Review Film Escape Room (2019) Permainan Interaktif Bersimbah Darah

 

©2019/Sony Pictures/Columbia and Original Film/Escape Room/All Rights Reserved.

Review Film Escape Room (2019) Permainan Interaktif Bersimbah Darah

Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter

Periksa index

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Thriller—Horror

Rilis                 : 4 Januari 2019

Durasi             : 100 menit

Sutradara       : Adam Robitel

Pemeran         : Taylor Russell, Logan Miller, Deborah Ann Woll, Jay Ellis, Tyler Labine, Nik Dodani, Yorick van Wageningen

Episode           : -

Sinopsis

Zoey Davis adalah seorang mahasiswi cerdas yang tidak pernah aktif di dalam kelas. Professor-nya mengetahui kecerdasan Zoey dan memintanya untuk mencoba lebih aktif di dalam kelas karena sayang sekali jika kecerdasan Zoey hanya dipendam saja. Di lokasi yang berbeda, seorang pialang saham sukses, Jason Walker, sedang menantikan hadiah dari atasannya berkat keberhasilannya meraup keuntungan dari keahliannya menjadi seorang pialang. Jason menduga akan menerima hadiah berupa paket liburan dengan pesawat jet, namun ia justru menerima sebuah paket berisi kotak misterius. Berdasarkan keterangannya, kotak itu dikirim oleh atasannya karena Jason selalu berpikir “out of the box” dan mengharapkan Jason memecahkan misteri di balik kotak itu. Zoey juga mendapatkan kotak yang sama, tetapi berdasarkan catatan, kotak itu dikirimkan oleh Professornya. Seorang pegawai toko bernama Ben Miller juga menerima kotak yang sama namun dari pengirim yang berbeda. Mereka bertiga menggunakan cara masing-masing yang unik untuk memecahkan teka-teki kotak misterius yang mereka terima. Akhirnya, mereka berhasil memecahkan teka-teki kotak itu dan mengungkapkan pesan tawaran untuk rekreasi bermain sebuah permainan interaktif Escape Room. Apabila mereka berhasil memenangkan permainan itu, mereka akan mendapatkan hadiah sebesar $10 ribu. Mereka harus pergi ke gedung Minos Corporation yang menciptakan permainan Escape Room. Permainan ini adalah permainan yang didesain untuk sekelompok pemain agar bekerja sama memecahkan petunjuk. Setiap petunjuk akan mengarahkan mereka ke permainan berikutnya sampai akhirnya peserta berhasil keluar dari permainan. Sebelum permainan dimulai, para peserta akan dikumpulkan di sebuah ruang pembekalan [briefing room] dan akan diberi petunjuk mengenai tata cara bermain oleh Game Master baik secara langsung maupun melalui rekaman.

©2019/Sony Pictures/Columbia and Original Film/Escape Room/All Rights Reserved.

Di dalam gedung Minos Corporation, Zoey, Jason, dan Ben bertemu dengan tiga peserta lainnya yakni Amanda Harper yang merupakan seorang mantan tentara, Mike Nolan yang merupakan seorang sopir truk, dan Danny Khan yang merupakan penggemar game Escape Room dan sangat ingin mencoba game rancangan Minos Corporation. Para peserta menunggu kedatangan Game Master di ruang pembekalan, namun Game Master tidak kunjung datang. Ketika Ben perlu keluar dari ruangan, gagang pintu ruangan lepas dan membuka teka-teki pertama. Tampaknya, permainan sudah dimulai. Dalam permainan pertama, ruang pembekalan berubah menjadi oven yang akan memanggang para peserta jika mereka gagal melarikan diri dari ruangan tersebut sebelum waktu mereka habis. Para peserta yang awalnya menganggap semua ini hanya permainan seketika menjadi panik karena tampaknya permainan itu adalah tantangan sungguhan yang bisa membunuh mereka. Satu-satunya peserta yang masih yakin kalau Escape Room hanyalah sebuah permainan adalah Danny Khan yang memang sudah sering bermain dalam Escape Room rancangan perusahaan lain. Para peserta harus bekerja sama mencari petunjuk dan memecahkan teka-teki untuk menyelamatkan diri mereka. Seiring berjalannya waktu, permainan yang menegangkan itu berubah menjadi tantangan mencekam yang menuntut para peserta untuk bertahan hidup. Jika mereka sampai gagal, nyawa mereka adalah taruhannya. Arena-arena dalam Escape Room dirancang sedemikian rupa untuk tidak hanya menyerang fisik peserta, tetapi juga psikis mereka. Tampaknya, Game Master telah mengumpulkan data pribadi mereka dan menggunakannya untuk merancang permainan tersebut. Seiring bertambahnya jumlah tantangan, satu per satu dari peserta harus meregang nyawa. Zoey lantas memutuskan untuk bermain di luar aturan untuk mengungkapkan rahasia besar di balik permainan pencabut nyawa tersebut—termasuk alasan mengapa mereka dipilih untuk ikut serta dalam ajang penjagalan tersebut.

