Review Film The Invisible (2007) Kesalahpahaman Berujung Maut
Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter
Edisi Review Singkat+PLUS
Day burns down to night
Burns the edge of my soul
In the night I break into sparks of suns
And become fire’s end
The dust of bones
Night knives my breath
Swallows whole my tongue
Turn back, reverse, return
In the night I see the real
Concealed in the day’s bright lie
Eyes stitched shut while teeth smile
Sleep walks
And talks, and feet mark time…
—Nicholas
Powell
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak
cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes
copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
images©2007/Hollywood Pictures/The Invisible/All Rights
Reserved.
⸎Sangat mungkin mengandung Spoiler, Anda diharap bijak
menyikapinya.
Genre : Drama—Supranatural
Rilis :
Domestic Releases: |
April 27th, 2007
(Wide) by Walt Disney |
October 16th, 2007
by Walt Disney Home
Entertainment, released as Invisible,
The |
|
MPAA Rating: |
PG-13 for violence, criminality, sensuality and language - all
involving teens. |
Durasi : 112 menit [extended]
Sutradara : David S. Goyer
Pemeran : Justin Chatwin, Margarita Levieva, Chris Marquette, Marcia Gay Harden
Episode : -
Sinopsis
Nick
Powell adalah seorang remaja SMU senior yang sempurna. Ibunya adalah seorang
wanita karier yang sukses, nilai sekolahnya sangat bagus, tidak memiliki musuh,
kekasihnya sangat cantik, dan Nick sendiri memiliki wajah rupawan. Semua guru
di sekolah merasa yakin bahwa Nick akan menjadi orang yang sukses di masa
depan. Kehidupan Nick Powell berbeda dengan kehidupan sahabatnya sejak kecil,
Pete Egan. Pete tidak rupawan, tidak tergolong siswa berprestasi, tidak
memiliki kekasih, dan keluarganya tidak kaya seperti keluarga Nick. Namun meski
memiliki segala bentuk kesempurnaan, Nick Powell merasa tertekan dan tidak
bahagia. Semenjak ayahnya meninggal dunia, hidup Nick tidak pernah terasa bebas
dan dirinya merasa dikurung oleh keinginan-keinginan ibunya dan tuntutan orang-orang
di sekitarnya yang memiliki ekspektasi besar terhadap Nick. Maka, Nick
diam-diam mengumpulkan uang dengan cara mengerjakan tugas siswa lain agar bisa
membeli tiket pesawat ke London untuk belajar sastra. Dirinya sangat antusias
dalam menulis puisi dan membacakan puisi karangannya di depan kelas. Ibu Nicholas
tidak akan mengizinkannya belajar sastra dan ingin Nick belajar ilmu politik
atau kedokteran agar sukses seperti dirinya. Satu-satunya orang yang tahu
rencana Nick adalah Pete. Suatu ketika, Pete ditindas oleh Annelie Newton alias
Annie, gadis bermasalah yang senantiasa membuat ulah di sekolah. Annie menjual
narkoba kepada Pete dan memaksa Pete untuk membayar narkoba tersebut. Karena
Pete tidak memiliki uang, Annie pun melukainya.
Kejadian
tersebut diketahui oleh Nick. Ia kemudian mendatangi Annie dan membayar
hutang-hutang Pete. Namun, Annie menganggap perlakuan Nick sebagai sebuah
penghinaan dan gadis itu menyerang Nick. Mereka berdua akhirnya dipanggil ke
kantor kepala sekolah. Sekali lagi, pihak sekolah menjelaskan kepada Nick bahwa
dirinya adalah anak baik-baik dengan masa depan yang cerah—sangat berbeda
dengan Annie yang masa depannya suram. Gadis itu sudah sering berurusan dengan
polisi dan kepala sekolah pun tidak mau buang-buang waktu berhadapan dengan
Annie. Benar saja, Annie dan kekasihnya yang bernama Marcus Bohem—yang masih
dalam masa percobaan setelah dibebaskan dari penjara—mencuri sebuah sedan
Mercedes. Karena kebetulan sedan itu diparkir di dekat toko perhiasan, Annie
membobol toko dan mencuri perhiasan yang dipajang di sana. Aksi nekat Annie
ditentang oleh kekasihnya yang khawatir kalau mereka akan segera ditangkap oleh
polisi. Menurut Marcus, Annie sudah keterlaluan. Walau tidak suka dengan
perilaku liar Annie, Marcus sebenarnya menginginkan perhiasan curian milik
Annie. Ia pun meminta Annie untuk meninggalkan perhiasannya di rumah Marcus.
