Review Film Life of Pi (2012) Petualangan Remaja dan Harimau Ganas Membuktikan Keberadaan Tuhan

 

©2012/20th Century Fox/Fox 2000/Dune Entertainment/all rights reserved.

Review Film Life of Pi (2012) Remaja Tersesat di Laut Bersama Harimau Ganas

Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter

Periksa index

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Drama—Petualangan—Fantasi

Rilis                 : 28 September 2012

Episode           : -

Sinopsis

Seorang penulis yang sedang mengalami kesulitan inspirasi untuk menyelesaikan tulisannya, disarankan oleh seorang berkebangsaan India bernama Mamaji untuk menemui Piscine Molitor Patel karena Piscine punya cerita pengalaman yang luar biasa dan bisa membuatnya percaya kepada Tuhan. Penulis itu kemudian mengunjungi Piscine yang menceritakan kisah hidupnya mulai dari kelahiran dan namanya. Piscine lahir di Pondichery dalam keluarga kaya. Ayahanya adalah seorang pengelola hotel dan kebun binatang. Mamaji, teman dekat ayahnya, menyarankan untuk memberi nama putera mereka Piscine Molitor yang merupakan nama kolam renang elegan di Paris yang airnya sangat jernih. Namun bukannya memberi kebanggan dengan nama yang elegan, nama Piscine malah senantiasa dipelesetkan oleh teman-temannya menjadi Pipis Pesing. Bahkan para guru pun sering tanpa sengaja kelepasan memanggil Piscine menjadi Pipis. Ketika memasuki tahun ajaran baru, Piscine menyusun rencana untuk mengubah nama panggilannya dari Piscine dan Pipis menjadi Pi [π] dengan membuktikan kepada seluruh sekolah bahwa ia hebat dalam matematika. Akhirnya, ia berhasil mengubah julukannya dari Pipis menjadi Pi [π].


©2012/20th Century Fox/Fox 2000/Dune Entertainment/all rights reserved.

Pi kemudian menceritakan bagaimana ia jatuh cinta kepada seorang gadis penari yang bernama Anandi di waktu yang tidak tepat. Baru saja mereka menjalin hubungan, ayah Pi memberi tahu kepada keluarganya bahwa mereka tidak bisa lagi melanjutkan bisnis kebun binatang. Semua binatang harus dijual dan mereka harus pindah ke Kanada. Akhirnya, Pi sekeluarga menaiki kapal Tsimtsum. Ketika kapal itu melintasi kawasan palung Mariana, terjadi badai besar yang menenggelamkan Tsimtsum. Ayah, Ibu, dan kaka Pi ikut tenggelam bersama kapal dan seluruh awaknya. Pi adalah satu-satunya manusia yang selamat dari tenggelamnya kapal Tsimtsum dan terombang-ambing di tengah laut dengan sebuah sekoci. Masalah besar muncul ketika ternyata ada beberapa ekor hewan yang berhasil selamat dan ikut menumpang di atas sekoci. Ada seekor zebra, seekor orang utan, seekor hyena, dan yang paling menakutkan ada seekor harimau Bengal dewasa yang bernama Richard Parker.

©2012/20th Century Fox/Fox 2000/Dune Entertainment/all rights reserved.

Pi harus memutar otak untuk bertahan hidup berdampingan dengan seekor harimau buas yang senantiasa siap menerkamnya. Pi tidak bisa berada dalam sekoci yang sama dengan Richard parker. Ia harus membuat rakit dan mengumpulkan semua persediaan makanan dan minuman dari sekoci ke dalam rakit. Selain harus mengurus dirinya sendiri, Pi juga harus mengurus Richard Parker karena harimau itu tidak mungkin makan persediaan biskuit yang ada di dalam sekoci. Dalam berjuang melawan alam, Pi yang seorang vegetarian karena anutan keyakinannya terpaksa memakan daging dan berusaha memenuhi kebutuhan pangan Richard Parker. Meskipun Pi punya kesempatan untuk membunuh Richard parker, namun Pi menyadari bahwa harimau itu adalah satu-satunya “teman” yang dia miliki dan keberadaan harimau itu senantiasa memberi Pi alasan untuk tetap bertahan hidup. Selama Pi terombang-ambing di lautan, pemuda itu menyaksikan berbagai keindahan ciptaan Tuhan dan juga kengerian ciptaan Tuhan. Pada akhirnya, Pi memberikan kebebasan kepada si penulis apakah ia mau percaya atau tidak dengan kisah yang ia ceritakan.

