Review Film About a Boy (2002) Playboy Kaya Diteror Anak Kecil
Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter
Edisi Review Singkat+PLUS
“All
men are islands. And what's more, this is the time to be one. This is an island
age. A hundred years ago, for example, you had to depend on other people. No
one had TV or CDs or DVDs or home espresso makers. As a matter of fact they
didn't have anything cool. Whereas now you can make yourself a little
islandparadise. With the right supplies, and more importantly the right
attitude, you can become sun-drenched, tropical, a magnet for young Swedish
tourists..”—Will Freeman
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak
cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes
copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
images©2002/Universal, Studio Canal/About a Boy/All Rights
Reserved.
⸎Sangat mungkin mengandung Spoiler, Anda diharap bijak
menyikapinya.
Genre : Drama—Komedi
Rilis :
Domestic Releases: |
May 17th, 2002 (Wide) by Universal |
June 3rd, 2003 by Universal Home
Entertainment |
|
MPAA Rating: |
PG-13 for brief
strong language and some thematic elements |
Durasi : 100 menit
Sutradara : Paul Weitz, Chris Weitz
Pemeran :
·
Hugh Grant as
Will Freeman
- Nicholas Hoult as
Marcus Brewer
- Toni Collette as
Fiona Brewer
- Rachel Weisz as Rachel
- Natalia Tena as Ellie
- Sharon Small as Christine
- Nicholas
Hutchinson as John
- Victoria Smurfit as Suzie
Episode : -
Sinopsis
Will
Freeman memiliki segalanya. Ia adalah sosok lelaki ideal yang dicita-citakan
oleh semua pria era Millennium: hidup santai tanpa bekerja, kaya raya sehingga
bisa memiliki mobil sport dan home entertainment system terbaik, dan dapat
memikat hati wanita-wanita cantik nan seksi dengan mudah. Ayah Will adalah
seorang penyanyi yang sukses menulis sebuah lagu Natal. Kesuksesan lagu
tersebut membuat keluarga Will kaya raya dan Will Freeman tetap menerima uang
pembayaran royalti bahkan setelah ayahnya meninggal. Karena tidak harus memikirkan
tentang uang, Will tidak perlu bekerja. Ia tidak pernah bekerja. Menurutnya,
seorang lelaki adalah sebuah pulau yang independen: lelaki sejati tidak
memerlukan bantuan siapapun, tidak punya hubungan emosional dengan siapapun.
Sementara orang lain memiliki aktivitas seperti bekerja atau bersekolah, Will
membagi waktunya ke dalam berbagai unit. Ia akan menghabiskan waktunya untuk
menonton acara TV, membeli CD atau DVD, bermain billiard, berbelanja, dan
berkencan. Selama ini, Will menikmati hubungan sesaat dengan wanita-wanita
cantik; dirinya sama sekali tidak suka dengan hubungan yang “lebih serius” dan
sama sekali tidak punya keinginan untuk berkeluarga. Ketika seorang kerabatnya
meminta Will untuk menjadi ayah baptis untuk puterinya, Will menolaknya dengan
alasan bahwa Will adalah lelaki yang tidak baik dan akan menjadi pengaruh buruk
bagi anak-anak.
Sudah
berkali-kali Will kencan dengan wanita-wanita single yang cantik. Sudah
berkali-kali pula dirinya mencampakkan para wanita yang menangis tersedu-sedu
di hadapannya. Namun, hatinya sama sekali tidak bergetar—Will tidak merasa
bersalah, kasihan, atau menyesal. Dirinya justru mencari hal-hal baru yang bisa
membuat kehidupan “percintaannya” lebih menarik. Bosan dengan wanita single,
Will mencoba kencan dengan single mother (ibu tunggal/mama muda yang menjanda)
dengan menyusup ke dalam perkumpulan para single mother. Di dalam perkumpulan,
Will mengaku memiliki seorang anak laki-laki berusia 2 tahun yang bernama Ned.
Ia mengaku telah ditinggal pergi oleh isterinya yang memilih untuk tinggal
dengan lai-laki lain yang lebih kaya. Semua single mother di perkumpulan itu
percaya dengan perkataan Will dan lelaki itu memutuskan untuk kencan dengan
salah seorang anggotanya yang masih muda dan cantik, Suzie. Setelah berkencan,
Will dan Suzie pergi piknik ke taman. Sahabat Suzie, Fiona, menitipkan anak
lelakinya yang bernama Marcus sehingga Will harus turut mengajaknya piknik.