©2019/Sony Pictures/Columbia and Original Film/Escape Room/All Rights Reserved.

01 Story Logic

Terdapat beberapa masalah dalam logika narasi Escape Room. Apabila dilihat secara seklias, narasi film ini sudah logis sesuai genrenya yakni Thriller—Horror. Hal ini dikarenakan film ini sudah menampilkan adegan-adegan mencekam dengan unsur kekerasan yang memaksa adrenalin para karakternya dipacu sekencang mungkin. Meski demikian, Escape Room memiliki masalah dalam tataran konsep dan detil. Film ini kurang tegas dalam menentukan jati dirinya sendiri apakah akan menjadi sebuah film Thriller yang benar-benar [nyata] mencekam, atau sebuah Psychological Thriller yang sama-sama mencekam namun lebih ke arah mempermainkan sisi psikologis karakternya dan tidak benar-benar terjadi. Apabila Escape Room bukan merupakan sebuah Psychological Thriller, mengapa menjelang akhir film ini membuat seolah-olah semua kejadian mengenaskan dalam permainan itu hanya halusinasi karakternya saja? Apabila Escape Room benar-benar nyata dan semua kengerian itu terjadi, mengapa tidak ada penjelasan yang masuk akal mengenai tuduhan halusinasi terhadap karakternya? Apabila arena Escape Room sungguh nyata, seharusnya terdapat penjelasan logis mengenai siapa dalang di balik permainan dan bagaimana mereka bisa “menghapus jejak” secepat kilat. Poin ini dieksplorasi lebih masuk akal dalam film The Cabin in the Woods.

©2019/Sony Pictures/Columbia and Original Film/Escape Room/All Rights Reserved.

Pada dasarnya, konsep yang disajikan oleh Escape Room bukanlah konsep yang baru. Film populer dengan konsep yang sangat mirip adalah The Cabin in the Woods di mana para karakternya sudah dimata-matai oleh perancang permainan dan mereka ditempatkan di arena bermain yang mematikan. Namun, permainan dalam The Cabin in the Woods disokong oleh pemerintah bahkan berskala internasional karena mencakup keamanan dunia. Maka, dengan sokongan dari pihak berwajib, masuk akal jika mereka dapat menghilangkan jejak. Namun, tampaknya permainan dalam Escape Room tidak disokong oleh pemerintah. Maka, kasusnya mirip seperti dalam film Shark Night. Apabila permainan berbahaya semacam ini dirancang oleh pihak berwajib, sangat mungkin bagi pemerintah untuk membungkam satu pemenang [para Tribute tidak dapat berbuat apa-apa terhadap Hunger Games karena diselenggarakan secara resmi oleh pemerintah] namun para karakter dalam Shark Night [dan Escape Room] dapat mengubah nasib mereka sendiri dan “mengadukan” kejahatan yang mereka alami kepada pemerintah.

©2019/Sony Pictures/Columbia and Original Film/Escape Room/All Rights Reserved.

