Review Film Pearl Harbor (2001) Cinta Segi Tiga Di Tengah Perang Dunia II

(C)2001/Touchstone/Jerry Bruckheimer/all rights reserved.

Review dan Sinopsis Pearl Harbor (2001) Cinta Segi Tiga Di Tengah Perang Dunia II

Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter

Periksa index

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Drama Romantis Era Lalu—Aksi

Rilis                 : 21 Mei 2001

Episode           : -

Sinopsis

Rafe dan Danny adalah dua orang sahabat yang sudah seperti saudara kandung. Semenjak kecil, mereka senantiasa bermain bersama dan bercita-cita untuk menjadi pilot di angkatan udara saat dewasa nanti. Ketika Perang Dunia II meletus, keduanya bergabung dengan militer Amerika dan mengikuti seleksi menjadi pilot pesawat tempur. Sejak kecil, Rafe yang sangat terobsesi dengan penerbangan memang tidak pintar mengeja. Ia selalu salah menulis huruf dan kesulitan membaca—bukan karena penglihatannya bermasalah, tapi karena ia memang tidak pintar mengeja. Namun saat menjalani tes pengelihatan, Rafe terancam tidak lulus karena tidak bisa membaca huruf yang ditunjuk oleh seorang perawat yang bertugas. Perawat itu bernama Evelyn. Rafe kemudian memohon kepada Evelyn untuk meluluskannya karena Rafe punya pengelihatan yang baik dan tujuan hidupnya adalah untuk mengudara. Karena sikap Rafe mengingatkan Evelyn pada ayahnya dan ia juga menganggap Rafe cukup tampan, Evelyn akhirnya meluluskan Rafe.

(C)2001/Touchstone/Jerry Bruckheimer/all rights reserved

Untuk berterima kasih, Rafe mengajak Evelyn merayakan penerimaan dirinya sebagai pilot. Akhirnya, mereka berdua menjalin hubungan. Tak berselang lama, Rafe, Danny, Evelyn, dan teman-teman mereka diberangkatkan untuk bertugas di Pearl Harbor yang terletak di Hawaii. Mereka semua cukup girang karena Hawaii adalah tempat wisata yang terkenal dan jauh dari titik pertempuran. Namun, sebelum berangkat Rafe menjelaskan kepada Eve bahwa dirinya batal ke Hawaii karena akan bergabung dengan pasukan udara Inggris. Rafe bercerita jika dirinya ditawari ikut misi membantu Inggris oleh Mayor Jimmy Doolittle yang melihat potensi besar dalam diri Rafe dan merasa keahliannya menerbangkan pesawat sangat dibutuhkan di medan perang. Akhirnya, Rafe pergi meninggalkan Evelyn dan Danny.

(C)2001/Touchstone/Jerry Bruckheimer/all rights reserved

Seperti yang sudah diduga, para prajurit dan perawat justru bahagia dikirmkan untuk bertugas di Hawaii. Mereka seolah-olah hanya menjaga “tempat parkir” kapal perang karena perang yang sesungguhnya terjadi jauh dari lokasi Pearl Harbor. Situasi penuh keceriaan di Pearl Harbor berbanding terbalik dengan situasi mencekam yang senantiasa dialami oleh Rafe. Dalam surat-surat yang ia kirimkan pada Evelyn, Rafe menjelaskan betapa kerasnya perang yang sesungguhnya. Namun ia senantiasa menjelaskan bahwa Evelyn menjadi semangat dan harapan hidupnya. Pada akhirnya, pesawat Rafe ditembak oleh musuh dan ia dinyatakan tewas. Danny datang menemui Evelyn untuk menyampaikan kabar duka tersebut. Seiring berjalannya waktu, Evelyn mulai membuka kembali hatinya dan menjalin hubungan asmara dengan Danny. Di kala cinta mereka sedang bersemi, tak disangka Rafe kembali. Ia diduga sudah tewas karena tidak bisa mengirimkan pesan bahwa dirinya sebenarnya masih hidup dan “ditahan” di kapal Perancis karena wilayah Perancis tengah diduduki Nazi. Kemunclan Rafe membuat Danny dan Evelyn terkejut dan persaudaraan Danny dengan Rafe sesaat hancur. Kedua pria itu pun bertengkar hebat.

