Review dan Sinopsis The Book of Life (2014) Mengejar Cinta
Sampai ke Alam Baka [On to the Afterlife for Love]
Oleh Skywalker HunterNabil Bakri
“The
world keeps spinning, and the tales keep turning, and people come and people
go, but they're never forgotten. And the one truth we know, it held true one
more time... That love, true love, the really, really good kind of love never
dies.”—La Muerte
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak
cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes
copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
images©2014/20th Century Fox/The Book of Life/All Rights Reserved.
Genre : Fantasi—Musikal
[Full CGI Animation]
Rilis :
Domestic Releases: |
October 17th, 2014 (Wide) by 20th Century Fox |
International Releases: |
February 20th, 2015 (Wide) (Spain) |
January 27th, 2015 by Fox Home Entertainment |
|
MPAA Rating: |
PG for
mild action, rude humor, some thematic elements and brief scary images. |
Durasi : 95 menit
Sutradara : Jorge R. Gutierrez
Pemeran : Diego Luna, Zoe Saldana, Channing Tatum, Christina Applegate, Ice Cube, Ron Perlman,
and Kate del Castillo
Episode : -
Sinopsis
Sekelompok
anak sekolah menerima hukuman dan harus mengikuti kunjungan ke museum. Mereka
dipandu oleh Mary Beth yang kemudian menceritakan sebuah kisah dari The Book of
Life. Di dalam buku itu terdapat sebuah kisah tentang tiga sahabat di kota San
Angel. Mary pun menceritakan kisah itu sambil memperagakannya dengan berbagai
miniatur kayu. Menurut cerita, dahulu hidup tiga orang sahabat yang bernama
Manolo Sánchez, Joaquín Mondragon, dan María Posada. Manolo adalah putera
seorang matador yang terkenal sementara Joaquin adalah anak yatim piatu. Ayah
Joaquin dulunya merupakan seorang pahlawan yang terpandang. Di hari perayaan Day of the Dead, semua orang
mengunjungi makam keluarga mereka. Ayah Manolo bercerita kepadanya bahwa para
arwah masih akan terus hidup di Land of the Remembered jika keluarga yang hidup
masih terus mengingat mereka. Maka, Manolo tidak perlu bersedih mengingat
ibunya yang telah meninggal dunia. Melihat persahabatan Manolo dan Joaquin,
Xibalba sang penguasa Land of the Forgotten atau tempat para arwah yang sudah
dilupakan, menantang La Muerta untuk melakukan taruhan. La Muerta adalah
penguasa Land of the Remembered. Xibalba bertaruh bahwa Joaquin nantinya akan
menikahi Maria sementara La Muerta bertaruh bahwa Manolo adalah lelaki yang
akan menikahi Maria di masa depan. Jika Xibalba benar, maka La Muerta harus
menyerahkan Land of the Remembered kepadanya.
Persahabatan Manolo, Joaquin, dan Maria berantakan karena masing-masing dari mereka memiliki jalan hidup yang berbeda. Xibalba berbuat curang dengan memberikan Medal of Everlasting Life [Medali Keabadian] kepada Joaquin, yang akan membuatnya tak terkalahkan dan kebal akan apapun. Joaqin kemudian dididik menjadi seorang pahlawan seperti ayahnya dahulu. Meskipun Manolo sangat mencintai musik, ayahnya tidak mau Manolo menjadi musisi. Ia ingin Manolo meneruskan tradisi dan menjaga nama besar Sanchez sebagai keluarga matador yang terpandang. Maka, ayahnya mulai mendidik Manolo dengan disiplin untuk menjadi matador. Sementara itu, Maria dikirim ke Spanyol untuk menjalani pendidikan agar ia menjadi seorang wanita terhormat. Ketika mereka sudah dewasa, mereka kembali dipertemukan dalam arena matador. Manolo telah menjadi seorang matador yang terkenal, tetapi ia memiliki sebuah “kekurangan” yakni ia tidak pernah bersedia membunuh banteng yang dia kalahkan. Joaquin telah kembali ke San Angel sebagai seorang pahlawan yang disegani. Ia sukses menumpas kejahatan berkat medali yang diberikan kepadanya oleh Xibalba. Manolo dan Joaquin sama-sama terpesona melihat kecantikan Maria ketika gadis itu akhirnya kembali ke San Angel dan ikut menyaksikan pertunjukan matador Manolo.
