Mengapa Kualitas CGI Film Hollywood Sangat Bagus Dibandingkan Film Negara Lain? [Why Does CGI in Hollywood Look Better than CGI in Foreign Films? ]

©2009/Avatar/20th Century Fox/all rights reserved.

Mengapa Kualitas CGI Film Hollywood Sangat Bagus Dibandingkan Film Negara Lain? Jika karena budget, mengapa film-film Tiongkok yang juga memiliki budget tinggi kualitas CGI-nya masih kalah dengan film Hollywood?

Why Does CGI in Hollywood Look Better than CGI in Foreign Films? If it is all about budget, why do expensive Chinese Films still cannot match Hollywood’s CGI quality? 

Oleh Rangga Adhyatama

Kurator di YouTube (2019-sekarang)

©2019/Avengers Endgame/Marvel-Disney/all rights reserved.

Ketika kita bicara mengenai film, biasanya kita akan membahas film-film populer dari Hollywood. Dalam dekade 2010-an, kita menyaksikan fenomena besar berupa Demam Superhero yang membuat publik tidak berhenti membicarakan tentang film-film dari studio Marvel. Film-film tersebut menjadi populer bukan karena alur ceritanya yang penuh dengan kedalaman makna atau kemampuan akting para aktornya yang bisa benar-benar menjiwai karakternya seperti para aktor Broadway, tetapi karena film-film itu menyajikan sebuah pesta visual yang memukau para penonton. Semua film Marvel di era ini, mulai dari Iron Man yang dirilis tahun 2008 sampai dengan Avengers Endgame yang dirilis tahun 2019, menyajikan atraksi CGI yang spektakuler berharga ratusan juta dollar dan berhasil memukau penonton. Tidak heran, beberapa sutradara senior seperti James Cameron dan Martin Scorsese menganggap film-film Marvel ini seperti arena hiburan karena penonton benar-benar bisa “menonaktifkan otak” sejenak untuk menikmati alur cerita yang sangat ringan dan efek visual yang spektakuler atau memanjakan mata. Hollywood sudah dikenal sejak dahulu kala sebagai pusat pembuatan film dengan kualitas efek visual yang memukau—mulai dari era sebelum komputer (menggunakan efek nyata) hingga era komputer (menggunakan efek CGI). Apabila kita bicara di tahun 2001, memang banyak film yang sudah menggunakan efek CGI tetapi negara-negara lain belum memiliki kemampuan sebesar Hollywood dalam hal dana dan pengalaman. Namun seiring berjalannya waktu, negara-negara lain mulai menyusul karena teknologi berkembang begitu pesat dan semakin terjangkau. Bahkan, perseorangan di era 2010 ke atas sudah bisa membuat efek CGI yang spektakuler tanpa dukungan dari studio-studio Hollywood. Lantas, muncullah sebuah pertanyaan di Quora: Jika memang Hollywood lebih unggul karena memiliki budget atau dana yang lebih besar, kenapa negara lain seperti China yang juga memiliki dana film yang besar tetap belum mampu menandingi kualitas CGI Hollywood?

©2017/Justice League/DC-Warner Bros/all rights reserved.

Pada umumnya, sebuah kesuksesan tidak terjadi secara tiba-tiba dan butuh proses. Sebagai contoh, pada tahun 2017 Warner Bros. merilis film Justice League yang dimaksudkan untuk menandingi kesuksesan Marvel. Maka, Justice League 2017 dibuat semirip mungkin dengan The Avengers 2012 menggunakan formula yang sama. Hasilnya? Justice League 2017 mengalami kegagalan. Apakah budget Justice League murah? Nyatanya tidak. Mencoba meniru Marvel tidak akan serta merta membuat kualitas DC setara dengan Marvel. Ada satu hal yang dilupakan oleh DC: Kesuksesan The Avengers butuh proses panjang. Kesuksesan Endgame adalah kulminasi dan sekian banyak film sejak Iron Man pada tahun 2008. Jika contoh Marvel dan DC ini diterapkan pada Hollywood dan industri perfilman dunia, maka kita akan melihat satu keunggulan Hollywood yang tidak dimiliki oleh negara lain: Waktu. Kecanggihan efek visual film-film Hollywood tidak muncul dalam waktu semalam dan telah melalui proses yang sangat panjang. Bahkan, standar-standar perfilman sebagian besar datang dari Hollywood. Siapa yang menentukan standar frames per second film adalah 24fps sementara animasi adalah 12–14fps? Hollywood. Bagaimana bisa mereka membuat standar itu? Tentu saja karena mereka sudah berkecimpung di industri perfilman sejak awal mula perfilman itu sendiri. Berikut saya kutip perkataan Kieron Connolly dalam buku Sejarah Gelap Hollywood:

Pada tahun 1908, kehidupan kebudayaan Amerika, termasuk pembuatan filmnya, berada di New York, dan Perancis memiliki industri film terbesar di dunia. Oleh karena itu, bagaimana Hollywood menjelang tahun 1919 tidak hanya menjadi pusat pembuatan film di Amerika Serikat namun sekaligus juga menjadi kekuatan terbesar perfilman di seluruh dunia? Selain kerja keras dan juga keberuntungan, kisah ini melibatkan juga tindakan penyelundupan, pencurian, pembajakan karya cipta, kartel-kartel dan kekerasan. (Connolly, 2015:11)

©Back to Golden Days [https://back-to-golden-days.blogspot.com/] Check out this website for more insights about Hollywood's Golden Days.

Dari kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Amerika, khususnya Hollywood, sudah berkecimpung di industri perfilman sejak awal berdirinya industri perfilman itu sendiri. Bahkan, Hollywood-lah yang menjadikan perfilman sebagai sebuah industri raksasa. Apabila kita menggunakan contoh nyata dunia ekonomi pada dekade 1990-an hingga 2010-an, kita sebenarnya bisa melihat pola yang serupa pada fenomena naiknya perekonomian China. Pada awalnya, Hollywood bukanlah pusat pembuatan film—bahkan teknologi kamera awalnya bukan diciptakan oleh orang-orang Amerika. Namun, Hollywood melakukan segala cara agar dapat mengikuti jejak Perancis dalam menjual film bahkan memodifikasinya menjadi sebuah industri yang jauh lebih menguntungkan. Jika kita menggunakan fenomena China sebagai contohnya, dahulu China selalu dituding menjiplak dan memproduksi barang-barang imitasi berkualitas rendah. Mobil-mobil Chevrolet hingga I-Phone banyak ditiru oleh China. Namun seiring berjalannya waktu, industri otomotif serta gadget mereka bahkan sudah menjadi lebih besar ketimbang pesaingnya di Amerika Serikat. Hal serupa terjadi ketika Amerika melihat potensi besar industri perfilman yang dikuasai oleh Perancis. Tidak masalah jika orang-orang Hollywood harus menjiplak, menyelundupkan, atau bahkan melakukan kecurangan bisnis selama industri mereka bisa maju. Pada akhirnya, seperti yang kita semua tahu, Hollywood berhasil menjadi pusat perfilman dunia. Dengan track record yang panjang ini, tentunya butuh waktu lebih lama bagi negara-negara lain untuk menyusul—seperti China sendiri tidak menjadi raksasa ekonomi hanya dalam waktu satu malam. Pada awal berdirinya industri perfilman, negara-negara Eropa gagal melihat potensi ke depan dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Coba perhatikan bagaimana Amerika Serikat masih memperdebatkan soal jaringan internet 5G sementara China sudah membangun infrastruktur yang tersebar di seluruh dunia. Namun, itu tadi hanya contoh saja untuk lebih mudah memahami bagaimana Hollywood bisa menjadi pemimpin industri perfilman dunia.

