Review Film Monsters Vs Aliens (2009) Aksi Para Monster Berduel dengan Alien
Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter
Edisi Review Singkat+PLUS
“Humans
of Earth! I have come in peace. You need not fear me. I mean you no harm.
However, it may be important to know that most of you will not survive the next
24 hours. And those of you who do survive will be enslaved and experimented on.
You should in no way take any of this personally - it's just business! So, just
to recap: I come in peace, I mean you no harm, and you all will die. Gallaxhar
out.”—Gallaxhar
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak
cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes
copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
images ©2009/DreamWorks/Monsters vs Aliens/All Rights
Reserved.
⸎Sangat mungkin mengandung Spoiler, Anda diharap bijak
menyikapinya.
Genre : Komedi—Fiksi
Ilmiah [Animasi Full CGI]
Rilis :
Domestic Releases: |
March 27th, 2009 (Wide) by Paramount Pictures |
September 29th, 2009 by Dreamworks
Video |
|
MPAA Rating: |
PG For
sci-fi action, some crude humor and mild language |
Durasi : 94 menit
Sutradara : Conrad
Vernon dan Rob Letterman
Pemeran : Reese Witherspoon, Seth Rogen, Hugh Laurie, Will Arnett, Kiefer Sutherland, Rainn Wilson, Paul Rudd, Stephen Colbert, Amy Poehler
Episode : -
Sinopsis
Susan
Murphy akan melangsungkan pesta pernikahannya dengan Derek Dietl, seorang
pembawa acara prakiraan cuaca di stasiun TV yang terkenal di Modesto,
California. Susan dan Derek terlihat seperti pasangan yang sangat serasi dan
romantis. Namun, sebenarnya hubungan mereka tidak terlalu harmonis meskipun
Susan senantiasa berusaha untuk bersikap positif dan mengalah setiap kali Derek
mengambil keputusan sepihak. Rencana bulan madu mereka ke Paris akhirnya
dibatalkan karena Derek harus mengikuti audisi pembawa acara di daerah
Fresno—segala sesuatu harus tentang Derek dan yang menguntungkan baginya. Susan
meyakinkan dirinya untuk berkompromi dan tetap melangsungkan pernikahan.
Sebelum memasuki altar untuk mengucap janji pernikahan, sebuah meteor jatuh
menimpa Susan. Meteor itu ternyata merupakan sumber energi Quantonium yang
membuat Susan menjadi raksasa. Pertumbuhan fisik Susan yang tidak terkendali
mengakibatkan kekacauan di acara pernikahan sampai harus melibatkan pasukan
militer Amerika. Susan ditangkap dan dijebloskan ke fasilitas rahasia milik
pemerintah. Karena ia kini bertubuh raksasa, pemerintah mengganti nama Susan
menjadi Ginormica. Fasilitas rahasia tersebut dipimpin oleh Jenderal Warren
Monger yang menjelaskan bahwa Susan akan “dikurung” selamanya di dalam
fasilitas rahasia tersebut. Di sana, Susan dikurung bersama Dr. Cockroach,
Ph.D. yang merupakan seorang dokter peneliti daya tahan tubuh untuk membuat
manusia mampu bertahan hidup seperti kecoa. Eksperimen Dr. Cockrach berhasil
membuatnya memiliki ketahanan yang luar biasa seperti kecoa, tetapi dampaknya
ia sendiri berubah menjadi kecoa. Di sana juga ada Link, sesosok monster danau,
B.O.B, sesosok agar-agar raksasa hasil eksperimen yang tidak bisa dihancurkan,
dan Insectosaurus yang merupakan serangga yang menjadi raksasa akibat radiasi
nuklir.
Meteor
yang jatuh ke bumi sebenarnya mengandung energi yang luar biasa yakni
Quantonium. Energi tersebut diincar oleh sesosok alien penakluk bernama
Gallaxhar. Ketika komputernya memberi tahu bahwa Quantonium telah jatuh ke
bumi, Gallaxhar mengirimkan sebuah robot raksasa untuk mengambilnya. Robot itu
mendarat di Amerika dan mengakibatkan kehebohan publik. Presiden Amerika, Mr.