Ketika
seluruh penonton kecewa dengan sikap Manolo yang menolak menghabisi nyawa
banteng, Maria adalah satu-satunya orang yang memuji pilihan Manolo. Meskipun
Maria sebenarnya lebih menyukai Manolo, ayahnya yang juga seorang Mayor/Wali
Kota, General Ramiro Posada, mendesak Maria agar menikahi Joaquin. Menurutnya,
kota San Angel akan terus diteror oleh para bandit pimpinan Chakal jika Maria
tidak menikah dengan Joaquin. Apabila mereka menikah dan Joaquin menetap di San
Angel, kota itu akan senantiasa aman tanpa ancaman. Joaquin berusaha memikat
hati Maria dengan kegagahannya sedangkan Manolo memikat hati Maria dengan
ketulusan hatinya lewat musik. Pada akhirnya, Maria benar-benar jatuh cinta
kepada Manolo. Namun sebelum mereka bisa bersatu, Xibalba mengirimkan seekor ular
berbisa yang menggigit Maria hingga tewas. Kematian Maria membuat Manolo merasa
bersalah dan rela melakukan apa saja demi menghidupkan kembali Maria. Xibalba
kemudian membuat perjanjian dengan Manolo: dia akan menghidupkan Maria jika
Manolo tewas menggantikannya. Akhirnya, Manolo digigit oleh dua ekor ular
berbisa dan meninggal dunia. Ternyata, semua itu adalah rencana licik Xibalba.
Maria sebenarnya tidak meninggal karena hanya digigit oleh satu ekor ular.
Gigitan itu hanya membuatnya tertidur sampai mendapatkan sentuhan dari Medal of
Everlasting Life. Di sisi lain, Manolo telah digigit oleh dua ekor ular
sehingga ia benar-benar sudah meninggal. Perbuatan curang Xibalba membuatnya
berhasil merebut Land of the Remembered.
Di
Land of the Remembered, Manolo bertemu dengan keluarganya yang sudah meninggal.
Mereka semua mengantarkannya untuk menemui La Muerta agar dapat membantu Manolo
menemukan Maria di Land of the Remembered. Namun mereka terkejut ketika
mengetahui bahwa Maria sudah tersingkir ke Land of the Forgotten dan digantikan
oleh Xibalba. Penguasa yang baru itu menjelaskan bahwa Maria tidak ada di Land
of the Remembered karena Maria belum meninggal. Saat itulah Manolo tahu bahwa
Xibalba telah berbuat curang dan ia bertekad untuk menemukan La Muerta dan
memintanya membantu Manolo hidup kembali. Misi cinta Manolo menjadi semakin
penting karena Chakal telah mengetahui tentang Medal of Everlasting Life. Jika
Chakal berhasil mendapatkan medali itu, ia akan membunuh seluruh penduduk San
Angel. Jika itu sampai terjadi, tidak ada lagi keluarga yang akan mengingat
para arwah di Land of the Remembered. Manolo pun dibantu oleh keluarganya untuk
menyeberang ke Land of the Forgotten dan meminta bantuan La Muerta. Akankah
mereka kembali tepat pada waktunya?
