Review Animasi 101 Dalmatians (1961) Ambisi Wanita Gila Membuat Jaket Bulu Anjing



©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

Review Film 101 Dalmatians (1961) Ambisi Wanita Gila Membuat Jaket Bulu Anjing

Oleh Skywalker HunterNabil Bakri

Edisi Review Singkat+PLUS

“Fifteen. Fifteen puppies! How marvelous! How marvelous! How perfectly! Oh, the devil take it, they're mongrels. No spots! No spots at all! What a horrid little white rat!”—Cruella

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Fabel—Petualangan [Animasi Tradisional/Hand-drawn Animation]

Rilis                 :

Domestic Releases:

January 25th, 1961 (Wide) by Walt Disney
December 20th, 1985 (Wide) by 
Walt Disney
July 12th, 1991 (Wide) by 
Walt Disney

International Releases:

April 7th, 1995 (Wide), released as 101 Dalmatians (re:95) (Australia)
August 3rd, 2018 (Wide), released as 101 Dalmatians (1961) (
New Zealand)

Video Release:

November 9th, 1999 by Walt Disney Home Entertainment

MPAA Rating:

G

 Durasi             : 79 menit

Sutradara       : Clyde Geronimi, Hamilton Luske, Wolfgang Reitherman

Pemeran         : Rod Taylor, Cate Bauer, Betty Lou Gerson, Ben Wright, Bill Lee (singing voice), Lisa Davis, Martha Wentworth

Episode           : -


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

Sinopsis

Pongo adalah seekor anjing dalmatian milik seorang musisi amatir yang bernama Roger Radcliffe. Mereka berdua hidup lajang di sebuah flat yang sempit dan membosankan. Pongo dengan tegas menyatakan kepada penonton bahwa hidup sebagai lajang tidaklah penuh sensasi seperti yang diceritakan oleh orang-orang. Kehidupan para lajang, pada kenyataannya, sangat membosankan. Menurut Pongo, Roger memiliki wajah yang tampan untuk ukuran manusia dan dia seharusnya sudah mencari pasangan hidup. Karena Roger sibuk menulis lagu dan tidak mencari pasangan, Pongo bertekad untuk mencarikan pasangan bagi Roger—sekaligus baginya. Ketika sedang mengamati jalanan, Pongo melihat seorang gadis cantik bernama Anita yang membawa anjing dalmatian miliknya, Perdita, ke taman. Pongo langsung jatuh cinta pada dalmatian milik gadis itu dan ia merasa kalau Roger pasti akan suka pada gadis pemiliknya. Ia pun segera memaksa Roger berhenti bermain musik dan mengajaknya ke taman. Sesampainya di taman, Pongo kembali mencoba “menjodohkan” Roger dan Anita dengan meletakkan topi Roger di samping Anita. Namun, mereka hanya saling memandang dan Roger mengajak Pongo pulang. Anjing itu tidak mau melewatkan kesempatan. Maka sebelum Roger menyeretnya pulang, Pongo menyeret Roger hingga tali pengikat Pongo melilit Roger dan Anita. Akhirnya, mereka pun terpaksa berkenalan dan menjadi semakin akrab sampai menikah. Pongo menikah dengan Perdita dan merasa hidup mereka semakin bahagia.


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

Roger dan Anita tinggal di sebuah rumah yang kecil bersama kedua anjing mereka dan Nanny yang mengurus rumah mereka. Karena musik ciptaan Roger belum ada yang laku, mereka semua hidup dengan sederhana. Pongo dan Perdita sangat gembira karena mereka akan segera memiliki anak-anak anjing. Mendengar kabar bahwa Perdita akan melahirkan, Cruella De Vil datang berkunjung. Cruella adalah seorang sosialita kaya raya yang tergila-gila dengan mantel bulu dan merupakan teman dekat Anita sewaktu kuliah. Ia meminta Anita untuk memberi tahu kalau anjingnya sudah melahirkan. Tampaknya, Cruella ingin membeli seluruh anak anjing Pongo dan Perdita. Ketika mengetahui bahwa Perdita melahirkan 15 anak anjing, Cruella segera meminta Anita untuk menjual mereka berapapun harganya. Namun, Roger menolak tawaran Cruella dengan tegas. Penolakan itu membuat Cruella murka dan menyusun rencana jahat untuk menculik kelima belas anak anjing dalmatian. Perempuan itu lantas memerintahkan dua orang penjahat Horace dan Jasper untuk menculik anak-anak dalmatian. Ternyata, Cruella ingin membunuh semua anak anjing dalmatian dan menggunakan kulit mereka untuk membuat mantel bulu anjing dalmatian. Karena pihak kepolisian kesulitan melacak penculik anjing, Pongo dan Perdita meminta bantuan dari anjing di seluruh Inggris dengan Twilight Bark [gonggongan senja]—sebuah pesan berantai yang dikirimkan ke seluruh pelosok Inggris. Sanggupkah Pongo dan Perdita menyelamatkan anak-anak mereka sebelum terlambat?


