Review Animasi Quest for Camelot (1998) Petualangan Mencari Pedang Excalibur

 

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

Review Film Quest for Camelot (1998) Petualangan Mencari Pedang Excalibur

Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter

Edisi Review Singkat+PLUS

Periksa index

“Like every tree, stands on its own

Reaching for the sky I stand alone.

I share my world with no one else

All by myself

I stand alone.”—Garrett, I Stand Alone

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Fantasi—Petualangan—Musikal

Rilis                 :

Domestic Releases:

May 15th, 1998 (Wide) by Warner Bros.

MPAA Rating:

G

Durasi             : 86 menit

Sutradara       : Frederik Du Chau

Pemeran         : Jessalyn Gilsig, Andrea Corr, Cary Elwes, Bryan White, Gary Oldman, Eric Idle, Don Rickles, Jane Seymour, Celine Dion, Pierce Brosnan, Steve Perry, Bronson Pinchot, Jaleel White, Gabriel Byrne, Sir John Gielgud, Frank Welker

Episode           : -

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

Sinopsis

Pada suatu masa, wilayah Inggris mengalami kekacauan dan perpecahan karena tidak memiliki pemimpin yang sah. Terdapat sebuah legenda mengenai pedang sakti Excalibur yang menancap di sebuah batu; barangsiapa berhasil mencabut pedang tersebut, akan diangkat menjadi Raja yang sah. Sudah banyak ksatria yang mencoba mencabutnya dan gagal. Akhirnya, seorang anak muda bernama Arthur berhasil mencabut pedang tersebut dan menyatukan seluruh kawasan Inggris dengan mendirikan kerajaan Camelot dan memimpin dengan dukungan para Ksatria Meja Bundar. Salah satu pengikut Arthur yang setia adalah Sir Lionel yang juga merupakan seorang anggota Ksatria Meja Bundar. Sir Lionel dan istrinya, Lady Juliana, memiliki seorang puteri yang bernama Kayley. Meski masih kanak-kanak, Kayley memiliki semangat juang yang besar seperti ayahnya dan bermimpi menjadi ksatria melindungi Camelot. Ketika Sir Lionel beragkat menghadiri rapat Meja Bundar di Camelot, Kayley ingin ikut dengannya tetapi Sir Lionel mengatakan bahwa Kayley masih terlalu kecil dan berjanji akan mengajaknya jika Kayley sudah dewasa.

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

Dalam rapat di Camelot, Raja Arthur menyampaikan bahwa Camelot menjadi semakin makmur karena persatuan masing-masing wilayahnya yang dibangun atas dasar keadilan. Ia menyampaikan bahwa masing-masing ksatria akan diberi bagian wilayah sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Namun salah satu anggota Ksatria Meja Bundar yang tamak, Sir Ruber, tidak terima dengan jatah wilayahnya dan menuntut untuk mendapatkan wilayah yang lebih luas. Ketika tuntutannya ditolak oleh Arthur, Sir Ruber mencoba menyerang Raja untuk mencuri pedang Excalibur. Sir Lionel dengan cepat melindungi Raja Arthur hingga dirinya terbunuh. Akhirnya, Raja Arthur menggunakan Excalibur dan berhasil melawan Sir Ruber yang kemudian melarikan diri. Sejak saat itu, Sir Ruber bertekad untuk mencuri Excalibur dan merebut Camelot dari tangan Raja Arthur. Sepuluh tahun kemudian, Raja Arthur kembali mengadakan rapat Meja Bundar. Ia menyampaikan bahwa berkat keberanian Sir Lionel, Camelot terselamatkan dan kini menjadi semakin makmur. Ketika rapat masih berlangsung, seekor Griffin menjebol atap istana dan mencuri pedang Excalibur sebelum Arthur sempat bertindak. Griffin itu adalah binatang peliharaan Sir Ruber yang memang diperintahkan untuk mencuri Excalibur. Sebelum berhasil membawakan Excalibur kepada Sir Ruber, Griffin diserang oleh peliharaan penyihir Merlin yakni seekor falcon bersayap perak bernama Siler Wings. Akibatnya, Excalibur terjatuh ke Hutan Terlarang dan hilang. Berita tentang Excalibur yang dicuri segera disebar ke seluruh negeri. Setelah Kayley mendengar berita itu, ia semakin bertekad untuk menjadi ksatria dengan mencoba mencari Excalibur. Namun, Lady Juliana tidak mengizinkannya untuk mencari pedang itu.

