Review Film Congo (1995) Teror Gorila Putih di Pedalaman Afrika [Where You Are The Endangered Species]


©1995/Kennedy-Marshall, Paramount/Congo/All Rights Reserved.

Oleh Skywalker HunterNabil Bakri

Review Film Congo (1995) Teror Gorila Putih di Pedalaman Afrika [When You Are The Endangered Species]

“Mister Homolka, STOP eating my sesame cake!”— Delroy Lindo as Captain Wanta

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Petualangan

Rilis                 :

Domestic Releases:

June 9th, 1995 (Wide) by Paramount Pictures

MPAA Rating:

PG-13 for jungle adventure terror and action and brief strong language

Durasi             : 108 menit

Sutradara       : Frank Marshall

Pemeran         : Laura Linney, Dylan Walsh, Ernie Hudson, Grant Heslov, Joe Don Baker, Tim Curry

Episode           : -

©1995/Kennedy-Marshall, Paramount/Congo/All Rights Reserved.

Sinopsis

Perusahaan telekomunikasi internasional, TraviCom, mengirimkan sebuah tim ekspedisi menuju Congo untuk mencari berlian yang dapat digunakan untuk menciptakan teknologi komunikasi paling mutakhir di dunia. Ekspedisi itu dipimpin langsung oleh putera Mr. Travis pemilik perusahaan, Charlie Travis. Ketika tim ekspedisi hampir berhasil menemukan berlian yang mereka cari, Charlie menghubungi TraviCom lewat sambungan satelit. Namun ketika Mr. Travis dan Dr. Karen Ross yang merupakan pegawai ahli TraviCom sekaligus tunangan Charlie hendak menghubungi kembali tim ekspedisi tersebut, mereka dikejutkan dengan pemandangan mengerikan. Tim ekspedisi telah diserang oleh makhluk ganas yang menyerupai gorila. Mr. Travis lantas memerintahkan Karen untuk segera membentuk tim ekspedisi untuk menyusul tim Charlie. Agar dapat menjalankan misi dengan lancar dan rahasia, Karen membutuhkan sebuah alibi. Ia memanfaatkan Dr. Peter Elliott, seorang ahli primata [primatologist] yang sedang mencari sponsor untuk memulangkan gorila yang diberi nama Amy kembali ke Congo. Amy adalah gorila yang sangat pintar dan telah berhasil menguasai bahasa isyarat dan mampu melukis dengan baik. Lukisan Amy membuat Herkemer Homolka, sorang penggiat amal [philanthropist] kaya raya, merasa tertarik dan “berniat baik” menyokong dana ekspedisi memulangkan Amy ke Congo.

©1995/Kennedy-Marshall, Paramount/Congo/All Rights Reserved.

Sebelum berangkat, Homolka mengalami masalah keuangan sehingga ia tidak bisa membayar biaya bahan bakar pesawat. Saat itulah Karen melihat kesempatan untuk menawarkan bantuan kepada Peter agar ia bisa pergi ke Congo tanpa ada perusahaan lain yang mengetahui tujuannya dan tentang keberadaan berlian yang dapat menjadi terobosan dunia telekomunikasi. Mereka pun berangkat dan mendarat di Uganda. Sayangnya, mereka mendarat di saat situasi politik sedang memanas. Agen perjalanan Eddie Ventro lantas menyewa jasa pemandu handal Kapten Monroe Kelly. Mereka pun berusaha melalui berbagai rintangan menuju Congo, mulai dari birokrasi yang dipenuhi koupsi hingga keadaan alam yang berbahaya. Monroe mengenali Herkemer Homolka karena lima tahun sebelumnya ia disewa oleh Homolka untuk memandu ekspedisi mencari The Lost City of Zinj [Kota Zinj yang Hilang] yang konon dipenuhi oleh berlian tak ternilai harganya. Namun, ekspedisi itu berubah menjadi musibah dan Homolka gagal menemukan Zinj. Menurut Monroe, Peter sedang dimanfaatkan untuk menjadi alibi bagi Herkemer Homolka dan Karen Ross. Homolka yakin bahwa Amy si gorila tahu lokasi Zinj karena gorila itu sering menggambar simbol sebuah mata yang sama dengan simbol City of Zinj. Setelah melalui berbagai rintangan berbahaya, tim ekspedisi Karen Ross dan Peter Elliott harus berhadapan dengan para gorila putih yang mematikan—gotila ganas yang dikisahkan dalam legenda City of Zinj. Mampukah mereka selamat dari teror gorila putih dan keluar dari Congo hidup-hidup?

