Review Film Transformers (2007) Pertempuran Autobots dan Decepticons

 

Review dan Sinopsis Transformers (2007) Pertempuran Autobots dan Decepticons [First Encounter of The Robot Kind]

Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter

images©2007/Paramount/Transformers/All Rights Reserved.

“Our planet was once a powerful empire, peaceful and just, until we were betrayed by Megatron, leader of the Decepticons. All who defied them were destroyed. Our war finally consumed the planet, and the All Spark was lost to the stars. Megatron followed it to Earth, where Captain Witwicky found him.”—Optimus Prime

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Fiksi Ilmiah—Aksi

Rilis                 :

Domestic Releases:

July 2nd, 2007 (Wide) by Paramount Pictures
September 21st, 2007 (IMAX) by 
Paramount Pictures

Video Release:

October 16th, 2007 by Paramount Home Video

MPAA Rating:

PG-13 for intense sequences of sci-fi action violence, brief sexual humor, and language

Durasi             : 143 menit

Sutradara       : Michael Bay

Pemeran         : Shia LaBeouf, Tyrese Gibson, Josh Duhamel, Anthony Anderson, Megan Fox, Rachael Taylor, John Turturro, Jon Voight

Episode           : -

Sinopsis

Ribuan tahun yang lalu, terjadi pertempuran besar antar dua kubu robot Transformers yakni Autobots yang dipimpin oleh Optimus Prime dan Decepticon yang dipimpin oleh Megatron di sebuah planet bernama Cybertron. Perang tersebut menghancurkan Cybertron. Autobots berkelana mencari sebuah sumber energi bernama All Spark yang merupakan sumber kehidupan Cybertron. Mereka menginginkan All Spark untuk mengakhiri konflik dengan Decepticon dan memperbaiki planet Cybertron. Di sisi lain, Decepticon juga mengincar All Spark, tetapi mereka ingin menggunakannya untuk mengalahkan Autobots dan menaklukkan dunia. Megatron berhasil melacak lokasi All Spark di bumi, tetapi ia terdampar dan membeku di lingkar Arktik (Arctic Circle). Pada tahun 1897, kapten Archibald Witwicky dan kru kapalnya menemukan Megatron—tanpa sengaja, Archibald mengaktifkan alat pelacak All Spark. Penemuan itu kemudian dirahasiakan oleh pemerintah Amerika Serikat. Lebih dari 100 tahun kemudian, para pengikut Megatron mendarat di bumi, menyamar sebagai mobil dan pesawat, lalu menyerang pangkalan militer Amerika Special Operations Command Central (SOCCENT) di Qatar untuk mencuri informasi rahasia. Mereka meretas komputer berisi dokumen rahasia pemerintah Amerika Serikat untuk mencari tahu tentang penemuan kapten Archibald Witwicky. Sebelum Decepticon berhasil menyalin seluruh dokumen rahasia, petugas SOCCENT berhasil memutus jaringan dan menggagalkan upaya Decepticon. Serangan dan pencurian data tersebut membuat Pentagon kebingungan dan menyelidiki kemungkinan serangan dari negara lain. Pentagon kehilangan komunikasi dengan pasukan SOCCENT yang berhadapan langsung dengan musuh. Berbeda dengan dugaan Pentagon, musuh yang mereka hadapi bukanlah dari negara lain melainkan Blackout, robot Decepticon super canggih.