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

Tanpa diduga, Sir Ruber dan pasukannya sudah mengepung rumah Kayley. Ia menahan Kayley dan Lady Juliana dengan tujuan memanfaatkan hubungan baik antara Lady Juliana dengan Raja Arthur supaya dapat menyelinap ke dalam Camelot dengan mudah. Kali ini, Sir Ruber memiliki senjata berupa ramuan ajaib yang bisa mengubah anak buahnya menjadi monster bersenjata yang menakutkan. Ruber begitu yakin bahwa Camelot sebetar lagi akan menjadi miliknya. Namun, Griffin datang dan melaporkan bahwa Excalibur hilang di Hutan Terlarang. Sir Ruber menjadi sangat marah mendengar laporan tersebut karena Excalibur adalah satu-satunya senjata yang bisa menghalanginya. Di tengah hiruk pikuk pasukan Sir Ruber, Kayley berhasil menyelinap dan melarikan diri. Lady Juliana meminta Kayley untuk segera memberi tahu Raja Arthur untuk waspada terhadap serangan musuh. Ketika mengetahui Kayley melarikan diri, Sir Ruber memerintahkan anak buahnya untuk menangkapnya. Kayley melarikan diri sampai ke Hutan Terlarang dan bertemu dengan seorang pertapa muda bernama Garrett yang menyelamatkan Kayley dari anak buah Ruber. Garrett menganggap Kayley adalah beban dan tidak suka jika ada orang lain yang mengusik kesendiriannya dalam pengasingan. Setelah Kayley mengamati Garrett secara seksama, barulah ia sadar bahwa Garret tadalah pemuda buta yang “melihat” menggunakan tongkat dan dipandu oleh Silver Wings.

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

Kayley meminta bantuan Garrett untuk mencari Excalibur, tetapi pemuda itu menolak. Pada akhirnya, Garrett bersedia membantu Kayley setelah tahu bahwa Kayley adalah puteri dari Sir Lionel yang sangat berjasa dalam hidup Garrett. Pemuda itu menceritakan tentang kebaikan Sir Lionel pada anak buta seperti dirinya. Di tengah perjalanan, mereka berdua bertemu dengan naga kembar siam Devon dan Cornwall yang membantu mereka melarikan diri dari kejaran Sir Ruber dan juga kejaran para naga di Hutan Terlarang. Mereka terus mencari keberadaan Excalibur dan harus bergegas karena Sir Ruber terus mengikuti mereka. Mampukan Kayley dan Garrett mendapatkan Excalibur sebelum Sir Ruber? Akankah Camelot berhasil diselamatkan dari serangan musuh? Bagaimana nasib Lady Juliana yang menjadi tahanan musuh?

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

01 Story Logic

Narasi Quest for Camelot sudah logis sesuai dengan genrenya. Sebagai sebuah animasi, film ini memiliki keleluasaan dalam melebih-lebihkan ekspresi karakternya sehingga berbagai hal yang mustahil atau konyol ditampilkan dalam live action masih dapat dimaklumi dalam film ini. Terlebih lagi, Quest for Camelot merupakan sebuah film Musikal yang pada dasarnya memiliki tingkat realisme di bawah film-film non-Musikal [seorang pertapa yang bernyanyi seperti karaoke di tengah hutan itu tidak logis, tetapi karena terjadi di dalam Musikal maka menjadi logis]. Cerita film ini sudah mengikuti pola genre Fantasi dan Petualangan dengan baik. Kisahnya terjadi di negeri dan kerajaan Fantasi Camelot yang dikelilingi oleh berbagai kekuatan sihir dan binatang-binatang dunia Fantasi seperti naga, Griffin, dan Ogre raksasa. Karena merupakan sebuah film Musikal anak-anak, eksplorasi dunia Fantasinya tidak akan sedalam The Lord of the Rings atau bahkan Narnia [keduanya bukan Musikal]. Sebagai film Petualangan, Quest for Camelot harus memperlihatkan perjalanan tokoh utamanya yang benar-benar meaningful dalam mengubah jalannya cerita dan mengubah karakter tokoh utamanya. Dalam film ini, tokoh utamanya sudah diperlihatkan melalui sebuah Petualangan yang memang berperan penting dalam menggerakkan roda narasinya dan pada akhirnya kehidupan si tokoh utama berubah secara drastis setelah Petualangannya usai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa narasi dalam Quest for Camelot sebenarnya sudah logis sesuai dengan koridor genrenya.

