(C) 20th Century Fox/1987/all rights reserved. |
Review Predator (1987) Alien Sadis Jagal Manusia
Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak
cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes
copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
Genre : Fiksi
Ilmiah—Aksi—Horror
Rilis : 12 Juni 1987
Episode : -
Sinopsis
Dutch beserta timnya ditugaskan untuk melakukan misi penyelamatan rombongan pejabat penting yang diserang oleh pasukan gerilya di tengah hutan tropis yang sangat lebat. Sebelumnya, tim lain di bawah pimpinan Hopper telah diberangkatkan dan hilang kontak dengan pangkalan. Dillon, seorang mantan marinir yang kini memiliki jabatan di kantor, mendesak agar Dutch diberangkatkan untuk menjalankan misi berbahaya ini karena Dutch dan timnya adalah regu penyelamat yang terbaik. Akhirnya, Dutch masuk ke pedalaman hutan untuk mulai menjalankan misi tersebut. Di awal pencarian, mereka menemukan serpihan helikopter yang diduga jatuh diserang pasukan gerilya. Anehnya, mereka tidak menemukan mayat di sekitar lokasi jatuhnya helikopter. Billy, anggota tim Dutch yang ahli melacak, menemukan mayat manusia yang digantung terbalik di atas pohon dalam keadaan dikuliti. Tim itu kemudian menemukan tanda pengenal Hopper dan timnya. Mereka telah tewas dikuliti, bukan tewas karena kecelakaan helikopter. Dutch dan timnya menyisir area dan mendapati bahwa Hopper dan timnya telah membuat jebakan dan parameter untuk bertahan dari musuh. Namun dilihat dari gelagatnya, psukan Hopper mengalami keputusasaan dalam melawan musuh mereka.
(C) 20th Century Fox/1987/all rights reserved. |
Dillon
dan Dutch masih berpikir bahwa kekejaman itu adalah ulah para militan gerilya.
Mereka mencari markas gerilya dan menghancurkan markas itu beserta seluruh
militan setelah mereka menghabisi para tawanan. Hanya ada satu orang yang
selamat dari serangan itu, yakni seorang wanita bernama Anna yang juga
merupakan anggota militan gerilya. Dari markas gerilya, Dutch akhirnya tahu
bahwa pejabat yang hilang di hutan itu sebetulnya agen rahasia dan ini semua
hanya akal-akalan Dillon untuk menyeret Dutch ke dalam misi yang seharusnya
dilaksanakan oleh tim lainnya. Dillon bersikeras bahwa Dutch memiliki tim
terbaik dan mereka adalah aset yang bisa dikorbankan. Ketegangan antara Dutch
dan Dillon dihentikan oleh serangan musuh tidak terlihat yang membunuh tim
Dutch satu per satu dengan mengenaskan. Musuh ini adalah alien sadis yang
senantiasa mengintai mereka dengan teknologi canggih kamuflase sehingga tak
terlihat oleh mata manusia.
(C) 20th Century Fox/1987/all rights reserved. |
Alien
Predator ini adalah pemburu yang gemar berburu manusia untuk kesenangan dan
mengoleksi tengkorak manusia sebagai trofi buruan layaknya pemburu mengoleksi
tanduk rusa. Sang predator akan datang di musim yang paling panas dan memilih
musuhnya dengan cermat. Ia hanya akan melawan manusia-manusia terkuat untuk
bisa merasakan kepuasan berburu. Tim Dutch yang merupakan tim unggulan dibuat
tak berdaya oleh serangan makhluk asing ini. Mereka tidak akan mampu
mengalahkan sang predator dengan menggunaan kekuatan fisik dan senjata api
terkuat sekalipun. Untuk mengalahkannya, mereka harus putar otak dan menjadi
lebih pintar dari sang predator, yakni menyamar. Namun, hal itu akan sangat
sulit karena Predator mampu mendeteksi suhu tubuh dan menganalisis pergerakan
targetnya dengan sangat akurat. Satu per satu tim Dutch dijagal dengan sadis,
tak butuh waktu lama bagi Predator untuk berhadapan dengan target utamanya
yakni Dutch sendiri.
