerita sedikit, saya dulu pertama kali melihat trailer film ini di TV dan
langsung terpukau dengan efek komputernya yang begitu spektakuler. Namun saya
tidak berkesemptan menyaksikan film ini di bioskop. Pada tahun 2006, perusahaan
rental dan distribusi Video Ezy masih populer di Indonesia. Mereka merilis VCD
film ini pada 2006 dan baru setelah saya membelinya, saya bisa menonton film
ini. Walaupun format gambarnya belum standar HD seperti sekarang, namun di kala
itu pun visual filmnya benar-benar memukau dan memanjakan mata. Apalagi kala
itu Video Ezy memproduksi VCD King Kong dengan kualitas Mastering/Encoding
gambar dan suara yang maksimal sehingga baik adegan CGI spektakuler maupun
gebrakan musik orkestra yang diperdengarkan, mampu membuat saya terpukau. Saya
memang sejak kecil menyukai film bertema monster, jadi saya pun menyukai King
Kong versi 1976. Sebelum kemunculan King Kong, film monster biasanya kurang
realistis karena umumnya adalah aktor dalam kostum, boneka, atau robot yang
kaku [tentunya bukan garapan Stan Wonston di Jurassic Park yang sudah sangat bagus]. CGI untuk monster masih
tergolong “Sekolah Dasar” sehingga Godzilla
1998 pun kurang maksimal dalam mempresentasikan Godzilla full CGI. Nah,
King Kong inilah pertama kalinya sosok monster raksasa ditampilkan dengan full
CGI yang photo-realistic alias
benar-benar kelihatan nyata. Dengan cerita seperti ini maka jelas, film ini
memiliki posisi istimewa di hati saya. Namun demikian, toh filmnya memang menyajikan
poin-poin penilaian dengan baik sehingga memang pantas mendapat pujian.
(C) Universal/Wingnut/Video Ezy/2005/2006/all rights reserved. |
02 Awards
Film
ini mendapat berbagai penghargaan bergengsi terutama untuk penyajian efek
komputernya yang luar biasa. Film ini memenangkan 3 piala Oscar termasuk
kategori Efek Visual Terbaik.
03 Financial
Dari
dana sebesar $207 juta, King Kong berhasil meraup uang sebanyak $562 juta.
Selain itu, King Kong dirilis saat pasar penjualan DVD, VCD, dan VHS masih
tinggi dan di momen ketika HD DVD dan Blu-ray akan dirilis ke publik. Tercatat,
King Kong berhasil mengumpulkan tambahan sebesar $194 juta dari penjualan DVD,
$38 juta dari rental DVD, dan lebih dari $26 juta untuk izin penyiaran dari
stasiun televisi.
(C) Universal/Wingnut/Video Ezy/2005/2006/all rights reserved. |
04 Critics
Mayoritas
kritikus memberikan tanggapan yang positif kepada film ini.
05 Longevity
Film
ini memiliki racikan yang pas sesuai genrenya dan di masa perilisan perdananya
mendapat respons yang positif baik dari penonton maupun kritikus. Bahkan hingga
10 tahun setelah filmnya dirilis, kualitas efek komputer film ini—yang menjadi
keunggulan paling utama filmnya—tidak kalah dari film yang lebih baru dirilis.
Sikap penonton pun tidak berubah dan tanggapan terhadap film ini konsisten di
posisi positif. Sayangnya, dengan segala kelebihannya itu, entah mengapa film
ini seperti terabaikan. Ketika membicarakan soal King Kong, mayoritas kritikus
dan pengamat film akan cenderung memusatkan perhatian pada film pertamanya yang
dirilis tahun 1933 sementara penonton masa kini cenderung membicarakan Kong
versi Legendary Pictures yang masuk dalam Monsterverse untuk film Godzilla vs Kong. Nasib King Kong 2005
menjadi sama dengan King kong 1976 yakni berada “di tengah-tengah” dua karya
yang panas dibicarakan yakni King Kong 1933 dan Kong Skull Island. Apalagi, minat masyarakat justru semakin menjauh
dari penggambaran fisik Kong Kong yang benar-benar menyerupai Gorilla dan lebih
menyukai penggambaran Kong yang lebih menyerupai manusia dengan ukuran yang
lebih besar dan lebih siap bertarung melawan monster—setidaknya jika ditinjau
dari kondisi saat artikel ini dirilis.
(C) Universal/Wingnut/Video Ezy/2005/2006/all rights reserved. |
Final Score
Skor
Asli : 10
Skor
Tambahan : -1
Skor
Akhir : 9
Spesifikasi DVD
Judul : King Kong
Rilis : 15 Maret 2006
Format : VCD
Kode
Warna : PAL
Fitur : -
Support :
Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box
360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS
5].
Untuk
informasi lebih lanjut mengenai Spesifikasi DVD, kunjungi profil instagram
@skywalkerhunter95
***
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan
standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review
Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.