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

01 Story Logic

Konsep dan narasi dalam film ini sudah logis sesuai dengan genrenya. 101 Dalmatians adalah sebuah fabel yang artinya film ini bercerita tentang binatang yang memiliki perilaku seperti manusia. Dengan demikian, adanya anjing yang dapat mengelabuhi manusia dan menyusun rencana seperti Pongo dan Kolonel adalah hal yang logis sesuai dengan genrenya. Posisi film ini sebagai sebuah animasi juga memungkinkan karakter-karakternya menunjukkan ekspresi yang lebih bervariasi dibandingkan dengan live-action. Bagaimana Tibbs si kucing meregangkan kaki dan bulunya ketika terkejut, bagaimana Horace selalu ditimpa sial, bagaimana mobil Horace dan Jasper berderit dan bergoyang-goyang [rattling], bagaimana ada banyak anjing yang posturnya sangat mrip dengan pemiliknya, dan lain sebagainya—kesemuanya tidak logis dalam live action, tetapi menjadi logis dalam film animasi. 101 Dalmatian adalah fabel yang masuk dalam genre Petualangan—tokoh penting dalam film ini haruslah melakukan sebuah misi yang mengharuskannya melakukan perjalanan yang jauh dengan berbagai rintangan. Perjalanan Pongo, Perdita, dan anak-anak anjing dalmatian di film ini sudah sesuai dengan pola genre Petualangan.


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

Selain sudah logis dari segi konsep, detil cerita dalam film ini juga sudah logis. Hal ini dapat dilihat dari rangkaian aksi dan reaksi dari karakter-karakternya. Masing-masing karakter memberikan reaksi yang masuk akal terhadap situasi yang sedang dihadapi sesuai dengan kepribadian karakter masing-masing. Ketika Cruella sampai di rumah Anita, Pongo tidak langsung menggeram kepadanya. Barulah setelah Pongo melihat perilaku Cruella, ia menggeram ketika Cruella hendak menyentuhnya. Hal ini logis karena Pongo memiliki alasan yang jelas untuk menggeram. Perbedaan cara Anita dan Roger memperlakukan Cruella pun sudah logis dan konsisten. Sejak awal, Anita selalu segan kepada Cruella. Bahkan ketika Cruella hendak membeli anak-anak Perdita, Anita kesulitan menolaknya. Namun, karakter Roger berbeda. Sejak awal, Roger sudah tidak terlalu menyukai Cruella sehingga ia sudah curiga kalau Cruella menculik anak-anak anjingnya sementara Anita tidak percaya kalau Cruella adalah pelakunya. Walau Roger pada akhirnya berani menolak tawaran Cruella, jelas diperlihatkan bahwa sebenarnya Roger juga cukup takut terhadap Cruella. Detil “sederhana” seperti Roger yang tergagap ketika menolak Cruella berhasil menguatkan logika pada detil ceritanya karena orang yang ketakutan biasanya akan gemetar walau ia bersikap pemberani.