Setelah Blackout gagal mencuri data, giliran robot bernama Frenzy yang menyusup ke dalam Air Force One dengan menyamar sebagai sebuah alat pemutar musik. Ia pun meretas sistem informasi pemerintah dan menyalin dokumen-dokumen rahasia sekaligus menyebarkan virus. Sebelum jaringannya diputus, Frenzy berhasil mendapatkan informasi tentang Archibald Witwicky. Ketika tanpa sengaja mengaktifkan alat pelacak Megatron, peta lokasi All Spark membekas pada kaca mata Archibald. Kaca mata itu kini ada di tangan cucunya yang bernama Sam Witwicky. Dalam pelajaran sejarah, Sam menceritakan tentang kakeknya dan berniat menjual barang-barang peninggalan kakeknya termasuk kaca mata miliknya. Lewat situs e-bay dengan nama pengguna LadiesMan217, Sam menjual kaca mata kakeknya tetapi belum ada satu pun orang yang tertarik untuk membelinya. Setelah berhasil meyakinkan guru sejarah untuk memberi nilai A supaya ayah Sam membelikannya mobil pertama, Sam dan ayahnya pergi ke sebuah pusat penjualan mobil bekas. Terdapat sebuah Chevrolet Camaro tua yang muncul secara tiba-tiba dan merusak seluruh mobil yng ada di sana. Alhasil, pemilik mobil bekas tidak punya pilihan selain menjual Camaro itu kepada Sam. Setelah memiliki mobil, Sam berencana mendekati Mikaela Banes, gadis paling cantik dan sexy di sekolah. Ketika menghadiri sebuah pesta di danau, Mikaela bertengkar dengan kekasihnya dan hubungan mereka berakhir. Sam melihatnya sebagai sebuah kesempatan dan menawarkan untuk mengantar Mikaela pulang. Di sepanjang perjalanan, Camaro Sam berperilaku aneh dengan radio yang menyala sendiri dan tiba-tiba mogok supaya Sam bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama Mikaela.

Pada malam harinya, Sam terbangun ketika mobilnya menyala dan meninggalkan rumah. Ia menduga bahwa mobilnya telah dicuri dan ia pun memanggil polisi. Betapa terkejutnya Sam saat melihat mobilnya berubah menjadi robot raksasa. Pihak kepolisian tidak mempercayai keterangan Sam. Ketika Camaro itu kembali, Sam segera melarikan diri dan diikuti oleh Mikaela. Sam kemudian bertemu dengan sebuah mobil polisi yang ternyata merupakan Barricade, salah satu Decepticon yang sedang menyamar. Barricade memaksa Sam untuk menyerahkan kaca mata milik Archibald Witwicky. Beruntung, Camaro milik Sam datang dan menyelamatkan Sam serta Mikaela. Ternyata, Camaro itu adalah Bumblebee, salah satu anggota Autobots yang berada di bumi dan bertugas menjaga Sam. Untuk menyenangkan Mikaela, Bumblebee memindai sebuah Chevrolet Camaro baru dan berubah menjadi mobil baru yang sama persis. Ia lantas membawa Sam dan Mikaela menemui Autobots lainnya—termasuk pimpinan mereka yakni Optimus Prime yang akan menjelaskan semua permasalahannya kepada Sam. Mereka semua harus bekerja sama untuk menemukan All Spark sebelum Decepticon. Apabila memungkinkan, mereka akan menggunakan All Spark untuk membangun kembali planet Cybertron. Namun jika tidak memungkinkan, mereka harus menghancurkan All Spark agar tidak jatuh ke tangan Decepticon. Mulai detik itu, Sam menjadi kunci keselamatan dunia. Dia tidak hanya diincar oleh para Decepticon, tetapi juga oleh para petugas Sector 7, sebuah lembaga rahasia yang bahkan tidak diketahui keberadaannya oleh Menteri Pertahanan Amerika Serikat.

01 Story Logic

Transformers merupakan salah satu film yang sering dikritik karena alur ceritanya yang dangkal dan hanya mengandalkan ledakan-ledakan spektakuler. Tentu saja kritik negatif terhadap adanya ledakan-ledakan CGI spektakuler dalam film ini adalah kritik yang menggunakan standar film Drama Serius yang dipaksakan untuk menilai sebuah film yang bukan Drama Serius. Kesalahan dalam memberikan kritik yang tidak sesuai dengan genre semacam ini adalah cikal bakal dibentuknya sistem penilaian Skywalker yang pertama-tama harus menentukan terlebih dahulu apa genre filmnya. Sebuah film Fantasi tidak bisa dinilai dengan standar film Fiksi Ilmiah dan Fiksi Ilmiah tidak bisa dinilai dengan standar Dokumenter. Lebih jauh lagi, film-film berdana ratusan juta dollar dari Hollywood juga sebenarnya tidak bisa digunakan sebagai standar penilaian film-film Indie dengan dana pas-pasan dan dirilis oleh studio tidak terkenal. Kritikus yang mengharapkan narasi penuh makna mendalam dari sebuah film Transformers adalah kritikus yang salah kaprah karena standar mereka sama dengan mengharapkan adanya adegan ledakan dan pertarungan robot dalam film Gone with the Wind atau Sense and Sensibility—hal semacam itu merupakan sesuatu yang mustahil.

