Review Film Descendants (2015) Kisah Anak-Anak Penjahat yang Ingin Bertaubat

 

©2015/Disney/Descendants/All Rights Reserved.

Review Film Descendants (2015) Kisah Anak-Anak Penjahat yang Ingin Bertaubat

Oleh Skywalker Hunter

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Komedi Fantasi PuBer—Musikal [FTV]

Rilis                 : 31 Juli 2015 di Disney Channel

Durasi             : 112 menit

Sutradara       : Kenny Ortega

Pemeran         : Dove Cameron, Cameron Boyce, Booboo Stewart, Sofia Carson, Kristin Chenoweth, Kathy Najimy, dan Mitchell Hope

©2015/Disney/Descendants/All Rights Reserved.

Sinopsis

Beast dan Belle [dari kisah Beauty and the Beast] menyatukan seluruh kerajaan negeri dongeng menjadi United States of Auradon. Para tokoh jahat seperti Maleficent, Cruella DeVil, Jafar, Evil Queen, dan yang lainnya ditahan/diisolasi di sebuah pulau bernama Isle of the Lost. Pulau itu dilingkupi sihir yang menahan supaya para penjahat penghuninya tidak bisa pergi meninggalkan pulau dan mengganggu ketenteraman di Auradon. Pangeran Ben, putera Beast yang masih remaja, akan segera dinobatkan menjadi Raja. Sebelumnya, Ben memutuskan untuk membuat sebuah proklamasi yang mengizinkan empat orang anak dari Isle of the Lost untuk bersekolah di Auradon. Ben telah memilih puteri dari Maleficent yang bernama Mal, puteri dari Evil Queen yang bernama Evie, putera dari Jafar yang bernama Jay, serta putera dari Cruella yang bernama Carlos untuk bersekolah di Auradon bersama anak-anak tokoh dongeng lainnya. Keputusan Ben sebetulnya tidak disetujui oleh kedua orangtuanya, tetapi Ben merasa bahwa anak-anak para penjahat seharusnya tidak disalahkan atas kejahatan yang dilakukan oleh orangtua mereka. Menurutnya, anak-anak tersebut harus diberi kesempatan untuk mengubah diri mereka supaya menjadi berbeda dari orangtua mereka.

©2015/Disney/Descendants/All Rights Reserved.

Di Isle of the Lost, Mal adalah ketua kelompok pengacau yang disegani sebagai anak penjahat paling ditakuti di dunia dongeng yakni Maleficent. Sama seperti ibunya, Mal sangat senang membuat kekacauan dan menindas penghuni pulau lainnya. Begitu mendengar kabar bahwa dirinya akan dipindahkan ke Auradon, Mal merasa enggan. Namun, Maleficent melihat kepindahan ini sebagai kesempatan besar untuk menguasai Auradon. Ia memaksa Mal untuk bersedia bersekolah di Auradon supaya Mal bisa mencuri tongkat ajaib milik Fairy Godmother [ibu peri dari kisah Cinderella] dan menggunakannya untuk membebaskan seluruh penjahat di dalam pulau. Akhirnya, Mal beserta tiga sahabatnya dijemput dan diantar menuju sekolah Auradon. Mereka disambut oleh Fairy Godmother dan Pangeran Ben bersama kekasihnya, Puteri Audrey yang merupakan anak gadis dari Puteri Aurora dan Pangeran Philip [dari kisah Sleeping Beauty]. Sejak awal, Audrey dan Mal sudah memperlihatkan perselisihan terutama karena Maleficent, ibu Mal, adalah penyihir jahat yang mengutuk ibu Audrey. Namun, Ben dengan ramah menyambut para siswa baru di Auradon.

©2015/Disney/Descendants/All Rights Reserved.