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

02 Story Consistency

Alur cerita film ini sudah konsisten. 101 Dalmatians fokus pada saat sekarang [present] dan menguraikan narasinya dalam bentuk aksi yang langsung direspons dengan reaksi—dan begitu seterusnya. Penonton diberi informasi bahwa Cruella adalah teman lama Anita, tetapi kisah masa lalu mereka tidak dieksplorasi karena akan merusak tatanan aksi-reaksi yang konsisten. Selain itu, kisah masa lalu Cruella dan Anita tidak mengubah jalannya cerita. Apalagi, film ini diceritakan dari perspektif para binatang. Pongo adalah karakter yang membuka film ini dan ia menyebut Roger sebagai peliharaan [my pet], bukan tuan [my master]. Kisah masa lalu atau motivasi karakter manusia dalam film ini akan penting jika ceritanya memang disajikan dari perspektif manusia—seperti dalam 101 Dalmatians versi live-action. Pekerjaan Anita dalam 101 Dalmatians live-action dieksplorasi karena mengubah jalannya cerita: Anita adalah perancang mantel bulu dalmatian dan pada akhirnya ia adalah orang yang mengetahui alasan Cruella menculik anak-anak anjingnya—cara karakter manusia bereaksi dalam versi live-action ini sangat penting, sehingga wajar jika kisah hidup mereka dieksplorasi. Hal ini berbanding terbalik dengan versi animasinya. Fokus pada karakter hewan membuat film ini benar-benar konsisten menceritakan masalah penculikan anjing, bagaimana Pongo dan Perdita merespons kejadian tersebut, dan bagaimana mereka menyelesaikan masalah mereka.


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

03 Casting Choice and Acting

Para pengisi suara dalam film ini telah dipilih dengan baik karena berhasil menghidupkan karakter mereka masing-masing. Para pengisi suara sudah terdengar cocok menyuarakan para karakter dan terdengar natural. Pengisi suara yang paling iconic dalam film ini tentunya Betty Lou Gerson yang menjadi pengisi suara Cruella. Ia dinobatkan sebagai salah satu Disney Legend pada tahun 1996.

04 Music Match

Musik dalam 101 Dalmatians sudah baik. Berbeda dengan film-film animasi Disney sebelumnya, 101 Dalmatians bukanlah sebuah film musikal. Maka, musik di dalam film ini tidak harus menjadi bagian dari dalam dialog—meskipun pada kenyataannya lagu dalam film ini tetap menjadi bagian penting dalam dialog; tetapi tidak diperlakukan seperti dialog. Lagu Cruella De Vil, misalnya, dinyanyikan oleh Roger bukan karena ia berakting musikal dan menggunakan lagu itu untuk menjelaskan sifat Cruella, tetapi karena ia adalah seorang musisi yang baru saja mendapat inspirasi untuk menulis lagu tentang Cruella. Ini adalah cara yang baik dalam menyajikan lagu dan cerita karena meskipun bukan film Musikal, tetapi lagu yang diperdengarkan tetap efektif mendukung jalannya cerita. Selain itu, lagu-lagu dalam film ini juga sudah mengikuti gaya animasinya dengan baik. Maksudnya, gaya animasi dalam 101 Dalmatians adalah gaya yang kontemporer di tahun 1961, memisahkan film ini dari animasi Disney sebelumnya yang bergaya klasik—Romantic. Animasi Disney sebelum 101 Dalmatians murni dilukis dengan tangan, sedangkan 101 Dalmatians menggunakan teknologi kontemporer mesin Xerox [sejenis mesin foto kopi] untuk mereplikasi dan mewarnai gambar. Lagu-lagu bernuansa Blues dan Jazz dalam film ini telah sesuai dengan nuansa kontemporer filmnya karena 1) Genre musik ini sangat berbeda dari genre animasi sebelumnya yang klasik, dan 2) Musik Blues dan Jazz semakin populer di era 1960an.


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

By the beginning of the 1960s, genres influenced by African American music such as rock and roll and soul were part of mainstream popular music. White performers had brought African-American music to new audiences, both within the US and abroad. In the UK, bands emulated US blues legends, and UK blues-rock-based bands had an influential role throughout the 1960s.

Blues performers such as John Lee Hooker and Muddy Waters continued to perform to enthusiastic audiences, inspiring new artists steeped in traditional blues, such as New York-born Taj Mahal.