Namun, Annie menolak. Gadis itu membawa perhiasannya ke sekolah dan
menyimpannya di dalam loker. Annie melihat Pete yang sedang memerhatikannya
memasukkan benda ke dalam loker. Tak lama kemudian, polisi datang dan menangkap
Annie. Marcus yang marah kepada Annie telah melaporkan aksi pencurian perhiasan
yang Annie lakukan. Namun, Annie menduga bahwa orang yang melaporkannya kepada
polisi adalah Pete Egan. Ia pun bertekad untuk membalas perbuatan Pete.
Pada
hari keberangkatan Nick menuju London, ibunya mengetahui rencana Nick untuk
melarikan diri. Sang ibu tahu karena pihak bandara menelepon untuk
memberitahukan bahwa jadwal penerbangan Nick telah diganti. Nick seharusnya
berankat ke London malam itu juga, tetapi setelah rencananya diketahui oleh
sang ibu, Nick menjadi ragu. Bukannya bersiap-siap, Nick justru menghadiri
sebuah pesta dan menghabiskan waktu bersama “kekasihnya” sebelum ia berjalan
seorang diri di tengah malam. Di lokasi yang berbeda, Annie beserta dua orang
temannya, Matty dan Dean, menghajar Pete dan memaksanya untuk mengaku bahwa
dirinya telah melaporkan Annie kepada polisi. Pete tidak tahu apa-apa, tetapi
Annie terus mendesaknya. Akhirnya, Pete mengatakan kepada Annie bahwa orang
yang melapokannya adalah Nick. Pete menyalahkan Nick karena ia pikir Nick sudah
berangkat ke London sehingga Annie tidak akan bisa berbuat apa-apa. Namun,
dugaan Pete salah. Annie dan teman-temannya menemukan Nick yang berjalan
seorang diri di tengah malam. Mereka mengejar Nick, menyerempetnya dengan pintu
mobil, dan menghajarnya. Bukannya menyerah, Nick justru bersikap berani melawan
Annie. Akhirnya, gadis itu terbakar emosi dan menghajar Nick Poell hingga
tewas. Annie dan teman-temannya terpaksa membuang jasad Nick di tengah hutan.
Mereka memaksa Pete untuk ikut membantu dan merahasiakan kejadian tersebut.
Setelah itu, Annie panik dan meminta pertolongan Marcus. Ia bercerita kepada
Marcus bahwa dirinya telah membunuh lelaki yang melapor kepada polisi—padahal
yang melapor sebenarnya adalah Marcus. Karena tahu bahwa Annie telah membunuh
orang yang tidak bersalah, Marcus menolak untuk membantu Annie dan memintanya segera
pergi dari rumah Marcus.
Keesokan
harinya, Nicholas Powell berangkat ke sekolah seperti biasa. Ketika kelas
sastra dimulai, guru meminta semua siswa untuk mendiskusikan pusi terakhir yang
dibacakan oleh Nick Powell. Banyak dari teman-teman Nick, yang bersikap baik di
hadapannya, ternyata tidak suka dengan Nick dan mengkritik pemuda tersebut.
Nick yang berada di dalam kelas merasa kesal karena teman-temannya menghina
dirinya. Anehnya, tidak ada seorang pun yang merespon perkataan Nick. Bahkan
setelah Nick berteriak-teriak, tidak ada yang bisa mendengarnya. Ia kemudian
melempar sebuah buku ke sebuah rak hingga seluruh isinya berantakan. Namun
ternyata, buku itu masih ada di meja dan rak yang ia lempar masih tertata rapi
seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Kejadian tersebut membuat Nick sangat
bingung dan berlari keluar. Ia ditabrak mobil dan dilindas truk, tetapi sama
sekali tidak mengalami luka. Pada akhirnya ia bertemu dengan jiwa sesosok kakek
tua yang sekarat di sebuah rumah sakit. Kakek itu menjelaskan bahwa tidak ada
lagi yang bisa melihat atau mendengar mereka. Saat itulah Nick sadar bahwa
dirinya telah meninggal dunia. Apakah yang akan dilakukan oleh Nick
selanjutnya? Benarkah Nick sudah benar-benar meninggal? Akankah pihak
kepolisian menemukan jasad Nick di tengah hutan? Apakah Annie akan berhasil
ditangkap oleh polisi?