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

02 Story Consistency

Alur cerita film ini sudah konsisten fokus pada Kayley dan petualangannya mencari pedang Excalibur. Permasalahan-permasalahan yang diperlihatkan di awal sudah dieksplorasi dan diselesaikan dengan baik. Meskipun film ini memiliki unsur kisah Raja Arthur dan Ksatria Meja Bundar, fokus utamanya tetaplah Kayley dan kehidupan Raja Arthur tidak diksplorasi membentuk cabang cerita sendiri. Dengan demikian, ceritanya bisa benar-benar fokus pada Kayley: latar belakangnya, masalah yang ia hadapi, Petualangan yang harus ia laksanakan, proses asmaranya, hingga perwujudan dari impian masa kecilnya. Percabangan cerita yang tampak mencolok adalah aksi naga kembar siam menceritakan kisah hidup mereka, tetapi adegan tersebut mengarah pada penjelasan mengapa mereka bergabung dalam misi Kayley dan sekaligus sebagai poin komedi dalam film ini.

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

03 Casting Choice and Acting

Pemilihan pegisi suara dalam film ini sudah baik. Karakter-karakter dalam Quest for Camelot sering terlihat kaku, tetapi hal tersebut lebih dikarenakan permasalahan proses animasinya—bukan karena ketidakmampuan pengisi suaranya dalam menghidupkan karakter mereka [periksa poin Chacacter Design, Background, dan Special Effects]. Apabila ada masalah lainnya, kemungkinan besar permasalahan itu disebabkan oleh faktor lain. Misalnya, pemilihan aktor Pierce Brosnan sebagai Raja Arthur bermasalah karena suaranya terlalu tua. Namun, masalah itu lebih dulu dikarenakan desain karakternya yang memang terlihat sudah tua [berusia 40-50 tahunan]. Hal ini bermasalah karena mencederai detil logika ceritanya karena Arthur masih remaja saat mencabut pedang Excalibur tepat di hari kelahiran Kayley. Seharusnya, Raja Arthur masih berusia pertengahan duapuluhan hingga awal tigapuluhan karena ia baru menjadi raja sekitar 20 tahun kurang. Pierce Brosnan sudah sesuai dengan deskripsi fisik Arthur dewasa, tetapi desain karakternya tidak logis berkaitan dengan masalah umur karakternya.

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

04 Music Match

Musik dalam Quest for Camelot sudah baik karena telah digunakan sebagai bagian dari cerita—mengingat posisi Quest for Camelot sebagai sebuah film Musikal. Lagu berjudul I Stand Alone, misalnya, digunakan untuk menjelaskan kisah hidup Garrett dalam perkenalannya dengan Kayley, seperti Elsa yang menyanyikan lagu Let it Go dalam Frozen yang menjelaskan perasaan bebas Elsa dan bagaimana ia menciptakan sebuah kerajaan baru. Lagu yang dinyanyikan oleh Sir Ruber berfungsi seperti lagu Be Prepared yang dinyanyikan oleh Scar dalam The Lion King, menjelaskan rencana besar yang akan dilaksanakan untuk menggulingkan Raja.

05 Cinematography Match

Quest for Camelot memiliki sinematografi yang baik.