Fiona adalah seorang single mother yang bermasalah, selalu murung, dan ingin
bunuh diri. Keadaan rumah yang tidak stabil membuat hidup Marcus tertekan—belum
lagi dirinya adalah anak buangan yang selalu ditindas di sekolah.
Agar
Suzie tidak curiga kalau Will berbohong soal Ned, pria itu membeli sebuah jok
bayi yang dipasang di mobil sport miliknya dan menaburinya dengan remasan
makanan seolah-olah ada anak kecil yang makan di situ. Suzie dengan mudah
percaya bahwa Will benar-benar sudah punya anak dan Ned sedang pergi bersama
mantan isteri Will. Setelah selesai piknik, Will mengantar Marcus ke rumahnya.
Di sana, Marcus melihat Fiona yang “sekarat” karena baru saja mencoba bunuh
diri. Hal itu membuat Suzie panik. Namun, Will merasa bersemangat karena bisa
merasakan mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi di belakang ambulance.
Sejak kejadian itu, Marcus merasa kalau dirinya harus menjodohkan Will dengan
Fiona agar ibunya punya teman yang bisa saling menjaga jika Fiona kembali
mencoba bunuh diri. Maka, Marcus mulai membuntuti Will, menyelidiki
kesehariannya. Akhirnya, Marcus tahu bahwa Will sebenarnya tidak punya anak.
Bocah itu berjanji tidak akan membocorkan rahasia Will jika Will mengizinkan
Marcus datang ke rumahnya. Kedatangan Marcus ke dalam kehidupan Will merupakan
awal dari perubahan besar-besaran dalam hidup Will Freeman.
Meskipun
sudah terbiasa hidup sendiri dan tidak suka dengan orang lain, Will mulai
terbiasa dengan kedatangan Marcus di rumahnya. Mula-mulanya mereka hanya nonton
TV dan film bersama, lalu mereka mulai bicara tentang persoalan hidup masing-masing.
Fiona semakin terjerumus ke dalam kesedihan dan sama sekali tidak paham tentang
dunia anak-anak di sekolah. Fiona tidak tahu bahwa Marcus termasuk siswa
terbuang, ia tidak tahu jika Marcus selalu ditindas, dan ia tidak tahu apa saja
yang benar-benar menarik bagi Marcus. Fiona tidak hanya selalu membuat Marcus
cemas, tetapi ia juga mendikte segala sesuatu yang Marcus lakukan—termasuk lagu
yang harus disukai oleh Marcus dan “memaksa” Marcus menjadi vegetarian. Bocah
itu merasa lebih dekat dengan Will karena justru Will yang bisa memahaminya.
Untuk pertama kali dalam hidup Will, pria itu melakukan sesuatu yang “bermakna”
dengan membantu kehidupan Marcus. Kejutan apa lagi yang akan dijumpai oleh Will
akibat “persahabatannya” dengan Marcus? Apakah Marcus masih ingin Will menjadi
ayahnya? Apakah prinsip hidup Will yang mandiri dan cenderung egois akhirnya
bisa dipatahkan oleh Marcus? Pada kenyataannya, meskipun Will menikmati
kekayaan dari lagu ciptaan ayahnya, ia tidak suka dengan lagu itu ataupun
dengan ayahnya. Apa sebenarnya alasan Will tidak menyukai lagu itu, dan
sanggupkan ia berdamai dengan dirinya sendiri?
01 Story Logic
Banyak
situs yang membahas mengenai About a Boy, mulai dari Wikipedia yang sangat umum
sampai IMDb dan Rotten Tomatoes yang memfasilitasi kumpulan kritikus serta
penonton untuk berkomentar, menyatakan film ini sebagai sebuah Komedi Romantis.
Namun, penilaian Skywalker tidak dapat menemukan tanda-tanda yang mencolok dari
sebuah Komedi Romantis dalam film ini. Bahkan sumber ceritanya, sebuah novel
oleh Nick Hornby, bukanlah sebuah Komedi Romantis melainkan sebuah kisah
tentang perjalanan menuju usia dewasa (coming of age). Secara sekilas, About a
Boy mungkin memberikan kesan kepada banyak orang bahwa film tersebut merupakan
sebuah Komedi Romantis: ada adegan Komedi dan ada adegan Romantis di dalamnya.