Hathaway, mencoba untuk berkomunikasi dengan robot alien tersebut dengan
memainkan sebuah musik—seperti dalam film Close
Encounters of the Third Kind—tetapi robot tersebut sama sekali tidak ingin
berdamai dan hanya menjalankan misinya untuk menemukan Quantonium. Presiden
memerintahkan pasukan militer untuk menyerang robot tersebut, tetapi kekuatan
militer Amerika sekalipun tidak dapat menghancurkannya. Sebuah rapat darurat
pun diadakan. Presiden Hathaway memiliki gagasan untuk menggunakan nuklir, tetapi
seluruh pejabat pemerintah menentangnya. Jenderal Monger pun menawarkan sebuah
solusi yakni melepaskan para monster yang ditahan di fasilitas rahasia untuk
melawan alien.
Gagasan
tersebut disetujui. Ginormica, Dr. Cockroach, B.O.B, Link, dan Insectosaurus
diterjunkan ke lapangan untuk mengalahkan robot alien. Robot itu menggunakan
alat pemindai untuk mencari Quantonium dan menemukan bahwa Quantonium kini
berada dalam tubuh Susan. Energi Quantonium telah membuatnya menjadi raksasa
dan memiliki kekuatan super. Awalnya Ginormica tidak menyadari potensi yang ia
miliki, tetapi akhirnya ia mengerti bahwa dirinya kini menjadi sangat kuat dan
berhasil mengalahkan robot alien tersebut. Komputer Gallaxhar menjelaskan bahwa
kekalahan robot itu mengindikasikan kekuatan Ginormica yang luar biasa dan
mustahil dikalahkan dengan strategi robot yang sama. Maka, Gallaxhar datang
sendiri ke bumi dengan rencana menyedot seluruh energi Quantonium dari tubuh
Ginormica dan menjajah bumi. Keberhasilan Ginormica mengalahkan robot alien
membuatnya populer dan diperbolehkan untuk keluar dari fasilitas rahasia dan
menemui keluarganya. Saat itulah Susan menyadari bahwa hubungannya dengan Derek
memang harus berakhir. Susan harus menjadi raksasa lebih dulu agar ia bisa
menyadari sifat Derek yang egois. Apakah Susan akan kembali menjadi manusia
normal? Bagaimana ia akan menghadapi Gallaxhar yang jahat?
01 Story Logic
Monsters
vs Aliens merupakan sebuah animasi Komedi—Fiksi Ilmiah. Posisinya sebagai
sebuah animasi memungkinkan film ini untuk menampilkan berbagai adegan yang
mustahil atau tidak logis dalam live action. Terlebih lagi, posisinya sebagai
sebuah Komedi semakin memperluas kemungkinan film ini untuk memperlihatkan
lebih banyak lagi hal-hal konyol dan tidak masuk akal tetapi tetap dianggap
logis sesuai dengan koridor Komedi. Misalnya, film ini memperlihatkan berbagai
sindiran terhadap cara kerja pemerintah Amerika yang dinilai sering semena-mena
dan berlebihan dalam menangani sebuah masalah. Ketika Susan berubah menjadi
raksasa, pemerintah menembaknya dengan suntikan bius raksasa yang kemudian
balas dilempar oleh Susan hingga jarumnya menancap di kaki salah seorang
petugas. Adegan tersebut akan terlihat tidak logis dalam sebuah live action
karena si petugas pasti terluka sangat parah, tetapi menjadi logis karena
adegan tersebut merupakan sebuah adegan Komedi dalam sebuah film Animasi. Film
ini sering menampilkan petugas pemerintahan sebagai sekelompok orang yang
terlalu serius dalam mengerjakan tugasnya tanpa mengetahui kebenarannya [mereka
hanya menurut perintah mentah-mentah]. Hal tersebut terlihat dari seberapa
seringnya petugas yang terdiri dari beberapa orang “menubruk” karakter yang
dicurgai atau menyeret mereka untuk ditangkap atas dugaan konspirasi [ketika
Susan menjadi raksasa, kedua orangtuanya langsung diseret seperti penjahat].
Selain
mengolok-olok kinerja pemerintah, film ini memparodikan film-film monster dan
alien yang populer. Misalnya, film ini berkomentar tentang keanehan negara
Amerika Serikat karena jika ada UFO, mereka selalu mendarat di Amerika.