Transformers menyajikan cerita yang ringan—cenderung dangkal—dan mengutamakan efek komputer yang spektakuler karena memang itulah jati diri film ini, itulah yang dijanjikan oleh film ini, itulah yang ingin disaksikan oleh penonton. Salah satu upaya mengubah ekspektasi penonton dengan mengubah kodrat [nature] sebuah film telah dilakukan oleh sutradara Gareth Edwards dalam film Godzilla 2014. Film tersebut mencoba menyeret franchise Godzilla menjadi tidak hanya lebih serius, tetapi terlalu serius dan gelap sehingga menegasi kodrat [nature] dari Godzilla sendiri yang sudah membentuk sebuah pakem sejak film ke dua era Showa, seluruh era Heisei, hingga Millennium dan Shin Godzilla. Bahkan, Shin Godzilla (2016) yang mengembalikan nuansa dan pesan serius dari film pertama Godzilla 1954 tetap berhasil menyajikan sebuah tontonan dengan nuansa kemunculan Godzilla yang khas dan tidak ditemukan dalam Godzilla 2014. Menariknya, sutradara Gareth Edwards menggunakan teknik penyutradaraan yang sama dengan filmnya yang berjudul Monsters (2010). Teknik penyutradaraan Monsters mendapat pujian, tetapi ternyata gaya tersebut tidak kompatibel dengan Godzilla.

Transformers merupakan sebuah film Fiksi Ilmiah yang dipadukan dengan Aksi. Apabila kita mengacu pada genre-nya, secara umum konsep film ini sudah logis. Keberadaan All Spark, Autobots, dan Decepicon merupakan domain dari Fiksi Ilmiah dalam film ini. Karena mengusung tema robot yang berseteru, maka genre lainnya yang paling masuk akal untuk digabungkan dengan Fiksi Ilmiah dalam film ini adalah Aksi. Gabungan genre semacam ini tentu saja harus menyesuaikan tema yang disajikan—misalnya dalam film Alien (1979), karena genre Fiksi Ilmiah film ini mengambil tema serangan Alien yang misterius, maka masuk akal jika genre Fiksi Ilmiah dalam film tersebut dipadukan dengan genre Horror. Dalam genre Aksi, berbagai adegan spektakuler boleh saja ditampilkan secara tidak realistis selama masih konsisten dengan keseluruhan cerita. Mempertanyakan bagaimana bisa John Wick tahan menerima sekian banyak pukulan sama halnya mempertanyakan bagaimana bisa Harry Potter menggunakan tongkat sihir untuk menyalakan lampu—sudah kodratnya/mengapa daging dalam masakan Rendang teksturnya tidak Crispy? Dapat disimpulkan bahwa konsep cerita Transformers sudah logis sesuai dengan genrenya.

Meskipun film ini memiliki hak untuk tampil tanpa narasi berbobot dan dengan mengandalkan efek yang spektakuler, film ini bukanlah sebuah film Komedi. Maka, adegan-adegan tidak logis dalam film ini seharusnya sebatas keunggulan militer yang terlalu dilebih-lebihkan atau ledakan dahsyat yang tidak realistis—tetapi harus tetap serius dalam hal nuansa. Permasalahan logika film ini muncul pada detil yang mencakup cara tiap-tiap karakter dalam merespons situasi dan secara umum nuansanya kurang serius. Meskipun bukan sebuah Komedi, Transformers terlalu banyak menggunakan atribut film Komedi sehingga kadar keseriusannya menjadi hilang. Adanya militer yang ditampilkan secara serius—menandakan adanya ancaman yang serius—di-negasi dengan berbagai adegan lucu sehingga adegan yang seharusnya menegangkan menjadi sama sekali tidak menegangkan. Film yang seharusnya bernaung pada genre Fiksi Ilmiah—Aksi ini sayangnya memasukkan terlalu banyak unsur genre Komedi.