01 Story Logic
Wikipedia
menyatakan The Invisible sebagai sebuah Thriller—Supranatural Remaja sementara
IMDb menyatakan film ini sebagai sebuah film Drama—Kriminal—Fantasi. Sutradara
David S. Goyer sendiri, melalui audio commentary dalam DVD film ini, beberapa
kali menekankan bahwa The Invisible merupakan sebuah Horror—Thriller bernuansa
indie. Sistem Skywalker menyatakan The Invisible sebagai sebuah
Drama—Supranatural. Apabila kita memaksakan film ini ke dalam kategori
Thriller—Supranatural, konsep film ini menjadi kurang logis karena tidak banyak
adegan yang mengandung kekerasan penuh ketegangan dalam film ini. Porsi Drama
dalam film ini jauh lebih besar daripada porsi Thriller yang memang sebatas
menampilkan konflik antara Annie dan Nick. Apabila kita memaksakan untuk
memasukkan The Invisible ke dalam naungan genre Fantasi seperti yang dinyatakan
oleh IMDb, maka konsepnya juga menjadi kurang logis karena kemunculan “hantu”
dalam The Invisible berbeda dengan kemunculan “hantu” dalam The Lord of the
Rings. Dalam The Invisible, konsep
“hantu” dan “akherat” dianggap sebagai hal yang nyata. Maka, jelas sekali bahwa
film ini masuk dalam kategori film Supranatural. Dalam banyak kisah, terdapat
kemungkinan bahwa kemunculan “hantu” sebenarnya sebatas halusinasi tokohnya
seperti dalam film-film Psychological Thriller Shutter Island, Dream House,
dan The Ward. Namun, posisi sosok
supranatural dalam The Invisible memang ditegaskan sebagai sungguh-sungguh ada.
Kejelasan ini bisa dibuktikan dengan pernyataan sutradara David S. Goyer ketika
memberikan komentarnya di sepanjang film The Invisible:
[EN]“This sequence is… I
always call it the haunting sequence. This is where we start to blur the lines
between can Annie really hear Nick or is it in her imagination. In this
sequence you start to get the sense that it’s not just her conscince, that Nick
really is haunting her, that she really can hear him as she does right there.”—David
S. Goyer in The Invisible DVD audio commentary
[ID]“Adegan ini… saya
selalu menyebutnya adegan angker. Di sinilah kami mulai mengaburkan batas
antara apakah Annie bisa benar-benar mendengar Nick atau hanya berimajinasi.
Dalam adegan ini penonton dapat merasakan kalau semua itu bukan hanya perasaan
Annie, tetapi Nick benar-benar menghantuinya, bahwa Annie memang bisa
mendengarnya seperti yang sedang kita saksikan sekarang ini.” —David S. Goyer
dalam The Invisible DVD audio commentary
The
Invisible merupakan sebuah film yang mengeksplorasi masalah-masalah yang muncul
dalam kehidupan manusia sehari-hari. Film ini tidak fokus pada tindak
kekerasan, tetapi fokus pada bagaimana Nick menjalani hidupnya dan apa yang ia
rasakan. Film ini juga fokus pada bagaimana Annie menjalani hidupnya dan
mengeksplorasi alasan-alasan dirinya berbuat tindak kejahatan. Permasalahan
hidup yang dilalui oleh ibu Nick, Pete, dan karakter lainnya juga
diperlihatkan. Apabila sosok hantu dalam film ini dihilangkan, maka The Invisible
akan menjadi sebuah film Drama yang serius. Film ini memang memiliki tokoh
utama remaja SMU, tetapi bukan berarti film ini adalah sebuah Drama
Remaja—dinamika hidup remaja dalam film ini bukanlah poin yang paling utama dan
karakter Nick serta Annie bisa saja diubah menjadi karakter dewasa—the fact that they are teenagers is not one
of the most important facts that move the story forward. Dalam kisah drama
Korea Sky Castle, terlihat jelas
bahwa karakter dewasa masih bisa merasa tertekan oleh tuntutan dari ibunya.
Berdasarkan pengamatan semacam ini, penilaian Skywalker menyimpulkan bahwa The
Invisible harus dinilai berdasarkan standar Drama—Supranatural agar dapat
memberikan penilaian yang paling objektif.
Secara
umum, narasi dalam The Invisible sudah logis sesuai dengan genrenya. Film ini
sudah menampilkan Drama kehidupan dan menegaskan bahwa arwah gentayangan atau
adanya jiwa manusia sungguh-sungguh nyata dan bukan sesuatu yang bersifat
psychological. Bagaimana karakter dalam film ini bereaksi terhadap suatu
kejadian pun, secara umum, sudah logis sesuai dengan lokasi kejadian dan pelaku
yang terlibat. Pihak kepolisian, misalnya, enggan bertindak tegas kepada Annie
karena Detektif Brian Larson yang memimpin investigasi sudah kenal dengan Annie
sejak gadis itu masih kecil dan mengetahui permasalahan keluarga Annie.
Terlebih lagi, ayah Annie adalah mantan rekan Brian di kepolisian. Hal ini
menjelaskan “lunaknya” polisi dengan cukup baik karena Brian bukan sembarang
polisi (random police) yang kebetulan berhati ramah, melainkan seorang polisi
yang memiliki hubungan personal dengan tersangka. Selain itu, tindak kriminal
dalam film ini terjadi di sebuah kota yang tergolong kecil, bukan arena
metropolitan seperti New York, Tokyo, atau Jakarta, sehingga wajar jika kekuatan
polisi yang dimiliki tidak sebesar kota-kota besar yang sangat padat penduduk.
