Review Film Pirates of the Caribbean: At World's End (2007) Perang Aliansi Bajak Laut


©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

Review dan Sinopsis Pirates of the Caribbean: At World's End (2007) Perang Aliansi Bajak Laut

Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter

Periksa index

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Petualangan—Fantasi

Rilis                 : 19 Mei 2007

Durasi             : 167 menit

Sutradara       : Gore Verbinski

Pemeran         : Johnny Depp, Orlando Bloom, Keira Knightley, Stellan Skarsgård, Bill Nighy, Chow Yun-fat, Geoffrey Rush, Jack Davenport, Kevin R. McNally, Jonathan Pryce

Episode           : -

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

Sinopsis

Dalam film sebelumnya, Jack Sparrow ditelan oleh Kraken yang membawanya ke Davy Jones’ Locker. Jack tidak meninggal dan pergi ke akherat, tetapi terdampar di Davy Jones’ Locker untuk menjalani hukuman. Teman-temannya berniat membawanya kembali ke dunia nyata. Mereka membutuhkan peta milik Sao Feng yang bekerja layaknya kompas milik Jack sekaligus kapal untuk berlayar ke Ujung Dunia menemukan Davy Jones’ Locker. Setelah Lord Beckett memegang kendali atas jantung Davy Jones, Beckett menjadi penguasa lautan dan memerintahkan Davy Jones untuk menghabisi para bajak laut. Lord Beckett memerintahkan semua bajak laut untuk dihukum mati. Kekuatan Beckett membuat para bajak laut khawatir dan para pemimpin bajak laut yang berjumlah 9 harus menyelenggarakan rapat darurat Brethren Court di Shipwreck Cove. Karena Jack adalah salah satu dari 9 pemimpin bajak laut itu dan belum menunjuk penggantinya sebelum ditelan Kraken, Barbossa yang baru saja dihidupkan kembali oleh Tia Dalma harus membawa Jack kembali ke alam nyata agar rapat dapat dilangsungkan. Barbossa, Elizabeth Swann, dan awak kapal pengikut Jack semua pergi menuju Singapura menyusul Will yang lebih dulu berangkat untuk mencuri peta milik Sao Feng yang juga merupakan salah satu pemimpin bajak laut.

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

Sao Feng berhasil menangkap Will sebelum ia mencuri peta miliknya. Karena itu, Sao Feng tidak percaya dengan kedatangan Barbossa yang mengaku membawa niat persahabatan. Barbossa dan Sao Feng pun bertengkar. Namun, mereka semua menghadapi musuh yang sama yakni Lord Beckett dan anak buahnya yang menggerebek tempat pemandian Sao Feng. Pada akhirnya Sao Feng memberikan sebuah kapal lengkap dengan awaknya untuk membantu menjemput Jack. Ia juga memberikan peta miliknya kepada Will setelah Will berjanji akan menyerahkan Jack Sparrow kepada Sao Feng yang sangat membenci Jack. Barbossa beserta krunya berangkat menjemput Jack di Davy Jones’ Locker. Setelah mereka berhasil membawa Jack kembali, mereka semua disergap oleh anak buah Sao Feng yang sudah bersekongkol dengan Lord Beckett. Menurut Sao Feng, tidak ada gunanya mengadakan rapat Bretheren Court untuk melawan Beckett. Dengan Flying Dutchman di bawah kendali Beckett, para bajak laut tidak akan mampu melakukan perlawanan. Barbossa menjelaskan kepada Sao Feng bahwa mereka akan membebaskan Calypso, sang Dewi Laut yang ditahan dalam tubuh manusia oleh para pemimpin bajak laut dalam Bretheren Court yang pertama. Sao Feng menduga bahwa Calypso yang dimaksud adalah Elizabeth Swann. Ia lantas menahan Elizabeth di kapalnya dan menyerahkan Jack Sparrow kepada Lord Beckett.