(C) 20th Century Fox/1987/all rights reserved. |
01 Story Logic
Logika
cerita Predator sudah logis sesuai genrenya. Ceritanya sebetulnya sangat
ringan/sederhana yakni sekelompok manusia ditandingkan dengan satu alien
Predator. Kemunculan alien di film ini berada di bawah naungan Fiksi Ilmiah,
sedangkan adegan baku tembak ada di dalam koridor Aksi, dan nuansa kengerian
yang ditampilkan ada dalam naungan Horror. Ketiga payung genre yang berbeda ini
mampu disatukan dengan baik oleh Predator meski ceritanya sederhana. Aksi dan reaksi
karkternya sudah masuk akal dan tidak ada tindakan terlalu konyol yang
dilakukan—kecuali beberapa adegan baku tembak serampangan yang itu pun masih
dinaungi logika film Aksi dan kodrat film ini yang memang diracik untuk
menampilkan seberapa Badass karakternya. Hal ini penting
untuk mendukung logika cerita bahwa Predator hanya memilih buruan yang best of the best—ter-Badass—dan bahwa se-Badass apapun karakter manusianya, tetap bukan tandingan sang
Predator.
(C) 20th Century Fox/1987/all rights reserved. |
Cara
tiap-tiap anggota tim menyikapi kemunculan Predator juga masuk akal. Tim Dutch
terdiri dari individu berpengalaman dengan keahlian khusus yang berbeda-beda.
Tidak semua bisa merasakan kehadiran Predator yang melakukan kamuflase, bahkan
Dutch [ketua tim paling Badass]
sendiri tidak bisa merasakan kehadiran sosok lain di sekitar. Hanya Billy yang
merupakan ahli lacak yang seketika langsung sadar akan adanya “sesuatu” yang
mengintai. Anna yang senantiasa berusaha untuk kabur, tidak jadi mau kabur
setelah terjadi kontak dengan Predator—dia bukan gadis bodoh yang kabur saat
ada kesempatan karena dia sadar bahwa dia juga tidak akan selamat jika musuh
yang mengincar mereka adalah sang Predator. Secara garis besar, logika film ini
sudah sesuai dengan genre yang menaunginya.
(C) 20th Century Fox/1987/all rights reserved. |
02 Story Consistency
Karena
cerita film ini pada dasarnya sangat sederhana, film ini jadi memiliki
keunggulan di bagian konsistensi cerita: narasinya berjalan lurus, cepat, dan
konsisten. Karena mengedepankan unsur Aksi dan Horror, latar belakang Predator
tidak ditelusuri terlalu dalam karena akan merusak nuansa Horror yang dibangun
atas “ketidaktahuan” atau “ketakutan manusia terhadap sesuatu yang tidak
diketahui” [fear of the unknown].
Sisi Fiksi Ilmiah film ini hanya dipakai untuk menyuguhkan narasi bahwa sesosok
alien pemburu sadis turun ke bumi untuk berburu manusia dengan menggunakan alat
canggih. Setelah itu, estafet narasi diserahkan pada Aksi dan Horror yang
saling melengkapi. Kesederhanaan cerita film ini memberikan ruang lebih bagi adegan
Aksi sehingga narasinya bisa to the point
karena tidak dijelaskan dengan dialog melainkan dengan aksi. Karakteristik
kemunculan Predator di musim paling panas juga ditampilkan langsung dengan
keringat karakternya yang terus bercucuran, menandakan bahwa kelembaban dan
hawa di tengah hutan itu amatlah panas.
(C) 20th Century Fox/1987/all rights reserved. |
03 Casting Choice and Acting
Aktor
yang dipilih dalam film ini sudah cocok memerankan karakter masing-masing.
Tokoh Alan Shafer alias Dutch diperankan oleh Arnold Schwarzenegger yang
merupakan binaraga, model, serta aktor film laga yang sudah dikenal. Dari
penampilan fisiknya saja, Schwarzenegger sudah tampak cocok memerankan pemimpin
tim penyelamat handal. Karena tidak terlalu banyak mengandalkan dialog—yang
merupakan kelemahan Schwarzenegger—maka justru Schwarzenegger lebih cocok
memerankan Dutch ketimbang teman seangkatannya yakni Sylvester Stallone yang
lebih unggul dalam penggunaan dialog dan menjadi icon dalam Rocky dan Rambo. Di sisi lain, Schwarzenegger menjadi icon dalam Predator dan
Terminator yang mana di keduanya
karakter Schwarzenegger tidak banyak berdialog. Aktor-aktor lain yang dipilih
telah mampu menghidupkan karakter mereka masing-masing dengan baik.