John Lee Hooker blended his blues style with rock elements and playing with younger white musicians, creating a musical style that can be heard on the 1971 album Endless Boogie. BB King’s virtuoso guitar technique earned him the eponymous title “king of the blues”. In contrast to the Chicago style, King’s band used strong brass support from a saxophone, trumpet, and trombone, instead of using slide guitar or harp. Tennessee-born Bobby “Blue” Bland, like B.B. King, also straddled the blues and R&B genres. [Peter Burton in “Blues in the 1960s and 1970s” submitted to Workers’ Liberty [.org] on 24 April, 2008 - 8:39]


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa musik dalam 101 Dalmatians sudah berpadu serasi dengan narasi dan animasinya. Perpaduan yang serasi ini tidak hanya pada tataran cerita yang saling mendukung/melengkapi, tetapi juga pada tataran nuansa [the contmemporary spirit/atmosphere of its animation]. Maka tidak mengherankan jika laman AllMusic menyematkan ulasan positif untuk musik dalam 101 Dalmatians sebagai berikut:

George Bruns' score for the 1961 animated classic 101 Dalmatians remains one of the most spirited Disney soundtracks from the company's heyday. A playful, jazz-inspired effort rich in superb action cues, it largely sidesteps the schmaltz and sentimentality that defines so much of the studio's musical output. Between the bebop-influenced writing of the "Overture" and the sprightly piano improvisations of "A Beautiful Spring Day," Bruns proves a gifted interpreter of jazz idioms, and even his large-scale orchestral themes emphasize brass over strings to further emphasize the music's bold, dramatic sensibilities. He's equally adept with comedy and suspense, mixing them most effectively on 101 Dalmatians' most memorable tune, "Cruella de Vil." [AllMusic]


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

05 Cinematography Match

Tidak ada keluhan dalam poin sinematografi. Adegan-adegan penting seperti seberapa banyaknya jumlah anjing yang dikumpulkan Cruella sudah ditampilkan dengan baik sehingga penonton tidak mempertanyakan judul film ini “kenapa jumlah anak anjingnya tidak terlihat seperti 99” karena memang posisi gambar yang ditampilkan sudah menegaskan seberapa banyak jumlah anak anjingnya. Keadaan bentang alam yang menjadi rintangan bagi Pongo, Perdita, dan anak-anak anjing juga sudah diperlihatkan dengan baik sehingga menguatkan keseriusan adegan Petualangan di dalamnya. Bagaimana mobil Cruella direkam [mobil Cruella di dalam film adalah miniatur sungguhan yang direkam, lalu digabungkan ke dalam animasi] sudah mengikuti ciri khas film-film Aksi yang menguatkan ketegangan adegannya. Cara kamera menampilkan Long-shot [kebalikan dari Close-up] dari sudut-sudut kota ke kota secara utuh ketika Twilight Bark menyebar juga sudah baik, memperlihatkan bagaimana Twilight Bark bekerja dan menyebar ke seluruh Inggris.


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

06 Character Design

Desain karakter dalam film ini sudah baik karena serasi antar sesama karakter dan dengan gaya latar belakangnya. Karakter manusia dan binatang di dalam film ini sudah didesain menggunakan bahasa desain yang sama sehingga sudah terlihat dari satu universe. Desain karakter dan busana mereka dalam film ini dibuat minimalis dan tegas. Pakaian yang dikenakan oleh Anita, misalnya, sangat berbeda dengan pakaian yang dikenakan oleh karakter-karakter perempuan Disney sebelumnya seperti Snow White, Cinderella, Wendy, dan Aurora yang lebih kompleks. Karakter dalam film ini dibuat dengan mengimplementasikan ciri khas karikatur [menonjilkan bagian tertentu dari karakter—misalnya karikatur Pangeran Charles digambarkan memiliki telinga yang besar karena hal tersebut sudah diasosiasikan dengan Pangeran Charles [BBC The Human Face]], tetapi tetap memedulikan proporsi anatomi makhluk hidup. Sebagai contoh, Roger digambarkan memiliki hidung yang mancung dan besar, tetapi secara umum tubuhnya tetap proporsional. Dengan demikian, desain karakter Roger tidak akan serealistis Pangeran dalam Cinderella atau Pangeran Philip dalam Sleeping Beauty, tetapi tidak akan terlalu berbanding terbalik dengan realita seperti karakter dalam film Mulan. Karakter-karakter dalam 101 Dalmatians dbuat dengan tarikan garis yang tegas/kuat dan memiliki kesan seperti sketsa. Hal ini berkaitan juga dengan ditutupnya departemen tinta dan warna[Ink and Painting Department] yang akan mereproduksi sketsa dari animator sebelum dilukis di atas sel/cel [Celluloid—sejenis plastik untuk membuat animasi atau gambar presentasi]. Desain karakter yang semacam ini sudah serasi dengan desain latar belakangnya.