(C)2001/Touchstone/Jerry Bruckheimer/all rights reserved

Belum selesai urusan kisruh cinta segi tiga antara Rafe, Danny, dan Evelyn, keesokan harinya kekacauan yang jauh lebih dahsyat terjadi. Jepang telah merencanakan serangan tiba-tiba ke Pearl Harbor. Pada pagi hari libur, Minggu tanggal 7 Desember 1941, saat sebagian besar prajurit masih terlelap, pasukan pesawat Jepang secara tiba-tiba dan tanpa peringatan muncul di Pearl Harbor dan melakukan serangan yang membabi buta. Karena tidak siap, militer Amerika yang “parkir” di Pearl Harbor kalah telak. Rafe dan Danny berusaha untuk membantu menghalau pasukan Jepang dengan kemampuan manuver mereka yang mumpuni menggunakan pesawat. Meskipun Danny dan Rafe berhasil menembak jatuh beberapa pesawat musuh, namun Amerika kalah telak dalam serangan tersebut. Kekalahan itu membuat seluruh warga Amerika geram dan akhirnya presiden Roosevelt mengumumkan secara resmi bahwa Amerika ikut serta dalam Perang Dunia II.

(C)2001/Touchstone/Jerry Bruckheimer/all rights reserved

Presiden Roosevelt meminta diadakannya sebuah misi balasan yang menyerang langsung ke jantung Jepang yakni Tokyo. Mayor Doolitle kembali menawarkan Rafe dan Danny untuk ikut serta dalam serangan itu. Karena skalanya kecil, serangan balasan itu dapat diartikan sebagai misi bunuh diri. Namun Rafe dan Danny dengan tegas menerima tawaran itu. Evelyn yang kini hidup bersama Danny menjelaskan kepada Rafe bahwa dirinya masih tetap mencintai Rafe. Namun karena situasinya berbeda, ia tidak bisa kembali kepada Rafe dan telah memilih Danny. Evelyn kemudian memberi tahu alasan terbesarnya tidak bisa meninggalkan Danny dan mengapa Evelyn sangat ingin Danny selamat dari serangan itu. Evelyn meminta Rafe untuk merahasiakan percakapan mereka. Akhirnya, Danny, Rafe, Doolitle, dan pasukan khusus Doolittle Raid berangkat untuk membalas serangan Jepang.

(C)2001/Touchstone/Jerry Bruckheimer/all rights reserved

01 Story Logic

Logika film ini sudah sesuai dengan genrenya. Pearl Harbor bukanlah sebuah Docudrama atau Historical Drama yang menyasar penuturan sejarah secara akurat dengan menceritakan kisah hidup tokoh utama yang berdasarkan tokoh sejarah. Mau bagaimanapun, Pearl Harbor adalah sebuah cerita cinta fiktif yang terjadi di masa Perang Dunia II. Ada banyak kritik negatif yang dilayangkan untuk cerita film ini. Salah satunya adalah hujatan mengenai ceritanya yang tidak sesuai sejarah. Kritik semacam itu gagal memahami bahwa tujuan film ini memang bukan untuk menceritaka sejarah seakurat mungkin, melainkan sebatas menggunakan latar sejarah untuk menceritakan sebuah kisah cinta. Kita tidak bisa memaksakan idealisme Historical Drama—Serius atau Docudrama untuk film ini, karena memang genrenya berbeda. Dan dilihat dari genrenya yakni Drama Romantis Era Lalu yang dikombinasikan dengan Aksi, maka konsep dan logika cerita film ini sudah masuk akal sesuai koridor genrenya. Mana mungkin adegan kekerasan yang menggunakan ledakan dahsyat itu spektakuler—pada kenyataannya, ledakan besar dalam perang justru mengerikan, bukan menakjubkan. Namun karena film ini juga mengikuti koridor film aksi, maka adegan peperangan dibuat se-epic-mungkin.

(C)2001/Touchstone/Jerry Bruckheimer/all rights reserved

02 Story Consistency

Meskipun secara konsep film ini sudah masuk akal di dalam koridor genrenya, namun film ini punya masalah besar dalam konsistensi cerita. Dengan durasi yang panjang [183 menit], Pearl Harbor tampak kesulitan menyajikan cerita yang konsisten yang cukup untuk dipanjangkan selama 3 jam. Film ini kebingungan mau fokus menceritakan tentang kisah persahabatan Rafe dan Danny, cinta segi tiga antara Rafe, Danny, dan Evelyn, sejarah serangan Pearl Harbor, atau kisah cinta di kala serangan Pearl Harbor? Sejak awal kemunculannya, film ini sudah dicurigai ingin meniru kesuksesan Titanic yang sama-sama diambil dari cerita sejarah populer, menggunakan unsur cerita romantis, mengedepankan efek visual, dan durasinya 3 jam. Bahkan nuansa musik dan lagu yang digunakan dalam film ini mengekor gaya penataan musik Titanic lengkap dengan videoklip-nya. Meski demikian, Titanic fokus menceritakan kisah cinta Jack dan Rose di atas sebuah kapal tenggelam—bukan sebelum, bukan sesudah. Keberadaan Jack dan Rose juga punya tujuan yang jelas untuk mendukung narasi yang ingin disajikan. Misalnya, karakter Jack yang kelas miskin bertemu dengan Rose yang golongan elit supaya narasinya bisa menampilkan kontras antara kehidupan orang kaya dan orang miskin di tahun 1912 tanpa merusak konsistensi ceritanya yang fokus pada dua karakter utama tadi. Keberhasilan Titanic dalam narasi tidak mampu direplikasi oleh Pearl Harbor. Alhasil, alur ceritanya menjadi tidak konsisten.