Tindakan-tindakan memberontak yang dilakukan oleh Nick sudah dapat ditelusuri,
tindakan kriminal Annie sudah dapat ditelusuri, dan tindakan Pete pun dapat
ditelusuri asal penyebabnya (mengapa mereka bertindak demikian). Banyak
kalangan yang menyatakan bahwa narasi dalam The Invisible masih belum logis.
Namun, hal itu kemungkinan dikarenakan trailer film ini “menipu” penonton
sehingga penonton memiliki ekspektasi yang sama sekali berbeda dari film ini.
Jika kita menilai konsep film ini apa adanya, maka sebetulnya sudah logis dan
baru akan bermasalah pada bagian Konsistensi cerita.
02 Story Consistency
Meskipun
konsep film ini sudah logis sesuai dengan genrenya (jika kita mengabaikan
trailernya), fokus cerita dalam film ini tidak konsisten. Tidak jelas apakah
The Invisible sebenarnya fokus menceritakan tentang Nick Powell atau tentang
Annie Newton. The Invisible mencoba mengeksplorasi hidup Nick dan Annie yang
ternyata sama-sama sangat kompleks. Karena hidup keduanya sama-sama kompleks,
diperlukan waktu yang lebih banyak untuk dapat benar-benar mengeksplorasi kisah
hidup mereka. Karena The Invisible bukanlah sebuah serial (atau setidaknya
miniseri), film ini tentunya memiliki durasi yang terbatas dan akhirnya baik
hidup Nick maupun Annie sama-sama kurang dieksplorasi secara mendalam.
Seharusnya film ini menegaskan siapa fokusnya, apakah ini film tentang Nick
atau tentang Annie karena hidup mereka dieksplorasi. Dalam film The Fellowship of
the Ring, ada banyak karakter
yang masing-masing setidaknya sedikit dieksplorasi. Namun hal tersebut bukan berarti
narasinya tidak konsisten karena The
Fellowship of the Ring tidak fokus menceritakan tentang krakter, tetapi
tentang sebuah misi. Maka, dalam The
Fellowship of the Ring, misi itulah yang paling banyak dieksplorasi: latar
belakang misi, siapa yang terlibat, dan bagaimana misi itu dijalankan. The
Invisible jelas-jelas fokus pada karakter, bukan pada misi, sehingga memang
perlu menentukan fokusnya yang paling utama.
Sebuah
film sebenarnya bisa mengeksplorasi hidup lebih dari satu karakter, tetapi
harus jelas apa hubungan keduanya. Film-film yang mengeksplorasi hidup lebih
dari satu tokoh utama seperti The Fault in Our
Stars dan Flipped, misalnya, menampilkan dua tokoh utama dengan hubungan yang
jelas sehingga dampak perilaku satu karakter benar-benar akan memengaruhi
karkter lainnya secara langsung. Jika kakek Bryce Loski meninggal dunia, sudah
pasti Juli Baker akan terlibat dan kematian itu memengaruhi dirinya. Jika
anggota keluarga atau teman Annie atau Nick meninggal, kejadian itu tidak akan
memengaruhi satu sama lain karena tidak ada hubungan yang jelas di antara
keduanya. Kalaupun ada, hubungan semacam itu perlu dieksplorasi dan di
sepanjang film belum tampak eksplorasi yang cukup untuk menegaskan hubungan
antara Nick dan Annie. Jika The Invisible memang benar-benar ingin
mengeksplorasi hidup keduanya, maka perlu ditegaskan lagi apa yang membuat
mereka saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan sehingga mengharuskan adanya
eksplorasi kehidupan masing-masing. Kehidupan ibu Nick, misalnya, perlu
dieksplorasi karena ia berhubungan langsung dengan Nick—dia adalah ibu Nick,
perilakunya memengaruhi perilaku Nick. Pete adalah sahabat Nick yang artinya
kejadian yang menimpa salah satu dari mereka akan berdampak pada yang lainnya.
Namun, kisah hidup Pete pun sebenarnya tidak dieksplorasi dengan
sungguh-sungguh dalam film ini. Lalu, apa hubungan Nick dan Annie?