Mal dan sahabatnya mencoba berbaur dengan siswa lain meskipun mereka senantiasa mendapat penolakan. Jay yang gemar mencuri dan berbadan atletis dimasukkan ke dalam tim hockey tourney Auradon, Carlos yang sangat takut dengan anjing belajar mengatasi rasa takutnya dan menjadi penyayang anjing, dan Evie yang menyembunyikan kecerdasannya perlahan mulai percaya diri. Keceriaan di Auradon perlahan-lahan mulai mengubah kepribadian para anak penjahat, tetapi Mal mengingatkan tujuan utama mereka datang ke Auradon. Mereka pun melanjutkan rencana mencuri tongkat ajaib milik Fairy Godmother. Untuk mengetahui keberadaan tongkat itu, Mal mendekati puteri Fairy Godmother yang bernama Jane yang menjelaskan bahwa Fairy Godmother sudah tidak menggunakan sihir lagi dan lebih mengutakaman ilmu pengetahuan. Tongkat sihir itu disimpan di museum dan hanya digunakan untuk upacara penobatan Raja. Karena Ben akan segera dinobatkan sebagai Raja, Mal mulai mendekati Ben dan menanyakan apakah ia bisa duduk di barisan depan saat upacara penobatan. Namun, Ben menjelaskan bahwa hanya kedua orangtua dan kekasihnya yang duduk di barisan terdepa. Maka, Mal berencana menggunakan ramuan sihir untuk membuat Ben jatuh cinta kepadanya. Ramuan yang diracik oleh Mal menjadi sebuah kue asmara berhasil membuat Ben mabuk kepayang. Ben meninggalkan Audrey demi Mal dan mengajak puteri kejahatan itu kencan di kolam ajaib. Kedekatan Mal dengan Ben membuanya mempertanyakan tujuan hidupnya dan apakah ia benar-benar mau menjadi pribadi yang jahat selama-lamanya; akankah Mal mulai mendengarkan kata hatinya atau mengikuti semua perintah ibunya. Mal tidak bisa menafikan kenyataan bahwa ia benar-benar jaatuh cinta kepada Ben.

©2015/Disney/Descendants/All Rights Reserved.

01 Story Logic

Descendants adalah sebuah FTV komedi yang “tidak serius”. Dengan demikian, film ini tidak bisa dinilai menggunakan standar tinggi film bioskop atau film Komedi Fantasi kelas A yang ditayangkan di bioskop. Film ini juga tidak bisa disejajarkan dengan film “Canon” Disney Sleeping Beauty karena sifatnya yang “tidak serius” sehingga tidak memengaruhi jalan cerita film aslinya. Descendants lebih mirip komedi parodi seperti Scary Movie yang menggunakan rujukan dari film-film populer untuk membentuk sebuah cerita, tetapi keberadaannya sama sekali tidak mengubah posisi dari film-film rujukannya [bukan sekuel, prequel, midquel, atau bahkan spin-off]. Maka, wajar saja jika ada banyak logika cerita yang bertabrakan dengan sumber rujukannya: menggabungkan para penjahat Disney dalam satu film saja sudah tidak logis, tetapi menjadi logis dalam Descendants karena memang genrenya memungkinkan konsep tersebut ditampilkan. Meski begitu [dibuat sebagai sebuah FTV dengan genre Komedi Fantasi PuBer—Musikal], Descendants tidak bisa dikategorikan sebagai film kelas B [film kelas “bawah” dengan keterbatasan dana dan berbagai keterbatasan yang bisa dimaklumi lainnya] sehingga film ini harus tampil lebih “profesional” ketimbang film-film kelas B. Sebagaimana telah dibahas, konsep film ini sudah logis sesuai genrenya sehingga poin tidak logis dalam film ini bukan pada konsepnya tetapi pada detil ceritanya.

©2015/Disney/Descendants/All Rights Reserved.

Dalam film-film parodi populer seperti Scary Movie, sekuelnya, dan Superhero Movie, rujukan-rujukan yang digunakan ditiru semirip mungkin dengan versi aslinya. Misalnya, karakter yang memparodikan Ghostface dalam Scary Movie benar-benar menirukan penggambaran fisik karakternya dari film Scream (1996) sehingga penonton dapat langsung mengidentifikasi karakternya tanpa perlu penjelasan. Dalam Descendants, para karakter populer Disney tidak ditampilkan dengan jelas sehingga perlu lebih dulu dikenalkan kepada penonton. Karena mengalirnya alur cerita film ini [salah satunya] bergantung pada kemampuan penonton mengidentifikasi karakternya berdasarkan film-film populer Disney, hilangnya ciri khas karakter tersebut membuat penonton memerlukan waktu yang lebih untuk mengidentifikasi karakternya dan perbedaan-perbedaan yang ada akan membuat penonton mencocokkan karakter dalam Descendants dengan karakter aslinya. Penggambaran karakternya menjadi tidak masuk akal ketika penonton kesulitan menemukan ciri khas karakter yang membuat karakter tersebut sama dengan karakter populer Disney [apa yang membuat Belle sebagai Belle dari animasi Beauty and the Beast, misalnya].  Poin ini nantinya berkaitan erat dengan poin kostum.