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

07 Background/Set Match

Latar belakang dalam film ini sudah baik karena serasi dengan desain karakternya. Proses penciptaan desain atau gaya untuk latar belakang dalam film ini berkaitan erat dengan krisis yang sedang dialami oleh Disney setelah mengalami kerugian akibat Sleeping Beauty. Apabila Disney masih ingin memproduksi film animasi, studio itu harus menemukan cara untuk memproduksi film dengan biaya separuh dari anggaran yang biasanya digunakan untuk membuat film animasi. Disney harus mengurangi jumlah karyawan di departemen animasi dari sekitar 500 orang menjadi kurang dari 100 orang saja. Karenanya, studio harus menemukan cara yang efektif dan efisien untuk memproduksi animasi. Sebelumnya, para animator akan membuat sketsa karakter dan latar belakang yang akan dikirimkan ke departemen yang berbeda yakni Ink and Painting Departement. Seluruh sketsa akan direplikasi dan diberi warna dengan menggunakan tangan oleh pegawai Ink and Painting Departement. Dengan demikian, kesan “sketsa” dari karakter-karakternya menjadi hilang dan karakter pun terlihat lebih halus dan lebih “hidup”. Sleeping Beauty adalah animasi Disney terakhir yang masih menggunakan jasa pegawai Ink and Painting Departement. Setelah Sleeping Beauty gagal, Disney menutup departemen tersebut dan mengganti tenaga seniman dengan mesin Xerox. Animator Ub Iwerks berhasil memodifikasi kamera Xerox untuk mereplikasi gambar dari sketsa langsung ke sel [Celluloid].


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

The studio cut its animation department after the failure of the very expensive Sleeping Beauty, resulting in a reduction of staff from over 500 to less than 100. Walt Disney, who for some years had spent his attention more towards television and his Disneyland amusement park and less on his animated features, disliked this development. The "sketchy" graphic style would remain the norm at Disney for years until the technology improved prior to the release of The Rescuers. In later animated features, the Xeroxed lines could be printed in different colors. [Disney Wiki, disney.fandom.com]

Karena proses replikasi dilakukan oleh mesin, maka tenaga departemen Ink and Painting tidak lagi dibutuhkan dan studio bisa menghemat biaya. Masalahnya, mesin ini tidak memiliki “perasaan” seperti seniman sehingga tidak bisa membedakan garis anatomi karakter dengan garis “sisa” sketsa. Maka dalam film-film yang menggunakan teknologi ini dapat dilihat banyak “sisa” sketsa yang masih “menempel” pada karakter. Namun justru “kekurangan” ini menjadi ciri khas tersendiri untuk 101 Dalmatians. Film ynag dibuat dengan menyederhanakan proses animasi ini berbanding terbalik [menegasi] kualitas animasi dalam Sleeping Beauty hingga membentuk gaya unik tersendiri. Latar belakang film ini pun didesain dengan memadukan garis-garis tegas, sketsa [garis-garis halus], dan seni abstrak. Sehingga, sama halnya dengan karakteristik karikatur dalam karakternya, properti yang digambar dalam film ini pun tidak sama dengan properti asli, tetapi hanya “menyerupai” properti asli. Dengan kata lain, properti di dalam film ini adalah karikatur dari properti di dunia nyata. Alasan mengapa desain karakter dan latar belakang dalam film ini sudah tampak menyatu atau berasal dari satu universe dapat disimpulkan dengan pernyataan Art Director sekaligus Production Designer 101 Dalmatians, Ken Anderson, yang menyatakan bahwa dirinya akan menggunakan teknologi Xerography pada karakter dan latar belakang: “I was going to apply the same technique to the whole picture—Saya mau menggunakan teknik yang sama/seragam untuk keseluruhan film ini."[Source]