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

06 Character Design

Secara umum, desain karakter dalam Quest for Camelot sudah terlihat serasi antar satu karakter dengan karakter lain. Namun, film ini tidak memiliki konsep desain karakter yang jelas. Apabila diamati, film ini memiliki gaya desain karakter yang realis, artinya film ini mencoba memperlihatkan fisik karakter yang proporsional atau tidak banyak menggunakan kebebasan artistik dalam memodifikasi anatomi karakternya. Hal ini bisa dilihat dari bentuk karakter manusia yang tampak mengikuti aturan buku-buku pelajaran tentang dasar-dasar menggambar manusia. Karakter yang terlihat jelas digambar mengikuti buku petunjuk adalah kuda yang ditunggangi oleh Kayley. Masalahnya, terdapat banyak karakter “normal” lain yang digambar dengan tidak proporsional seperti karakter “fantasi”. Padahal, desain realis dan ekspresif dalam film ini dapat digunakan untuk menampilkan kontras antara karakter “normal” dengan karakter “fantasi”. Selain permasalahan gaya, bentuk fisik karakter non-fantasi [khususnya manusia] dalam film ini sering terlihat berubah-ubah seperti para animator “lupa” bagaimna wajah karakternya—misalnya wajah Garrett yang proporsional dalam satu adegan berubah memiliki bentuk rahang yang terlalu besar dalam beberapa adegan berikutnya. Permasalahan-permasalahan seperti ini adalah masalah “khas” film-film animasi “murah” seperti seri Cerita Rakyat produksi Jetlag/GoodTimes. Tidak mengherankan jika beberapa kalangan menyebut teknik animasi Quest for Camelot terlihat “murahan”. Permasalahan ini berkaitan langsung dengan poin Background/Latar Belakang dan Special Effects. Proses produksi film ini melibatkan berbagai studio yang berbeda di berbagai lokasi yang berbeda, tampaknya masing-masing studio memiliki jalan pikiran masing-masing mengenai style keseluruhan film ini sehingga Quest for Camelot tidak memiliki kekhasan artistik dan seringkali terlihat berantakan [karena perbedaan artistik animasinya].

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

07 Background/Set Match

Latar belakang dalam film ini tergolong bermasalah. Gaya latar belakang yang digunakan dalam film ini seringkali tidak berhasil memfasilitasi karakter-karakternya sehingga karakter dalam film ini terlihat sepeti gambar yang sekadar ditempel di atas lukisan pemandangan, bukannya satu lukisan yang utuh. Latar belakang dalam sebuah animasi haruslah mampu menyatu dengan karakternya dan membuat seluruh karakter berada dalam satu universe tunggal. Quest for Camelot terlihat tidak memiliki konsep latar belakang yang baik sehingga selain tidak berhasil memfasilitasi karakternya, terdapat perbedaan gaya lukis latar belakang yang cukup kentara. Beberapa latar belakang menampilkan detil yang baik, beberapa hanya terlihat seperti objek yang diwarnai dalam Microsoft Paint Windows 98 [hanya diberi warna tanpa tambahan detil misalnya tanah yang sebatas hijau tanpa tampak guratan detil rerumputan]. Selain itu, beberapa latar belakang juga menggunakan CGI yang tidak dibuat satu konsep dengan keseluruhan filmnya. Karena kekacauan desain semacam ini, hasil akhir adegan-adegan dalam Quest for Camelot sering terlihat “murah” seperti film animasi untuk TV. Hal ini tidak dapat dinafikan karena memang animasi Quest for Camelot, secara visual, seringkali terlihat seperti animasi “murah” produksi GooTimes/Jetlag. Selain memiliki tampilan gaya visual yang mirip dengan animasi “murah”, gerakan karakter dalam film ini pun sering tidak halus—mirip seperti gerakan karakter dalam film-film animasi produksi Jetlag yang sering dinilai “murahan” karena memang “murah” [berkaitan dengan poin Efek Visual].

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

08 Special and/or Practical Effects

Efek visual film ini cukup bermasalah. Pertama, hal yang paling awal terlihat adalah gerakan karakter dan objek dalam film ini yang terlihat kurang halus. Sebuah animasi pada dasarnya merupakan kumpulan gambar yang digerakkan dengan cepat, maka jika jumlah gambar dalam satu adegan tidak memadahi, gerakan karakternya akan tampak kurang halus atau terkadang terlihat patah-patah. Gerakan karakter dalam Quest Camelot sering terlihat terlalu kaku dan patah-patah sehingga menguatkan kesan “murahan” sekelas animasi TV [sudah biasa bagi animasi TV untuk menggunakan lebih sedikit gambar dibandingkan dengan film animasi bioskop agar animasi TV dapat dibuat dengan lebih murah]. Padahal Quest for Camelot telah diproduksi dengan bantuan teknologi komputer, tetapi kehalusan gerakan karakternya bahkan lebih buruk dari Snow White and the Seven Dwarfs yang dirilis 61 tahun sebelumnya dan tanpa menggunakan bantuan komputer. Berkaitan dengan penggunaan komputer, kekuranga berikutnya adalah objek-objek komputer yang kurang menyatu dengan objek hasil gambar tangan dan juga objek komputer yang gerakannya masih kurang halus. Meski demikian, presentasi film ini secara umum sudah baik [warna, ukuran layar, dan suara].