Permasalahan
lain dalam film ini adalah ketidakjelasan fokus konsepnya. Masih kurang jelas
apakah film ini ingin fokus mengeksplorasi tentang kejadian-kejadian
supranatural atau tentang redemption (penebusan dosa). Kedua konsep besar ini
melekat pada kedua tokoh utama. Karena tokoh utamanya masih kurang jelas, maka
fokus eksplorasi tema besarnya juga kurang jelas. Jika tokoh paling utama adalah
Nick, maka tema yang dominan adalah tema supranatural yang menceritakan
perjuangan Nick untuk kembali ke dunia manusia. Jika tokoh paling utama adalah
Annie, maka tema terbesar film ini adalah soal redemption yang mengeksplorasi
bagaimana Annie mencoba memperbaiki perilakunya hingga akhirnya sifatnya
berubah dan ia akhirnya melakukan sebuah kebaikan alias bertaubat. Dalam The
Invisible, kedua tema besar itu dilepaskan secara bersamaan dan saling adu
kekuatan. Hal inilah yang membuat The invisible seolah-olah mengalami
pergantian genre di tengah-tengah: film yang menceritakan kisah supranatural
seketika berubah menjadi sebuah Drama dan sisi supranaturalnya menjadi tidak
terlalu penting lagi.
03 Casting Choice and Acting
Pemilihan
aktor dalam film ini secara umum sudah baik. Masing-masing aktor telah berhasil
memerankan karakter mereka sesuai dengan deskripsinya.
04 Music Match
Meskipun
album soundtrack film ini tidak populer dan tidak ada lagu yang secara
eksklusif diasosiasikan dengan The Invisible (menjadi signature song/score),
musik dan lagu dalam film ini sudah baik. Masing-masing bagian musik telah
diperdengarkan pada momen-momen adegan yang sesuai sehingga tidak ada lagu yang
diperdengarkan dalam adegan yang tidak pas.
05 Cinematography Match
Sinematografi
dalam film ini sudah baik. Dalam proses produksinya, The Invisible harus
mengurangi unsur kekersan yang ditampilkan agar tidak mendapatkan rating usia
17 tahun ke atas (R). Dengan menggunakan sinematografi yang baik, film ini
berhasil menyampaikan poin-poin ceritanya yang berkaitan dengan kekerasan
meskipun kekerasan-kekerasan itu tidak ditampilkan dengan sejelas-jelasnya
(misalnya adegan ketika Nick dihajar hingga “tewas” dan banyak porsi adegan
tersebut disaksikan dari kejauhan dan hanya terdengar suara tubuh yang dipukul
tanpa memperlihatkan setiap gerakan pemukulan secara jelas). Sinematografi
dalam memperlihatkan kebingungan Nick ketika ia menjadi “hantu” juga sudah
baik. Bagaimana kamera bergerak cepat memperlihatkan Nick melempar buku, bagaimana
buku itu menghantam rak dan dengan cepat kamera kembali menampilkan buku yang
ternyata masih ada di atas meja dan rak yang masih rapih, kesemuanya
diperlihatkan dengan baik dan rapih. Keunggulan sinematografi dalam film ini
nantinya berkaitan dengan poin Efek Visual.
06 Costume Design
Kostum
yang digunakan dalam film ini, secara keseluruhan, sudah baik. Menurut
keterangan sutradara David S. Goyer, pemilihan kostum yang dikenakan oleh Annie
berperan penting dalam mendukung jalannya cerita karena memperlihatkan transformasi
dan adanya kompleksitas (layers) dalam kepribadian Annie. Pakaian Annie yang
tertutup dan tomboy di awal film menegaskan kesan bahwa Annie adalah anak yang
bermasalah, berbanding terbalik dengan pakaian Nicholas Powell yang terbuka dan
rapih, memperlihatkan sifat dan latar belakang ekonomi Nick Powell. Pakaian ibu
Annie dan ibu Nick Powell pun sangat berbeda: dalam setiap adegan, ibu Nick
senantiasa mengenakan pakaian yang tergolong “elegan” atau “rapih” (meski hanya
melakukan aktivitas di rumah) sementara ibu Annie mengenakan pakaian yang tidak
tampak elegan.
07 Background/Set Match
Latar
belakang dalam film ini sudah baik. Berkaitan dengan poin Efek Visual,
lokasi-lokasi pengambilan gambar dalam The Invisible adalah lokasi sungguhan
yang telah mendukung nuansa gelap filmnya sekaligus mendukung deskripsi
masing-masing karakternya. Pemilihan rumah Nick Powell yang mewah dan “clean”
(tipikal rumah post-modern dengan garis tegas dan tidak banyak ornamen atau
ukiran) sudah berhasil menjelaskan latar belakang Nick dan mengkontraskannya
dengan Pete atau Annie yang bersal dari keluarga dengan latar belakang ekonomi
yang tidak sesukses ibu Nick Powell. Keadaan kota—termasuk cuacanya—dan hutan
yang menjadi lokasi penting dalam film ini sudah membentuk sebuah wadah
pembungkus nuansa gelap—gothic yang menjadi nuansa utama film ini. Apabila
diperhatikan, latar belakang The Invisible memberikan kesan yang serupa dengan
film yang lebih populer, Twilight, yang dirilis satu tahun berikutnya.