Meski demikian, bagian “Romantis” dalam film ini sebenarnya tidak menjadi tajuk
yang paling utama melainkan bagian “Drama” yang mengupas tentang permasalahan
kehidupan seseorang—yang di dalamnya termasuk romansa/percintaan. Jack dan Rose
melalukan beberapa hal konyol yang membuat penonton bioskop tertawa ketika Titanic diputar ulang dalam format 3D tahun 2012. Namun itu tidak
membuat Titanic menjadi sebuah Komedi
Romantis. Will Freeman memang seorang playboy dan memiliki masalah percintaan
dengan seorang perempuan, tetapi bukan berarti kompleksitas hubungannya dengan
perempuan tersebut menjadi titik kunci pembicaraan film ini.
Dalam
menentukan genre sebuah film, apakah Komedi Romantis atau bukan, kita
sebenarnya bisa dengan mudah melihat pada posternya atau kemasan DVD-nya. Dalam
film-film Komedi Romantis seperti The Proposal
(2009), When in Rome (2010), The Prince and Me (2004), dan A Cinderella Story (2004), terdapat
persamaan desain poster: seorang laki-laki dan perempuan yang merupakan
pasangan sedang berpose ceria dan/atau kesal dan menjadi pusat dari keseluruhan
desain poster. Desain tersebut menegaskan bahwa keseluruhan film akan berfokus
pada kisah percintaan antara dua tokoh utamanya yang dibahas secara ringan
menggunakan unsur Komedi. Bandingkan saja dengan poster Pearl Harbor (2001) atau Titanic
(1997) yang ekspresi dua tokoh utamanya terlihat sedih dan lebih sedikit
menampilkan warna cerah sebagai komposisi bagian posternya. Poster About a Boy
juga menampilkan dua tokoh utamanya yang berpose. Namun, dua karakter itu
bukanlah Hugh Grant dan Rachel Weisz melainkan Hugh Grant dengan Nicholas
Hoult—Will dan Marcus. Dari desain poster tersebut, yang juga digunakan sebagai
cover DVD-nya, kita sebetulnya dapat menduga bahwa film tersebut bukan berfokus
pada kisah asmara antara Hugh Grant dengan Rachel Weisz, tetapi permasalahan
yang timbul antara Hugh Grant dengan Nicholas Hoult. Dan memang, About a Boy
fokus pada eksplorasi kehidupan dan kepribadian Will dan Marcus daripada
eksplorasi kisah asmara Will. Percintaan yang ditampilkan dalam film ini
sebatas memberikan gambaran tentang kepribadian tokoh utamanya.
Berdasarkan
pengamatan sebelumnya, penilaian Skywalker menyatakan About a Boy sebagai
sebuah Drama—Komedi; yakni sebuah film Drama yang mengeksplorasi kompleksitas
kehidupan manusia dengan cara yang ringan menggunakan karakteristik cerita
Komedi. Hasilnya adalah sebuah perpaduan yang ideal antara Drama dan Komedi,
bukan sebuah Drama Komedi yang unsur kedua genre tersebut menyatu seperti dalam
The Dictator (2012), Year One
(2009), atau You Again (2010)
sehingga penonton tidak menanggapi bagian eksplorasi Drama-nya dengan serius.
Dalam About a Boy, terlihat jelas bahwa kompleksitas Drama yang disajikan
sebetulnya serius dan Komedi yang ditampilkan hanya sebatas meringankan
perjalanan penonton untuk mencapai keseriusan yang sebenarnya ingin
disampaikan. Jika kita memaksakan untuk mengkategorikan About a Boy sebagai
sebuah Komedi Romantis, maka film ini menjadi kurang logis dan nantinya kurang
konsisten karena bagian “Romantis”-nya tidak dieksplorasi dengan baik. Secara
keseluruhan, About a Boy sudah logis sesuai dengan genrenya: Drama—Komedi.
Berbagai tindakan “lucu” yang dilakukan oleh karakternya memang
melebih-lebihkan realita (misalnya Fiona yang berniat memundurkan mobil tetapi
justru maju dan roti sekeras batu yang membunuh bebek di taman) tetapi masih
dalam batas kewajaran sehingga tidak menghilangkan nuansa realisme dari
ceritanya.
02 Story Consistency
Alur
cerita film ini sudah konsisten. Apa-apa saja yang ingin dieksplorasi sudah
benar-benar dieksplorasi sehingga permasalahan-permasalahan yang dimunculkan di
awal film sudah diselesaikan di akhir film tanpa mengubah fokus ceritanya.
