©1997/Columbia Pictures, Sony/Anaconda/All Rights Reserved. |
Review dan Sinopsis Film Anaconda (1997) Ekspedisi Hutan
Amazon Berujung Maut [Terror of Giant Anaconda]
Oleh Skywalker HunterNabil Bakri
“Tales
of monstrous, man-eating Anacondas have been recounted for centuries by
tribespeople of the Amazon Basin, some of whom are said to worship these giant
snakes…Anacondas are among the most ferocious – and enormous – creatures on
earth, growing, in certain cases, as long as 40 feet. Unique among snakes, they
are not satisfied after eating a victim. They will regurgitate their prey in
order to kill and eat again.”
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
Genre : Petualangan—Horror
[Film Monster]
Rilis :
Domestic Releases: |
April 11th, 1997 (Wide) by Sony Pictures |
January 20th, 1998 by Sony Pictures Home Entertainment |
|
MPAA Rating: |
PG-13 for
intense adventure violence, and for brief language and sensuality. |
Durasi :89 menit
Sutradara : Luis
Llosa
Pemeran : Jennifer Lopez, Ice Cube, Jon
Voight, Eric Stoltz, Jonathan Hyde, Owen Wilson
Episode : -
©1997/Columbia Pictures, Sony/Anaconda/All Rights Reserved. |
Sinopsis
Film
ini dibuka dengan adegan seorang pemburu binatang yang ketakutan karena
kapalnya diserang oleh “sesuatu” di pedalaman hutan Amazon. Makhluk tersebut
mulai merusak lambung kapal dan berusaha memangsa si pemburu binatang. Si pemburu
pun akhirnya memanjat ke tiang kapalnya dan memilih bunuh diri daripada
dimangsa hidup-hidup oleh monster tersebut [monster ini tidak terlihat, tetapi
berdasarkan judul filmnya tentu saja monster ini adalah anaconda raksasa].
Beberapa waktu kemudian, adegan beralih pada persiapan kru pembuat film
dokumenter yang bertujuan membuat film tentang suku Shirishama di pedalaman
hutan Amazon. Kru trsebut terdiri dari sutradara Terri Flores, ahli antropologi
Profesor Steven Cale yang memandu mereka, cameraman Danny Rich, pimpinan
produksi Denise Kalberg, narator terkenal Warren Westridge, dan penata suara
Gary Dixon. Mereka semua menyewa jasa kapten Mateo untuk mengantarkan mereka
menjalankan ekspedisi mencari dan mendokumentasikan suku Shirishama. Pada mulanya,
ekspedisi tersebut tampak berjalan lancar. Dalam perjalanan, kru pembuat film
tersebut bertemu dengan seorang Pastor penangkap ular asal Paraguay, Paul
Serone. Karena kapalnya mengalami masalah dan tidak bisa berlayar, kru pembuat
film menyelamatkannya—dengan catatan Serone terpaksa ikut ekspedisi karena
mereka tidak akan kembali ke lokasi semula. Serone tidak keberatan dan bersedia
membantu menyiapkan makanan dan menunjukkan jalan untuk menemukan suku
Shirishama.
©1997/Columbia Pictures, Sony/Anaconda/All Rights Reserved. |
Ketika
tim ekspedisi berlayar melewati sebuah patung ular, Paul Serone menceritakan
tentang legenda suku Shirishama yang memuja ular, tetapi Profesor Cale tahu
betul bahwa cerita Serone tidak benar karena legenda tersebut adalah legenda
suku Maku. Perbedaan pendapat itu menciptakan ketegangan di antara Paul Serone
dengan anggota pembuat film lainnya. Ia bahkan menghalang-halangi Terri Flores
memfilmkan sebuah patung ular. Meski demikian, Paul Serone tetaplah berjasa
karena menyelamatkan Denise dan Garry dari serangan babi hutan. Ketika kapal mereka
tidak bisa berlayar karena baling-balingnya terjerat seutas tali, Cale menyelam
untuk melepaskan jerat tali tersebut. Namun, selang oksigen yang ia kenakan
disusupi oleh tawon beracun yang membuatnya tak sadarkan diri. Sekali lagi
Serone “berjasa” dengan menyelamatkan nyawa Cale berkat pengetahuannya akan
cara mengeluarkan racun. Ekspedisi yang semula bertujuan untuk memfilmkan suku
Shirishama kini berubah menjadi ekspedisi untuk membawa Profesor Cale ke rumah
sakit. Serone menyarankan Terri untuk mengikuti jalur yang ia tunjukkan dan
menakut-nakutinya agar Terri mau menerima saran tersebut. Menurt Serone, jalur
yang ia sarankan aalah jalur tercepat untuk meyelamatkan Cale.