08 Special and/or Practical Effects
Efek
visual—baik itu efek nyata maupun efek komputer—dalam film ini sudah baik.
Sebagian besar efek visual dalam The Invisible adalah efek nyata—karena film
ini pada dasarnya merupakan sebuah Drama yang tidak memerluan efek visual
besar-besaran layaknya film Fantasi atau Aksi. Teknik editing dalam menampilkan
efek perbuatan Nick (yang tidak memiliki efek) yakni apa yang ia rasakan dan
apa yang sebenarnya terjadi (atau tidak terjadi sama sekali) sudah baik, begitu
pula dengan pencahayaan dan format presentasinya. Bahkan dalam adegan malam
hari, penonton masih tetap bisa melihat detail akting yang diperankan oleh para
aktor. Efek komputer yang digunakan dalam film ini, karena merupakan “sentuhan
kecil” yang memang digunakan untuk menyempurnakan apa yang belum sempurna
(bukan untuk menciptakan sebagian besar adegan seperti kebanyakan film 2010 ke
atas) sudah terlihat baik dan menyatu sempurna dengan rekaman nyata. Efek
komputer aliran bendungan yang deras, misalnya, sudah terlihat seperti aliran
sungguhan.
09 Audience Approval
The
Invisible mendapatkan tanggapan yang beragam—cenerung negatif dari kalangan
penonton. Film ini tidak berhasil menarik minat penonton sehingga sejak awal
kemunculannya, The Invisible tidaklah populer di kalangan penonton. Banyak
penonton merasa kebingungan dengan apa yang harus mereka nantikan ketika
menonton film ini—audience do not know
what to expect from this movie. Trailer untuk film ini pun tidak baik untuk
citra The Invisible krena trailer serta berbagai iklan pemasaran film ini seringkali
“menipu” penonton. Ada banyak penonton yang mengharapkan sebuah film mencekam,
tetapi The Invisible sebetulnya merupakan sebuah Drama—Supranatural yang tidak
mengedepankan sisi Horror yang mencekam. Dalam kemasan DVD resmi yang dirilis
oleh Buena Vista (Disney), pihak studio dengan beraninya mencetak penjelasan
berikut di sampul depannya: “Together they must solve his murder…before
it’s too late—Bersama, mereka harus memecahkan misteri
pembunuhannya…sebelum semuanya terlambat.” Tentu saja penjelasan tersebut
“menipu” penonton karena The Invisible sama sekali tidak meneksplorasi topik
yang sama dengan apa yang dituliskan dalam iklan. Dengan ekspektasi yang
berbeda, tentu saja wajar jika ada banyak penonton yang merasa kecewa dengan
film ini.
Platform |
Score |
IMDb |
6.1/10 |
Rotten Tomatoes |
57% |
Metacritic |
5.7/10 |
Google User |
83% |
10 Intentional
Match
Meskipun
The Invisible tidak berhasil memenuhi ekspektasi penciptanya dari segi
finansial (periksa poin Finansial), film ini sebetulnya sudah sesuai dengan
visi para penciptanya dari segi artistik. The Invisible merupakan sebuah film
adaptasi dari film Swedia berjudul Den Osynlige (diterjemahkan menjadi The
Invisible) yang dirilis pada tahun 2002. Versi Amerika film ini dimaksudkan
untuk memodifikasi beberapa bagian dari sumbernya, termasuk mengubah bagian
akhir Den Osynlinge menjadi lebih
“positif”. Dalam film aslinya, (Spoiler) baik Niklas (Nick) dan Annelie (Annie)
sama-sama tewas; memberikan akhir yang lebih gelap (gloomy) dan pesimis.
Kesesuaian tujuan artistik dengan hasil akhir filmnya dapat diperiksa secara
langsung melalui komentar sutradara yang memang menawarkan sebuah audio
commentary—apa yang dinyatakan oleh David S. Goyer dalam audio commentary
secara umum sudah sesuai dengan hasil akhir The Invisible.
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
01 Skywalker’s Schemata
Waktu
pertama kali menonton trailer film ini, saya merasa sangat tertarik. Kalau
tidak salah, trailer yang saya tonton adalah versi yang disertakan dalam DVD
film tentang monster buaya, Primeval.