Kemudian, ada sebuah lelucon berupa rudal yang bertuliskan “ET Pulanglah” yang
mengacu pada film populer The Extra
Terrestrial. Film in juga menggunakan referensi dari film The Blob [1958], Godzilla, The Fly [1958],
dan film-film monster lainnya. Referensi-referensi dan sindiran terhadap
pemerintah membentuk Parodi yang memposisikan film ini sebagai sebuah Komedi.
Karena film ini menceritakan kisah Komedi dengan karakter berupa alien dan
monster yang merupakan “freak of nature” [fenomena alam yang aneh], maka film
ini berada dalam naungan genre Fiksi Ilmiah. Namun sekali lagi, karena Monsters
vs Aliens adalah sebuah animasi Komedi, penjelasan Fiksi Ilmiahnya tidak akan
selogis dan sejelas film-film Fiksi Ilmiah yang serius seperti Alien, Deep Blue Sea, I Robot, dan film-film Fiksi Ilmiah serius lainnya. Film ini justru
memparodikan film-film Fiksi Ilmiah yang serius agar sesuai dengan tuntunan
pola genre Komedi. Maka dari segi konsep cerita, Monsters vs Aliens dapat
dikatakan sudah logis sesuai dengan genrenya.
02 Story Consistency
Alur
cerita film ini masih kurang konsisten. Monsters vs Aliens mencoba untuk
mengeksplorasi beberapa poin cerita yang sama-sama memiliki posisi dominan
dalam menentukan arah ceritanya: kisah asmara antara Susan dan Derek, adanya
invasi alien di bumi, bagaimana para monster bisa diterima di dalam masyarakat,
dan bagaimana kondisi internal pemerintah ketika negara berada dalam kondisi
darurat. Kisah asmara Susan dan Derek dapat membentuk sebuah kisah sendiri yang
memperlihatkan halangan-halangan dalam hubungan asmara mereka dan bagaimana
mereka akhirnya melalui semua halangan atau berakhir dengan perpisahan seperti
dalam kisah Letters to Juliet (2010).
Cerita tentang invasi alien juga dapat membentuk sebuah film tersendiri yang
benar-benar mengeksplorasi latar belakang kemunculan alien dan bagaimana
manusia berusaha mengalahkan mereka seperti dalam film War of the Worlds dan Battle
Los Angeles. Fokus certa yang menampilkan reaksi pemerintah dalam menyikapi
sebuah keadaan darurat juga sebetulnya dapat membentuk sebuah narasi tersendiri
seperti yang ditampilkan dalam film Shin
Godzilla. Namun pada akhirnya poin-poin penting itu dicampuradukkan tanpa
adanya eksplorasi yang sangat kuat untuk salah satu di antaranya. Meskipun
eksplorasi fokus ceritanya masih lemah, masing-masing masih terlalu serius
dieksplorasi untuk sekadar menjadi sebuah film Parodi seperti Scary Movies yang memang hanya
mencampuradukkan apa-apa saja yang sedang populer untuk diparodikan. Monsters
vs Aliens memiliki konsistensi yang lebih jelas dibandingkan dengan film-film
Parodi di dalam seri Scary Movies.
03 Casting Choice and Acting
Pemilihan
pengisi suara dalam film ini sudah baik karena masing-masing aktor telah
berhasil menghidupkan karakter mereka sehingga secara umum sudah tidak
terdengar kaku. Seperti proses pengisian suara animasi besar Hollywood pada
umumnya, bagaimana karakter dalam film ini ditampilkan juga mempertimbangkan
bagaimana ekspresi dan karakteristik dari pengisi suaranya. Dengan demikian,
kesesuaian antara aktor dengan karakternya dapat diperkuat agar suara yang
keluar dari masing-masing karakter terdengar lebih natural. Pengisi suara
Presiden Amerika, komedian sekaligus pembawa acara Late Night Show, Stephen
Colbert, memberikan gambaran tentang proses pengisian suara yang menuntut aktor
untuk memahami karakteristik karakternya dan membentuk sebuah citra baru yang
paling sesuai dengan karakternya.
[EN]“To find the voice for
the president, I tried to be as declarative and as authoritative as I could,
without actually thinking about anything I was saying. And this is what came
out: hollow certainty.”