©1997/Columbia Pictures, Sony/Anaconda/All Rights Reserved. |
Jalur
yang disarankan oleh Serone ternyata dihalangi oleh sebuah tembok pembatas besar
dari kayu. Melihat tembok tersebut, Terri dan kru pembuat film lainnya menjadi
semakin curiga dengan perilaku Serone. Si penangkap ular kemudian memberikan
solusi dengan meledakkan tembok tersebut. Terri awalnya tidak menyetujui ide
Serone karena menurutnya tembok tersebut dibangun karena sebuah alasan. Namun
Serone kembali menakut-nakuti bahwa jika mereka tidak bergegas, Cale bisa
meninggal karena tidak segera diobati. Akhirnya, mereka setuju untuk meledakkan
tembok kayu tersebut. Ketika tembok diledakkan, pepohonan di sekitarnya
berhamburan menghantam kapal dan membuat persediaan bahan bakar tergelincir ke
dalam sungai. Puluhan ekor anak anaconda yang bersarang di sekitar tembok dan
pepohonan pun ikut terlempar dan mendarat di atas kapal. Kejadian tersebut
membuat seluruh kru pembuat film merasa semakin khawatir. Terlebih lagi, sejak
saat iru, Serone bertingkah seperti dialah pemimpinnya dan tidak ada yang
berani meragukan pendapatnya—satu-satunya yang berani dan beralasan kuat adalah
Profesor Cale yang kini terbaring tak berdaya. Terri pun curiga apakah Cale
tanpa sengaja disengat tawon atau kejadian tersebut direkayasa oleh Serone
untuk menyingkirkannya. Meskipun pikirannya berkecamuk, Terri hanya fokus pada
caranya membawa Cale ke rumah sakit. Karena bahan bakar mereka tercebur ke
sungai, mereka harus terus mengikuti petunjuk Serone dan tidak bisa putar
balik—menurut Serone, putar balik sama saja melawan arus dan akan membuat bahan
bakar lebih cepat habis. Sejak saat melewati tembok itu, para penjelajah yang
berniat mendokumentasikan suku Shirishama justru diteror oleh ular anaconda
raksasa. Mereka pun menyadari rencana jahat Paul Serone yang bisa menyebabkan
kematian bagi mereka semua.
©1997/Columbia Pictures, Sony/Anaconda/All Rights Reserved. |
01 Story Logic
Anaconda
memiliki narasi yang sudah logis sesuai dengan genrenya. Keberadaan seekor ular
Anaconda raksasa seperti Titanoboa tentu saja tidak masuk akal, tetapi kita
perlu melihat kembali genre film ini untuk memahami apakah narasi semacam itu
logis atau tidak jika diamati berdasarkan genrenya. Apabila Anaconda merupakan
sebuah Fiksi Ilmiah, maka film ini tidak logis karena sama sekali tidak ada
penjelasan Fiktif maupun Ilmiah mengenai asal usul kemunculan Anaconda dan
bagaimana mereka bisa memiliki ukuran menyerupai ular purba. Namun, film ini
tidak perlu mengeksplorasi asal muasal ular tersebut dari perspektif Ilmiah
karena film ini merupakan sebuah film Horror yang mengedepankan nuansa misteri.
Genre Horror memang diasosiasikan dengan film-film hantu, tetapi sebenarnya
Horror dapat diberlakukan untuk cerota-cerita lain yang mengeksplorasi rasa
takut yang mencekam terhadap sesuatu yang asing atau tidak diketahui oleh tokoh-tokoh
utamanya—fear of the unknown.
Implementasi unsur-unsur Horror untuk film non-supranatural [bukan tentang
hantu atau berbau mistis] telah dipopulerkan oleh film Alien oleh sutradara Ridley Scott pada tahun 1979. Film tersebut
mengeksplorasi ketakutan dan kebingungan para kru pesawat antariksa Nostromo
ketika menghadapi sosok alien yang sama sekali tidak mereka kenal. Ketakutan
semacam ini sudah tidak ada lagi dalam sekuelnya yang berjudul Aliens karena tokoh utamanya sudah tahu
apa yang mereka hadapi [tidak ada unsur fear
of the unknown] sehingga genre sekuel ini bukan lagi Horror—yang menariknya
juga terjadi pada sekuel Anaconda yakni dalam Anaconda: The Hunt for the Blood Orchid.