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

The Flying Dutchman menyerang kapal Sao Feng dan membunuhnya. Sebelum tewas, Sao Feng menyerahkan posisinya kepada Elizabeth Swann yang ia yakini sebagai Calypso. Jack Sparrow membuat perjanjian dengan Lord Becket yang ternyata merupakan musuh lamanya: Jack akan menuntun Bekett menuju ke Shipwreck Cove untuk menghabisi seluruh bajak laut yang tersisa. Jack berniat mengkhianati janjinya, tetapi Will menjatuhkan tong dengan mayat yang terapung untuk menuntun Lord Beckett mengikuti Black Pearl menuju Shipwreck Cove. Pada akhirnya Jack mengetahui penghkianatan Will dan menjatuhkannya ke laut. Will kemudian diselamatkan oleh Lord Beckett. Ia menjelaskan kepada Davy Jones bahwa para bajak laut akan membebaskan Calypso. Kemarahan Davy Jones setelah mendengar penjelasan Will membuat pria itu sadar bahwa Davy Jones sebetulnya jatuh cinta kepada Calypso—namun terjadi masalah dan Davy Jones sampai memberikan rahasia cara mengurung Calypso dalam tubuh manusia kepada Bretheren Court. Semua “pengkhianatan” itu dilakukan oleh Will demi mendapatkan Black Pearl dan menyelamatkan ayahnya.

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

Di dalam rapat darurat, para pemimpin bajak laut tidak bisa mendapatkan titik temu solusi yang harus mereka pilih. Untuk mengakhiri perbedaan pendapat, Jack mengusulkan untuk mengadakan pemilihan Raja Bajak Laut. Pemilihan itu tidak pernah dilakukan karena masing-masing bajak laut tidak mau mengalah dan memilih dirinya sendiri. Namun, Jack memilih Elizabeth Swann menjadi Raja yang berwenang memerintahkan seluruh bajak laut untuk berperang melawan Lord Beckett dan pasukannya. Melihat situasi yang tidak menguntungkan karena mereka kalah jumlah dibandingkan dengan Beckett yang juga dibantu oleh Davy Jones, Barbossa menjalankan ritual untuk membebaskan Calypso yang sebenarnya dengan harapan sang dewi akan menggunakan kekuatannya membantu para bajak laut. Pertempuran yang sengit pun dimulai.

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

01 Story Logic

Pirates of the Caribbean At World’s End memiliki narasi yang tidak logis dan merupakan yang paling tidak logis sesuai genrenya dibandingkan dengan dua film sebelumnya. Film ini telah mengikuti standar genre Petualangan dengan cukup baik, namun sisi Fantasinya rancu dan detil ceritanya [aksi dan reaksi karakter terhadap sebuah situasi/masalah] tidak logis. Sisi Fantasi At World’s End seharusnya mengikuti standar yang dibuat oleh The Curse of the Black Pearl yakni mengarah kepada cerita supranatural. Haluan supranatural ini mulai bergeser di Dead Man’s Chest dan semakin menghilang dalam At World’s End dengan dalih Calypso telah dikurung dalam tubuh manusia sehingga perusahaan perdagangan East India Trading Company dapat dengan mudah mengalahkan para perompak. Masalahnya, hanya karena Calypso ditahan, nyatanya bukan berarti lautan menjadi tidak pernah mengalami badai. Selain itu, kekuatan Calypso sebelumnya masih berpengaruh besar salah satunya adalah kekuatan-kekuatan supranatural yang dimiliki oleh Davy Jones. Tampaknya, Davy Jones begitu mencintai laut dan rela memberikan jantungnya kepada dewi laut. Ia pun menjalankan perintah Calypso untuk berlayar selamanya menuntun arwah yang tersesat di laut ke alam baka. Davy Jones hanya bisa menginjakkan kaki di darat setiap 10 tahun sekali dan ia sangat kecewa sekaligus sakit hati ketika Calypso tidak datang di satu-satunya kesempatan dalam 10 tahun mereka bertemu di darat. Setelah Bretheren Court mengurung Calypso dalam tubuh manusia, kemampuan gaib Davy Jones tidak lantas menghilang.