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

08 Special and/or Practical Effects

Efek visual dalam film ini sudah baik. Meskipun “kehalusan” animasi Disney yang sebelumnya tidak bisa ditampilkan oleh 101 Dalmatians, tetapi hal ini justru memberikan karakteristik yang unik dalam filmnya. 101 Dalmatians telah memanfaatkan teknologi Xerography dengan baik dan semaksimal mungkin. Walau film in bernuansa “sketsa” yang lebih kaku dari animasi Disney klasik sebelumnya, tetapi gerakan karakter dalam film ini sudah halus [smooth] sehingga tetap tampil life-like seperti animasi populer Disney pada umumnya. Meskipun menampilkan banyak karakter anak anjing yang memerlukan total 6,469,952 bintik, 101 Dalmatians tidak berbuat “curang” dengan menampilkan karakter yang sama secara berulang-ulang. Efek khusus penggunaan kendaraan replika yang digabungkan dengan animasi menggunakan teknik Xerography juga memiliki hasil yang baik dan menyatu dengan karakter serta latar belakangnya.

09 Audience Approval

101 Dalmatians mendapatkan tanggapan yang positif dari kalangan penonton. Meskipun animasi film ini tidak se”halus” animasi Disney sebelumnya, tetapi hal itu justru menjadi daya tarik tersendiri dan penonton secara umum menyukai animasi serta narasi dalam film ini yang dinilai lebih menghibur dibandingkan Sleeping Beauty yang dirilis sebelumnya.


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

10 Intentional Match

101 Dalmatians menjadi sebuah animasi yang sukses besar baik dari segi finansial maupun dari respon kritikus film. Film ini telah sesuai dengan visi para penciptanya dalam memaksimalkan teknologi Xerox di tengah masa-masa sulit bisnis animasi. Desain karakter, latar belakang, hingga musik dalam film ini sudah sesuai dengan visi masing-masing penanggung jawab—khususnya Ken Anderson yang menginginkan karakter serta latar belakang film ini sama-sama diproduksi menggunakan teknologi Xerox. Mengulang jasa Cinderella di tahun 1950 yang menyelamatkan studio Disney setelah banyak kegagalan semasa Perang Dunia, 101 Dalmatians juga berjasa menyegarkan kembali dunia animasi Disney setelah kegagalan finansial yang luar biasa dari Sleeping Beauty. Sleeping Beauty, oleh banyak seniman Disney, dinobatkan sebagai “akhir dari sebuah era—The end of an era” sementara 101 Dalmatians adalah “awal dari era yang baru—the dan of a new era”. 101 Dalmatian harus tampil kontemporer, lebih segar, dan “berbeda” dari animasi Disney sebelumnya—tetapi harus tetap memiliki karakteristik Disney yakni implementasi teknologi animasi yang maksimal dan desain karakter yang memiliki pola berulang dan membentuk ‘ciri khas Disney’—yang bahkan tersedia tutorialnya. Animator dan sutradara Disney, Aaron Blaise, bahkan membuat sebuah video tentang desain karakter khas Disney. Dari berbagai aspek yang telah disebutkan, 101 Dalmatians berhasil mencapainya.


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

Namun, 101 Dalmatians diproduksi ketika Walt Disney masih hidup [sebagai produser] dan ide awal untuk mengangkat kisah 101 Dalmatians dari buku pun bermula dari Walt Disney. Yang menjadi masalah adalah, meskipun film ini sudah sesuai dengan visi para animator, film ini sama sekali tidak sesuai dengan visi Walt Disney. Ia menginginkan animasi yang sama indahnya dengan animasi-animasi sebelumnya seperti Snow White, Pinocchio, Bambi, Cinderella, dan yang lainnya. Bahkan, meskipun Sleeping Beauty merupakan sebuah kegagalan finansial, film itu tetap berhasil memenuhi visi Walt Disney dari segi artistik. Tentunya ketidaksesuaian semacam ini masih bisa dikesampingkan—tapi pada kenyataannya, khusus untuk 101 Dalmatians, hal ini tidak bisa dikesampingkan. Film ini benar-benar tidak sesuai dengan visi Walt Disney sampai-sampai Walt Disney tidak bisa memaafkan Art Director sekaligus Production Designer Ken Anderson yang memaksimalkan penggunaan Xerox. Ketika Ken Anderson menyarankan penggunaan Xerox kepada Disney, Walt Disney akhirnya hanya membebaskan para animator dengan berat hati, “Ah, yeah, yeah, you can fool around all you want to—[dalam bahasa Indonesia kurang lebih, “Terserah, deh!”]”.[Source] Meskipun 101 Dalmatians sukses secara finansial dan sesuai dengan visi para animator, Walt Disney akhirnya tetap menyatakan, “We're never gonna have one of those goddamned things” referring to Dalmatians and its technique, and stated, “Ken's never going to be an art director again[Terjemahan Indonesia]Kita tidak akan membuat film sialan seperti [101 Dalmatians] itu lagi. Ken tidak boleh menjadi Art Director lagi.”[Source] Meski Ken Anderson tetap menjadi Art Director untuk film Disney berikutnya, The Sword in the Stone, dan Disney akhirnya dapat “menerima” atau “mengikhlaskan” ketiadaan visi-nya dalam 101 Dalmatians lewat pernyataan Ken Anderson:


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

He looked very sick. I said, "Gee, it's great to see you, Walt," and he said, "You know that thing you did on Dalmatians." He didn't say anything else, but he just gave me this look, and I knew that all was forgiven and in his opinion, maybe what I did on Dalmatians wasn't so bad. That was the last time I ever saw him. Then, a few weeks later, I learned he was gone.[Source] [Terjemahan Indonesia] Dia [Walt Disney] terlihat sakit parah. Saya berkata, “Senang bisa bertemu denganmu, Walt.” Beliau kemudian berkata, “Kamu tahu perbuatanmu di film Dalmatians itu.” Beliau tidak bicara apapun lagi, tetapi beliau menatap saya dan saya tahu bahwa saya sudah dimaafkan, dan dalam pandangan Beliau, mungkin yang saya perbuat dalam Dalmatians tidaklah buruk. Itu adalah terakhir kalinya saya melihat Beliau karena Beliau meninggal beberapa minggu kemudian. [Sumber]

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

01 Skywalker’s Schemata

101 Dalmatians adalah salah satu animasi Disney terbaik yang pernah saya tonton. Film ini memiliki porsi Aksi dan Petualangan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan film-film Disney sebelumnya. Selain itu, tidak ada lagu yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah adegan seperti film-film Musikal. Saya merasa style animasi dalam film in sangat unik dan memiliki charm/pesona tersendiri. Tidak hanya itu, film ini pun penuh dengan aksi lucu. Saya menonton kembali film ini untuk menulis artikelnya—dan lagi-lagi tertawa melihat cara gila Cruella mengendarai mobilnya. Selama saya menonton film ini sewaktu kecil, saya yakin betul kalau film ini adalah salah satu Masterpiece kebanggaan Walt Disney. Apalagi, 101 Dalmatians adalah satu dari 13 judul film yang rutin dirilis ulang sebagai Harta Karun Disney dalam Platinum Edition, Diamond Edition, dan Signature Collection—posisinya di dalam koleksi Signature membuat saya semakin yakin kalau film ini adalah Masterpiece Disney karena terdapat tambahan tanda tangan Walt Disney di setiap kemasannya. Namun saya salah besar karena ternyata Walt Disney “membenci” film ini. Padahal, film ini adalah “penyelamat” studio animasi dari kebangkrutan—apalagi Walt Disney kala itu sudah fokus mengerjakan hal lain yakni mengembangkan stasiun televisi dan taman hiburan Disneyland serta Disney World. 101 Dalmatians baru dinyatakan sebagai “Harta Karun” setelah Walt Disney meninggal, persis seperti yang dilakukan oleh perusahaan Disney terhadap film Fantasia yang merupakan kegagalan tetapi diiklankan sebagai sebuah keberhasilan dan sebuah Masterpiece. Namun yang unik, berbeda dengan Fantasia yang kegagalannya seperti ditutup-tutupi, Disney tidak menutup-nutupi kenyataan bahwa Walt Disney sendiri tidak menyukai film ini. Namun di setiap narasinya, studio Disney selalu menyertakan kutipan bahwa di akhir hayatnya Walt Disney telah berubah menyukai 101 Dalmatians.