©1995/Kennedy-Marshall, Paramount/Congo/All Rights Reserved.

01 Story Logic

Congo adalah sebuah film Petualangan yang mengikuti pakem cerita yang telah dipopulerkan oleh kisah The Lost World oleh Sir Arthur Conan Doyle. Meskipun dapat juga dikatakan sebagai sebuah film Monster, sama seperti Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid, sebenarnya tajuk dari film ini adalah proses karakter-karakternya menempuh berbagai rintangan—termasuk berhadapan dengan Monster. Maka tak heran, Congo dan Anacondas jarang menampilkan sosok Monster utama keduanya, tetapi menonjolkan perjalanan karakter-karakternya. Seperti yang telah dikisahkan dalam The Lost World, cerita-cerita semacam ini tidak dimaksudkan untuk logis secara ilmiah, bahkan tidak untuk sebuah Fiksi Ilmiah karena inti ceritanya adalah misteri yang tidak terduga dan bagaimana para karakter bereaksi terhadap rintangan-rintangan tersebut. Jika dilihat dari kaca mata genre Fiksi Ilmiah, kisah dalam Congo bisa jadi kurang logis karena telah terungkap bahwa gorilla atau primata lainnya tidak mampu berkomunikasi seperti Amy di film Congo—bahkan Koko si gorila pun sebenarnya tidak dapat berkomunikasi sebaik yang ditampilkan di berbagai rekaman video karena semua rekaman itu telah disunting sebelumnya. Berbagai temuan dalam kisah The Lost World pun akan sangat sulit dijelaskan bahkan dalam koridor Fiksi Ilmiah; tetapi memang bukan pembuktian ilmiah yang menjadi tujuan ceritanya, melainkan ketakjuban [wonders] akan hal-hal yang tidak [atau belum] dapat dijelaskan secara ilmiah. Dalam hal ini, Congo telah memenuhi kriteria sebuah film Petualangan dengan sangat baik.

©1995/Kennedy-Marshall, Paramount/Congo/All Rights Reserved.

Meskipun sistim penilaian Skywalker menggunakan Indiana Jones Raider of the Lost Ark sebagai acuan standar film Petualangan, bukan berarti sebuah film Petualangan yang baik harus sama persis dengan Indiana Jones—film tersebut hanyalah acuan yang menjadi standar karena menerima tanggapan yang positif dan populer sehingga memudahkan pembaca untuk mengamati polanya. Jika kita perhatikan, kisah The Lost World sudah dipublikasikan jauh sebelum Indiana Jones dan Indiana Jones pun mengikuti pola yang serupa meskipun tidak menampilkan dinosaurus di dalamnya. Permasalahn logika dalam Congo bukan terletak pada konsepnya dan ceritanya secara umum, tetapi pada beberapa detilnya. Di awal film, Amy jelas-jelas diperlihatkan sebagai gorilla yang mampu berbahasa isyarat dan menciptakan lukisan yang utuh [tidak hanya asal coret]—yang tidak logis bukanlah keberadaan Amy sebagai gorilla ajaib, tetapi kurangnya sorotan publik terhadap Amy. Jika Koko yang masih diperdebatkan saja bisa memikat publik dan kalangan public figure, tentunya keberadaan Amy dan alat penerjemahnya akan lebih menggemparkan. Jika demikian, konfliknya akan lebih rumit karena akan ada banyak pihak yang ingin memanfaatkan Amy. Alur ceritanya akan lebih masuk akal jika Amy bukanlah gorila ajaib, melainkan seekor gorilla biasa yang sedikit “di atas rata-rata” dan harus segera dilepaskan ke habitat asalnya. Ekspedisi mengembalikan Amy pun menjadi masuk akal karena tidak masuk akal melepaskan spesimen seperti Amy yang sangat penting untuk diteliti lebih lanjut. Permasalahn detil lainnya kembali muncul seperti adanya permasalahan politik di Afrika dan bagaimana Monroe bisa melalui semuanya dengan mudah [di awal film ia mencuri truk tentara dengan begitu mudahnya].