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

Ketika sosok maha kuat dan ditakuti, Davy Jones, bisa dengan mudahnya ditaklukkan oleh Lord Beckett, tentu saja poin narasinya menjadi tidak masuk akal. Beckett bisa saja menaklukkan laut karena Calypso tidak ada—laut kehilangan kekuatan magisnya, namun seharusnya ia kesulitan menaklukkan Davy Jones karena ia masih memiliki kekuatan magis. Narasinya menjadi lebih tidak masuk akal ketika diungkapkan bahwa Lord Beckett memerintahkan Davy Jones untuk membunuh Kraken. Manurut Barbossa, Kraken milik Jones adalah spesies Kraken yang terakhir. Ini mengindikasikan bahwa Kraken sebenarnya hanya seekor makhluk laut biasa seperti cumi-cumi raksasa. Kematian Kraken menghilangkan unsur mistis dari cerita At World’s End. Jika Kraken hanya seekor binatang, bagaimana bisa ia menelan orang beserta kapal masuk ke dalam Davy Jones’ Locker? Akan lebih masuk akal jika Kraken dalam At World’s End seperti Cetus, peliharaan Dewi Eris dalam film Sinbad: Legend of the Seven Seas. Dalam film Sinbad, Cetus diperintahkan oleh Eris untuk mengacaukan perjalanan Proteus dan mengecoh Sinbad. Para pelaut berhasil “membunuh” Cetus, tetapi karena ia adalah monster gaib, Cetus sebenarnya tidak tewas. Ia hanya berpura-pura tewas agar Sinbad bisa ditipu oleh Eris. Dalam film Clash of the Titans, Perseus harus melakukan perjalanan penuh bahaya untuk mendapatkan senjata mistis untuk meghalahkan Kraken; kekuatan gaib hanya bisa dilawan dengan kekuatan gaib lainnya dan tidak mudah prosesnya. Dalam film Sinbad, Eris tidak mau mengorbankan peliharaannya sendiri. Kraken adalah peliharaan Davy Jones dan merupakan “alat” yang ia miliki untuk menyeret orang ke Davy Jones’ Locker. Tanpa Kraken, bagaimana lagi ia menyeret orang ke dunia hukumannya [selain tersesat di ujung dunia]?

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

Poin tidak logis lainnya datang dari Sao Feng. Jika diamati, Sao Feng memiliki sifat yang lebih mirip dengan Barbossa dibandingkan dengan Jack Sparrow. Barbossa adalah seorang petualang yang tidak mudah menyerah dan akan mengarungi samudera jika ia memiliki kapal, awak, dan peta yang menunjukkan ke mana saja. Sao Feng memiliki awak dan kapal yang banyak, serta ia adalah pemilik peta yang bisa menunjukkan arah ke mana saja. Namun, Sao Feng justru digambarkan sebagai pemimpin bajak laut yang paling pertama menyerah kepada Lord Beckett. Kisah di balik peta milik Sao Feng juga kurang dieksplorasi, tidak seperti kompas “ajaib” milik Jack. Sudah jelas bahwa kompas Jack akan menunjukkan arah ke sesuatu yang paling diinginkan oleh si pemegang kompas. Masuk akal jika kompas itu memiliki kekuatan gaib karena kompas itu diberikan pada Jack oleh Tia Dalma yang memang ahli menggunakan sihir. Penjelasan semacam ini membantu mengunci perhatian penonton mengenai seberapa penting dan besar peran kompas itu dalam keseluruhan cerita. Hal inilah yang membedakan bagaimana perhatian penonton terhadap kompas Jack yang sudah jelas [established] asal-usul, apa kegunaan dan cara menggunakannya, dengan perhatian terhadap kompas emas milik Lyra Belacqua dalam film [bukan novel] The Golden Compass yang tidak jelas dan hanya Lyra yang tahu cara menggunakannya—simbol dalam kompas bisa berarti apa saja—arbiter sesuai keinginan si pembuat cerita sehingga terlalu nyaman [convenient] [daripada menjelaskan agar logis, cerita ditulis semaunya supaya nyaman atau mudah diceritakan dengan mengorbankan poin logika cerita]. Masih ada banyak detil tidak masuk akal dalam film ini yang akan berpengaruh besar pada poin konsistensi cerita.