01 Story Logic
Cerita
dalam The Book of Life masih belum logis sesuai dengan genrenya. “Tidak logis”
di sini bukan dalam hal ekspresi karakter yang dilebih-lebihkan seperti gerakan
tubuh yang mustahil terjadi di dunia nyata, tetapi konsep dasar yang mengikat
keseluruhan ceritanya dalam sebuah genre. Karena The Book of Life merupakan
sebuah animasi, berbagai ekspresi konyol dan tidak logis yang dilakukan oleh
karakternya masih dapat dikatakan logis; misalnya Manolo yang masih hidup
setelah tertindih tiga penyanyi gemuk dan banteng yang ikut mempertanyakan
martabat Manolo sebagai seorang matador. Dengan kata lain, film animasi
memiliki keleluasaan yang lebih dalam menampilkan ekspresi-ekspresi yang tidak
logis dalam film live action. Kembali pada permasalahan genre, film ini
merupakan sebuah Fantasi. Pada dasarnya, Fantasi tidaklah logis, sehingga
sebuah cerita Fantasi perlu membangun aturan tersendiri yang mengikat konsep
Fantasinya agar menjadi logis. Misalnya dalam film The Lord of th
Rings, dijelaskan bahwa umat manusia
terlalu mudah dipengaruhi oleh cincin Sauron sedangkan Hobbit tidak. Maka,
sudah logis ketika regu pembawa cincin memercayakan cincin Sauron kepada Frodo
yang merupakan Hobbit dan Frodo merasa cemas ketika Boromir berambisi untuk
merebut cincin itu karena Boromir adalah manusia. Dalam The Book of Life,
aturan-aturan semacam ini tidak diberikan sehingga berbagai keajaiban di
dalamnya terlihat arbiter tanpa aturan: bagaimana cara kerja dunia arwah, apa
syaratnya seseorang bisa hidup kembali, seberapa batasan kekuatan La Muerte dan
Xibalba, bagaimana arwah bisa bebas muncul di dunia nyata, dan lain sebagainya.
Dalam film animasi Sinbad: Legend of
the Seven Seas, Dewi Eris digambarkan
memiliki kekuatan yang luar biasa. Namun film itu telah memberikan batasan yang
jelas, yakni Eris juga terikat pada janji para Dewa. Sekuat apapun Eris, ia
tidak bisa melanggar janji atau sumpah para Dewa. Yang paling penting dari
penjelasan mengenai batasan kekuatan Eris adalah batasan tersebut konsisten di
sepanjang film dan berpengaruh pada jalannya cerita. Di sisi lain,
aturan-aturan dalam The Book of Life senantiasa berubah-ubah, bahkan dapat
saling bertolak belakang.
La
Muerte adalah pemimpin Land of the Remembered, tetapi ia dengan mudahnya
mempertaruhkan dunia arwah tersebut dengan Xibalba—entah karena cinta atau
sebatas berbuat iseng karena bosan. Keputusannya tentu tidak masuk akal dan
menegasi pola yang serupa dalam kisah Fantasi. Di film Clash of the Titans [2010], Zeus memerintahkan Hades untuk
melepaskan Kraken. Tentu saja keputusan Zeus tidak logis karena Kraken akan
menghancurkan manusia sedangkan Zeus dalam cerita ini seharusnya melindungi
manusia. Maka, diperlukan alasan yang kuat mengapa Zeus sampai memberikan
perintah yang begitu ekstrem kepada Hades. Alasan semacam ini tidak diberikan
oleh La Muerte. Terlebih lagi, [spoiler] diperlihatkan bahwa La Muerte kecewa
setelah kalah taruhan [as a ruler she should know better—sebagai penguasa alam
gaib ia seharusnya tidak mempertaruhkan kekuasaannya]. La Muerte juga [spoiler]
terkejut saat mengetahui bahwa Xibalba berbuat curang, tetapi kemudian ia
mengatakan bahwa sudah biasa bagi Xibalba untuk berbuat curang—she should know
better than this (seharusnya ia sudah mengantisipasi kecurangan Xibalba karena
Xibalba sudah berkali-kali curang). Ceritanya akan logis jika itu adalah
pertama kalinya Xibalba berbuat curang.