Salah satu cara terbaik dalam menentukan apakah cerita sebuah film sudah
konsisten adalah dengan menuliskan alur ceritanya. Selama menuliskan alur
cerita film ini, saya sama sekali tidak mengalami kesulitan dalam menjabarkan
urutan ceritanya dan apa saja yang menjadi fokus karena memang sudah
ditampilkan dengan sangat jelas. Apabila About a Boy merupakan sebuah Komedi
Romantis, maka alur ceritanya tidak konsisten karena film ini terlalu banyak membahas
tentang dinamika kehidupan Will dan Marcus yang saling memengaruhi. Namun
karena About a Boy, sesuai dengan judulnya, adalah sebuah Drama—Komedi, maka
alur ceritanya sudah konsisten. Film ini bercerita tentang bagaimana sikap
seorang anak mengubah hidup seorang pria dewasa.
03 Casting Choice and Acting
Para
aktor dalam About a Boy sudah berakting dengan baik karena berhasil
menghidupkan karakter mereka masing-masing sesuai deskripnya. Hugh Grant
memerankan karakter yang sesuai dengan keahliannya: pria stereotype kalangan
kelas atas Inggris. Tony Collette memerankan karakter seorang ibu yang
menghadapi banyak masalah dengan baik—peran yang merupakan keahlian aktris ini,
dibuktikan dengan aktingnya dalam Little Miss
Sunshine yang dirilis pada
tahun 2006.
“I find the key is to think of a day as units
of time, each unit consisting of no more than thirty minutes. Full hours can be
a little bit intimidating and most activities take about half an hour. Taking a
bath: one unit, watching countdown: one unit, web-based research: two units,
exercising: three units, having my hair carefully disheveled: four units. It's
amazing how the day fills up, and I often wonder, to be absolutely honest, if
I'd ever have time for a job; how do people cram them in?”—Will Freeman
04 Music Match
Musik
yang digunakan dalam About a Boy sudah baik. Secara umum, tidak ada musik atau
lagu yang diputar di momen yang tidak tepat. Selain tidak bermasalah pada poin
kesesuaian antara nuansa lagu dengan filmnya, album soundtrack film ini juga
mendapatkan tanggapan yang positif dari kalangan pengamat musik. Di tahun 2002,
album soundtrack About a Boy mencapai posisi 11 dalam daftar US Soundtrack
Albums dari Billboard.
Review
scores |
|
Source |
Rating |
|
|
|
|
B+[4] |
|
|
|
|
|
8/10[7] |
|
4.9/10[8] |
|
|
|
|
|
|
05 Cinematography
Match
Tidak
ada keluhan pada poin sinematografi dalam About a Boy.
“I wanna be with her more, I wanna be with
her all the time, and I wanna tell her things I don't even tell you or mum. And
I don't want her to have another boyfriend. I suppose if I could have all those
things, I wouldn't really mind if I touched her or not.”—Marcus
06 Costume Design
About
a Boy sudah menggunakan kostum-kostum yang baik karena sesuai dengan latar
waktunya (awal 2000-an) dan sesuai dengan latar belakang masing-masing
karakternya. Hanya dari pakaian Fiona, misalnyaa, penonton dapat dengan mudah
menduga bahwa karakter wanita tersebut cukup “bermasalah”—dugaan yang juga
dipikirkan oleh Will sehingga wajar jika Will Freeman berasumsi bahwa Fiona
adalah seseorang yang emosinya tidak stabil dan tidak terlalu memedulikan
penampilan. Pemilihan kostum tersebut berpengaruh langsung pada kostum yang
dikenakan oleh Marcus: anak lelaki itu juga tidak bisa berpakaian “kasual” yang
sesuai dengan gaya berpakaian anak-anak seumurannya di sekolah tahun 2001-2002.
“Suddenly I realized - two people isn't
enough. You need backup. If you're only two people, and someone drops off the
edge, then you're on your own. Two isn't a large enough number. You need three
at least.”—Marcus
07 Background/Set Match
Latar
belakang dan properti yang digunakan dalam About a Boy sudah baik. Tempat
tinggal Will dan Fiona sudah terlihat berbeda, beserta perabotan di dalamnya.