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

09 Audience Approval

Quest for Camelot mendapatkan tanggapan yang beragam dari kalangan penonton. Secara umum, penonton dewasa memberikan tanggapan yang negatif untuk film ini sementara penonton anak-anak memberikan respons yang lebih positif. Kenyataan ini dapat ditelusuri dari pengakuan banyak penonton yang dikirimkan kepada Google atau forum lainnya [seperti kolom komentar YouTube]. Ada banyak penonton yang pada kala itu masih berusia kanak-kanak, menyatakan setelah dewasa bahwa mereka dahulu menyukai Quest for Camelot dan tidak menduga bahwa film tersebut dikritik negatif oleh kritikus dan gagal secara finansial. Namun tanggapan penonton generasi baru tetap beragam dan cenderung negatif—film ini tidak berhasil menarik minat anak-anak generasi baru. Fakta ini dapat dibuktikan dengan keputusan studio untuk tidak merilis Quest for Camelot dalam bentuk Blu-ray ketika berbagai film melalui transisi dari Standard Definition ke High Definition selama paruh ke dua dekade 2000-an. Di masa lalu [sebelum era Home Video seperti VHS, DVD, dan Streaming] cara untuk memperbaharui [renewed] hidup [longevity] sebuah film adalah dengan memutar ulang di bioskop [theatrical re-release]. Film-film yang tetap relevan mengikuti zaman akan senantiasa dirilis ulang secara rutin. Rilis ulang ini bergeser ke rilis ulang dalam bentuk kaset VHS dan DVD dengan adanya paket Special Edition, Diamond Edition, Collector’s Edition, dan lain sebagainya. Quest for Camelot tidak mendapatkan perlakuan semacam itu karena memang marketnya tidak begitu besar alias penonton tidak begitu menyambut film ini dengan hangat.

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

10 Intentional Match

Quest for Camelot tidak berhasil memenuhi visi dari penciptanya baik dari sisi finansial maupun artistik. Dimulai sejak tahun 1995, film ini seharusnya bercerita tentang seorang gadis bernama Susannah yang bertualang mencari artefak berupa Holy Grail. Namun selama proses produksi, animator yang mengerjakan film ini harus membantu menyelesaikan animasi untuk film Space Jam yang rilis pada tahun 1996. Setelahnya, naskah film ini terus mengalami perubahan secara signifikan hingga artefak Holy Grail diganti menjadi pedang Excalibur. Hal ini menciptakan perbedaan artistik yang besar antara dua sutradara Quest for Camelot yakni Bill Kroyer dan Frederik Du Chau dengan pihak eksekutif studio Warner Bros. Pada tahun 1996, sutradara Bill Kroyer dibebastugaskan dan posisi sutradara hanya dipegang oleh Frederik Du Chau. Menurut animator Chrystal Klabunde yang menangani animasi karakter Garrett, pihak eksekutif studio yang pada dasarnya tidak paham tentang animasi terlalu sering mengatur dan ikut campur. Hal tersebut diakui juga oleh sutradara Brad Bird [sutradara animasi The Iron Giant dan The Incredibles] yang menyatakan bahwa keterlibatan eksekutif Warner Bros yang bertingkah seperti eksekutif Disney sebetulnya mengganggu proses produksi karena studio Warner Bros belum memiliki fasilitas penunjang sebaik Disney sehingga tidak bisa diatur sebagaimana suasana gedung animasi Disney. Penyelia efek visual Quest for Camelot, Michel Gagné menceritakan tentang seberapa kacaunya proses produksi Quest for Camelot:

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

[EN]Following the departure of the Kroyers, two supervising animators along with several employees in the studio's art department subsequently left the project.[1][2] The film's initial producer, Frank Gladstone, left the project in February 1997 and was replaced with Dalisa Cohen.[3] Effects supervisor Michel Gagné recalled that "People were giving up. The head of layout was kicked out, the head of background, the executive producer, the producer, the director, the associate producer—all the heads rolled. It's kind of a hard environment to work in."[4]: 218  Eventually, Du Chau was promoted to be the film's director.[5] Meanwhile, Reeve was replaced by Pierce Brosnan when he became unavailable to record new dialogue.[6]: 217 [7]

[IDditerjemahkan oleh Nabil Bakri]Setelah Kroyers meninggalkan project ini, dua orang Supervising Animators dan beberapa pegawai dari Art Department juga meninggalkan project Quest for Camelot. Orang yang seharusnya menjadi produser, Frank Gladstone, meninggalkan project pada bulan Februari 1997 dan digantikan oleh Dalisa Cohen. Penyelia efek Michael Gagné menyatakan, “Orang-orang sudah menyerah. Pimpinan bagian tata letak disingkirkan, pimpinan bagian latar belakang, produser eksekutif, produser, sutradara, associate producer—mereka semua tersingkir. Situasinya benar-benar sulit untuk bekerja.” Pada akhirnya, Du Chau menjadi sutradara. Sementara itu, [Christopher] Reeve [Superman] diganti oleh Pirce Brosnan karena ia tidak bisa merekam dialog yang baru [sebelumnya sudah merekam dialog yang lama]. [Wikipedia, sumber rujukan terverivikasi dan tertera]

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

Ketika akhirnya Quest for Camelot gagal total secara finansial dan menerima tanggapan yang sangat negatif, pihak studio akhirnya mengakui kesalahan selama pembuatan Quest for Camelot:

[ENG]Daly [Warner Bros. co-Chairman Robert Daly] readily admits that the decision to go forward with “Quest for Camelot” when “the producer was wrong and the script wasn’t ready” was made in haste.

Warner has now scrapped its original plans for a full-fledged animation studio and instead is hiring animators on a project basis. [“Animators’ Days of Drawing Big Salaries Are Ending” oleh Claudia Eller dan James Bates untuk Los Angeles Times, 24 Juni 1999]

[IDditerjemahkan oleh Nabil Bakri] Robert Daly [co-Chairman Warner. Bros pada masa itu] sudah siap mengakui bahwa keputusan untuk memproduksi Quest for Camelot adalah keputusan yang gegabah karena “produsernya salah dan naskahnya belum siap”.

Warner [Bros] [akibat kegagalan Quest for Camelot] kini membatalkan rencananya mengoperasikan studio animasi dan hanya akan menyewa animator jika ada project. [“Animators’ Days of Drawing Big Salaries Are Ending” oleh Claudia Eller dan James Bates untuk Los Angeles Times, 24 Juni 1999]

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

01 Skywalker’s Schemata

Jika saya diminta untuk memberikan rekomendasi sebuah film animasi, saya tidak akan merekomendasikan Quest for Camelot kepada sembarang orang. Saya hanya akan merekomendasikannya pada orang yang benar-benar suka animasi tradisional dan ingin menambah referensi film animasi yang dimiliki. Saya sendiri menilai Quest for Camelot tidaklah buruk, tetapi saya sudah menduga dan mengamati kalau orang-orang [terutama penonton generasi baru] tidak tertarik menyaksikan film ini. Konsep film ini sebenarnya sangat menarik dan lagu-lagunya sangat saya sukai [terutama lagu I Stand Alone yang menjadi salah satu lagu favorit saya]. Sayangnya, Quest for Camelot tidak berhasil memberikan sebuah sajian visual yang menarik atau memanjakan mata. Dengan konsep yang spektakuler, kualitas animasi film ini terlihat mirip dengan animasi murahan yang langsung dijual dalam bentuk DVD tanpa tayang di bioskop. Selain itu, film ini menggunakan berbagai lelucon yang membutuhkan wawasan luas tentang dunia hiburan yang umumnya diketahui oleh orang dewasa sehingga anak-anak tidak akan tertawa karena tidak paham maksudnya. Namun masalahnya, film ini masih terlalu kekanak-kanakan bagi orang dewasa sehingga secara umum film ini tidak terlihat menarik bagi mereka. Quest for Camelot adalah sebuah contoh ideal sebuah film yang saya pribadi menyukainya, tetapi saya paham betul behwa kualitasnya tidak baik secara objektif dan saya paham mengapa orang-orang tidak begitu menyukainya. I would not recommend this movie, although I honestly like it quite a lot—especially thanks to its soundtrack particularly the song I Stand Alone and how it is implemented in the movie. If you want to enrich your animation “vocabulary”, however, better give it a go as it is not as bad as to the point of unwatchable.