©2012/20th Century Fox/Fox 2000/Dune Entertainment/all rights reserved.

01 Story Logic

Cerita Life of Pi sudah logis sesuai genrenya. Film ini memiliki porsi drama yang besar karena memang inti dari cerita film ini adalah sebuah drama kehidupan Piscine Patel yang melalui beragam rintangan untuk menjadi dirinya yang sekarang. Drama yang ada dalam film ini sudah logis, misalnya interaksi dalam keluarga Pi dan alasan mereka harus meninggalkan Pondichery. Detil-detil drama dalam film ini secara umum juga sudah masuk akal. Salah satu contohnya adalah ayah Pi kesulitan merawat binatang-binatangnya di atas kapal Tsimtsum karena meskipun ia penah punya kebun binatang, ia adalah “bos” yang tidak pernah merawat para binatang secara langsung. Ayah Pi selalu punya pegawai yang merawat binatang-binatangnya. Dalam bagian Pi yang menganut banyak agama dan beribadah secara “berlebihan”, memang tidak logis—tetapi justru di situlah letak logikanya berjalan yakni orang-orang di dalam cerita juga menganggap tindakan Pi tersebut tidak masuk akal. Ayah dan kakak Pi, Ravi, sama-sama tidak setuju dengan cara Pi menganut tiga agama secara bersamaan dan menganggapnya konyol. Jika orang-orang bersikap “biasa saja” pada keputusan Pi, justru ceritanya menjadi tidak logis. Bahkan si penulis sempat kaget ketika mengetahui perilaku Pi melahap berbagai ajaran agama sekaligus. Unsur petualangan dalam film ini juga sudah masuk akal sesuai genrenya. Berbagai keajaiban yang ditampilkan dalam film ini sebenarnya sudah bisa dimaklumi untuk sebuah cerita petualangan, namun lebih aman jika sekalian dinaungi oleh genre Fantasi. Sentuhan fantasi dalam film ini tidaklah berlebihan dan benar-benar untuk mendukung jalannya cerita yakni memperlihatkan kuasa Tuhan kepada Pi. Maka bisa dikatakan bahwa secara umum, jalan cerita film ini sudah logis sesuai koridor genrenya.

©2012/20th Century Fox/Fox 2000/Dune Entertainment/all rights reserved.

02 Story Consistency

Alur cerita Life of Pi sudah konsisten. Film ini fokus menceritakan perjalanan Pi yang mengubah hidupnya dan menginspirasi banyak orang. Film ini telah menceritakan apa saja yang perlu diketahui sebelum petualangan Pi dimulai seperti memperkenalkan Richard Parker dan bagaimana cara Pi memperlakukan binatang. Film ini juga telah menceritakan bahwa Pi memang orang yang pandai dalam ilmu pasti/sains sehingga kemampuannya membuat rakit dan bertahan hidup tidak terlalu mengada-ada. Cerita masa kecil Pi memang penting untuk ditambahkan karena menjadi fondasi kisah petualangan Pi saat remaja [build-up prior to…]. Maka narasi selama Pi terjebak di lautan sudah konsisten dengan narasi masa kecilnya. Dalam film Titanic, adegan akhir saat Rose bertahan di sebuah papan dikritik karena papan itu seharusnya muat jika mereka mengikat jaket pelampung milik Rose. Dibutuhkan satu tim ahli dari acara Mythbusters untuk melakukan uji coba dan mengungkap bahwa jaket pelampung bisa membantu papan kayu itu tetap terapung. Akan tetapi, jika mereka mengikat pelampung itu justru dipertanyakan “Dari mana mereka tahu cara ilmiah seperti itu? Memangnya mereka pernah nonton acara Mythbusters?” sedangkan orang awam umumnya tidak tahu? Orang awam bahkan buru-buru mengatakan bahwa papan itu muat untuk Jack dan Rose, padahal ukuran tidak sama dengan kemampuan mengapung dan beban di atasnya. Nah, dalam Life of Pi, kemampuan Pi dalam membuat rakit dan mengikat jaket pelampung di bawah papan tidak hanya logis namun juga konsisten dengan narasi yang sudah dibangun yakni Pi memang anak yang cerdas. Sifat atau naluri Richard Parker juga konsisten, menguatkan kesan drama dalam film ini dan bukannya bermain terlalu banyak di ranah fantasi karena fantasi dalam film ini sebatas mendukung drama ceritanya. Alur cerita film ini sudah mengalir dengan baik dan apa yang dijanjikan di awal sudah direalisasikan di sepanjang dan di akhir film.