Bisa saja dikatakan bahwa perancang Escape Room disokong oleh kekuatan-kekuatan global. Namun jika demikian, detil ceritanya menjadi tidak logis karena mustahil permainan yang disorot oleh kekuatan besar dapat dengan mudahnya “dicurangi” oleh pesertanya. Bahkan, jumlah “pegawai” yang memantau para peserta juga terlalu kecil jika memang skala Escape Room ini sebegitu besarnya. Tidak akan masuk akal, misalnya, jika Katniss Everdeen bisa dengan sangat mudah menyerang Seneca Crane langsung setelah keluar dari arena Hunger Games. Namun poin tidak masuk akal semacam ini yang ada di dalam Escape Room. Film ini juga memiliki konsep yang mirip dengan Alice in Borderland. Meskipun Alice in Borderland sama-sama tidak mengungkapkan siapa dalang sebenarnya di balik permainan pencabut nyawa yang diselenggarakan, namun setidaknya Alice in Borderland lebih masuk akal dalam menampilkan kesiapan sang Game Master yang tidak akan dengan mudah membiarkan peserta berbuat “curang”. Sebagian besar masalah logika ini muncul di bagian akhir film. Sebuah Thriller—Horror yang logis secara tiba-tiba dibelokkan menjadi “seolah-olah” Psychological Thriller lalu dikembalikan ke Thriller—Horror. Konsep sederhana yang sama dengan konsep Shark Night pun tiba-tiba dibelokkan menjadi konsep yang rumit seperti Alice in Borderland atau The Cabin in the Woods. Poin tidak logis ini berhubungan erat dengan poin konsistensi cerita.

©2019/Sony Pictures/Columbia and Original Film/Escape Room/All Rights Reserved.

02 Story Consistency

Alur cerita film ini masih kurang konsisten. Sebenarnya, alur film ini sudah konsisten sejak awal hingga menjelang akhir. Namun, alur cerita film ini dibelokkan di akhir sehingga menjadi tidak konsisten dengan narasi yang sudah dibangun sebelumnya. Escape Room dimulai dengan sebuah konsep “sederhana” mengenai sekelompok orang yang dipaksa berpartisipasi dalam permainan mematikan [menjelang akhir, disebutkan bahwa konsep permainan ini pada dasarnya sama dengan konsep Gladiator di masa lalu sehingga memperkuat konsep awal bahwa Escape Room hanyalah memenuhi tuntutan golongan tertentu yang ingin menyaksikan penyiksaan]. Cara karakter kunci dalam film ini untuk “mengelabuhi” Game Master juga teramat sederhana—mengindikasikan bahwa permainan itu sebetulnya memiliki konsep yang sederhana yakni Supply and Demand. Namun konsep sederhana ini beralih menjadi kompleks karena bergeser menjadi Psychological Thriller. Apabila film ini bukan sebuah Psychological Thriller, mustahil permainan “sederhana” tersebut bisa lenyap begitu saja seolah ditelan bumi [seperti kasus-kasus dalam Dream House dan Shutter Island] tanpa adanya penjelasan logis yang mengikat konsep narasinya. Namun di akhir cerita, narasinya berubah lagi menjadi lebih rumit. Dalam Psychological Thriller Shutter Island, [spoiler] jelas bahwa kasus-kasus yang terjadi adalah halusinasi. Dalam seri Dystopian The Hunger Games, jelas bahwa permainan mematikan Hunger Games diselenggarakan secara terang-terangan oleh pemerintah. Dalam film Monster Shark Night, [spoiler] jelas bahwa “permainan” mematikan diselenggarakan oleh karakter jahat yang mengincar keuntungan finansial. Dalam Escape Room, kurang jelas karena konsep dasar ketiga genre film yang berbeda sama-sama dieksplorasi.

©2019/Sony Pictures/Columbia and Original Film/Escape Room/All Rights Reserved.

03 Casting Choice and Acting

Para aktor dalam film ini sudah mampu menghidupkan karakter mereka masing-masing dengan baik. Tampilan fisik para aktor juga telah sesuai dengan deskripsi latar belakang dan sifat masing-masing karakter.

04 Music Match

Tidak ada keluhan di pemilihan musik.