(C)2001/Touchstone/Jerry Bruckheimer/all rights reserved

03 Casting Choice and Acting

Tidak ada masalah besar dalam pemilihan pemeran. Masing-masing aktor telah mampu menghidupkan karakter mereka dengan baik. Kekurangan dari para aktor dalam film ini lebih dikarenakan dialog yang kurang baik, bukan kemampuan aktornya yang jelek. Contoh sederhana saja, ada seorang figuran yang berteriak, “Aku tenggelam!” padahal sudah jelas dia tenggelam sehingga cukup ditampilkan saja visualnya tanpa perlu kata-kata. Lagipula, orang tenggelam akan minta tolong, bukan malah menjelaskan situasinya. Pun kalau minta tolong, situasinya sedang kacau sehingga tidak ada gunanya karena semua sama-sama butuh pertolongan.

(C)2001/Touchstone/Jerry Bruckheimer/all rights reserved

04 Music Match

Musik dan lagu dalam film ini adalah unsur yang kuat dari Pearl Harbor. Penataan musik dalam film ini dipuji oleh kritikus dan meraih nominasi Golden Globe dan Academy Awards. Musik yang digunakan telah mampu mendukung nuansa cerita yang mendayu-dayu karena kesengsaraan selama perang dan kisah percintaan yang kandas.

05 Cinematography Match

Tidak ada keluhan dalam poin sinematografi. Pearl Harbor memfilmkan berbagai adegan aksi dengan sudut yang mampu menguatkan kesan spektakuler adegannya.

06 Costume Design

Tidak ada keluhan dalam poin pemilihan kostum.

(C)2001/Touchstone/Jerry Bruckheimer/all rights reserved

07 Background/Set Match

Tidak ada keluhan dalam pemilihan latar belakang. Meskipun demikian, ada beberapa kekeliruan fatal seperti adanya kapal perang modern yang bersandar dengan kapal era 1940-an dan berbagai detil properti yang belum dipublikasikan/dijual/diciptakan pada rentang waktu setting narasi film ini. Detil pertempuran juga memiliki kekeliruan yang merupakan campuran dari kesengajaan dan ketidaksengajaan. Misalnya, properti pesawat Jepang seharusnya berwarna abu-abu muda dan putih, namun sutradara film ini dengan sengaja menggantinya menjadi warna hijau.

(C)2001/Touchstone/Jerry Bruckheimer/all rights reserved

08 Special and/or Practical Effects

Penggunaan efek visual dalam Pearl harbor juga merupakan keunggulan dalam film ini. Untuk ukuran film tahun 2001, efek komputer yang digunakan sudah sangat baik. Tidak mengherankan jika efek film ini dinominasikan dalam Oscar. Michael Bay, sang sutradara, memang dikenal mumpuni dalam menciptakan adegan penuh ledakan yang fantastis. Adegan perang yang mencakup sinematografi dan koreografi dalam film ini sudah baik karena mampu mempertegas skala film ini. Selain efek komputer yang baik, efek nyata [practical effects] film ini juga sudah sangat baik.

(C)2001/Touchstone/Jerry Bruckheimer/all rights reserved

09 Audience Approval

Penonton memberikan tanggapan yang beragam meskipun cenderung negatif. Alur cerita yang tidak konsisten dengan durasi 3 jam menjadi salah satu keluhan yang paling sering dilayangkan. Banyak kalangan yang mengkritik negatif sisi sejarah film ini dan banyak yang membanding-bandingkan dengan Titanic. Meski demikian, film ini tetap sukses besar di pasaran.

10 Intentional Match

Pearl Harbor belum mampu memenuhi tujuan awal dibuatnya film ini. Pearl Harbor gagal dalam mereplikasi formula sukses Titanic yang merajut cerita cinta dan sejarah dengan baik dalam waktu tiga jam. Michael Bay adalah sutradara yang mempunyai visi kuat untuk kisah yang mengedepankan aksi. Namun karena film ini seperti tidak jelas mau dibawa ke mana [karena tidak konsisten], adegan aksi di film ini menjadi terdistorsi oleh adegan percintaan yang makan porsi sangat banyak. Pun jika memang tujuan film ini adalah mengangkat cerita cinta di kala serangan Pearl harbor, film ini belum mampu menampilkan potensi narasi romantis-nya semaksimal mungkin karena memang alur ceritanya tidak konsisten dan antara romansa dan aksi seolah saling kejar-kejaran dalam perlombaan untuk menentukan mana yang dominan, bukannya berjalan berjejer supaya harmonis.