[ID]“Untuk mendapatkan
suara yang tepat bagi karakter presiden, saya mencoba berdeklarasi dan bicara
dengan penuh otoritas semaksimal mungkin, tanpa memikirkan apa yang saya
katakan. Hasilnya adalah sebuah kepastian yang hampa.” [Stephen Colbert dalam
dokumenter Modern Monster Movie-Making,
MvA DVDditerjemahkan oleh Nabil Bakri]
Pendekatan
yang dilakukan oleh Colbert memberikan sebuah pemahaman tentang proses
pengisian suara secara umum. Terlebih lagi, Stephen Colbert tidak hanya
memberikan suara untuk karakter presiden tetapi sekaligus melayangkan sindiran
pada presiden yang pernah menjabat dan para politikus pada umumnya. Dalam hal
ini, Colbert menyindir betapa pemimpin pemerintahan yang tidak kompeten justru
sering dipilih dan sering mengambil keputusan yang tidak masuk akal. Namun di sisi
lan, mereka adalah orang-orang yang sangat pandai bicara dan mengumbar janji.
Maka, pendekatan Colbert sangat tepat untuk membaca naskah dengan penuh
otoritas tetapi tanpa memikirkan apa yang dia katakan sehingga memberikan suara
yang mengandung “kepastian yang hampa”.
04 Music Match
Tidak
ada keluhan di pemilihan musik karena sudah menyesuaikan dengan nuansa
masing-masing adegannya.
05 Cinematography Match
Sinematografi
dalam film ini sudah baik. Monsters vs Aliens benar-benar memanfaatkan
teknologi 3D untuk mendukung sinematografinya. Dalam adegan pengerusakan
jembatan, misalnya, animasi film ini dibuat seolah-olah direkam menggunakan
kamera hand-held live action untuk menguatkan nuansa Aksi-nya [kamera hand-held
meningkatkan kesan “nyata” karena menunjukkan ketidaksempurnaan manusia dalam
memegang kamera; dapat dilihat dari bagaimana kamera sesekali bergetar]. Dengan
kata lain, implementasi teknologi 3D dalam MvA sebetulnya bukanlah sekadar gimmick atau hiasan saja, tetapi memang
benar-benar digunakan untuk mendukung sinematografinya—yang pada akhirnya
mendukung ceritanya.
06 Character Design
Desain
karakter dalam film ini secara umum sudah baik karena didesain dengan bahasa
desain yang serasi. Dengan demikian, karakter-karakternya terlihat berasal dari
satu universe yang sama dan menyatu baik dengan latar belakangnya.
07 Background/Set Match
Desain
latar belakang film ini sudah baik. Berkaitan dengan poin Desain Karakter dan
Sinematografi, Monsters vs Aliens memaksimalkan latar belakangnya agar mereplikasi
nuansa dunia nyata dalam hal persepsi ruang dan jarak dengan memaksimalkan
peggunaan teknologi 3D. Dengan demikian, karakter-karakter dalam film ini dapat
diposisikan dengan sebaik-baiknya agar benar-benar menyatu dengan latar
belakangnya tetapi tetap memperlihatkan persepsi ruang dan jarak 3 dimensi.
08 Special and/or Practical Effects
Efek
visual Monsters vs Aliens sudah baik. Terlepas dari penggunaan teknologi 3D
yang sudah baik [berkaitan dengan poin Desain Karakter, Sinematografi, dan
Desain Latar Belakang], gerakan karakter dalam film ini sudah halus. Selain
itu, detil objek dalam Monsters vs Aliens juga secara umum sudah baik. Jika
diamati lebih jauh hingga ke belakang layar, Monsters vs Aliens sepertinya
memang lebih mengutamakan teknologi daripada narasinya sendiri. Berkaitan
dengan implementasi teknologi 3D, produser sekaligus salah satu pendiri studio
DreamWorks, Jeffrey Katzenberg, memberikan pernyataan yang menegaskan posisi
Monsters vs Aliens dalam kancah animasi 3D:
[EN]“I think that the
innovation of this new generation 3D has the opportunity to change the movie
experience in a way that literally has not happened since we went from black
and white to color. Monsters vs Aliens, which, in itself, has a wondeful homage
and throwback to some of those 50’s monsters movies, it’s such a perfect
opportunity to showcase this next generation of 3D, to show off the bells and
whistles of it. Monsters vs Aliens is just a perfect fit.”