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

02 Story Consistency

Alur cerita film ini tidak konsisten. Pertama, film ini tidak konsisten dengan dua film sebelumnya terutama dalam menggambarkan karakter tokoh-tokohnya. Terjadi perubahan yang signifikan tanpa proses masuk akal dalam karakter Davy Jones, Lord Beckett, Tia Dalma, Ian Mercer [tangan kanan Beckett yang sadis], dan karakter lainnya. Davy Jones tiba-tiba menjadi sangat lemah di ¾ film dan tiba-tiba kembali menjadi bengis di ¼ adegan terakhir—yang sebaliknya terjadi pada Lord Beckett dan Ian Mercr. Terlalu banyak cabang cerita yang ingin dieksplorasi dalam film ini sehingga sulit menentukan satu garis lurus yang merupakan inti ceritanya. Film ini terlalu berbelit-belit dalam menceritakan rencana masing-masing karakternya sehingga tidak dapat menggunakan durasi tayangnya secara maksimal. Film ini bahkan kembali mengingatkan bahwa Beckett dan Jack adalah musuh bebuyutan—namun sama sekali tidak menjelaskan bagaimana mereka bisa menjadi musuh bebuyutan [karena pasti terjadi sebuah hal besar di masa lalu, sebagaimana yang terjadi kepada Comodor Norrington sampai ia sangat membenci Jack Sparrow]. Poin cerita seperti 9 koin perompak yang ternyata sama sekali bukan koin adalah salah satu contoh komedi yang dipaksakan dalam cerita yang sebetulnya tidak perlu. Daripada memperpanjang cerita untuk menjelaskan kenapa 9 koin perompak itu bukan koin, sebaiknya biarkan saja 9 koin tetap berupa koin asli sehingga lebih logis dan tidak perlu dijelaskan lagi. Will, Elizabeth, Sao Feng, dan Jack, semuanya sama-sama membuat perjanjian dengan Lord Beckett. Tentu saja hal ini mengharuskan 4 perspektif yang berbeda untuk dieksplorasi—yang lagi-lagi membuat ceritanya tidak konsisten dan semakin berbelit-belit. Apalagi pada akhirnya, sebagian besar perjanjian-perjanjian ini sama sekali tidak ada artinya. Salah satu contohnya adalah janji Jack menuntun Beckett ke Shipwreck Cove yang toh ia langgar, tetapi toh Will mengkhianati Jack dan tetap menuntun Beckett ke Shipwreck Cove. Untuk menambahkan simpul yang makin memperumit alur cerita, Jack sudah tahu Will berkhianat tetapi malah memberinya kompas ajaib sehingga Beckett bisa menemukan Shipwreck Cove—tetapi mengapa di awal ia tidak ingin menunjukkan jalannya kepada Beckett? Nah, dari penjabaran ini saja sudah terlihat bagaimana alur cerita At World’s End tidak konsisten dan tidak efisien. At World’s End tampak kebingungan membagi porsi antara komedi dan aksi. Perhatikan saja berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk memperlihatkan kondisi mental Jack di dalam Davy Jones Locker—yang sebetulnya tidak memengaruhi keseluruhan alur ceritanya.

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

03 Casting Choice and Acting

Dalam pemilihan aktor, At World’s End masih konisten dengan The Curse of the Black Pearl dan Dead Man’s Chest—yakni para aktor dipilih dengan baik dan mampu menghidupkan karakter masing-masing. Bahkan, pemilihan aktor dalam film ini patut mendapat pujian karena Bill Nighy yang dengan baik memerankan Davy Jones yang bengis dalam Dead Man’s Chest tetap berhasil memerankan Davy Jones yang “lemah” dan melankolis dalam At World’s End. Selain itu, Tom Hollander juga mampu memerankan Lord Cuttler Beckett yang juga berubah karakternya dengan baik. Pada akhir cerita [Spoiler], Beckett yang penuh rasa percaya diri karena telah mengendalikan The Flying Dutchman, mengalami syok berat. Ia bisa dengan mudah menghabisi para bajak laut dengan bantuan Davy Jones. Tanpa The Flying Dutchman, Beckett kembali kehilangan kendali atas lautan dan semua usahanya menjadi sia-sia. Pada akhirnya, Will menjadi kapten The Flying Dutchman yang berarti Beckett tidak lagi punya kendali. Hal itu membuat jiwa Beckett terguncang dan ia menyerah begitu saja ketika The Flying Dutchman dan Black Pearl menghabisi kapal kebanggaannya, Endeavor.