Tempat tinggal Will juga sudah menunjukkan rumah seorang pria lajang, bukan
pria yang sudah menikah atau sudah punya anak. Meskipun teknologi yang dipuji
oleh Will sudah tertinggal zaman setelah tahun 2010, teknologi itu sudah baik
karena sudah menampilkan puncak teknologi di awal millennium (televisi “layar
lebar”, DVD, telepon seluler yang seukuran genggaman tangan, dan berbagai
teknologi yang ditampilkan merupakan perlengkapan yang mutakhir dan ingin
dimiliki oleh orang-orang di akhir 1990-an hingga sebelum 2005).
08 Special and/or Practical Effects
Tidak
ada keluhan dalam penggunaan efek visual—termasuk pencahayaan dan format
presentasi [ukuran layar].
“I'd be the worst possible Godfather. I'd
probably drop her on her head at her christening. I'd forget all her birthdays
until she was 18. Then I'd take her out and get her drunk. And, let's face it,
quite possibly try and shag her.”—Will Freeman
09 Audience Approval
Mayoritas
penonton memberikan tanggapan yang positif untuk film ini.
Platform |
Score ⸙ |
IMDb |
7.1/10 |
Rotten Tomatoes |
55% |
Metacritic |
7.4/10 |
Cinemascore |
B+ |
Google User |
82% |
⸙Nilai pada tabel di atas mungkin
berbeda dengan nilai yang dikemukakan oleh masing-masing platform. Pada platform penilaian film yang
menampilkan penilaian kritikus, nilai yang ditampilkan pada tabel di atas
adalah nilai yang diberikan oleh penonton non-kritikus/user. Nilai yang
ditampilkan mengacu pada data termutakhir saat artikel ini dipublikasikan.
Maka, nilai yang ditampilkan pada masing-masing platform dapat berubah seiring
berjalannya waktu.
10 Intentional
Match
Film
About a Boy sudah berhasil memenuhi visi penciptanya, baik sutradara maupun
penulis novelnya—baik secara artistik maupun secara finansial. Film ini juga
sudah sesuai dengan visi aktor utamanya, Hugh Grant, yang dikenal (terlepas
dari baik atau buruk) cenderung perfeksionis dan sering mengubah naskah serta
mengulang-ulang adegan sampai berhasil menampilkan versi yang terbaik. Seperti
yang sudah dibicarakan dalam poin Story Logic dan Story Consistency, About a
Boy tidak dimaksudkan menjadi sebuah Komedi Romantis yang membahas tentang
kisah asmara sepasang kekasih yang diceritakan dengan humor, tetapi memang
mengeksplorasi perubahan karakter tokoh utamanya. Judul “About a Boy” sendiri pada akhirnya mengacu
tidak hanya pada Marcus tetapi juga pada Will—film ini mengetengahkan
perjalanan hidup Will dari perilaku yang kekanak-kanakan (boy) menjadi pria
dewasa yang sebenarnya. About a Boy mengetengahkan kisah seseorang yang
akhirnya memahami arti dari tanggung jawab dan keluarga. Jika kita melihat
kembali 9 poin sebelumnya, jelas sekali bahwa About a Boy sudah lulus (excels)
memenuhi kriteria sebagai sebuah Drama—Komedi yang ideal. Sutradara dan penulis
film ini memang berniat menyampaikan sebuah cerita yang sebenarnya rumit dan
serius tetapi menggunakan cara yang ringan. Maka berbagai humor yang
ditampilkan tidak boleh sampai menjadi terlalu konyol sehingga mengurangi
keseriusan pesan utama yang ingin disampaikan oleh film ini.
“The thing is, a person's life is like a TV
show. I was the star of The Will Show. And The Will Show wasn't an ensemble
drama. Guests came and went, but I was the regular. It came down to me and me
alone. If Marcus' mum couldn't manage her own show, if her ratings were
falling, it was sad, but that was her problem. Ultimately, the whole single mum
plotline was a bit complicated for me.”—Will Freeman
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
01 Skywalker’s Schemata
About
a Boy merupakan sebuah film yang sangat personal bagi saya karena saya melihat
banyak bagian dalam diri saya ada pada diri Will Freeman. Bukan dalam hal
keuangan, jelas sekali kalau saya bukan ahli waris kaya raya, tetapi dalam hal
pemikiran. Saya pertama kali menonton film ini pada Desember 2015. Tepatnya
pada tanggal 21, saya membeli film ini dari toko Movie Plus yang saat itu
sedang menghabiskan semua stok filmnya karena kondisi bisnis penjualan DVD yang
hancur berantakan. Pada bulan itu, toko penjualan DVD terbesar, Disc Tarra,
akhirnya tutup. Kala itu, saya masih belum tertekan memikirkan masa depan,
perekonomian masih bagus, masa depan terlihat cerah, dan saya masih memiliki
ruangan khusus untuk menonton film—sebuah “bioskop kecil” yang saya gunakan
untuk menonton film baik sendiri, atau bersama teman-teman sekolah. Menonton
film bersama di rumah, tepatnya di ruangan itu rasanya bisa jauh lebih
menyenangkan dari menonton di bioskop. Maka ketika About a Boy dimulai dan saya
menontonnya dari “bioskop pribadi” saya, seketika saya bisa memahami perkataan
pembuka Will Freeman.