02 Story Consistency

Alur cerita film ini tidak konsisten apakah mau membahas latar belakang perselisihan Autobots dengan Decepticons atau hubungan Sam dengan Autobots. Selain itu, terlalu banyak eksplorasi adegan militer. Apabila kita mengamati contoh film Battle LA, film tersebut fokus pada usaha para tentara dalam menghalau alien, bukan fokus pada rakyat sipil. Bahkan, asal mula dan detil kehidupan para alien pun tidak terlalu didalami karena memang bukan bagian itu yang ingin dieksplorasi oleh Battle LA. Contoh lain dapat dilihat dari film The Avengers yang fokusnya kepada anggota Avengers. Di dalam film itu memang ada pihak kepolisian yang terlibat, tetapi hanya ditampilkan seperlunya dan tidak dieksplorasi. Transformers memilih untuk mengeksplorasi kehidupan pribadi lebih dari satu tokoh utama sehingga membuat fokus ceritanya bercabang dan tidak konsisten: tokoh mana yang harus mendapat simpati paling besar dari penonton? Battle LA mengeksplorasi invasi alien dari perspektif tentara, The Avengers mengeksplorasi invasi alien dari perspektif SHIELD, Independence Day mengeksplorasi invasi alien dari perspektif birokrasi—Transformers mencoba untuk mengeksplorasi kesemuanya (personal/sipil, militer, dan birokrasi) sehingga alur ceritanya tidak konsisten. Alur cerita yang tidak konsisten ini nantinya akan memengaruhi poin sinematografi yakni kebingungan fokus titik pusat pengambilan gambar—siapa dan adegan mana yang harus ditampilkan di layar.

03 Casting Choice and Acting

Pemilihan aktor dan pengisi suara dalam film ini sudah baik.

04 Music Match

Tidak ada keluhan di pemilihan musik.

05 Cinematography Match

Secara umum, sinematografi dalam Transformers sudah baik. Sinematografi di sini memang sengaja didesain supaya adegan-adegannya terlihat keren, tapi memperlihatkan sisi keren cukup beberapa kali, tidak perlu harus selalu berusaha tampil keren karena tidak berpengaruh ke jalannya cerita. Selain membuat tekniknya berpotensi membosankan [karena diulang-ulang], teknik ini juga tidak efektif dalam menjalankan cerita. Poin ini berkaitan langsung dengan poin konsistensi.  Karena alur cerita film ini masih belum konsisten, adegan-adegannya terlalu banyak memotong adegan lain dan berpindah lokasi dengan sangat cepat dengan intensitas tinggi sehingga membingungkan. Rekaman sebuah aksi akan dengan cepat berpindah ke aksi lainnya dalam satu kejadian yang sama sehingga tidak jelas harus berfokus pada objek apa. Sinematografi dalam film ini, walau berhasil menonjolkan aspek “cool” dari adegan-adegannya, sebetulnya tidak signifikan dalam mendorong jalannya cerita—meaningless.

06 Costume Design

Tidak ada keluhan dalam poin pemilihan kostum dan desain karakter robot pun dinilai sudah baik.

07 Background/Set Match

Tidak ada keluhan dalam pemilihan latar belakang.

08 Special and/or Practical Effects

Efek visual baik efek nyata maupun efek komputer dalam film in sudah baik karena keduanya dapat menyatu dengan halus (smooth/seamless) dan sudah tampak nyata sehingga tidak mengganggu suspense of disbelif.

09 Audience Approval

Transformers mendapat tanggapan yang positif dari mayoritas penonton.

7/10I    MDb

58%    Rotten Tomatoes

61%    Metacritic

84%    menyukai film ini Pengguna Google

10 Intentional Match

Transformers tidak pernah dibuat dengan maksud untuk menyajikan sebuah narasi yang kompleks dengan pesan-pesan atau nilai filosofis yang mendalam. Film ini dimaksudkan untuk menjadi sebuah film Fiksi Ilmiah—Aksi yang spektakuler untuk kalangan penikmat film pada umumnya. Konsep cerita Transformers yang berorientasi pada audiens anak-anak hingga remaja dimodifikasi sehingga film ini bukan berakhir sebagai film anak-anak atau bahkan film keluarga, tetapi film yang dapat dinikmati bahkan oleh orang dewasa yang ingin menikmati sebuah film yang ringan dan penuh sajian efek visual yang spektakuler. Pada akhirnya, Transformers telah berhasil merealisasikan visi tersebut.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