©1995/Kennedy-Marshall, Paramount/Congo/All Rights Reserved.

02 Story Consistency

Secara umum, alur cerita film ini sudah konsisten karena permasalahan yang dimunculkan di awal sudah dieksplorasi dan diselesaikan di akhir film. Namun, film ini mencoba mengeksplorasi terlalu banyak cabang cerita yakni proses pemulangan Amy yang dimanfaatkan oleh Homolka dan Karen, ketegangan di antara Karen dan Mr. Travis, serta pencarian City of Zinj yang menjadi ambisi Homolka dan mengungkapkan hubungannya dengan Monroe. Dalam adegan awal [memperlihatkan hubungan satelit dari perusahaan TraviCom yang melibatkan Karen], belum tampak siapa tokoh utama dalam film ini. Begitu adegan beralih pada presentasi Peter tentang Amy dan bahasa binatang, Peter seperti ditonjolkan sebagai tokoh utama. Namun seiring berjalannya cerita, tokoh utamanya berubah menjadi Karen [di akhir cerita ditampilkan bagaimana Karen akhirnya membalas sikap Mr. Travis yang egois]. Misteri keberadaan gorila putih pun memunculkan masalah tersendiri karena ternyata kemunculan mereka berawal dari sejarah yang sangat panjang—dan itupun belum menjelaskan bagaimana Amy tahu lokasi mereka dan bagaimana terdapat tumpukan tulang gorila biasa di wilayah gorila putih, padahal para gorila biasa tinggal di lokasi yang berbeda.

©1995/Kennedy-Marshall, Paramount/Congo/All Rights Reserved.

03 Casting Choice and Acting

Aktor-aktor yang dipilih dalam film ini telah memerankan karakter mereka dengan baik. Tidak ada aktor [dari segi fisik] yang tampak salah posisi atau tampak tidak cocok dengan deskripsi karakter mereka.

04 Music Match

Karena flm ini berlatar Afrika, musik dan lagu yang diperdengarkan pun bernuansa Afrika sehingga sudah serasi dengan alur cerita dan nuansa filmnya. Adapun lagu Amerika seperti California Dreamin’ diperdengarkan dalam adegan yang memang benar-benar memerlukan lagu Amerika yang catchy [lagu yang familier di telinga Amy untuk membantunya tidur] dan itu pun dinyanyikan oleh para kru ekspedisi yang mayoritas orang Afrika—mendukung poin cerita bahwa orang Afrika pun tahu lagu tersebut.

©1995/Kennedy-Marshall, Paramount/Congo/All Rights Reserved.

05 Cinematography Match

Sinematografi dalam Congo sudah baik. Luasnya bentang alam Afrika telah ditunjukkan dengan baik sehingga nuansa petualangan dalam filmnya dapat benar-benar ditegaskan. Sinematografi dalam film ini telah menunjukkan kontras alam liar yang dapat terlihat indah dan mengundang hasrat petualangan, tetapi juga dapat menjadi sangat berbahaya. Berbagai adegan aksi pun direkam dari sudut terbaik agar benar-benar dapat disaksikan secara utuh [sebagai contoh dalam adegan pesawat yang diledakkan oleh pasukan penjaga perbatasan di Zaire].

06 Costume Design

Karena Congo dirilis pada tahun 1995 dan ceritanya adalah seputar orang-orang yang hidup dan teknologi termutakhir di tahun 1995, maka kostum yang dikenakan adalah busana umum tahun 1990-an. Kostum yang dikenakan dalam ekspedisi sudah baik karena berbeda dengan pakaian yang dikenakan di perkotaan.

©1995/Kennedy-Marshall, Paramount/Congo/All Rights Reserved.