©1997/Columbia Pictures, Sony/Anaconda/All Rights Reserved. |
Selain
telah menunjukkan adanya fear of the
unknown, film Anaconda menambahkan unsur mistis yakni dengan menghubungkan
keberadaan Anaconda dengan suku pedalaman Amazon, Shirishama. Hal ini semakin
memperkuat nuansa Horror dalam filmnya. Anaconda bukan hanya sebuah film
Horror—pada dasarnya Anaconda adalah sebuah film Petualangan yang mencekam.
Maka, genre utama film ini seharusnya adalah Petualangan. Film ini juga telah
mengikuti standar film Petualangan dengan baik. Review Skywalker menggunakan Indiana Jones: Raiders of the Lost Ark
sebagai acuan standar genre Petualangan. Maka, Petualangan yang dimaksud sudah
mencakup berbagai adegan Aksi hingga Thriller—seperti adegan pembunuhan yang sadis
baik oleh manusia atau yang lainnya—tetapi landasan genre utamanya [its basic] adalah sebuah Petualangan.
Logika Petualangan dalam film ini sudah baik dan berpadu serasi dengan unsur
Horror. Alasan para tokoh utama menjelajah Amazon sudah logis. Mereka adalah
tim pembuat film dokumenter yang bertujuan mendokumentasikan kehidupan suku
pedalaman Amazon. Salah satu anggota tim mereka adalah ahli yang mengetahui
seluk beluk kehidupan suku pedalaman dan mereka telah menyewa nahkoda yang ahli
dan berpengalaman dalam menyusuri sungai Amazon. Maka, alasan para tokoh utama
berada di tengah hutan sudah logis—karena sering sekali film Horror tidak
memberikan alasan yang logis, misalnya sekelompok orang yang kurang kerjaan
atau iseng pergi mengusik lokasi mistis hingga membangunkan hantu yang
menakutkan. Serangan-serangan anaconda dalam film ini juga menariknya (surprisingly) tidak terlalu mengada-ada
karena sebenarnya para anaconda tidak mengincar manusia asalkan manusia tidak
memasuki wilayahnya. Dalam film ini, para anaconda sengaja dipancing sehingga
wajar jika mereka menyerang.
©1997/Columbia Pictures, Sony/Anaconda/All Rights Reserved. |
02 Story Consistency
Alur
cerita film ini secara umum sudah konsisten. Namun, terdapat beberapa poin
cerita yang seharusnya dieksplorasi agar alur ceritanya menjadi lebih jelas:
posisi Paul Serone dan dua koleganya dalam memburu anaconda raksasa hingga
mereka bisa mengambil alih kapal kru dokumenter.
03 Casting Choice and Acting
Pemilihan
aktor dalam film ini sudah baik. Aktor Jon Voight memerankan Paul Serone,
seorang pemburu ular yang mencurigakan—ia sebelumnya berperan sebagai karakter
yang berbohong dalam Deliverance dan
di kemudian hari sering berperan sebagai sosok yang berpengaruh seperti ayah
Lara Croft dalam Tomb Raider,
presiden dalam Pearl
Harbor, serta menteri dalam Transformers.
Aktor Jonathan Hyde memerankan Warren Westidge dengan baik, seorang narator
dokumenter yang digambarkan dengan stereotip kalangan kelas atas Inggris—sesuai
dengan peran yang sering dia mainkan seperti sebagai ayah Alan Parrish yang
disegani dalam Jumanji,
pemilik kapal Titanic Bruce Ismay dalam Titanic
1997, hingga ahli Mesir dalam The Mummy.
Ice Cube memerankan karakter Danny Rich—yang pada dasarnya berkarakter seperti
Ice Cube sendiri.
©1997/Columbia Pictures, Sony/Anaconda/All Rights Reserved. |
04 Music Match
Musik
dalam film ini sudah baik karena menggunakan nada-nada atau instrumen yang
sering digunakan dalam film-film Horror. Untuk mampu mengidentifikasi kemiripan
musik dalam Anaconda dengan film-film Horror diperlukan perbendaharaan film
yang besar sehingga seseorang dapat membandingkan musik yang diputar dalam
film-film Horror seperti Nightmare on Elm
Street, Alien, Friday the 13th, hingga Insidious dengan Anaconda. Musik semacam
ini tidak diciptakan untuk membangkitkan rasa takjub terhadap sains seperti
dalam Fiksi Ilmiah atau romantisme dalam Drama Romantis, tetapi untuk
membangkitkan rasa takut yang mencekam.