Selain
bermasalah dalam konsep Fantasinya, film ini juga kurang jelas apakah ingin
fokus menjadi sebuah Komedi atau sebuah Fantasi saja. Rise of the
Guardians memiliki unsur
Komedi—semua film, bahkan film Horror sekalipun memiliki setidaknya satu adegan
yang lucu—tetapi Rise of the Guardians
adalah film Fantasi, bukan Komedi Fantasi. Di dalam momen-momen yang seharusnya
serius, The Book of Life justru menampilkan Komedi sehingga tantangan yang
dialami tokoh utamanya yang seharusnya berisiko tinggi menjadi sepele atau trivial. Permasalahan lain datang dari
posisi film ini sebagai sebuah Musikal. Film Musikal tidak boleh hanya
menyajikan lagu untuk mengiringi adegan, tetapi lagu-lagu itu harus menjadi
bagian dari adegan—bisa jadi bagian dari dialog—dan ikut melanjutkan estafet
ceritanya. Permasalahan ini tidak hanya memengaruhi Logika cerita The Book of
Life, tetapi juga memengaruhi Music Match yang melihat kesesuaian antara lagu
yang dipilih dengan nuansa dan genre filmnya.
02 Story Consistency
Alur
cerita dalam film ini tidak konsisten. Ada terlalu banyak fokus pada terlalu
banyak karakter sehingga menciptakan terlalu banyak percabangan cerita. Tokoh
utama film ini seharusnya adalah Manolo, tetapi perannya tergolong sangat kecil
secara keseluruhan. The Book of Life mencoba mengkeksplorasi isu persahabatan
[antara Manolo, Joaquin, dan Maria], isu hubungan kekeluargaan [antara Manolo
dengan ayahnya], isu percintaan [adanya cinta segi tiga antara Manolo, Joaquin,
dan Maria, serta adanya cinta yang rumit antara La Muerte dan Xibalba]. Film
ini juga memiliki terlalu banyak villain atau karakter jahat sebagai pusat
perhatian penonton. Dalam serial film Harry Potter, ada banyak karakter jahat tetapi semua bermuara kepada Lord
Voldemort. Dalam The Lord of the Rings,
para Orc dan Saruman adalah sosok jahat tetapi semuanya bermuara pada Sauron.
Sejak awal hingga mendekati puncak The Book of Life, sosok jahat yang utama
adalah Xibalba. Namun ia tidak benar-benar jahat dan tiba-tiba penjahat utama
berganti menjadi Chakal sang raja bandit. Peralihan karakter jahat ini tidak
hanya mencederai konsistensi cerita dalam The Book of Life, tetapi juga Logika
ceritanya: dari mana Chakal tahu tentang lencana [medal] Everlasting Life yang
dimiliki oleh Xibalba dan diberikan kepada Joaquin? Siapakah Chakal
sebenarnya—apakah ia manusia biasa? Jika ia hanya manusia, kenapa Xibalba dan
La Muerte tidak menggunakan kekuatan mereka untuk menghentikannya? Bagaimana
bisa La Muerte membawa para arwah ke dunia manusia? Siapakah yang menentukan
aturan dunianya? Masih banyak hal lain yang tidak logis dan tidak konsisten di
dalam film ini. Hasilnya, adegan-adegan yang seharusnya dieksplorasi justru
tidak dieksplorasi. Maka, permasalahan-permasalahan yang diajukan tidak
diselesaikan sama sekali dan/atau tidak diselesaikan dengan baik [abrupt].