Jadi, trailer yang saya tonton bukanlah trailer bioskop melainkan trailer DVD
The Invisible. Apa yang saya lihat dan dengar dari trailer tersebut benar-benar
mengunci perhatian saya, terutama pada kata-kata “…solve his murder”. Ide
tentang seseorang yang sudah meninggal dan mencoba untuk hidup kembali dengan
cara memecahkan misteri kematiannya sendiri, bagi saya kala itu, adalah sebuah
konsep yang sangat menarik. Saya memikirkan kisah-kisah supranatural yang memungkinkan
orang-orang mati untuk kembali hidup jika mereka melakukan perjajian dengan
Tuhan, malaikat, aau bahkan Iblis: arwah gentayangan diberi kesempatan untuk
bangkit kembali dengan cara menuntaskan sebuah misi. Tidak berselang lama, saya
akhirnya menemukan VCD film ini (perlu diingat, waktu itu mencari film secara
streaming belum semudah sekarang, jadi saya harus benar-benar mencari ke
berbagai toko DVD). Entah bagaimana ekspresi saya waktu menemukannya, yang
jelas saya sangat senang dan sesegera mungkin kembali ke rumah untuk
menontonnya di komputer tabung Samsung Windows XP yang masih saya miliki waktu
itu. Setelah menontonnya, The Invisible membuat saya terkejut.
Saya
terkejut karena 1) film ini sama sekali tidak seperti yang diperlihatkan dalam
iklan, dan 2) entah bagaimana saya tidak merasa ditipu dan tetap menyukainya.
Pada dasarnya, alasan saya berkeinginan menonton film ini ternyata tidak saya
temukan di dalam filmnya. [Spoiler] Nick tidak tewas seperti yang diterangkan
di dalam trailernya, dan upaya memecahkan misteri kematiannya bukanlah upaya
untuk menghidupkannya dari kematian. Bahkan, “kematiannya” pun bukan sebuah
misteri yang harus dipecahkan dengan mengeksplorasi alasan-alasan rahasia
mengapa ia dibunuh—misalnya ia menjadi korban sekte pemuja iblis atau ia
ditakdirkan menjadi juru selamat atau sesuatu yang lain. Konsep film ini
teramat jauh lebih sederhana. Saya merasakan kekesalan yang sama seperti ketika
saya pertama kali mengetahui bahwa susu kental manis sebetulnya tidak terbuat
dari susu dan hanya sekaleng penuh berisi manisan berwarna putih atau cokelat.
Namun saya menyikapi film ini sama seperti saya menyikapi susu kental manis:
saya tetap meminum susu kental manis dan saya pikir rasanya enak. Sata tahu
bahwa trailer film ini berbohong, tetapi saya tetap merasa terhibur oleh
filmnya. The Invisible adalah salah satu film favorit saya yang masuk kategori
“film yang saya sukai tetapi tidak disukai orang lain”. Ketika memutuskan untuk
menulis reviewnya dan mengamati tanggapan penonton serta ulasan kritikus
terhadap film ini, saya menyayangkan tanggapan negatif dan kegagalan yang
dihadapi oleh The Invisible. Film ini sebetulnya tidak jelek, tetapi saya
menduga banyak orang sudah terlanjur kecewa karena merasa ditipu oleh
trailernya. Film ini jelek karena tidak sesuai dengan iklannya, tetapi bagus
apa adanya. Kalau kita memesan kopi espresso dan justru diberi milkshake
cokelat, wajar saja jika kita kesal karena kita tidak pesan milkshake. Padahal,
bukan berarti milkshake itu tidak enak. Bisa jadi milkshake itu rasanya jauh
lebih enak dari kopi espresso yang kita pesan, tetapi tetap saja kita sudah
kesal lebih dulu.
Ketika
menulis review ini, adik saya akhirnya sudah cukup umur untuk menontonnya dan
saya memintanya untuk ikut menonton film ini. Penting sekali bagi saya untuk
mengamati reaksi orang lain—terutama penonton generasi baru—untuk benar-benar
memahami kualitas filmnya. Awalnya sulit sekali meyakinkan adik saya untuk
menontonnya karena dia tidak bisa dilepas dari smartphone. Apalagi, The
Invisible (saat review ini saya tulis) sudah berusia 15 tahun dan penonton
seumuran adik saya hanya akan tertarik menonton film yang cuplikannya viral di
TikTok. Berbeda dengan saya yang dahulu sangat bersemangat setelah menonton
trailernya, adik saya menunjukkan ekspresi biasa saja—cenderung bosan—ketika
menonton trailernya dan menolak untuk menontonnya. Namun setelah kami
menontonnya, saya “memaksa” adik saya untuk berkomentar dan, menariknya, dia
memberikan tanggapan yang sangat positif. Jika kita meluangkan waktu untuk
fokus, lupakan trailernya sejenak, dan jangan berpikir terlalu serius, The
Invisible sebetulnya menawarkan sebuah cerita yang sangat menarik, lengkap
dengan unsur-unsur teknis yang baik. Mulai dari latar belakang, pemeran, hingga
efek visual, secara umum semua disajikan dengan baik. The Invisible mungin
bukanlah sebuah film yang memorable, tetapi film ini tergolong menarik dan
sayang untuk dilewatkan begitu saja. The Invisible is one of those movies I would consider to be the movie I like that
everybody else seem to hate. My suggestion is to simply give it a try, it is an
interestingly neat small movie—not too serious but not too light either.