©2012/20th Century Fox/Fox 2000/Dune Entertainment/all rights reserved.

03 Casting Choice and Acting

Tidak ada keluhan dalam pemilihan aktor. Bahkan dari aktor anak-anak pun sudah mampu menghidupkan karakter mereka dengan baik. Hal yang perlu diapresiasi dari acting pemeran film ini adalah acting Suraj Sharma sebagai Pi yang terombang-ambing di laut. Hal itu karena dirinya harus beradu acting dengan “udara kosong” karena pengambilan gambar dilakukan di dalam studio dan luasnya bentang samudera serta keberadaan Richard Parker akan ditambahkan oleh tim efek komputer. Acting yang seperti “ngomong sendiri” semacam ini merupakan sebuah tantangan tersendiri. bahkan aktor senior Christopher Lee dan Ian McKellen pun mengaku cukup kesulitan berakting di The Lord of the Rings ketika harus “ngomong sendiri” di hadapan green-screen atau blue-screen.

©2012/20th Century Fox/Fox 2000/Dune Entertainment/all rights reserved.

04 Music Match

Musik dalam film ini mampu mendampingi jalannya cerita dengan baik. Musik bernuansa khas India yang digunakan berhasil mengikat narasi, karakter, nilai filosofis yang ingin disampaikan, dan visual yang disajikan. Tidak heran jika musik dan lagu dari film ini mendapat tanggapan positif dan memenangkan penghargaan Score film terbaik Academy Awards dan Golden Globe. Film ini melibatkan musisi India, Bombay Jayashri Ramnath, namun tidak pernah berkoar-koar soal isu representasi atau keadilan sosial penggiat seni di Hollywood—tidak seperti Raya and the Last Dragon. Dengan demikian, nuansa India yang dihadirkan justru mengalir dan dapat dirasakan dengan baik, tidak dipaksakan macam Raya and the Last Dragon yang “berkoar-koar” ingin menampilkan representasi budaya Asia Tenggara namun cita rasa Asia Tenggaranya hanya remahan roti [saya orang Asia Tenggara dan tidak bisa merasakan nuansanya sama sekali]—marketing yang sudah basi.

©2012/20th Century Fox/Fox 2000/Dune Entertainment/all rights reserved.

05 Cinematography Match

Sinematografi dalam film ini mendapat berbagai pujian karena mampu mempertonronkan kengerian sekaligus keindahan samudera. Penggunaan sinematografi dalam film ini yang sebagian besar diimplementasikan untuk memperlihatkan keindahan samudera tidak hanya berguna untuk menampilkan keindahan saja tanpa membantu laju cerita, tetapi justru mendukung jalannya cerita karena memperkuat poin cerita kebesaran Tuhan dan betapa kecilnya manusia. Nyaris tidak ada tampilan sinematografi indah yang muncul sebatas untuk “kelihatan indah”, tapi pasti “indah karena ingin menunjukkan…[sesuatu]…”.

©2012/20th Century Fox/Fox 2000/Dune Entertainment/all rights reserved.

06 Costume Design

Tidak ada keluhan dalam poin pemilihan kostum.

07 Background/Set Match

Tidak ada keluhan dalam pemilihan latar belakang. Set non-CGI dalam film ini sudah baik. Meski demikian, pusat set/background dalam film ini justru pada set buatan komputer. Maka, poin ini berhubungan sangat erat—tak terpisahkan—dengan poin special effects.

©2012/20th Century Fox/Fox 2000/Dune Entertainment/all rights reserved.