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

101 Dalmatian benar-benar sebuah awal dari era yang baru sementara Sleeping Beauty adalah sebuah akhir dari era animasi Disney yang penuh keajaiban dan sudah dimulai sejak 1937 oleh Snow White. Besar kemungkinan Walt Disney masih belum rela animasi yang dicintainya dan membuka karier untuknya, akhirnya hilang digantikan oleh sesuatu yang baru dan menurutnya memiliki nilai artistik yang lebih rendah. Saya sendiri memiliki dugaan bahwa Walt Disney masih sulit menerima kenyataan bahwa Sleeping Beauty yang ia buat dengan penuh pengorbanan dan tak peduli akan besarnya biaya, tidak berhasil memberikan hasil finansial yang memuaskan; sementara 101 Dalmatians yang lahir dari keterbatasan dan penuh kekurangan [di mata Walt] justru disukai oleh penonton dan memberikan keuntungan yang besar kepada perusahaan. Terlepas dari semua itu, 101 Dalmatians pada akhirnya berhasil menjadi sebuah hiburan Disney dengan nuansa baru nan segar. Nuansa “kontemporer” dalam film ini benar-benar kental sampai-sampai animator Andreas Deja menyatakan bahwa sampai saat ini [2000-an], 101 Dalmatians masih merupakan animasi Disney yang paling “kontemporer”. Umumnya, animasi Disney bercerita tentang dongeng yang terjadi ratusan tahun sebelumnya. Namun, 101 Dalmatians bercerita tentang sebuah kejadian di sekitar akhir 1950-an dan awal 1960-an—latar yang kontemporer. Sebelumnya, Disney pernah melakukan hal yang sama ketika merilis Dumbo yang berlatar waktu 1940-an atau sama dengan waktu filmnya dirilis. Film itu pun sukses besar setelah Walt Disney gagal meraih keuntungan dari Fantasia. 101 Dalmatians is a unique Disney feature—it is an old movie that is always new.


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

02 Awards

Film ini tidak menerima banyak penghargaan. Di masa lalu, sebelum Academy Awards menghadirkan kategori Animasi Terbaik, penghargaan penting untuk film animasi memang belum terlalu banyak. Film-film Disney yang dinominasikan pun umumya film-film Musikal untuk musiknya, bukan filmnya secara keseluruhan. Berdasarkan laporan IMDb, film ini meraih penghargaan Best Animated Film dari BAFTA pada tahun 1962.

03 Financial

101 Dalmatians sukses secara finansial. Dari dana sebesar $3.6 juta, film ini berhasil menjual tiket sebesar $28.7 juta ketika pertama kali dirilis. Setelah beberapa kali dirilis ulang pada 1969, 1979, 1985, 1991, dan 1995, total penjualan tiket film ini mencapai $303 juta. Apabila angka ini disesuaikan dengan perubahan nilai mata uang [2010-an], maka angka tersebut setara dengan sekitar $900 juta.


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

04 Critics

Mayoritas kritikus memberikan tanggapan yang positif untuk film ini.

05 Longevity

101 Dalmatians masih tetap populer dan relevan bahkan setelah berusia lebih dari 10 tahun. Film ini tetap mendapatkan tanggapan yang positif dari kalangan penonton generasi baru, sama seperti ketika film ini pertama kali dirilis. Selain itu, posisi 101 Dalmatians sebagai bagian dari Disney juga membuatnya senantiasa diiklankan oleh Disney dan terus dirilis ulang dalam berbagai format menyesuaikan zaman.


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

Final Score

Skor Asli                     : 9.5

Skor Tambahan           : -

Skor Akhir                  : 9.5/10

***

Spesifikasi Optical Disc

[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]

Judul               : 101 Dalmatians [2 Disc Platinum Edition]

Rilis                 : 6 Desember 2007

Format             : VCD [|||]

Kode Warna    : PAL

Fitur                : -

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

Keterangan Support:

[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]

[Support VCD, DVD, Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]

[Support Semua Termasuk 4K]

STREAMING

iTunes:

iTunesiTunes

Google Play:

Google Play

Vudu:

VuduVuduVudu


©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

Edisi Review Singkat+PLUS

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda Review Singkat+PLUS di bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.

Skywalker Hunter adalah alias dari Nabil Bakri

Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers

©1961/Disney/101 Dalmatians/All Rights Reserved.