(C) 20th Century Fox/1987/all rights reserved. |
04 Music Match
Musik
dalam film ini patut diapresiasi karena kini telah menjadi sebuah musik iconic
di dalam dunia sinema. Musiknya digarap oleh Alan Silvestry dengan musik inti
yang sederhana namun mencekam. Alan Silvestry sendiri kondang berkat musik Back to the Future yang digarapnya dan
rilis dua tahun sebelum Predator. Musik dari Predator sangat iconic dan masih
dipakai terus dalam sekuel dan gabungan franchise Predator dengan Alien yakni Alien vs Predator. Album film ini telah dirilis ulang dan bahkan
CD edisi terbatas rilisan tahun 2010 langsung terjual habis dalam satu hari. Musik
yang diperdengarkan telah mampu menangkap esensi dan nuansa film Predator
dengan menggunakan pola yang sering digunakan dalam film-film aksi dan
mencekam.
(C) 20th Century Fox/1987/all rights reserved. |
05 Cinematography Match
Film
ini memiliki sinematografi yang sangat baik. Angle pengambilan gambar mampu
mempertontonkan keagungan hutan hujan yang “memerangkap” para karakter di
dalamnya. Sinematografi dalam film ini tidak hanya memperjelas adegan aksi dan
memperhalus bergulirnya narasi, tapi juga mampu menghadirkan keindahan
sekaligus kengerian sebuah hutan belantara.
06 Costume Design
Kostum
dalam film ini dibuat dengan sangat baik. Kostum lakon manusia tidak ada
keluhan lagi, dan kostum untuk Predator dapat dikatakan dibuat dengan sangat
baik. Kostum ini kini menjadi salah satu desain paling iconic dalam sejarah
perfilman.
(C) 20th Century Fox/1987/all rights reserved. |
07 Background/Set Match
Tidak
ada keluhan dalam pemilihan latar belakang. Karena direkam di set hutan asli,
tentu saja film ini menampilkan realisme yang mumpuni karena memang real, tidak hanya mengandalkan Green Screen di dalam studio. Besarnya
skala film ini menjadi benar-benar terlihat/terasa berkat pemilihan lokasi
pengambilan gambar.
08 Special and/or Practical Effects
Penggunaan
efek film ini sudah sangat baik. Efek yang digunakan untuk menciptakan sosok
Predator dan peralatan canggihnya sudah sangat baik apalagi mengingat film ini
dirilis tahun 1987 di mana masih banyak sekali keterbatasan dalam menggunakan
efek komputer. Keterbatasan ini berkaitan dengan beberapa adegan yang pada
hasil akhirnya menjadi tidak konsisten misalnya; adegan terjun yang menggunakan
gambar yang di-zoom berlebihan sehingga resolusinya terlihat jelas berbeda
dengan resolusi film secara keseluruhan, adegan malam hari yang terlalu terang
dan beberapa kali terlihat seperti direkam di sore hari. Beberapa kekurangan
ini sebetulnya tidak mengganggu aura dan narasi filmnya. Apalagi, pencahayaan
yang terang di adegan malam hari, meskipun sedikit tidak wajar, justru mampu
menampilkan tiap adegan aksi dengan baik—ketimbang membuat adegan terlalu gelap
sehingga aksinya sama sekali tidak terlihat atau sulit dilihat seperti dalam
film Alien vs Predator 2 dan Godzilla 2014.
(C) 20th Century Fox/1987/all rights reserved. |
09 Audience Approval
Mayoritas
penonton memberikan tanggapan yang positif untuk film ini.
10 Intentional Match
Predator
lahir dari sebuah guyonan Hollywood yang kala itu merebak yakni karakter Rocky
Balboa di Rocky IV yang diperankan
oleh Sylvester Stallone tidak mungkin dikalahkan oleh manusia manapun dan hanya
bisa dikalahkan oleh makhluk asing super kuat [Hollywood kehabisan ide
mencarikan musuh yang pas untuk Rocky kalau nanti ada Rocky V, jadi mungkin ceritanya akan tidak masuk akal dengan
menyertakan makhluk asing]. Penulis naskah James dan John Thomas memandang
guyon ini sebagai bakal ide yang cemerlang: bagaimana kalau manusia terkuat
ditantang oleh makhluk asing yang super kuat dengan berbagai teknologi maju?
Film ini terbukti berhasil menyajikan ide/konsep tersebut dengan sangat baik
dan mendapat respons yang positif dari penonton. Predator telah menyajikan
cerita aksi yang sadis, ringan, namun digarap dengan serius dan bernilai
artistik tinggi sehingga strata narasinya yang dipandang rendah [terlalu
ringan, dull, dangkal—tipikal film
Aksi] mampu terlihat seperti berada di strata yang lebih tinggi.