[ID]“Saya pikir inovasi
teknologi 3D generasi baru ini memiliki potensi untuk mengubah pengalaman
menonton film yang belum pernah terjadi lagi sejak kita beralih dari film hitam
putih ke film warna. Monsters vs Aliens yang di dalamnya menampilkan penghormatan
dan kilas balik pada film-film monster era 50-an, merupakan sebuah kesempatan
yang sempurna untuk menunjukkan teknologi 3D generasi baru ini, untuk
memperlihatkan sisi teknisnya. Monsters vs Aliens sempurna untuk hal ini.”
[Jeffrey Katzenberg dalam dokumenter Modern
Monster Movie-Making, MvA DVDditerjemahkan oleh Nabil bakri]
Pernyataan
Jeffrey Katzenberg menyimpulkan situasi industri perfilman di tahun 2009 yang
tengah diubah oleh film Avatar karya
sutradara James Cameron. Teknologi 3D dapat benar-benar dimanfaatkan untuk
mendukung presentasi sebuah film yang benar-benar memengaruhi pengalaman
penonton menyaksikan sebuah film. Namun, pencapaian ini hanya dapat
direalisasikan jika proses pembuatan filmnya sendiri memang mengkonsepkan
filmnya sebagai film 3D [conceived as a 3D]. Melihat kesuksesan Avatar, banyak film lain yang
dipresentasikan dalam 3D tetapi tidak diciptakan dengan konsep 3D. Maka,
umumnya film 3D hanyalah film-film 2D yang “dikonversi” ke 3D. Inilah salah
satu alasan mengapa banyak film 3D tidak disukai oleh penonton karena memang
tidak memberikan pengalaman yang “lebih” dari versi 2D-nya. Dalam Monsters vs
Aliens, teknologi 3D yang dipakai bukan sekadar 3D konversi, melainkan sejak
awal sudah dipikirkan. Dengan demikian, teknologi 3D dalam film ini tergolong
baik. Bahkan, berbagai aspek keunggulan 3D dalam film ini masih dapat diamati
dalam versi 2D sehingga jelas sekali bahwa teknologi 3D memang dimaksimalkan
dalam film ini.
09 Audience Approval
Monsters
vs Aliens mendapatkan tanggapan yang beragam dari kalangan penonton. Dibandingkan
dengan film-film DreamWorks seperti Shrek,
Kung Fu Panda, dan Madagascar, Monsters vs Aliens memiliki
popularitas yang lebih rendah di kalangan penonton. Humor yang disajikan dalam
film ini sangat banyak meminjam dari film-film klasik sehingga mengharuskan
penonton untuk memiliki perbendaharaan film yang mumpuni untuk dapat memahaminya.
Berbeda dengan Shrek yang referensi
humornya adalah kisah-kisah dongeng populer, referensi dalam Monsters vs Aliens
memiliki cakupan audiens yang lebih kecil, misalnya referensi film Close Encounters of the Third Kind, Star Trek, Dr. Strangelove, dan The Blob.
Bandingkan dengan Toy Story 2,
misalnya, yang menggunakan referensi dari Jurassic
Park dan Star Wars.
Google User |
78% |
IMDb |
6.4/10 |
Metacritic |
56% |
Rotten Tomatoes |
74% |
10 Intentional
Match
Seperti
yang telah dibicarakan dalam poin Efek Visual, Monsters vs Aliens jelas sekali
diciptakan untuk mengimplementasikan teknologi 3D semaksimal mungkin. Hal ini
tidak bisa dipungkiri karena aspek teknologi inilah yang berkali-kali dibahas
dalam berbagai kesempatan oleh Jeffrey Katzenberg selaku pendiri studio dan
oleh tim animasi film ini. Bahkan, apek teknologi ini masih ditonjolkan dalam
dokumenter yang disertakan dalam paket DVD edisi 2 disc dari film ini. Jika
kita lihat kembali pembahasan Desain Latar Belakang dan Sinematografi, jelas
sekali bahwa aspek teknologi memang tidak bisa dilepaskan dari film ini karena
memang implementasi teknologi itu sendiri merupakan kunci yang penting dalam
proses penceritaan narasi Monsters vs Aliens. Film ini memerlukan 45.6 juta jam
proses komputer untuk diselesaikan, 8 kali lipat lebih besar dibandingkan
dengan Shrek yang dirilis di tahun
2001. Pada akhirnya, film ini memang berhasil memenuhi ekspektasi penciptanya
dari sisi artistik—teknologi. Setelah mengetahui bahwa film ini sudah sesuai
dengan visi artistik dari segi teknologi, bagaimana dengan aspek cerita dan
aspek finansial?