07 Background/Set Match

Latar belakang dalam film ini sudah baik. Beberapa adegan dalam Congo direkam di studio [seperti adegan kuda nil mengamuk], tetapi film ini juga direkam di hutan asli—kru dan aktor benar-benar harus pergi ke lokasi pengambilan gambar di tengah hutan. Karena latar belakangnya tidak menggunakan CGI, maka tentu saja terlihat sangat nyata dan mendukung nuansa genre filmnya. Penggunaan latar nyata ini jugalah yang membuat tampilan film ini belum terlihat terlalu ketinggalan zaman atau tampak palsu karena memang menggunakan set asli.

©1995/Kennedy-Marshall, Paramount/Congo/All Rights Reserved.

08 Special and/or Practical Effects

Efek komputer dalam film ini, jika kita menggunakan standar tahun 1995, sudah baik. Beberapa efek komputer yang ditampilkan tentu tampak kasar jika dinilai menggunakan standar komputer 2020 ke atas. Namun jika kita melihat pada film satu angkatan yang juga menggunakan banyak CGI yakni Jumanji, maka dapat dismpulkan bahwa efek komputer dalam film ini sudah baik. Hasil presentasinya pun sudah baik dan bahkan dalam adegan malam sekalipun setiap adegan aksi masih dapat dilihat dengan jelas. Efek untuk kostum Amy dan gorilla lainnya pun secara umum sudah baik, sudah terlihat seperti kostum gorila profesional yang dilengkapi animatronik pada umumnya. Tentu saja, sekali lagi, kita harus menilai penggunaan efek visual film ini dengan mempertimbangkan tahun perilisannya yakni 1995—pernahkah Anda membayangkan apa yang bisa dilakukan oleh Microsoft Windows 95 termutakhir dibandingkan dengan Windows terbaru yang paling lemah sekalipun? Tentu tidak adil menilainya dengan standar yang sama, bukan?

©1995/Kennedy-Marshall, Paramount/Congo/All Rights Reserved.

09 Audience Approval

Apabila pada tahun 1997 film Anaconda mengacungkan jari tengah kepada kritikus film karena filmnya sukses meskipun dibenci oleh kritikus, Congo telah melakukannya dua tahun sebelum Anaconda. Meskipun Congo mendapat hujatan dari kalangan kritikus, film ini meraih sukses di bioskop—bahkan melebihi perkiraan. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya kalangan penonton umum memberikan respons yang positif pada film ini.

10 Intentional Match

Congo dimaksudkan menjadi sebuah film teman Popcorn—sebuah film Petualangan yang ringan. Film ini telah berhasil memenuhi visi penciptanya karena film ini telah menyajikan sebuah kisah Petualangan yang ringan dengan konsep yang baik sesuai genrenya dan dengan efek visual yang baik untuk zamannya. Bahkan, kesuksesan finansial Congo melebihi ekspektasi; film yang tidak disukai kritikus ini ternyata berhasil memikat penonton sehingga sukses di box office.

©1995/Kennedy-Marshall, Paramount/Congo/All Rights Reserved.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

©1995/Kennedy-Marshall, Paramount/Congo/All Rights Reserved.