05 Cinematography Match
Sinematografi
dalam film ini sudah baik karena berhasil mendukung jalannya cerita dengan
menguatkan unsur Horror yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar hutan Amazon.
©1997/Columbia Pictures, Sony/Anaconda/All Rights Reserved. |
06 Costume Design
Tidak
ada keluhan dalam poin pemilihan kostum.
07 Background/Set Match
Perlu
diingat bahwa Anaconda dirilis pada tahun 1997. Maka, untuk merekam
adegan-adegan hutan, kru harus mencari latar belakang asli dan membuat latar
belakang tiruan—namun tetap menggunakan set asli, bukan CGI, sehingga memang
tampak nyata [karena memang nyata] sehingga sangat mendukung nuansa Horror
filmnya.
08 Special and/or Practical Effects
Jika
kita menggunakan standar tahun 2020 ke atas dalam menilai efek visual film ini,
tentu saja akan terlihat jelas bagian mana saja yang palsu. Namun untuk ukuran
film tahun 1997 dengan dana di bawah $100 juta, efek visual film ini sudah
baik. Keunggulan Anaconda berada pada posisi yang sama dengan Jaws—yakni penggunaan properti monster
asli [robot] sehingga tetap terlihat nyata meskipun sudah berusia puluhan
tahun. Presentasi film ini juga sudah baik karena meskipun mengusung nuansa
Horror, tetapi adegan-adegan mencekamnya tetap terlihat dengan jelas (tidak terlalu
gelap sehingga sulit disaksikan).
©1997/Columbia Pictures, Sony/Anaconda/All Rights Reserved. |
09 Audience Approval
Anaconda
mendapatkan tanggapan yang positif dari kalangan penonton; terbukti film ini
sukses besar di bioskop. Anaconda adalah salah satu fenomena yang menunjukkan
jurang pemisah kritikus [yang mengaku] “profesional” dengan penonton umum [saya
ciptakan istilah critics and audience response gap untuk kasus semacam
ini]—artinya, film ini mendapatkan respons yang sangat negatif dari kalangan
kritikus, tetapi mendapatkan respons yang sangat positif dari penonton [respons
negatif kritikus dan respons positif penonton memiliki energi yang sama-sama kuat
seperti terjadi peperangan antar dua kubu]. Film ini memperlihatkan kegagalan
kritikus untuk menilai film berdasarkan genrenya karena umumnya mereka menilai
Anaconda dengan standar film-film Drama yang kompleks—tentu saja mereka tidak
akan mendapatkan cerita yang kompleks dari sebuah film tentang ular raksasa
yang dibintangi oleh Jennifer Lopez. Keengganan kritikus untuk mengakui
kenyataan bahwa Anaconda adalah film yang menghibur bagi kalangan penonton
memberikan indikasi sikap pretentious yang mewabah di kalangan
kritikus profesional—seperti sikap Anton Ego dalam film Ratatouille.
©1997/Columbia Pictures, Sony/Anaconda/All Rights Reserved. |
10 Intentional Match
Anaconda
dimaksudkan untuk menjadi sebuah film monster yang mencekam. Film ini sama
sekali tidak dimaksudkan untuk memberikan kedalaman makna, nilai-nilai
filosofis, atau bahkan penjelasan Ilmiah seperti dalam film Alien. Anaconda adalah sebuah film
Monster yang diciptakan sebatas untuk menghibur dengan menakut-nakuti
penontonnya. Melihat hasil penilaian masing-masing poin yang sudah mencapai
target dan kesuksesan serta popularitas film ini, dapat dikatakan bahwa film
ini telah memenuhi ekspektasinya dengan baik.
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
©1997/Columbia Pictures, Sony/Anaconda/All Rights Reserved. |
01 Skywalker’s Schemata
Anaconda
adalah sebuah film Petualangan—Horror yang ideal. Film ini memberikan alasan
yang cukup logis dan sederhana bagi karakter-karakternya, lokasi asli yang
ditampilkan dengan dua gaya pengambilan gambar: 1) keindahan hutan Amazon, 2)
kengerian hutan Amazon—yang dipadukan dengan baik karena membangun kontras yang
tegas sehingga menguatkan nuansa misteri di dalamnya. Selain itu, film ini
menampilkan dua penjahat yakni 1) ular anaconda raksasa yang diciptakan dengan
animatronik yang tampak nyata [standar 1997] sehingga terlihat menakutkan, dan
2) manusia yang licik dan oportunistik, seringkali lebih berbahaya dari monster
anaconda sekalipun. Alur ceritanya pun sangat ringan dan benar-benar mengajak
penonton untuk “bersantai” mengikuti perjalanan para tokohnya ke hutan Amazon.