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

02 Awards

Quest for Camelot tidak mendapatkan penghargaan yang penting untuk disebutkan.

03 Financial

Film ini dibuat dengan dana sebesar $40 juta dan hanya berhasil menjual tiket bioskop sebesar $38 juta. Tentu saja hasil penjualan tiket ini menunjukkan sebuah kegagalan finansial yang besar. Penjualan kaset serta DVD film ini pun diasumsikan tidak sukses secara signifikan karena tidak ditemukan data konkret mengenai berapa kopi DVD film ini yang berhasil dijual. Padahal, studio Warner Bros. bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memasarkan kaset serta DVD Quest for Camelot [diantaranya UNICEF, American Express, Contonental Airlines, dan perusahaan resort plus hotel Best Western]. Bahkan hingga artikel ini dipublikasikan [2022], Quest for Camelot belum dirilis dalam format Blu-ray High Definition dan langsung diedarkan melalui layanan streaming. Kegagalan film ini dilaporkan merugikan Warner Bros sekitar $40 juta[sumber].

Quest for Camelot (1998) Theatrical Performance

Domestic Box Office

$22,772,500

Details

International Box Office

$15,400,000

Details

Worldwide Box Office

$38,172,500

Further financial details...

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

04 Critics

Sebagian besar kritikus film profesional memberikan tanggapan yang negatif untuk film ini. Sebagian kritikus menaggapi cerita dari film ini secara negatif meskipun memuji kualitas animasinya, sebagian lagi justru menilai ceritanya biasa saja dan tidak bermasalah tetapi gaya animasinya yang bermasalah, dan ada beberapa kalangan kritikus yang menanggapi soundtrack film ini secara negatif karena implementasinya dinilai kurang baik.

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

05 Longevity

Quest for Camelot tidak mampu bertahan melawan perubahan zaman. Popularitas film ini kian menurun bahkan sebelum filmnya berusia 10 tahun. Tanggapan penonton generasi baru pun tidak memperlihatkan pergeseran yang signifikan dibandingkan dengan tanggapan penonton ketika film ini pertama kali dirilis tahun 1998. Kualitas animasi Quest for Camelot pun [efek visualnya, periksa kemali poin pembahasan efek visual] terlihat lebih “tertinggal” [outdated] dibandingkan dengan film-film keluaran studio besar pada masanya [seperti Mulan dan The Prince of Egypt].

Final Score

Skor Asli                     : 6.5

Skor Tambahan           : -1

Skor Akhir                  : 5.5/10

***

Spesifikasi Optical Disc

[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]

Judul               : Quest for Camelot

Rilis                 : 31 oktober 2000

Format             : VCD [|||]

Kode Warna    : PAL

Upscaling        : Support Player-HDMI Upscaling [YES||NO] [1080/60/50/24p]

Fitur                : -

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

Keterangan Support:

[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]

[Support VCD, DVD, Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]

[Support Semua Termasuk 4K]

STREAMING

Amazon

iTunes

Movies Anywhere

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

Edisi Review Singkat+PLUS

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda Review Singkat+PLUS di bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.

Skywalker Hunter adalah alias dari Nabil Bakri

Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.

©Nabil Bakri Platinum.

Teks ini dipublikasikan dalam Nabil Bakri Platinum [https://nabilbakri.blogspot.com/] yang diverifikasi Google dan dilindungi oleh DMCA.

Nabil Bakri Platinum tidak bertanggung jawab atas konten dari link eksternal yang ada di dalam teks ini—termasuk ketersediaan konten video atau film yang dapat berubah sewaktu-waktu di luar kendali Nabil Bakri Platinum.

©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.
©1998/Warner Bros./Quest for Camelot/All Rights Reserved.