05 Cinematography Match

Tidak ada keluhan dalam poin sinematografi. Walau demikian, untuk ukuran sebuah Thriller—Horror yang mengambil konsep ruangan tertutup tanpa jalan keluar, pengambilan gambar dalam film ini kurang mampu mengedepankan nuansa klaustrofobia. Poin ini berkaitan erat dengan setting dan reaksi para aktor [karakter] terhadap situasi.

06 Costume Design

Tidak ada keluhan dalam poin pemilihan kostum. Escape Room memiliki enam karakter kunci dari latar belakang yang berbeda-beda. Kostum yang dikenakan sudah sesuai dengan latar belakang masing-masing karakter.

©2019/Sony Pictures/Columbia and Original Film/Escape Room/All Rights Reserved.

07 Background/Set Match

Tidak ada keluhan dalam pemilihan latar belakang. Namun, berkaitan dengan poin Sinematografi, terdapat beberapa adegan dengan set yang memiliki potensi untuk menguatkan nuansa “tertekan” seperti adegan di dalam saluran udara namun kurang maksimal sehingga nuansa “tertekan” ini kurang begitu terlihat. Padahal, nuansa semacam ini adalah salah satu kunci narasi yang berkaitan dengan survival atau perjuangan karakter keluar dari lokasi tertentu yang berbahaya dan membingungkan—misalnya usaha keluar dari kapal Poseidon yang terbalik.

08 Special and/or Practical Effects

Secara umum, tidak ada keluhan dalam penggunaan efek komputer.

09 Audience Approval

Mayoritas penonton memberikan respons yang positif untuk film ini.

©2019/Sony Pictures/Columbia and Original Film/Escape Room/All Rights Reserved.

10 Intentional Match

Escape Room tidak pernah dimaksudkan untuk memberikan sebuah konsep yang baru atau unik. Namun, film ini dimaksudkan untuk mengikuti pakem cerita serupa yang sudah pernah ada [seperti Saw, The Cabin in the Woods, dan Shark Night—meskipun tidak terang-terangan dinyatakan oleh penciptanya] dengan tujuan memberikan hiburan yang mampu membuat penonton berdebar. Melihat tanggal dan bulan perilisan film ini, tampaknya Escape Room memang tidak terlalu diharap-harap untuk menjadi sebuah fenomena sinema yang memukau—menghibur penonton saja sudah cukup. Niatan lainnya yang berhasil dieksekusi adalah kesengajaan untuk membuat ending film ini “bersiap” untuk sekuel. Hal semacam ini berpotensi besar merusak pengalaman menonton para penonton karena cerita yang disajikan sengaja dibuat tidak utuh, tetapi memang begitulah niatan penciptanya dan niatan tersebut telah tercapai [meskipun mengorbankan logika dan konsistensi cerita].

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

01 Skywalker’s Schemata

Saya sangat menikmati film ini, namun hanya sampai mendekati akhir. Memang tidak ada yang istimewa dari konsep ceritanya karena bukan konsep yang baru, tetapi film ini berhasil menyajikan konsep lama ini dengan menarik sehingga tetap menghibur. Kepiawaian para aktor dalam menghidupkan karakter mereka perlu diapresiasi karena dapat benar-benar membuat saya yakin bahwa mereka adalah karakter yang mereka perankan. Dengan demikian, nuansa film ini bisa menjadi lebih nyata. Logika cerita mengenai siapa saja karakter kunci dalam film ini juga saya rasa sudah sangat baik—tidak sembarangan orang dipilih untuk mengikuti Escape Room, dan setiap peserta bebas memilih untuk ikut atau tidak dalam permainan. Sebelum permainan dimulai, mereka sudah harus memecahkan teka-teki dari kotak yang dikirimkan kepada mereka. Setelah itu, mereka harus datang ke kantor Minos Corporation untuk mendaftar ulang dan masuk ke ruang pembekalan untuk benar-benar bermain. Apabila mereka mengabaikan kiriman kotak misterius atau memilih untuk tidak datang ke gedung Escape Room, maka mereka tidak akan terjebak dalam permainan. Hal ini masih lebih masuk akal ketimbang orang-orang yang dipilih secara acak dan terpaksa dalam Alice in Borderland.