[EN]“Monsters vs Aliens is,
for all of us, sort of a return to what turned us into nerds in the first
place, which is monster movies. We wanted to imagine what the experience of the
monsters would be like in a much more contemporary environment. And what it
would be like to re-release those monsters out into the modern world.”
[ID]“Monsters vs Aliens,
bagi kami semua, adalah pengingat akan apa yang menjadikan kami semua kutu buku
yaitu film-film tentang monster. Kami ingin membayangkan apa yang akan dialami
oleh para monster di lingkungan masa kini. Dan juga, bagaimana jika
monster-monster itu dilepaskan kembali di dunia modern.” [David James,
Production Designer dalam Modern Monster
Movie-Making, MvA DVDditerjemahkan oleh Nabil Bakri]
Berdasarkan
pernyataan David James, dapat diamati bahwa Monsters vs Aliens telah memenuhi
ekspektasi penciptanya dari segi artistik. Dari segi finansial, Monsters vs
Aliens meraih kesuksesan yang tergolong “biasa saja”, tetapi kesuksesan itu
memungkinkan diciptakannya sebuah serial televisi yang disiarkan oleh
Nickelodeon.
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
01 Skywalker’s Schemata
Pengalaman
pertama saya menonton film ini cukup lucu bagi saya karena waktu itu saya hanya
bisa menontonnya di TV. Pada masa itu, masyarkat belum memasuki era streaming
dan download film, bahkan dengan VPN secara ilegal, masih belum mudah. Hal yang
paling praktis adalah dengan membeli DVD-nya. Namun, saat itu sudah lewat lebih
dari setahun sejak DVD-nya dirilis dan saya berlangganan DVD di Movie Plus
tanpa tahu bahwa Movie Plus tidak menjual DVD yang didistribusikan oleh
Paramount/Innova Digimedia yang hanya tersedia di Disc Tarra. Saya senang
sekali ketika film ini tayang di TV dan ingat betul bahwa film ini berhasil
memikat perhatian saya. Sialnya, di tengah-tengah film, listrik padam. Saya
jadi tidak bisa menyelesaikan film ini. Beruntung tak lama setelah itu saya
menemukan paket DVD 2-disc yang dilengkapi dengan 4 kaca mata 3D tradisional.
Ketika menonton Monsters vs Aliens untuk yang ke 11/2 kalinya, terus
terang saya merasa sangat terhibur. Film ini lucu dan memiliki porsi Aksi yang
cukup untuk membuat saya terkunci di atas kursi. Saat menonton ulang untuk
menuliskan review film ini pada bulan Februari 2022, saya akhirnya bisa melihat
berbagai kekurangan dari film ini dan merasa Monsters vs Aliens sebetulnya agak
membosankan. Dua adik saya bahkan tertidur selama menyaksikan film ini. Namun,
saya akan memberikan penilaian sesuai dengan pengalaman pertama saya menonton
film ini. Monsters vs Aliens adalah sebuah Komedi yang lucu, memprovokasi, dan
menyenangkan untuk ditonton. It is not
the best DreamWorks feature, but it is much better than Megamind and is fun to watch. You need extra
information concerning classic monster films, though, to fully understand all
of its jokes.
02 Awards
Film
ini tidak mendapatkan penghargaan yang penting untuk disebutkan.
03 Financial
Dari
dana sebesar $175 juta, Monsters vs Aliens berhasil menjual tiket sebesar $381
juta. Angka tersebut memang bukanlah kegagalan, tetapi juga bukan kesuksesan
yang besar. Monsters vs Aliens mendapatkan lebih banyak keuntungan setelah
DVD-nya dirilis dengan penjualan mencapai lebih dari $111 juta. Monsters vs
Aliens merupakan animasi terlaris ke-3 di tahun 2009 di bawah Up dan Ice Age: Dawn of the Dinosaurs. Berdasarkan data yang dikumpulkan
hingga tahun 2011, tercatat sudah lebih dari 9 juta kopi DVD dan Blu-ray film
ini yang terjual.