08 Special and/or Practical Effects

Sebelum membuat artikel ulasan ini, saya harus menonton ulang filmnya dan mempelajari kembali proses pembuatan serta dampak kultural dari film ini. Saya harus mengakui bahwa ada adegan-adegan yang menampilkan efek komputer yang sudah terlihat kasar di tahun 2021. Pada adegan kredit awal misalnya, binatang-binatang komputer yang ditampilkan terlihat sekali hanya buatan komputer dan terlihat masih kasar. Akan lebih baik jika hewan-hewan di pembukaan ini menggunakan hewan sungguhan karena toh mereka tidak berinteraksi dengan manusia. Akan tetapi, penggunaan efek komputer di adegan-adegan tersebut bisa dimaklumi karena dipilih untuk menegaskan efek 3D yang memang merupakan salah satu nilai jual film ini. Setelah film ini dirilis, Life of Pi dipuji sebagai “The next Avatar” alias “Penerus-nya Avatar” karena berhasil menyajikan tontonan 3D yang memukau penonton. Efek visual film ini memenangkan penghargaan Oscar. Walau memiliki beberapa bagian yang sudah tampak kasar, namun secara keseluruhan film ini menyajikan efek komputer yang mumpuni dan tetap terlihat mamukau bahkan setelah bertahun-tahun setelah filmnya dirilis dan setelah minat masyarakat terhadap film 3D meredup. Hanya ada sedikit sekali film ber-DNA 3D yang masih dikenang dan dipuji entertainment value-nya bahkan jauh setelah format 3D itu dikesampingkan oleh penonton. Life of Pi adalah salah satunya, bersanding dengan Avatar [James Cameron] dan Hugo [Martin Scorsese].

©2012/20th Century Fox/Fox 2000/Dune Entertainment/all rights reserved.

09 Audience Approval

Mayoritas penonton memberikan tanggapan yang positif untuk film ini. Setelah Avatar yang dirilis tahun 2009 membuka kembali tren film 3D, studio film berlomba-lomba merilis film dalam format 3D. Akan tetapi, perlombaan ini semata-mata dilakukan untuk mengais keuntungan sebesar-besarnya. Maka, ada banyak film yang direkam dengan kamera 2D atau diproses secara 2D dan baru kemudian di-convert ke 3D. Hal ini tentu saja berbeda dengan Avatar yang memang sejak awal dibuat dengan DNA 3D sehingga efek 3D-nya benar-benar bisa dirasakan oleh penonton. Karena sebatas dikonversi, penonton seringkali kecewa dengan rilisan 3D setelah Avatar. Namun, penonton kembali diingatkan soal potensi 3D jika digarap dengan baik lewat Life of Pi. Meskipun film ini diangkat dari novel populer dan memiliki narasi drama yang cukup serius dan filosofis [bahkan bisa cenderung kontroversial], namun tidak bisa dipungkiri bahwa keunggulan paling utama film ini adalah efek visualnya yang diakui oleh penonton secara umum spektakuler.

©2012/20th Century Fox/Fox 2000/Dune Entertainment/all rights reserved.

10 Intentional Match

Life of Pi dengan sukses berhasil menerjemahkan kata-kata yang ditulis oleh Yann Martel ke layar lebar. Sebelum film ini dirilis, masyarakat sudah akrab dengan novel life of Pi. Namun karena novel itu menceritakan petualangan luar biasa di samudera bersama seekor harimau Bengal, banyak pihak yang menyatakan bahwa novel itu nyaris mustahil untuk difilmkan—dilihat dari skala narasinya saja. Meski demikian, sutradara Ang Lee berhasil memvisualisasikan apa yang ada di dalam novel dengan baik tanpa menghilangkan esensi novelnya. Beberapa pihak mungkin akan menkritik detil ketidaksesuaian dengan novel yang ada dalam film. Namun perlu kita ingat bahwa film berbeda dengan buku yang artinya memang ada hal yang perlu diubah, ditambah, dan/atau dihilangkan. Bukti kuat bahwa film ini telah berhasil menjalankan tugasnya adalah kenyataan bahwa Yann Martel, penulis novelnya, memberikan respons yang positif kepada film ini—bahwa selain visualnya memang memukau, pengubahan yang ada di film tidak menghilangkan esensi cerita yang ingn ia sampaikan di dalam novelnya.

©2012/20th Century Fox/Fox 2000/Dune Entertainment/all rights reserved.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

01 Skywalker’s Schemata

Lagi-lagi saya kesulitan memberikan komentar untuk sebuah film yang sudah baik secara keseluruhan. Itu karena saya yakin bahwa sebuah karya yang bagus itu tidak perlu dijelaskan lagi dan orang harus menyaksikannya sendiri. Menurut saya, Life of Pi adalah sebuah film yang bagus. Saya sudah terseret ke dalam ceritanya begitu melihat tingkah Piscine Molitor ketika berusaha mengubah nama panggilannya dari Pipis Pesing menjadi Pi. Pikiran saya kemudian digugah dengan perilaku Pi menganut beberapa ajaran agama sekaligus. Hal kontroversial semacam itu ternyata berhasil membuat saya berpikir tentang keyakinan dan kebenaran. Saya pun mengapresiasi cara film ini menyampaikan isu agama tanpa condong ke salah satunya. Bahkan, film ini menyediakan sudut pandang “anti”-agama lewat sosok Santosh Patel, ayah Pi. Pada akhirnya, film ini menyatakan bahwa mau percaya atau tidak dengan suatu ajaran itu terserah pada masing-masing individu. Karakter Pi sendiri tidak pernah dipaksa menganut ajaran agama tertentu dan/atau memaksakan keyakinannya kepada orang lain.