01 Skywalker’s Schemata

Awalnya saya menikmati film ini dan merasa terpukau dengan sajian efek visual yang spektakuler (Camaro baru Bumblebee terlihat keren sekali)—saya bahkan merasa Academy Awards salah besar memberikan piala Best Visual Effects kepada The Golden Compass karena saya pikir efek komputer Transformers masih lebih baik. Saya sangat mengapresiasi teknik penyutradaraan efek visual yang tidak hanya mengandalkan CGI tetapi juga menggunakan efek nyata sehingga masing-masing format efek visual dapat saling melengkapi. Satu, dua, atau tiga kali dipertontonkan adegan spektakuler, saya masih bersemangat. Pertunjukan yang ke empat, saya sudah mulai bosan. Kemudian, saya sudah tidak peduli lagi dan justru merasa pusing. Efek komputer film ini tiba-tiba menjadi terlalu berlebihan dan sinematografi film ini mengalami kesulitan dalam menentukan fokus adegan mana yang harus ditangkap dengan kamera. Alhasil, terjadi terlalu banyak adegan efek visual yang dipertontonkan bergantian dengan sangat cepat. Fokus gambarnya berubah-ubah dari para robot—yang dibagi menjadi beberapa fokus, warga sipil—yang dibagi menjadi banyak fokus, Sam—yang dibagi menjadi banyak fokus ditambah adegan Mikaela, pasukan militer yang dibagi menjadi banyak fokus—semuanya berusaha dijejalkan semaksimal mungkin dalam waktu yang terbatas dan menggunakan teknik yang sudah dipakai berkali-kali sebelumnya. Saya kebingungan harus fokus pada bagian apa dan kebingungan saya bukan hanya kiasan (figure of speech) tetapi harfiah (literally) karena kepala saya benar-benar pening dicekoki bertubi-tubi sajian efek visual dengan sinematografi yang berantakan karena tidak terfokus. Transformers is a visual effects feast—nothing more and nothing less.

02 Awards

Berdasarkan data yang dihimpun oleh IMDb, film ini mememangkan 25 penghargaan dan 50 nominasi—termasuk nominasi efek visual terbaik dalam Academy Awards.

03 Financial

Transformers dibuat dengan dana sebesar $200 juta dan berhasil menjual tiket sebesar $708 juta. Perbandingan modal dan hasil penjualan tiket ini menunjukkan dengan jelas bahwa Transformers sukses besar dari segi finansial. Angka penjualan DVD film ini juga fantastis yakni lebih dari 13 juta keping DVD berhasil dijual—menjadikan Transformers sebagai DVD paling populer di tahun 2007 dan telah menghasilkan lebih dari $300 juta.

Transformers (2007) Theatrical Performance

Domestic Box Office

$319,246,193

Details

International Box Office

$389,026,399

Details

Worldwide Box Office

$708,272,592

Home Market Performance

Est. Domestic DVD Sales

$295,580,554

Details

Est. Domestic Blu-ray Sales

$8,098,777

Details

Total Est. Domestic Video Sales

$303,679,331

Further financial details...

04 Critics

Film ini mendapatkan tanggapan yang beragam tetapi cenderung positif dari kalanan kritikus. Narasi dalam film ini mendapat penilaian negatif, tetapi teknis perfilman dalam Transformers mendapatkan tanggapan yang positif.

05 Longevity

Transformers masih tetap populer bahkan setelah berusia lebih dari 10 tahun—efek visual yang disajikan masih menuai pujian dari penonton generasi baru, dan film ini secara konsisten menjadi entry Transformers dengan penilaian positif yang paling kuat dibandingkan dengan film-film berikutnya.

Final Score

Skor Asli                     : 8

Skor Tambahan           : -

Skor Akhir                  : 8/10

***

Spesifikasi Optical Disc

[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]

Judul               : Transformers [Two Disc Special Edition]

Rilis                 : 14 Juli 2009

Format             : Blu-ray Disc [||]

Kode Warna    : Full HD 1080p 60 dan 24hz

Fitur                : Audio commentary, BD Live, Transformers Heads Up Display, Our World, Their War, More than Meets the Eye

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

Keterangan Support:

[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]

[Support VCD, DVD, Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]

[Support Semua Termasuk 4K]

STREAMING

iTunes:

iTunes

Google Play:

Google PlayGoogle Play

Vudu:

Vudu

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

Edisi Review Singkat+PLUS

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda Review Singkat+PLUS di bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.

Skywalker Hunter adalah alias dari Nabil Bakri

Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers

©2007/Paramount/Transformers/All Rights Reserved.