03 Casting Choice and Acting
Secara
umum, pengisi suara dalam film ini sudah baik. Meski demikian, ketiga tokoh
utama [Manolo, Joaquin, dan Maria] sesekali masih terdengar kaku atau suara
mereka tidak terdengar benar-benar menyatu dengan karakternya—terutama untuk
Diego Luna [Manolo] dan Channing Tatum
[Joaquin]. Dalam proses pembuatan animasi, umumnya animator akan melihat
gerak-gerik pengisi suaranya agar antara karakter dan pengisi suara memiliki
keserasian yang baik. Penonton bisa mengamatinya dari cara pengisi suara
menjelaskan karakter mereka [harus mengamati berbagai remakan behind the scenes
dan interview]. Aktor Chris Pine misalnya, menjelaskan tentang karakternya
sebagai Jack Frost dalam Rise of the
Guardians seperti ia menjadi Kapten Kirk yang cenderung sombong dan tidak
suka diperintah. Karakteristik ini sesuai dengan deskripsi karakter Jack Frost
sehingga suara Chris Pine menyatu dengan baik dalam karakter Jack Frost.
04 Music Match
Penilaian
Skywalker tidak bisa menilai apakah sebuah lagu memiliki kualitas yang bagus
atau tidak. Namun, penilaian ini menilai apakah sebuah lagu sudah sesuai dengan
nuansa dan genre filmnya. Lagu-lagu dalam The Book of Life mendapat
pujian—bahkan film ini menggunakan lagu Can’t
Help Falling in Love yang dipopulerkan oleh Elvis Presley. Namun, film ini
adalah sebuah Musikal yang mengharuskan penggunaan lagu sebagai alat untuk
menjalankan ceritanya. Lagu-lagu yang diperdengarkan dalam film ini umumnya
bersifat sebagai pengiring saja, belum menjadi bagian dari cerita atau dialog.
05 Cinematography Match
Tidak
ada keluhan dalam poin sinematografi.
06 Character Design
Desain
karakter dalam film ini sudah baik karena sudah menyatu dengan desain latar
belakangnya. Namun, desain karakter The Book of Life masih tetap bermasalah
karena antar karakter tidak dibuat dengan bahasa desain yang sama sehingga
terlihat dari universe yang berbeda. Sebenarnya, perbedaan desain karakter
dapat digunakan untuk mengkontraskan tiga latar belakang yang berbeda dalam
film ini: dunia modern di sebuah museum, kisah masa lalu Manolo, dan dunia para
arwah. Apabila demikian, seharusnya desain karakter di tiap-tiap latar memiliki
bahasa desain yang berbeda-beda. Secara umum, ketiganya memang sudah tampak
berbeda dan dikontraskan. Namun, di dalam masing-masing latar yang berbeda
masih terdapat ketidakcocokan desain karakter. Di dalam latar modern, manusia
terlihat “normal” tetapi ada beberapa karakter yang didesain seperti karakter
di dalam latar masa lalu. Pada latar masa lalu, karakternya didesain menyerupai
boneka kayu marionette, tetapi masih ada banyak karakter yang tidak didesain
dengan cara yang sama. Selain itu, tidak ada konsistensi dalam hal anatomi
tubuh karakternya dan bagian apa saja yang harus ditonjolkan.
Di
dalam film Bambi, semua binatang digambar menggunakan gaya yang sama: Realistis
dengan anatomi se-proporsional mungkin. Terdapat satu bagian yang sangat
ditonjolkan dalam Bambi yang tidak
realistis tetapi diimplementasikan pada semua karakter: ukuran bola mata mereka
sangatlah besar—bahkan menginspirasi gaya ilustrasi mata karakter Manga.
Keserasian desain karakter yang semacam ini masih belum kuat di dalam The Book
of Life. Pada tahun 2017 Pixar merilis film Coco
yang memiliki tema serupa dengan The Book of Life. Apabila diamati, desain
karakter dalam Coco masih lebih
konsisten antar karakter dan dengan latar belakang: karakternya sudah terlihat
berasal dari Universe yang sama. Keserasian gaya animasi di dalam sebuah film
animasi adalah hal yang sangat penting dan berkali-kali ditekankan oleh Walt
Disney: meskipun setiap seniman memiliki gaya masing-masing, mereka harus
belajar bekerja sama menyatukan sebuah gaya dalam membuat film.