©2012/20th Century Fox/Fox 2000/Dune Entertainment/all rights reserved.

Selain apresiasi untuk narasinya, saya tentu saja sangat mengapresiasi efek komputer film ini. Adegan-adegan yang ditampilkan benar-benar bisa memukau dan memanjakan mata saya. Warna-warni yang ditampilkan, kontras antara musibah dan berkah, seberapa realistisnya efek bentang lautan, dan berbagai detil visual film ini berhasil memukau saya. Ada satu adegan yang benar-benar tidak saya duga dan membuat saya tercengang. Itu adalah adegan terjangan sekawanan ikan terbang yang mana Ang Lee menggunakan permainan ukuran layar. Dalam presentasi film, ukuran layar berperan penting untuk menegaskan nuansa ceritanya. Ukuran layar IMAX, Wide Screen, 16:9, Full Screen, 4:3, dan spesifikasi lainnya sangat penting dipilih untuk menguatkan kesan tertentu dari filmnya. Life of Pi menggunakan format Full Screen yang artinya tidak ada garis hitam yang mengapit gambarnya. Namun dalam adegan tertentu, format presentasi film ini berubah ke Wide Screen/16:9 dengan dua garis hitam atas-bawah dan 4:3 dengan dua garis hitam di kanan-kiri. Hal semacam ini sudah lumrah dilakukan dalam presentasi film. Sebelum Life of Pi, film Tron Legacy sudah menggunakan teknik pengubahan presentasi yang serupa. Namun dalam Life of Pi, teknik ini sekaligus dipakai untuk menjadi bagian dari film, bukan sebatas teknik atau format presentasi. Hal yang memukau adalah ikan-ikan yang berterbangan muncul/keluar dari garis hitam di layar! Bahkan dalam format 2D sekalipun, hal tersebut merupakan sajian yang spektakuler dan sempat membuat saya terkesiap kagum.

©2012/20th Century Fox/Fox 2000/Dune Entertainment/all rights reserved.

02 Awards

Film ini meraih banyak penghargaan bergengsi. Dalam ajang Academy Awards saja, Life of Pi mendapat 11 nominasi dan memenangkan 4 piala Oscar. Nominasi Life of Pi adalah yang terbanyak dalam ajang piala Oscar di tahun yang sama.

03 Financial

Life of Pi sukses besar karena dari dana sebesar $120 juta, film ini dapat mengumpulkan $609 juta dari penjualan tiket bioskop. Life of Pi merupakan salah satu film yang sering dipresentasikan atau dipromosikan dalam marketing format media yang masih tergolong baru di kala itu, yakni Blu-ray 3D yang spesifikasinya berbeda dari Blu-ray standar. Hal itu tentu mampu menambah kesuksesan film ini dari market Home Video. Life of Pi juga merupakan salah satu dari beberapa film yang paling awal dirilis dalam format Blu-ray 4K dan mendapatkan respons yang positif dari para penikmat home theater dan kolektor.

©2012/20th Century Fox/Fox 2000/Dune Entertainment/all rights reserved.

04 Critics

Mayoritas kritikus memberikan tanggapan yang positif untuk film ini.

05 Longevity

[Pending—karya masih berusia di bawah 10 tahun]

Final Score

Skor Asli                     : 10

Skor Tambahan           : -

Skor Akhir                  : 10/10

Spesifikasi DVD

Judul               : Life of Pi

Rilis                 : 7 Februari 2013 [Magix Eyes/Innoca Digimedia/Disc Tarra]

Format             : DVD-9 [Dual Layer]

Kode Warna    : NTSC/03 [Region Locked]

Fitur                : A Remarkable Vision, Theatrical Trailer [fitur lebih banyak dalam format Blu-ray]

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Spesifikasi DVD, kunjungi profil instagram @skywalkerhunter95

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

Skywalker Hunter adalah alias dari Nabil bakri.