©Susan Walsh/2019/AP Associate Press/Time Magazine

Sekarang, kita kembali fokus mengenai teknologi CGI Hollywood yang spektakuler. Selain film-film besar Hollywood memiliki dana yang fantastis, ada banyak sekali sutradara yang sangat visioner dalam hal teknologi. Dalam 50 tahun terakhir, Hollywood benar-benar kebanjiran sutradara yang visioner. Mereka tidak hanya menggunakan teknologi yang sudah ada, tapi ikut "menciptakan" teknologi yang akan dipakai oleh sutradara lain termasuk sutradara dari negara lain. Banyak sekali "tial and error" yang dilakukan para pencipta film Hollywood sehingga mereka telah benar-benar menyempurnakan teknik perfilman. Ketika Walt Disney ingin membuat animasi 2 dimensi supaya memiliki efek 3 dimensi tapi teknologinya belum ada, apa yang dia lakukan? Menunggu sampai ada seseorang yang menciptakannya? Tentu saja tidak. Dia berinvestasi untuk menciptakan teknologi baru supaya bisa membuat animasi 2 dimensi miliknya berkemampuan menampilkan efek 3 dimensi. Diciptakanlah Multiplane Camera yang dipakai untuk film Snow White and the Seven Dwarfs. Tahun berapa? 1937. Bahkan Indonesia belum merdeka.

Berikut saya sertakan cuplikan video pengantar dari keponakan Walt Disney, Roy Disney, yang memperkenalkan secara singkat sejarah inovasi studio Disney KLIK [Subtitle Indonesia]

Pada tahun 1977, sutradara George Lucas mengalami kesulitan karena belum ada teknologi yang memadai untuk membuat film Star Wars. Apa yang dia lakukan? Invest untuk ikut mengembangkan teknologi komputer dan special effects supaya Star Wars bisa dibuat. Tahun 1996, sutradara James Cameron ingin merekam bangkai kapal Titanic yang asli untuk filmnya. Tetapi, bangkai kapal itu letaknya 3KM di dasar laut dan tidak ada kamera yang bisa menahan tekanan airnya. Apa yang dia lakukan? Dia ikut menciptakan kamera yang dirancang untuk aktif berdasarkan tekanan air sehingga memungkinkan untuk merekam bangkai kapal Titanic. James Cameron ini selain merupakan seorang sutradara, juga seorang peneliti. Pada 2009 ia ikut mengembangkan kamera khusus untuk mendeteksi gerakan aktor dalam film Avatar sehingga hasil CGI dapat langsung diperiksa oleh sutradara dan hasil aktingnya pun lebih bagus. Kalau dilihat lagi, sutradara ini juga tidak suka buru-buru. Konsep Avatar sudah dibuat sejak 90-an, namun karena teknologinya belum bisa mengimbangi, pembuat filmnya menunggu sembari ikut mengembangkan teknologinya. Sutradara besar Hollywood yang visioner bahkan ikut mendirikan perusahaan CGI: George Lucas dengan Industrial Light and Magic yang membuat Star Wars, Indiana Jones, dan Jurassic Park. Peter Jackson dengan WETA Digital dalam The Lord of the Rings dan King Kong, James Cameron pun memiliki Lightstorm Entertainment dan Spielberg dengan Amblin plus DreamWorks. Investasi teknologi seperti ini tidak selalu sukses. Contoh kegagalan luar biasa dialami Disney setelah membeli studio CGI Image Movers Digital yang malah membuat Disney rugi besar. Namun itu bukan berarti mereka berhenti berinvestasi dalam teknologi. Sebelumnya, Disney sudah pernah bahkan sering gagal. Salah satunya adalah investasi besar pengembangan teknologi suara Fantasaound—Stereophonic sound untuk film Fantasia yang membuat perusahaan Disney merugi di tahun 1940.

©1939/Gone with the Wind/Warner Bros/all rights reserved. Bahkan sebelum Indonesia merdea dan foto masih umum sebatas Hitam-Putih, Hollywood sudah mampu memproduksi film layar lebar berwarna.