Monsters vs. Aliens (2009) Theatrical Performance |
||
Domestic Box Office |
$198,351,526 |
|
International Box Office |
$183,335,854 |
|
Worldwide Box Office |
$381,687,380 |
|
Home Market
Performance |
||
Est. Domestic DVD Sales |
$88,070,674 |
|
Est. Domestic Blu-ray Sales |
$23,730,503 |
|
Total Est. Domestic Video Sales |
$111,801,177 |
|
04 Critics
Monsters
vs Aliens mendapatkan tanggapan yang beragam dari kalangan kritikus film
profesional. Sebagian besar kritikus tidak menyerang film ini, tetapi juga
tidak memberikan pujian yang luar biasa.
05 Longevity
Di
sinilah letak kelemahan Monsters vs Aliens yang sangat fatal. Popularitas film
ini tidak bisa bertahan lebih dari 10 tahun setelah filmnya dirilis. Bahkan,
serial televisi yang dirilis di tahun 2013 terpaksa dibatalkan setelah dua
Season karena memiliki rating yang sangat rendah. Posisi film ini yang sangat
erat dengan teknologi 3D justru berkontrobusi dalam rusaknya citra Monsters vs Aliens
karena teknologi 3D yang di tahun 2009 dipercaya akan menjadi standar masa
depan dunia perfilman, justru semakin ditinggalkan dan memiliki citra yang
negatif dari banyak penonton. Padahal, film-film yang mengedepankan teknologi
3D seperti ini baru dapat benar-benar dinikmati secara maksimal jika disaksikan
dengan format presentasi yang tepat. Berbeda dengan film-film 3D hasil konversi
yang pada dasarnya adalah film 2D, film-film seperti Monsters vs Aliens, Avatar, dan Hugo baru bisa benar-benar “dialami” sepenuhnya jika disaksikan
dalam format presentasi 3D yang baik. Pada akhirnya, Monsters vs Aliens gagal
berdiri di samping Shrek, Madagascar, dan Kung Fu Panda, dan berada dalam satu rumpun dengan Megamind yang sama-sama tidak populer.
Poin Longevity memutuskan untuk mengurangi satu poin karena Monsters vs Aliens
benar-benar yakin menjadi sebuah “game changer” tetapi pada kenyatannya film
ini semakin dilupakan dan tidak berhasil mengubah apapun dengan signifikan.
Final Score
Skor
Asli : 9
Skor
Tambahan : -1
Skor
Akhir : 8/10
***
Spesifikasi Optical Disc
[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]
Judul : Monsters vs. Aliens
Rilis : 8 September 2009
Format : DVD [|||]
Kode
Warna : 3/NTSC
Upscaling : Support Player-HDMI Upscaling [YES||NO]
[1080/60/50/24p]
Fitur : BOB’s Big Break in Trioscopic
3D [plus 3D glassess], behind the scene documentaries, audio commentaries,
exclusive sneak peeks, DreamWorks Animation video jukebox [including Kung Fu
Panda music video]
Support : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD
Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].
Keterangan Support:
[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]
[Support VCD, DVD,
Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]
[Support Semua
Termasuk 4K]
STREAMING
iTunes: |
|
Netflix: |
***
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan
standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review
Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
Edisi Review Singkat+PLUS
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda
Review Singkat+PLUS di
bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel
tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.
Skywalker Hunter adalah alias
dari Nabil Bakri
Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers
©2009/DreamWorks/Monsters vs Aliens/All Rights Reserved.
©Nabil Bakri Platinum.
Teks ini dipublikasikan dalam Nabil Bakri Platinum [https://nabilbakri.blogspot.com/] yang diverifikasi Google dan dilindungi oleh DMCA.
Nabil Bakri Platinum tidak bertanggung jawab atas konten dari
link eksternal yang ada di dalam teks ini—termasuk ketersediaan konten video
atau film yang dapat berubah sewaktu-waktu di luar kendali Nabil Bakri
Platinum.