Will
menghabiskan waktu bersantai di rumahnya, menonton film dengan home
entertainment system terbaik di masanya, dan menikmati hidupnya walau hanya
seorang diri. Ia sama sekali tidak khawatir tentang masa depan dan menganggap
rutinitas seperti pergi berbelanja atau membeli DVD adalah kegiatan-kegiatan
yang penuh makna. Pada waktu itu, film ini menyadarkan saya untuk mencari
kehidupan, menjalani hidup dengan penuh makna. Kini setelah saya kehilangan
semua kemewahan hidup: tidak khawatir tentang hari esok baik secara mental
maupun finansial, film ini terasa berbeda. About a Boy, ketika saya menonton
ulang untuk menuliskan ulasan ini, tidak hanya menjadi film yang bisa saya
kaitkan dengan kehidupan nyata saya, tetapi sebuah pengalaman untuk nostalgia
ke masa ketika saya masih punya “semuanya”—harapan pada masa depan, dan tentu saja
“bioskop pribadi” yang dulu menjadi markas penghibur hati saya. Will Freeman
adalah sosok lelaki ideal yang ingin saya tiru. Saat tumbuh dewasa, bayangan
saya tentang hidup nyaman di masa depan adalah hidup seperti Will Freeman.
Melakukan pekerjaan yang disukai, rutin membeli buku dan DVD, serta
menghabiskan waktu tanpa terlalu memikirkan beban hidup. Namun kenyataan
berkata lain.
Bukan
hanya beranjak dewasa itu berat, tetapi rutinitas Will Freeman sudah tidak bisa
lagi saya kerjakan karena dunia sudah berubah. Ketika saya tertekan selama
sebulan mempersiapkan pertunjukan drama di tahun 2016, pada akhirnya saya pergi
ke Movie Plus dan bisa merasa terhibur. Ya, kebahagiaan saya sesederhana itu.
Namun karena dunia sudah berubah, saya harus mencari film menggunakan komputer
atau smartphone, tidak ada lagi alasan kuat bagi saya untuk mencari kesenangan
di luar rumah. Saya tidak bisa lagi menenggelamkan diri di lautan musik dan
film—secara harfiah. Saya tidak akan bisa lagi berbincang kepada para penjaga
Disc Tarra, Movie Plus, atau toko lainnya yang beberapa sudah saya kenal selama
beberapa tahun. About a Boy, bagi saya pribadi, bukan hanya about a boy, tetapi about my ideal life. Kebetulan sekali saya sedang membaca sekuel Gone with the Wind, Scarlet, saat menuliskan ulasan ini. Kekuatan menyentuh hati dari
About a Boy jadi berlipat karena saya masih terbawa suasana hati Scarlet O’Hara
yang ingat kepada Tara di masa lalu, masa yang sudah hilang berlalu bersama
angin.
Dari
pernyataan saya yang penuh emosi di atas tentu saja pembaca bisa menyimpulkan
kalau saya menyukai film ini. Namun pandangan emosional yang saya uraikan
hanyalah sebuah nilai tambah karena pada dasarnya film ini memang memiliki
kualitas yang baik. Jika saya mau mengkritik keburukannya, tentu saja saya
harus bisa menunjukkannya. Tidak ada yang sempurna, tetapi penilaian Skywalker
melihat sebuah film secara utuh, bukan per bagiannya saja. Jika ada kesalahan
kecil yang tidak mengganggu keseluruhan filmnya, maka kesalahan itu akan
diabaikan oleh penilaian ini. Secara umum, semua aspek film ini sudah baik.