07 Background/Set Match
Latar
belakang dalam film ini sudah baik karena menyatu dengan desain karakternya.
08 Special and/or Practical Effects
Efek
animasi The Book of Life sudah baik. Gerakan masing-msing karaker sudah halus
dan life-like, serta detil animasi seperti detil kulit kayu karakter marionette
sudah diperhatikan dengan baik.
09 Audience Approval
The
Book of Life mendapatkan tanggapan yang beragam dari kalangan penonton. Tema
dalam film ini menjanjikan sebuah cerita yang kompleks dan lebih “dewasa”
sehingga tidak terlalu berhasil memikat anak-anak, tetapi eksekusi ceritanya
kurang baik sehingga cerita yang kompleks itu menjadi terlalu sederhana dan
mengada-ada untuk orang dewasa. Sebagian besar penonton memuji animasi dalam
film ini, tetapi mengeluhkan ceritanya yang kurang kuat. Pada akhirnya, film
ini bahkan tidak berhasil mendapatkan uang dua kali lipat biaya pembuatannya
dari hasil penjualan tiket.
10 Intentional Match
Meskipun
masih banyak kekurangan dalam hal cerita, desain karakter, dan implementasi
musik, film ini sebenarnya sudah sesuai dengan visi penciptanya. The Book of
Life tampak menjanjikan sebuah cerita yang kompleks, tetapi sejak awal film ini
tidak pernah dimaksudkan menjadi film yang kompleks. The Book of Life sengaja
diciptakan seolah menjadi sebuah pesta hidangan besar-besaran di mana semua
orang—terutama keluarga—dapat menikmatinya bersama-sama. Sutradara film ini,
Jorge, dan produser Guillermo del Toro menyatakan kepuasan mereka terhadap
hasil akhir The Book if Life.
“Well I mean it’s 14 years to make so I’m
really overwhelmed. My heart just ready to burst from the… I cannot be more
proud to be able to show it to my son, I mean that’s been the biggest thing.
And to my father, honestly, it’s been quite the journey but I feel like a
thousand birthday parties for me have happened now. This is all the…all of the
same time.”— Jorge Gutierrez
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
01 Skywalker’s Schemata
The
Book of Life memiliki banyak sekali kekurangan, tetapi saya tetap menyukainya.
Saya memperlakukan film seperti hidangan yang disajikan. The Book of Life
benar-benar mengacaukan tatanan pola Fantasi dan Musikal yang baik sesuai
dengan genrenya. Saya rasa kita semua pernah menikmati sebuah hidangan yang
tidak sesuai dengan buku masak—mungkin terlalu matang, sedikit kurang matang,
terlalu banyak gula, terlalu banyak garam, teksturnya tidak baik, dan lain
sebagainya—tetapi rasanya masih lezat dan kita menyantapnya sampai habis. Rasanya
cukup aneh menikmati hidangan yang “gagal” mengikuti resep, tetapi rasanya
nikmat dan tidak kita permasalahkan. Seperti itulah rasanya menyaksikan The
Book of Life dan banyak film “salah” lainnya. Saya pun berpikir kalau inilah
yang menyebabkan kita memiliki kesukaan yang berbeda-beda terhadap film—sama
halnya dengan terhadap makanan.