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

04 Music Match

Musik dalam film ini sudah baik. Seri ini telah mengikuti jejak Indiana Jones, Star Wars, dan Jurassic Park dalam hal musik yakni memiliki sebuah signature [tanda tangan] yang identik dengan filmnya dan hanya melekat pada seri tersebut.

05 Cinematography Match

Sinematografi dalam film ini sudah baik, terutama sinematografi yang menampilkan koreografi adegan-adegan aksi atau spektakuler.

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

06 Costume Design

Tidak ada keluhan dalam poin pemilihan kostum.

07 Background/Set Match

Tidak ada keluhan dalam pemilihan latar belakang.

08 Special and/or Practical Effects

Tidak ada keluhan dalam penggunaan efek komputer.

09 Audience Approval

Mayoritas penonton memberikan tanggapan yang positif untuk film ini.

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

10 Intentional Match

Walaupun At World’s End tidak berhasil menyamai konsistensi dan keaslian [originality] The Curse of the Black Pearl dan/atau kesuksesan Dead Man’s Chest, namun film ini secara umum tetap berhasil melanjutkan estafet narasi dari film pertama dan ke dua. Maka tidak mengherankan jika At World’s End dimaksudkan untuk menjadi entri penutup dari trilogi Pirates of the Caribbean sampai pada akhirnya entri ke-4 dirilis pada tahun 2011. Apabila diamati, tiga film pertama Pirates of the Caribbean memiliki nuansa yang kurang lebih sama sehingga membuat ketiganya seperti satu kesatuan. Mungkin salah satu penyebabnya adalah ketiga film itu disutradarai oleh sutrdara yang sama sedangkan film ke-4 sudah berganti sutradara sehingga nuansa yang ada dalam tiga film sebelumnya tidak berhasil dilanjutkan di film ke-4.

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

01 Skywalker’s Schemata

Saya merasa masalah paling besar film ini adalah alur ceritanya yang terlalu berbelit-belit dan tidak menawarkan sesuatu yang benar-benar baru dibandingkan dengan film-film sebelumnya. Namun, itu bukan berarti saya tidak menyukai film ini. Saya tetap sangat menikmati At World’s End karena film ini masih mampu menyuguhkan nuansa yang serupa dengan film sebelumnya. Cerita-cerita yang tidak konsisten dan tidak begitu masuk akal dibayar dengan adegan aksi yang spektakuler. Meskipun tidak sempurna, film ini bisa dikatakan sebagai penutup yang baik untuk trilogu Pirates of the Caribbean [yang ternyata bukan trilogi lagi].

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

02 Awards

Tidak bisa dipungkiri bahwa At World’s End mendapatkan nominasi dan penghargaan yang lebih sedikit dibandingkan The Curse of the Black Pearl dan Dead Man’s Chest. Selain karena kualitas cerita dalam film ini menjadi sorotan negatif, At World’s End juga tidak lagi menyajikan sesuatu yang baru dari segi visual. Sehingga meskipun sajian efek visual dalam film ini sudah bagus, At World’s End bahkan kalah dari The Golden Compass dalam nominasi Best Visual Effects Academy Awards. Semua keunggulan efek visual dalam film ini bukanlah gebrakan yang benar-benar baru karena hanya melanjutkan dari pengalaman sebelumnya.