Film ini memberikan sebuah janji yang sederhana dan janji tersebut telah
dipenuhi. Anaconda tidak pretentious
dan memberikan janji seperti “film ini memiliki makna yang sangat mendalam”
atau mengkritik sifat manusia yang bisa lebih kejam daripada anaconda—film ini
tampil sederhana apa adanya dan berhasil memukau penonton. Film Anaconda yang
dicaci maki habis-habisan olek kritikus adalah salah satu film yang berhasil
mengacungi jari tengah kepada para kritikus yang “mengaku” profesional karena
terbukti disukai oleh penonton dan meraih kesuksesan besar. Bahkan, film ini
mendapat respons yang semakin positif seiring berjalannya waktu. Padahal,
menurut Hume yang dibicarakan dalam buku Philosophy
of the Arts (Filsafat Seni), sebuah karya seni yang kualitasnya bagus
secara Objektif adalah yang bisa bertahan melawan perubahan atau perkembangan
zaman (tetap relevan dan responsnya tetap positif atau bahkan semakin positif).
Anaconda gives the middle finger to film
critics worldwide—its box office revenue is its coil that makes critics unable
to breathe—and “when you can’t breathe, you can’t scream”—no matter how
negative film critics brag about Anaconda, its fans and audience in general
can’t hear their scream. Nice.
©1997/Columbia Pictures, Sony/Anaconda/All Rights Reserved. |
02 Awards
Kritikus
film sepertinya benar-benar membenci film ini. Anaconda dinominasikan untuk 6
Golden Raspberry award—sebuah ajang penghargaan untuk mengolok-olok film yang
dinilai berkualitas buruk. Kenapa saya katakan ada kecurigaan kritikus terlalu
membencinya? Salah satu kategori yang dinominasikan adalah Worst New Star atau
Artis Baru Paling Buruk—dan nominasi ini diberikan kepada robot Anaconda di film Anaconda. Konyol—give me a break.
Award |
Category |
Subject |
Results |
Nominated |
|||
Carole Little |
Nominated |
||
Leonard Rabinowitz |
Nominated |
||
Nominated |
|||
Hans Bauer |
Nominated |
||
Nominated |
|||
Nominated |
|||
Nominated |
|||
Nominated |
|||
The animatronic anaconda |
Nominated |
||
Nominated |
|||
Nominated |
|||
Nominated |
|||
Worst Supporting Actor |
Jon Voight |
Won |
|
Worst Fake Accent |
Won |
©1997/Columbia Pictures, Sony/Anaconda/All Rights Reserved. |
03 Financial
Anaconda
sukses besar dalam perolehan box ofice. Film ini dibuat dengan dana sebesar $45
juta dan berhasil menjual tiket sebesar $136 juta.
Anaconda (1997) Theatrical Performance |
||
Domestic
Box Office |
$65,598,907 |
|
International
Box Office |
$71,400,000 |
|
Worldwide
Box Office |
$136,998,907 |
|
04 Critics
Ketika
film ini dirilis, mayoritas kritikus film memberikan respons yang negatif.
05 Longevity
Anaconda
masih tetap relevan dan memperoleh tanggapan positif dari penonton bahkan
setelah berusia lebih dari 10 tahun. Film yang pada 1997 mendapatkan respons
negatif dari kritikus ini, seiring berjalannya waktu, berubah menjadi sebuah
film Cult Classic—film yang dibenci
kritikus atau awalnya tidak begitu populer, tetapi perlahan-lahan membentuk
basis penggemar tersendiri yang ukurannya cukup besar.
Final Score
Skor
Asli : 9.5
Skor
Tambahan : -1
Skor
Akhir : 8.5/10
***
Spesifikasi Optical Disc
[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]
Judul : Anaconda
Rilis : 2003
Format : DVD [|||]
Kode
Warna : 3/PAL
Fitur : Trailers
Support : Windows 98-10 [VLC Media Player],
DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].
Keterangan Support:
[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]
[Support VCD, DVD,
Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]
[Support Semua
Termasuk 4K]
STREAMING
iTunes: |
|
Netflix: |
***
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan
standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review
Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
Edisi Review Singkat+PLUS
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda
Review Singkat+PLUS di
bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel
tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.
Skywalker Hunter adalah alias
dari Nabil Bakri
Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers
©1997/Columbia
Pictures, Sony/Anaconda/All Rights Reserved.