Gethuk ꦒꦼꦛꦸꦏ꧀ [foto diambil dari resepspesial.id] oleh Wawa Wiyati |
Di
Jawa khususnya Yogyakarta, ada makanan yang bernama Gethuk [in Java, especially
in The Special Region of Yogyakarta, there is a popular traditional food called
“Gethuk”] dengan warna-warni yang membuat orang ingin memakannya. Gethuk ini
rasanya manis dan ditaburi dengan parutan kelapa. Namun, saya tidak menyukai
Gethuk begitu saja. Meskipun sudah sesuai dengan resep, saya selalu merasa
Gethuk itu kurang manis dan saya tidak suka dengan parutan kelapanya. Maka,
saya akan membeli Gethuk yang terpisah dari kelapanya, dan mengolesi Gethuk itu
dengan susu kental manis atau selai cokelat yang manis. Perbuatan saya ini
merusak resep Gethuk yang khas, tetapi saya justru menyukainya. Namun, saya
tidak akan pernah mengklaim bahwa cara saya menikmati Gethuk adalah cara yang
benar karena pada kenyataannya cara tersebut tidak sesuai dengan resep nenek
moyang. Sama halnya dengan film. Proses penilaian Skywalker mencoba menjadi objektif
dengan melihat kesesuaian sebuah film dengan Resep genrenya. Inilah mengapa
Anda mungkin tidak setuju dengan nilai Skywalker, sama seperti sekarang saya
tahu kalau The Book of Life tidak bagus sesuai resep, tetapi saya akan
memberikan satu nilai tambahan karena saya menyukai film ini secara pribadi.
02 Awards
Film
ini menerima banyak sekali nominasi penghargaan, tetapi sedikit sekali yang
dimenangkan. IMDb mencatat ada 29
nominasi yang diterima oleh The Book of
Life, dan hanya 3 yang dimenangkan.
03 Financial
The
Book of Life dibuat dengan dana $50 juta dan “hanya” berhasil menjual tiket
sebesar $97 juta—tidak sampai dua kali lipatnya. Akan tetapi, penjualan DVD
film ini cukup sukses dengan total penjualan sebesar $23 juta di Amerika
Serikat saja.
The Book of Life (2014) Theatrical Performance |
||||||||||||||
Domestic
Box Office |
$50,151,543 |
|||||||||||||
International
Box Office |
$47,500,000 |
|||||||||||||
Worldwide
Box Office |
$97,651,543 |
|||||||||||||
Home Market Performance |
||||||||||||||
Est.
Domestic DVD Sales |
$14,411,699 |
|||||||||||||
Est.
Domestic Blu-ray Sales |
$9,116,609 |
|||||||||||||
Total
Est. Domestic Video Sales |
$23,528,308 |
|||||||||||||
|
04 Critics
Film
ini mendapatkan tanggapan yang beragam dari kritikus. Sebagian besar memberikan
pujian untuk animasi film ini, tetapi memberikan tanggapan negatif untuk alur
ceritanya.
05 Longevity
[Pending—karya
masih berusia di bawah 10 tahun]
Final Score
Skor
Asli : 6
Skor
Tambahan : +1
Skor
Akhir : 7/10
***
Spesifikasi Optical Disc
[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]
Judul : The Book of Life
Rilis : Februari 2015
Format : Blu-ray Disc [||]
Kode
Warna : A
Fitur : Behind the scenes, audio
commentary, music video
Support : Windows 98-10 [VLC Media Player],
DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].
Keterangan Support:
[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]
[Support VCD, DVD,
Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]
[Support Semua
Termasuk 4K]
STREAMING
Amazon VOD: |
|
iTunes: |
|
Google Play: |
|
Vudu: |
|
Disney+: |
***
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan
standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review
Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
Edisi Review Singkat+PLUS
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian
Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk
menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda
Review Singkat+PLUS di
bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel tersebut
berjumlah lebih dari 3.500 kata.
Skywalker Hunter adalah alias
dari Nabil Bakri
Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers
©2014/20th
Century Fox/The Book of Life/All Rights Reserved.
©Nabil Bakri Platinum.
Teks ini dipublikasikan dalam Nabil Bakri Platinum [https://nabilbakri.blogspot.com/] yang diverifikasi Google dan dilindungi oleh DMCA.
Nabil Bakri Platinum tidak bertanggung jawab atas konten dari
link eksternal yang ada di dalam teks ini—termasuk ketersediaan konten video
atau film yang dapat berubah sewaktu-waktu di luar kendali Nabil Bakri
Platinum.