©2015/Disney/Descendants/All Rights Reserved.

Poin tidak logis lainnya datang dari karakter anak-anak Disney Princess yang justru digambarkan sebagai orang-orang yang “kejam” karena sombong dan suka menindas [bullies]—namun dibiarkan begitu saja oleh pihak sekolah. Dalam salah satu adegan, Ratu Leah yang merupakan ibu dari Puteri Aurora, marah besar karena Ben mengizinkan Mal datang ke Auradon. Hal ini menjadi tidak logis karena kedatangan para anak Isle of the Lost adalah hasil keputusan Pangeran Ben yang seharusnya diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat. Melihat posisi Ratu Leah yang sangat tinggi [termasuk bangsawan anggota kerajaan], seharusnya ia sudah tahu mengenai hal tersebut. Jika ia mau menolak, ia semestinya menolak sejak awal atau tidak datang ke acara yang diadakan oleh sekolah. Secara singkat, alur cerita dalam film ini bersifat Nonsensical—sebatas tidak masuk akal. Hal ini boleh saja jika Descendants adalah sebuah parodi murni dan sebatas menggunakan rujukan film populer untuk mengundang gelak tawa. Namun, film ini juga mengusung konsep PuBer yang mengkeksplorasi masa pubertas karakternya lengkap dengan pergulatan batin yang mereka rasakan. Sehingga, seharusnya film ini tampil lebih dekat kepada kenyataan agar isu pergulatan batin karakternya bisa tampil lebih masuk akal.

©2015/Disney/Descendants/All Rights Reserved.

02 Story Consistency

Alur cerita film ini tidak konsisten. Biasanya, apabila sebuah film memiliki kendala pada poin logika cerita, film tersebut juga akan mengalami kendala dalam hal konsistensi cerita—bisa kendala yang besar atau yang kecil. Descendants adalah sebuah film yang menceritakan pergulatan batin sekelompok remaja yang harus mengambil tindakan besar dalam hidup mereka. Pergulatan batin para remaja [PuBer] ini dikemas dalam sebuah Komedi Fantasi dengan konsep dasar sebuah musikal. Karena ada banyak genre yang bercampur dalam film ini, fokus pada masing-masing genre harus seimbang dengan porsi inti cerita disajikan paling utama. Namun, porsi kisah hidup para remaja dalam film ini yang seharusnya menjadi fokus harus dijeda oleh kisah para penjahat di Isle of the Lost dan kisah anak-anak Raja dan Ratu di Auradon. Mal telah menyusun rencana untuk mencuri tongkat Fairy Godmother, tetapi pada akhirnya [Spoiler] tongkat itu justru dicuri oleh Jane, puteri Fairy Godmother sendiri. Setelah itu, terjadi sebuah adegan yang tidak logis yakni tongkat ajaib secara “otomatis” atau “tidak sengaja” menghancurkan selubung penjara Isle of the Lost padahal Jane tidak tahu rencana jahat Mal dan Maleficent. Ceritanya akan lebih logis dan konsisten apabila Mal atau salah satu dari sahabat “jahat”-nya yang mencuri tongkat itu. Dengan demikian, pergulatan batin mereka akan semakin besar dan menjadikan keputusan mereka apakah akan menjadi baik atau tetap menjadi jahat memiliki penegasan yang kuat.

©2015/Disney/Descendants/All Rights Reserved.

Bisa saja Jane yang tetap mencurinya, tetapi alasan yang benar-benar kuat mengapa ia nekat mencuri tongkat itu harus dieksplorasi kembali. Bahkan, Audrey kemungkinan memiliki alasan yang lebih kuat untuk mencuri tongkat itu karena Mal telah merebut kekasihnya dan ibu Mal adalah musuh besar keluarga Audrey. Inkonsistensi cerita tidak hanya terjadi pada narasinya saja, tetapi juga pada detilnya. Dikisahkan bahwa Maleficent memiliki buku mantra yang tidak berfungsi di Isle of the Lost, tetapi berfungsi di Auradon. Mal telah mencoba mantra dari buku itu dan berhasil. Dikisahkan pula jika Maleficent memiliki tongkat yang sangat sakti namun juga tidak berfungsi di pulau penjahat namun berfungsi di Auradon. Jika demikian, mengapa Mal tidak membawa saja tongkat Maleficent yang disamarkan atau disembunyikan sampai Auradon, lalu menggunakannya untuk menghancurkan sihir yang menahan para penjahat di Isle of the Lost? Dalam beberapa adegan, jelas sekali kalau Maleficent masih bisa menggunakan sihir di Isle of the Lost—lantas apa gunanya sihir pelindung jika Maleficent tetap bisa menggunakan sihir? Berbagai macam inkonsistensi seperti ini timbul karena logika Fantasi dalam film ini kurang kuat sehingga aturan-aturan yang mengikat dunia Fantasinya belum dijelaskan dengan baik dan justru menimbulkan pertanyaan.