Mulai dari logika, konsistensi, musik, acting, sinematografi, dan lainnya,
semua secara umum sudah baik. About a Boy adalah sebuah Drama dengan narasi
yang sebetulnya kompleks tetapi disajikan dengan sentuhan Komedi sehingga
secara keseluruhan terlihat ringan dan menyenangkan untuk diikuti.
About a Boy is, at its core, a serious film that has something serious to say. And yet, it tells a very complicated matter in a light setting that it will be both enlightening and entertaining. Its complicated message does not drag its entertainment value down and its comedy does not degrade the seriousness of its most essential message about life.
02 Awards
IMDb melaporkan bahwa film ini
memenangkan 11 penghargaan dan mendapatkan 30 nominasi. Namun, About a Boy tidak memenangkan penghargaan yang
penting untuk disebutkan. Melihat betapa positifnya sambutan yang diberikan
kepada film ini baik oleh penonton maupun kritikus (AFI bahkan menobatkannya
sebagai Movie of the Year) dan kesuksesan finansialnya, sangat disayangkan jika
film ini tidak berhasil memenangkan penghargaan yang penting. Menimbang
permasalahan ini (nantinya berkaitan juga dengan masalah Longevity), saya
memutuskan untuk mengurangi satu poin dari film ini.
“My life is made up of units of time. Buying
CDs—two units. Eating lunch—three units. Exercising—two units. All in all, I
had a very full life. It's just that it didn't mean anything.”—Will Freeman
03 Financial
Dari
dana sebesar $30 juta, About a Boy berhasil menjual tiket sebesar $130 juta.
Angka penjualan tiket bioskop film ini menunjukkan bahwa About a Boy sukses
secara finansial.
About a Boy (2002) Theatrical
Performance |
||||||||||||||
Domestic Box Office |
$40,803,000 |
|||||||||||||
International Box Office |
$89,956,651 |
|||||||||||||
Worldwide Box Office |
$130,759,651 |
|||||||||||||
|
04 Critics
Sebagian
besar kalangan kritikus film profesional memberikan tanggapan yang positif
untuk film ini. American Film Institute (AFI) memasukkan About a Boy ke dalam
daftar 10 Film Terbaik tahun 2002—menjadi Movie of the Year.
05 Longevity
Pandangan
generasi baru terhadap film ini, secara umum, masih tetap positif. Walau
begitu, About a Boy tidak bisa disebut sebagai sebuah film yang tetap populer
setelah berusia lebih dari 10 tahun. Film ini akan disebut dalam pembahasan
mengenai perjalanan karier aktor Nicholas Hoult yang berperan sebagai Marcus,
tetapi ketika penonton memperbincangkan Hugh Grant, Rachel Weisz, atau Toni
Collette, film ini tidak secara otomatis diingat oleh penonton. Singkatnya,
tanggapan terhadap About a Boy masih konsisten tetapi popularitasnya sudah
menurun.
Final Score
Skor
Asli : 10
Skor
Tambahan : -1
Skor
Akhir : 9/10
***
Spesifikasi Optical Disc
[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]
Judul : About a Boy
Rilis : 23 Juli 2002
Format : VCD [|||]
Kode
Warna : PAL
Upscaling : Support Player-HDMI Upscaling [YES||NO]
[1080/60/50/24p]
Fitur : -
Support : Windows 98-10 [VLC Media Player],
DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].
Keterangan Support:
[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]
[Support VCD, DVD,
Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]
[Support Semua
Termasuk 4K]
STREAMING
iTunes: |
***
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan
standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review
Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
Edisi Review Singkat+PLUS
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda
Review Singkat+PLUS di
bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel
tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.
Edisi Review Singkat+ULTRA
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda
Review Singkat+ULTRA
di bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Mei 2022 menandakan artikel
tersebut berjumlah lebih dari 5.000 kata.
Skywalker Hunter adalah alias
dari Nabil Bakri
Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers
©2002/Universal, Studio Canal/About a Boy/All Rights
Reserved.
©Nabil Bakri Platinum.
Teks ini dipublikasikan dalam Nabil Bakri Platinum [https://nabilbakri.blogspot.com/] yang diverifikasi Google dan dilindungi oleh DMCA.
Nabil Bakri Platinum tidak bertanggung jawab atas konten dari
link eksternal yang ada di dalam teks ini—termasuk ketersediaan konten video
atau film yang dapat berubah sewaktu-waktu di luar kendali Nabil Bakri
Platinum.