©2019/Sony Pictures/Columbia and Original Film/Escape Room/All Rights Reserved.

Alur cerita film ini sederhana dan mengalir dengan baik sehingga mudah diikuti. Kemudahan ini membuat ceritanya lebih mudah dicerna sehingga penonton bisa lebih menikmati ceritanya. Oleh karena berbagai keunggulan yang sudah disebutkan, saya sangat berharap banyak terhadap film ini. Namun sayang, bagian akhir film ini saya rasa terlalu mengada-ada dan “mencurangi” penonton. Saya paling benci dengan film yang sengaja dibuat untuk “menggoda” penonton supaya tidak sabar menantikan sekuelnya tanpa memberikan rasa kenyang terlebih dulu. Saya akan menjelaskan maksud saya dengan contoh. Dalam film The Avengers (2012), memang terdapat tambahan cerita yang menandakan bahwa akan ada sekuel. Namun, narasi dalam film itu sebetulnya sudah selesai sehingga saya sebagai penonton sudah merasa kenyang dan tidak ada kesan paksaan untuk menonton kelanjutannya. Hal yang sama dilakukan oleh The Matrix (1999)—memang masih ada kelanjutannya, tetapi cerita di The Matrix sudah diselesaikan dengan baik dan konsisten. Dalam kasus Escape Room, saya tidak merasa kenyang dan diundang kembali untuk menonton sekuel, tapi saya dibuat masih lapar dengan makanan yang diikat di depan saya [seperti jerami yang diikat di depan seekor kuda supaya kuda itu terus berjalan dengan perut kosong]. Saya kesal karena formula in adalah formula serial televisi/sinetron dan karena bagian akhir film ini menghancurkan logika dan konsistensi narasi yang sudah dibangun dengan baik di ¾ film. It is such a waste

02 Awards

Tidak ada penghargaan yang penting untuk disebutkan.

03 Financial

Escape Room dirilis pada dump month alias bulan “buangan”. Film-film yang dirilis pada dump months umumnya adalah film-film “sisa” yang tidak begitu diharapkan penghasilan box-office-nya. Escape Room dirilis pada bulan Januari, bulan ketika dunia sinema mengalami kelesuan setelah mengalami puncak pada bulan Desember [terutama perayaan Natal dan tahun baru]. Maka, akan dimaklumi apabila Escape Room hanya memperoleh sedikit penghasilan. Namun, dari dana sebesar $9 juta, film ini mampu menjual tiket sebesar $155 juta. Untuk sebuah film yang tergolong “kecil” dan dirilis di dump month, tentu saja angka ini merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa. Poin ini berkaitan dengan poin tanggapan penonton yang memang mayoritas merasa terhibur walaupun tidak menganggap film ini sebagai sebuah masterpiece.

Theatrical Performance Escape Room (2019)

Domestic Box Office

$57,000,756

International Box Office

$98,312,322

Worldwide Box Office

$155,313,078

Home Market Performance

Est. Domestic DVD Sales

$1,173,257

Est. Domestic Blu-ray Sales

$1,542,263

Total Est. Domestic Video Sales

$2,715,520

Further financial details...


04 Critics

Escape Room mendapatkan respons yang beragam cenderung negatif. Mayoritas kritikus memberikan pujian untuk sajian visual dan akting para pemerannya, tetapi menyayangkan konsepnya yang “tidak istimewa” dan menyayangkan potensi besar yang disia-siakan oleh film ini dalam hal narasi.[1, 2]

05 Longevity

[Pending—karya masih berusia di bawah 10 tahun]

Final Score

Skor Asli                     : 9/10

Skor Tambahan           : -2, +1/2

Skor Akhir                  : 7.5/10

***

Watch Now On

Amazon VOD:

Amazon VODAmazon VODAmazon VOD 4K UHD

iTunes:

iTunes

Google Play:

Google Play

Vudu:

Vudu

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

Skywalker Hunter adalah alias dari Nabil Bakri

Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers

©2019/Sony Pictures/Columbia and Original Film/Escape Room/All Rights Reserved.