©2015/Disney/Descendants/All Rights Reserved.

03 Casting Choice and Acting

Para aktor yang dipilih sudah mampu menghidupkan karakter mereka dengan baik. Para pemeran karakter populer Disney memang tidak menghidupkan karakter dari versi animasinya, tetapi menghidupkan karakter baru dari sebuah parodi untuk membuat karakter-karakter yang menakutkan menjadi konyol.

04 Music Match

Tidak ada keluhan di pemilihan musik. Lagu-lagu serta koreografi dalam film ini mendapat pujian dari penonton dan kritikus karena ditampilkan sesuai dengan momen ceritanya [lagu penuh hentakan dimainkan ketika Mal berada di pulau para penjahat, sedangkan lagu yang lebih lembut dimainkan saat Mal berada di Auradon]. Sebagai sebuah film Musikal, lagu-lagu dalam film ini tidak boleh hanya “mengiringi” jalannya film, tetapi harus menjadi bagian dari film yang ikut menjalankan ceritanya. Lagu-lagu dalam Descendants sudah diintegrasikan dengan baik ke dalam dialog sehingga sudah membantu laju ceritanya.

©2015/Disney/Descendants/All Rights Reserved.

05 Cinematography Match

Tidak ada keluhan dalam poin sinematografi.

06 Costume Design

Sebelumnya, permasalahan kostum sudah disebutkan dalam poin logika cerita. Sebetulnya, kostum untuk para anak penjahat dan siswa di Auradon sudah baik. Namun, kostum untuk para tokoh populer Disney masih kurang baik karena tidak mampu langsung memberikan tanda kepada penonton mengenai identitas karakternya. Sebuah film bukan sebuah buku. Maka, sebuah film harus bisa menampilkan adegan dengan visualisasi seefektif mungkin supaya penonton dapat langsung mencerna deskripsi situasi dan hanya perlu fokus pada cerita. Tentu saja berbeda ketika kostum para aktor dibuat sama persis dengan kostum dalam animasi [setidaknya di adegan awal] sehingga penonton tidak perlu menduga-duga siapa karakternya, dengan kostum para aktor yang berbeda dari versi animasinya sehingga selain harus fokus pada narasi, penonton juga harus sibuk menduga-duga karakternya. Dalam acara-acara tertentu, bisa saja anak para tokoh Disney memakai pakaian yang menunjukkan ciri khas orangtua mereka untuk dengan cepat menunjukkan identitas mereka kepada penonton—tidak harus pakaian utuh, bisa jadi sebatas mahkota atau sepatu kaca.

©2015/Disney/Descendants/All Rights Reserved.

07 Background/Set Match

Tidak ada keluhan dalam pemilihan latar belakang yang menggunakan set asli. Namun, ada keluhan dalam latar belakang CGI yang akan memengaruhi penilaian Efek Visual.

08 Special and/or Practical Effects

Sebuah FTV dibuat dengan dana yang lebih rendah ketimbang film-film bioskop—hal ini sudah lumrah dan memang begitulah kodrat sebuah FTV. Maka, wajar sekali jika efek komputer dalam sebuah FTV tidak sebagus film-film bioskop dengan dana berkali-kali lipat dibandingkan dengan sebuah FTV. Namun, tidak semua FTV adalah film kelas B. Terlebih lagi, Descendants adalah FTV yang disokong oleh Disney dan rilis melalui Disney Channel di tahun 2015. Karena ada nama besar Disney, wajar saja jika penonton memiliki ekspektasi di atas rata-rata. Namun, ada banyak adegan komputer yang terlihat sangat kasar dan seperti dibuat oleh Disney dua puluh tahun sebelum Descendants dirilis. Tidak hanya kasar, terdapat adegan CGI yang sama sekali tidak masuk akal dan tidak konsisten. Dalam adegan kemunculan naga, ukuran naga itu berubah-ubah dan terbang di dalam balairung penuh dengan manusia. Ukuran balairung berubah-ubah dan naga itu terbang mengepakkan sayapnya yang seharusnya menghantam orang-orang yang ada di dalam bangunan. Naga itu juga menyemburkan api yang seharusnya membakar para manusia dan perabotan, namun hal itu tidak terjadi.