Lantas, mengapa CGI Hollywood sangat bagus? Itu karena CGI mereka selalu selangkah di depan. Kenapa selangkah di depan? Itu karena, berdasarkan sejarahnya yang sudah kita bicarakan, Hollywood tidak hanya memakai teknologi, tapi juga invest untuk menciptakan teknologi baru di dunia perfilman. Untuk animasi saja, Disney PIXAR membuat terobosan CGI rambut di film Monsters Inc. yang mereka gebrak lagi dalam film Brave. The Lord of the Rings menggebrak teknologi perfilman dengan CGI yang digerakkan oleh Artificial Intelligence di tahun 2001–20 tahun sebelum masyarakat luas familiar dengan istilah Artificial Intelligence dan komputer pun kala itu masih umum memakai Windows 98. Inilah yang membuat teknologi CGI Hollywood selangkah di depan, karena mereka tidak "mengikuti" tapi merekalah yang "diikuti". Michael Bay, Christopher Nolan, Guillermo Del Toro, Martin Scorsese, Roland Emmerich, Robert Zemeckis, Jon Favreu, Ridley Scott, dan masih banyak lagi. Nama-nama itu sangat populer, bahkan tidak sedikit yang menonton film berdasarkan sutradaranya. Jadi tagline "From the director of…" di poster film Hollywood itu tidak main-main karena masing-masing sutradara memiliki pendekatan tersendiri terhadap film yang digarap. Tim Burton, misalnya, memiliki gaya penyutradaraan yang khas dan menjadi daya tarik tersendiri.

©1959&2009 [restoration]/Ben Hur/Warner Bros/all rights reserved. Film Ben Hur menampilkan efek spektakuler untuk ukuran film tahun 1959 yakni salah satunya dalam adegan Balapan Kuda.

Setelah membahas alasan utama mengapa CGI Hollywood lebih unggul ketimbang CGI negara lain, beberapa pertanyaan baru muncul dari Pengguna Quora: [Pertanyaan user ditulis huruf miring, jawaban Rangga ditulis huruf tegak]

Pertanyaan User Quora, 14 Mei

Apakah teknologi itu memang khusus dimonopoli oleh industri film Hollywood? Karena kini banyak film-film produksi negara Tiongkok (China) yang juga menggunakan teknologi CGI untuk film dengan genre fantasi, tapi hasilnya jauh jika dibandingkan dengan film-film Hollywood. Padahal budget film-film itu termasuk besar, bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta dollar.

©2007/The Magic Gourd/Disney/all rights reserved.

Jawaban Rangga Adhyatama, 14 Mei

Tentu saja tidak. Hollywood terbuka untuk bekerja sama. Namun coba Anda perhatikan, sampai tahun 2021, film China termahal adalah Monster Hunt 2 (2018) dengan dana sebesar $143 juta sedangkan yang lainnya masih $100 juta ke bawah. Bandingkan saja dengan dana rata-rata film Marvel yang berkisar di angka $200 juta ke atas. Dilansir dari entertainment.ie, rentang biaya per film Marvel adalah $190–$330 juta. Avatar menghabiskan dana $237 juta di tahun 2009 [jika dihitung inflasi di tahun 2018 ketika Monster Hunt dirilis, maka uang $237 juta itu sudah lebih banyak lagi menjadi $282]. Titanic menghabiskan $200 juta di tahun 1997 yang setara $319 juta sekarang, Pirates of the Caribbean On Stranger Tides menghabiskan $430 juta, bahkan film Superman tahun 1978 jika dihitung dengan nilai uang masa kini akan menghabiskan dana $218 juta, masih di atas film termahal China. Studio khusus special effects seperti ILM dan WETA tentu sudah mengembangkan program sendiri dan bisa jadi program itu eksklusif untuk klien mereka dan tergantung besarnya dana juga. Bisa saja studio China bekerja sama dengan salah satu studio digital Hollywood namun ada beberapa langkah rendering yang dilewati karena persoalan dana. Film King Kong 2005 dan Water Horse sama-sama dibuat oleh WETA digital CGI-nya, tetapi hasil CGI King Kong lebih baik ketimbang Water Horse. Keduanya sama-sama film Hollywood, tetapi budgetnya berbeda. [tambahan: film The Magic Gourd (宝葫芦的秘密)yang dirilis tahun 2007 merupakan hasil kerja sama perusahaan Centro, China Movie Co Ltd dan Disney. Namun, hasil CGI-nya masih terlihat palsu—kemungkinan bukan karena kesulitan pihak studio, tetapi karena masalah style saja. CGI yang terlihat palsu itu tidak “jelek”, tetapi seperti ada alasan artistik yang memang sengaja membuat efek CGI-nya tampak seperti kartun—akan dibahas lebih lanjut dalam jawaban berikutnya]

Pertanyaan User Quora, 14 Mei

Banyak film Hollywood dengan budget di bawah $100 juta tapi memiliki kualitas CGI di atas film-film China yang memiliki budget hampir sama.