01 Skywalker’s Schemata

Ada banyak sekali film Monster yang berbuat curang kepada penontonnya karena Monster itu disembunyikan sampai di penghujung film. Kalaupun sosok si Monster ditampilkan di awal, hanya bayangannya saja yang terlihat, atau Monster itu berada di lokasi yang sangat gelap sehingga nyaris tidak terlihat. Padahal, film-film Monster seharusnya mempertontonkan keberadaan si Monster secara gamblang—sebuah kesalahan yang dilakukan dalam Godzilla 2014 karena sosok Godzilla selalu “disembunyikan” di saat-saat yang paling krusial. Namun, terdapat jenis film yang menampilkan Monster, tetapi pada dasarnya bukan film Monster murni melainkan memiliki beban genre lain yang menyertainya. Dengan demikian, excitement yang dijanjikan oleh film semacam ini bukan sekadar si Monster, tetapi aspek-aspek lain dari ceritanya. Sebagai contoh, film Alien tidak memperlihatkan sosok Xenomorph sampai akhir karena ceritanya mengeksplorasi bagaimana para kru Nostromo menghadapi sesuatu yang tidak mereka ketahui—fear of the unknown. Dalam film Jurassic Park, excitement yang dijanjikan bukan sekadar serangan dinosaurus, tetapi penjelasan-penjelasan bagaimana dinosaurus dihidupkan kembali dan ketakjuban terhadap terobosan ilmiah. Film Congo pun menjanjikan pengalaman serupa; menampilkan Monster tetapi Monster itu sendiri bukan poin excitement yang paling utama. Excitement dalam Congo ada pada aspek Petualangan di dalam ceritanya, sebuah aspek cerita yang mengikuti kisah populer The Lost World. Menurut saya, Congo adalah sebuah film Petualangan dengan gaya cerita The Lost World yang ideal. This movie is exciting, its special effects are amazing, and most importantly it’s fun!

©1995/Kennedy-Marshall, Paramount/Congo/All Rights Reserved.

02 Awards

Film ini tidak menerima penghargaan yang penting untuk disebutkan. Namun, Congo dinominasikan sebanyak 7 kali dalam penghargaan Film Terburuk, Golden Raspberry [Razzie] Award.

03 Financial

Dari dana sebesar $50 juta, Congo berhasil menjual tiket sebesar $152 juta. Hal ini menunjukkan bahwa Congo terbilang menguntungkan.

Congo (1995) Theatrical Performance

Domestic Box Office

$81,022,333

Details

International Box Office

$71,000,000

Details

Worldwide Box Office

$152,022,333

Further financial details...

©1995/Kennedy-Marshall, Paramount/Congo/All Rights Reserved.

04 Critics

Sebagian besar kritikus film memberikan tanggapan yang negatif untuk film ini. Seorang kritikus dari The Washingon Post bernama Hal Hinson menyatakan bahwa Congo adalah “imitasi dari film-film Steven Spielberg”. Tentunya jika sebagai kritikus ia sudah mempelajari film sebelumnya, ia seharusnya tahu bahwa konsep film ini memang ditulis oleh Michael Crichton, penulis novel Jurassic Park yang disutradarai oleh Steven Spielberg. Jurassic Park sendiri dirilis tahun 1993 berdasarkan novel yang dipublikasikan pada tahun 1990—sementara konsep Congo sudah diajukan kepada 20th Century Fox pada tahun 1979. Ini adalah salah satu alasan mengapa penilaian Skywalker menolak untuk memasukkan tanggapan Kritikus ke dalam 10 penilaian inti dan hanya menjadikannya sebagai bahan pertimbangan tambahan. Kriteria Skywalker pun saya buat pada dasarnya karena rasa kecewa terhadap kalangan kitikus yang “mengaku profesional” tetapi sebenarnya tidak berkompetensi dalam menilai sebuah film.

©1995/Kennedy-Marshall, Paramount/Congo/All Rights Reserved.

05 Longevity

Popularitas Congo tidak mampu bertahan lebih dari 10 tahun. Pada saar artikel ini dipublikasikan, masyarakat luas sudah “melupakan” Congo dan tanggapan kritikus masih tetap negatif—walau perlahan menjadi lebih positif. Popularitas Congo tidak secemerlang Anaconda yang berevolusi menjadi sebuah Cult movie.

Final Score

Skor Asli                     : 9

Skor Tambahan           : -1

Skor Akhir                  : 8/10

***

Spesifikasi Optical Disc

[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]

Judul               : Congo [the 2001 transfer]

Rilis                 : 30 Desember 2008

Format             : DVD [|||]

Kode Warna    : 3/NTSC

Fitur                : Teaser and theatrical trailer

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

Keterangan Support:

[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]

[Support VCD, DVD, Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]

[Support Semua Termasuk 4K]

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

Edisi Review Singkat+PLUS

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda Review Singkat+PLUS di bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.

Skywalker Hunter adalah alias dari Nabil Bakri

Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers

©1995/Kennedy-Marshall, Paramount/Congo/All Rights Reserved.