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

Pemberi Penghargaan

Kategori

Dianugerahkan Kepada

Hasil

Academy Awards

Best Makeup

Ve NeillMartin Samuel

Nominated

Best Visual Effects

John KnollHal T. HickelCharlie GibsonJohn Frazier

Nominated

ASCAP

Film Music Composition of the Year – “Up Is Down”

Hans Zimmer

Menang

Best Original Score for an Action/Adventure Feature Film

Hans Zimmer

Menang

Nickelodeon Kids' Choice Awards

Favorite Male Movie Star

Johnny Depp

Menang

Mainichi Film Concours

Best Foreign Film

Menang

MTV Movie Awards

Best Comedic Performance

Johnny Depp

Menang

Nikkan Sports Film Awards

Best Foreign Film

Menang

People's Choice Awards

Best Movie

Menang

Best Threequel

Menang

Rembrandt Awards

Best International Actor (Beste Buitenlandse Acteur)

Johnny Depp

Menang

Best International Film (Beste Buitenlandse Film)

Jerry Bruckheimer

Menang

Saturn Awards

Best Make-up

Ve Neill, Martin Samuel

Menang

Teen Choice Awards

Choice Action Movie Actor

Johnny Depp

Menang

Choice Action Movie Actress

Keira Knightley

Menang

Choice Movie Liplock

Orlando Bloom, Keira Knightley

Menang

Choice Movie Rumble

Orlando Bloom

Menang

Choice Movie Villain

Bill Nighy

Menang

Visual Effects Society Awards

Outstanding Animated Character in a Live Action Motion Picture

Hal T. Hickel, Marc Chu, Jakub Pistecky, Maia Kayser

Menang

Outstanding Created Environment in a Live Action Motion Picture

Frank Losasso Petterson, Paul Sharpe, Joakim Arnesson, David Meny

Menang

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

03 Financial

At World’s End dibuat dengan dana sebesar $300 juta. Dalam penjualan tiket bioskop, film ini mendapat $961 juta yang berarti film ini sukses secara finansial—walaupun pendapatan ini lebih kecil dari Dead Man’s Chest. At World’s End menjadi film terlaris di tahun 2007. DVD untuk film ini terjual sebanyak 14,505,271 keping sepanjang 2007 saja dan menambah pendapatan sebesar $296 juta. Angka penjualan DVD ini belum digabungkan dengan penjualan VCD serta DVD/Blu-ray edisi khusus yang dirilis setelahnya.

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

04 Critics

Dari “trilogi” [maksudnya tiga film pertama yang dibuat oleh Gore Verbinski] Pirates of the Caribbean, At World’s End adalah yang mendapatkan respons paling negatif dari kritikus. Meskipun sebagian kritikus film memuji efek dan akting para aktornya, mereka mengkritik negatif alur ceritanya yang dinilai terlalu berbelit-belit sehingga terasa dragged [diseret-seret atau dipanjang-panjangkan].

05 Longevity

Film ni memiliki longevity yang baik.

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

Final Score

Skor Asli                     : 8

Skor Tambahan           : -1/2

Skor Akhir                  : 7.5/10

***

Spesifikasi DVD

Judul               : Pirates of the Caribbean: At World's End [2 Disc DVD]

Rilis                 : 4 Desember 2007

Format             : DVD-9 [Dual-Layered]

Kode Warna    : 3/NTSC [support upscaling hingga 1080/60 dan 24hz]

Fitur                : Bloopers, deleted scenes, behind the scene features, easter eggs, audio commentary

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

Keterangan Support:

[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]

[Support VCD, DVD, Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]

[Support Semua Termasuk 4K]

***

Spesifikasi Blu-ray

Judul               : Pirates of the Caribbean: At World's End

Rilis                 : 4 Desember 2007

Format             : Blu-ray Disc

Kode Warna    : A/FHD

Fitur                : Bloopers, deleted scenes, behind the scene features, easter eggs, audio commentary

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

Keterangan Support:

[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]

[Support VCD, DVD, Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]

[Support Semua Termasuk 4K]

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

Skywalker Hunter adalah alias dari Nabil Bakri

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.

©2007/Disney/Jerry Bruckheimer/POTC: At World’s End/All Rights Reserved.