02 Awards
The
Invisible tidak memenangkan penghargaan yang penting untuk disebutkan.
03 Financial
Film
ini diperkirakan dibuat dengan dana sebesar $30 juta. Pada akhirnya, The
Invisible hanya berhasil menjual tiket sebesar $23 juta (beberapa sumber lain
menyatakan $26 juta). Artinya, penjualan tiket film ini tidak berhasil
mengembalikan biaya produksi filmnya. The Invisible mendapatkan lebih banyak
keuntungan dari penjualan DVD yang mencapai sekitar $14 juta di Amerika Serikat
saja. Kegagalan film ini seperti menjadi pukulan terakhir bagi studio Hollywood
Pctures karena The Invisible adalah film terakhir yang dirilis oleh studio
tersebut. Setelah The Invisible, Disney selaku pemiliknya menghentikan produksi
film menggunakan nama Hollywood Pictures.
The Invisible (2007) Theatrical
Performance |
||||||||||||
Domestic Box Office |
$20,568,319 |
|||||||||||
International Box Office |
$2,971,947 |
|||||||||||
Worldwide Box Office |
$23,540,266 |
|||||||||||
Home Market Performance |
||||||||||||
Est. Domestic DVD Sales |
$14,851,159 |
|||||||||||
Total Est. Domestic Video Sales |
$14,851,159 |
|||||||||||
|
04 Critics
Mayoritas
kritikus profesional memberikan tanggapan yang negatif untuk film ini.
05 Longevity
The
Invisible tidak mampu bertahan melawan pergerakan zaman. Film ini memang tidak
populer smenjak dirilis pertama kali dan populartasnya kian meredup seiring
berjalannya waktu. Tanggapan penonton dan kritikus pun secara umum tidak
berubah. Film ini juga tidak memiliki cult following atau kelompok penggemar
tertentu yang sangat menyukainya. Dalam paket DVD The Invisible, sutradara
David S. Goyer menyatakan keunggulan DVD yang ia sukai yakni dirinya bisa
memberikan fitur spesial sebanyak-banyaknya. Film yang populer akan dirilis
beberapa kali dalam berbagai versi mulai dari versi standar, Special Edition,
hingga Anniversary Edition dan Gift Set. Dalam paket-paket spesial semacam itu,
studio akan memberikan bonus-bonus material yang berlimpah agar penonton dapat
menggali lebih lanjut tentang film yang mereka tonton. Namun, The Invisible
tidak mendapatkan privilege untuk dirilis dalam versi-versi istimewa. Hal ini
dapat menjadi indikator yang menunjukkan bahwa pihak studio merasa
mempromosikan film ini tidaklah worth it. Seiring berjalannya waktu, The
Invisible kian sungguh-sungguh menjadi seperti judulnya sendiri: the invisible,
menghilang dari radar; sehingga tidak banyak penonton masa lalu yang ingin
menonton ulang dan tidak banyak penonton generasi baru yang berminat untuk menontonnya.
Final Score
Skor
Asli : 8.5
Skor
Tambahan : -1
Skor
Akhir : 7.5
***
Spesifikasi Optical Disc
[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]
Judul : The Invisible
Rilis : 22 Agustus 2007
Format : VCD [|||] DVD [|||]
Kode
Warna : PAL [|||] NTSC [|||]
Upscaling : Support Player-HDMI Upscaling [YES||NO]
[1080/60/50/24p]
Fitur : DVD [|||] Deleted
scenes, music videos, audio commentary
Support : Windows 98-10 [VLC Media Player],
DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].
Keterangan Support:
[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]
[Support VCD, DVD,
Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]
[Support Semua
Termasuk 4K]
***
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan
standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review
Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
Edisi Review Singkat+PLUS
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda
Review Singkat+PLUS di
bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel
tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.
Skywalker Hunter adalah alias
dari Nabil Bakri
Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers
©2007/Hollywood Pictures/The Invisible/All Rights Reserved.
©Nabil Bakri Platinum.
Teks ini dipublikasikan dalam Nabil Bakri Platinum [https://nabilbakri.blogspot.com/] yang diverifikasi Google dan dilindungi oleh DMCA.
Nabil Bakri Platinum tidak bertanggung jawab atas konten dari
link eksternal yang ada di dalam teks ini—termasuk ketersediaan konten video
atau film yang dapat berubah sewaktu-waktu di luar kendali Nabil Bakri
Platinum.