©2015/Disney/Descendants/All Rights Reserved.

09 Audience Approval

Film ini mendapatkan tanggapan positif dari penonton.

10 Intentional Match

Descendants telah berhasil memenuhi harapan studio Disney yakni sebuah franchise baru yang menggantikan High School Musical yang sama-sama berorientasi pada penonton anak-anak—berbeda sekali dengan Lemonade Mouth dengan cerita yang lebih dewasa.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

©2015/Disney/Descendants/All Rights Reserved.

01 Skywalker’s Schemata

Saya sebetulnya tidak menyukai film ini. Ketika perilisan Descendants diumumkan, saya tidak sabar menontonnya karena saya ingin melihat bagaimana jadinya jika para penjahat populer Disney berada dalam satu film. Kekecewaan saya yang pertama adalah kenyataan bahwa fokus film ini sama sekali bukan para tokoh jahat melainkan anak-anak mereka. Tidak hanya itu, peran para tokoh jahat juga teramat sangat kecil sehingga sama sekali tidak ada adegan yang menampilkan para penjahat beraksi selain Maleficent. Lagu-lagu dalam film ini pun tidak terlalu saya sukai. Saya jauh lebih menyukai lagu-lagu dalam High School Musical dan Lemonade Mouth. Descendants, bagi saya, lebih mirip dengan Camp Rock ketimbang High School Musical yakni sama-sama tidak saya sukai. Saya bahkan lebih menikmati Teen Beach—walau ceritanya lebih jelek ketimbang Descendants—karena lagu-lagunya sangat catchy dan saya sukai. Kemudian, saya juga membenci pesan yang diulang-ulang dalam film ini: “Ikuti kata hatimu”—“follow your heart”—seolah-olah kata hati adalah jawaban terbesar di seluruh semesta. Jawaban itu terlalu klise, terlalu sering digunakan, dan terlalu menyesatkan. Namun, saya tidak akan mengurangi poin dari film ini karena saya sangat mengapresiasi satu hal dari Descendants: Film yang dirilis tahun 2015 ini “mengembalikan” kodrat Maleficent sebagai tokoh jahat Disney yang paling kuat [The Ultimate Villain] setelah sebelumnya Maleficent diubah menjadi tokoh baik dalam film Maleficent 2014. Karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada film ini yang lebih menghormati tradisi animasi Disney ketimbang film layar lebar Maleficent 2014.

©2015/Disney/Descendants/All Rights Reserved.

02 Awards

Tidak ada pernghargaan yang penting sekali untuk disebutkan.

03 Financial

Film ini sukses besar menarik minat jutaan penonton televisi dan aplikasi Disney Channel. Selain itu, penjualan DVD film ini juga sukses dengan keuntungan sebesar $18,2 juta di Amerika Serikat saja.

04 Critics

Mayoritas kritikus film memberikan tanggapan yang positif untuk film ini.

©2015/Disney/Descendants/All Rights Reserved.

05 Longevity

[Pending—karya masih berusia di bawah 10 tahun]

Final Score

Skor Asli                     : 6.5

Skor Tambahan           : +1

Skor Akhir                  : 7.5/10

***

Spesifikasi Optical Disc

[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]

Judul               : Descendants

Rilis                 : 19 Agustus 2015

Format             : DVD-9 [Dual-layered]

Kode Warna    : 3/NTSC [support upscaling hingga 1080/60hz]

Fitur                : Backstage dance rehearshals, bloopers, #Mal

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

Keterangan Support:

[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]

[Support VCD, DVD, Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]

[Support Semua Termasuk 4K]

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

Skywalker Hunter adalah alias dari Nabil Bakri

Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers

©2015/Disney/Descendants/All Rights Reserved.

©2015/Disney/Descendants/All Rights Reserved.