(C)2001/Touchstone/Jerry Bruckheimer/all rights reserved

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

01 Skywalker’s Schemata

Film ini memang bukan flm yang akurat dari segi penceritaan sejarah dan tidak konsisten alur ceritanya. Meski demikian, jika saya melihat film ini secara keseluruhan, saya tidak bisa berbohong bahwa saya memang menikmati film ini. Mulai dari percintaan para tokohnya hingga terutama adegan serangan Pearl Harbor. Saya akui bahwa Babak 3 film ini yang membahas mengenai serangan balasan ke Jepang sebenarnya tidak perlu disertakan karena memperpanjang durasi dan membuat ceritanya makin tidak konsisten. Apalagi, poin penting adegan seranga balasan itu sudah bisa disampaikan lewat serangan Pearl Harbor. Namun pada akhirnya, efek visual Pearl Harbor mempu memanjakan mata saya terlebih lagi dahulu saat pertama kali menontonnya. Pearl Harbor tidak berhasil menyampaikan kerumitan narasi seperti sebuah buku, tapi film ini berhasil menyajikan poin terpenting dari sebuah film: bukan untuk mendidik, tetapi untuk menghibur. Pearl Harbor adalah sebuah film yang sangat menghibur. Terlebih lagi, alunan musik dan lagu yang dipilih dalam film ini sangat pas dan memang baik kualitasnya. Ketika menonton film seperti Pearl Harbor, baiknya kita mengesampingkan idealisme kesesuaian sejarah karena toh genrenya saja memang bukan untuk mereplikasi sejarah.

(C)2001/Touchstone/Jerry Bruckheimer/all rights reserved

02 Awards

Film ini memang meraih nominsi di Academy Awards dan Golden Globe untuk urusan musik dan efek visual. Namun hal yang sangat mengganggu eksistensi film ini adalah fakta bahwa film ini meraih banyak sekali nominasi terburuk di Golden Raspberry Award dan Stinkers Bad Movie Awards. Alhasil, film ini mendapatkan image buruk yang dapat disederhanakan menjadi ujaran, “Film nominasi Oscar kok dapat penghargaan film terburuk?”

03 Financial

Film ini sukses besar di pasaran. Meskipun mendapat cacian negatif dan penghargaan terburuk, Perl Harbor tetap menarik minat para penonton. Dari dana $140 juta, film ini mampu mendapatkan $449 juta, lebih dari dua kali lipat biaya produksinya. Di minggu pertama filmnya rilis dalam bentuk DVD [4 Desember 2001], Pearl Harbor sudah terjual sebanyak 7 juta keping. Di asia sedang meledak market untuk VCD yang berarti jumlah Home Video/Physical Media Pearl Harbor yang terjual lebih dari 7 juta keping. Film ini juga dirilis dalam format Blu-ray yang pastinya menambah angka kesuksesan finansial film ini.

(C)2001/Touchstone/Jerry Bruckheimer/all rights reserved

04 Critics

Mayoritas kritikus memberikan tanggapan yang negatif. Kritik terbesar ada pada ketidaksesuaian sejarah, inkonsistensi cerita, dan dialog dalam film ini.

05 Longevity

Bahkan sesaat setelah filmnya dirilis, Pearl Harbor sudah menunjukkan tanda-tanda akan tergerus oleh waktu. Benar saja, kepopuleran film ini di kalangan masyarakat luas sudah pudar dan di kalangan pengamat film, popularitas film ini dikubur oleh Tora! Tora! Tora!, film bertema Pearl Harbor rilisan 1970 yang dianggap jauh lebih berkualitas ketimbang Pearl Harbor. Jika memang film ini ingin mengekor kesuksesan Titanic, bisa terlihat jelas bahwa musik dan lagu film ini pun tidak sejaya soundtrack Titanic dan My Heart Will Go On yang sampai sekarang masih terus dinyanyikan dan dibuat covernya dengan jumlah penonton jutaan users.

(C)2001/Touchstone/Jerry Bruckheimer/all rights reserved

Final Score

Skor Asli                     : 7.5

Skor Tambahan           : [+2.5]-3

Skor Akhir                  : 7/10

Spesifikasi DVD

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Spesifikasi DVD, kunjungi profil instagram @skywalkerhunter95

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

(C)2001/Touchstone/Jerry Bruckheimer/all rights reserved