(C) 20th Century Fox/1987/all rights reserved. |
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
01 Skywalker’s Schemata
Tidak
banyak yang dapat saya katakan untuk sebuah film yang sejatinya sudah bagus.
Itu karena keunggulan suatu film, bagi saya, tidak perlu banyak
dibicarakan/dijabarkan karena akan lebih baik dialami sendiri oleh penonton.
Meskipun Predator bukanlah sebuah film dengan narasi yang kompleks dan life-changing [sangat filosofis], serta
mungkin bukan film terbaik pilihan banyak orang, namun untuk ukuran sebuah film
Fiksi Ilmiah—Aksi, film ini telah memenuhi semua kriteria untuk bisa disebut
sebagai sebuah film yang bagus bahkan nyaris sempurna [sekali lagi, dalam
koridor genrenya]. Predator, menurut saya, adalah sebuah film Aksi yang bagus
dan sangat layak untuk ditonton for fun.
Adegan-adegan aksi penuh ledakan dan kekerasan yang cukup eksplisit dalam film
ini menjadi daya tarik tersendiri. Ketika pertama kali menonton film ini,
perhatian saya benar-benar dicuri oleh ketegangan yang dialami oleh para
pemeran utamanya. Apalagi, adegan duel terakhir begitu mencekam dan difilmkan
dengan apik sehingga menjadi salah satu duel paling fenomenal dalam dunia
sinema.
(C) 20th Century Fox/1987/all rights reserved. |
02 Awards
Di
sinilah poin yang disayangkan dari film ini. Meskipun unggul di semua kriteria,
tapi entah kenapa film ini tidak meraih penghargaan bergengsi yang layak
disebutkan. Mungkin, hal ini berkaitan dengan kondisi masyarakat dan perfilman
kala itu yang sebagian besar kritikus film memberikan respons negatif ketika
filmnya pertama kali dirilis.
03 Financial
Dari
dana sebesar $18 juta, Predator mampu meraup keuntungan sebesar $98 juta. Tentu
ini merupakan sebuah perolehan yang fantastis, membuktikan bahwa ada sebuah
jurang pemisah antara kritikus film “profesional” dan penonton pada umumnya.
Kesuksesan film ini membutikan minat penonton yang sangat tinggi meskipun
respons negatif dari kritikus.
(C) 20th Century Fox/1987/all rights reserved. |
04 Critics
Ketika
film ini pertama kali ditayangkan di bioskop, mayoritas kritikus “profesional”
memberikan respons negatif yang sebagian besar menyasar narasinya yang ringan
alias tidak berbobot. Dari fenomena semacam inilah saya memutuskan untuk
meninjau sebuah film berdasarkan genrenya. Fenomena kritik negatif semacam ini
terjadi karena selera para kritikus film “profesional” adalah film-film drama
yang “berbobot”. Ketika mereka menonton dan mengulas film “ringan” seperti
Predator, mereka menggunakan drama berbobot sebagai Standar alias Tolok
Ukurnya. Ya jelas saja, narasi di Predator tidak mampu bersaing dengan Gone with the Wind atau All About Eve. Saya mencoba untuk
menjauhkan diri dari perilaku semacam ini sebagai kritikus. Misalnya, saya
sangat membenci telenovela. Namun karena saya ingin memberikan penilaian yang
semaksimal mungkin objektif, mau tidak mau saya harus memahami koridor
telenovela sehingga tidak memakai standar Game
of Thrones untuk menilai Rosalinda
atau The Penthose: War in Life.
05 Longevity
Menyambung
pembahasan di poin Critics, film yang dulunya dicaci maki oleh kritikus film
ini semakin ke sini bukannya semakin dilupakan tetapi malah semakin dikenang
dan mendapat pujian besar. Penonton dan kritikus masa kini perlahan-lahan
memberikan respons yang kian positif dan menempatkan Predator sebagai salah
satu icon dunia perfilman Laga.
Final Score
Skor
Asli : 10
Skor
Tambahan : -1
Skor
Akhir : 9/10
Spesifikasi DVD
Judul : Predator
Rilis : 8 Agustus 2009
Format : Blu-ray Disc
Kode
Warna : - [A/Kode Negara]
Fitur : Trailers
Support : Windows
98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360],
Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].
Untuk informasi lebih lanjut mengenai Spesifikasi DVD, kunjungi profil instagram @skywalkerhunter95
***
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan
standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review
Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.