Contohnya film "District 9", walau dikerjakan dengan budget yang tergolong kecil untuk film bertema alien tapi hasilnya sangat memuaskan.

Banyak film-film China yang budgetnya di atas "District 9" tapi CGI "District 9" tampak lebih natural dibandingkan film-film buatan China.

©2009/District 9/WingNut Films, TriStar Pictures/all rights reserved.

Jawaban Rangga Adhyatama, 14 Mei

Maka kembali lagi ke pembukaan jawaban bahwa Hollywood memiliki sesuatu yang belum dimiliki pihak lain dan itu bukan hanya soal dana. Saya telah menyebutkan bagian tentang sutradara visioner. Contoh yang Anda sebutkan, District 9, adalah berkat kepiawaian sutradaranya dalam menekan biaya. Jika District 9 difilmkan dengan fasilitas Marvel, mustahil film itu bisa dibuat hanya dengan dana $30 juta. Namun, sutradara Neil Blompkamp berhasil. Pertama, lokasi pengambilan gambarnya dilakukan di wilayah yang benar-benar sedang konflik dengan menyewa warga sekitar sebagai figuran. District 9 juga sejak awal memasang batasan tidak akan menyewa aktor dengan gaji mahal karena memang dananya terbatas. Meskipun ada banyak hasil CGI, banyak juga adegan direkam di set asli sehingga tampak lebih natural. Blompkamp sendiri menyatakan bahwa pencahayaan dalam District 9 diatur supaya CGI-nya bisa terlihat nyata walau tanpa terlalu banyak "sentuhan". Terlebih lagi, studio yang menggarap CGI film ini berlokasi di Vancouver yang memberikan keringanan pajak. [‘District 9’ owes its low budget of $30 million to some of the director’s other talents - The Boston Globe] Film-film besar Hollywood banyak yang tercipta dari keterbatasan karena akan mendorong sang sutradara untuk berpikir lebih kreatif. Jawaban saya mengarah pada jumlah dana karena memang pertanyaannya sejak awal sudah mengarah ke sana, juga tidak dijelaskan maksud CGI di dalam film yang seperti apa dan dalam genre apa—dan pertanyaannya berkata "dibanding negara lain" yang artinya tidak hanya China. Jelas kalau dibandingkan dengan Indonesia masalah dana sangat besar pengaruhnya.

©2008-2009/Red Cliff/Beijing Film Studio/all rights reserved.

Selain masalah dana, ada juga perbedaan pendekatan artistik. Dalam film Red Cliff, misalnya, menurut saya efek visualnya sudah baik karena digunakan seperlunya. Berbeda lagi dengan The Monkey King yang memang mengandalkan CGI—namun bisa jadi CGI yang terlihat kurang realistis dalam The Monkey King sengaja digunakan karena alasan artistik atau sebatas untuk menonjolkan kesan 3D [seperti Spy Kids 3D dan Speed Racer yang CGI-nya terlihat seperti kartun bukan karena mereka tidak bisa membuat seperti nyata, tetapi sengaja membuatnya seperti kartun] karena toh pembuatan CGI The Monkey King ikut dikerjakan oleh ahli special effects Hollywood. Banyak adegan film Asia yang sebenarnya bisa dilakukan secara nyata dengan properti dan stunt-double, tetapi dipaksakan untuk menggunakan CGI sehingga beban CGI terlalu berlebih dan dananya terlanjur terkuras untuk menggarap CGI-nya. Contohnya film Korea Sector 7. Untuk film seperti The Knight of Shadows-nya Jackie Chan, saya rasa CGI-nya sengaja dibuat kurang realistis karena masalah style saja.

©2011/Sector 7/CJ Entertainment/all rights reserved.

Nah, itu tadi jawaban saya atas pertanyaan “Mengapa Kualitas CGI Film Hollywood Sangat Bagus Dibandingkan Film Negara Lain?”—dan sebuah diskusi tanya-jawab dari Quora. Semoga bermanfaat.

***

Quora

Blogger

Rangga AdhyatamaNabil Bakri