Review Film Real Steel (2011) Pertarungan Sadis Robot di Atas Ring Tinju [When Robots Enter the Boxing Ring]

 

©2011/DreamWorks, Touchstone/Real Steel/All Rights Reserved.

Review Real Steel (2011) Pertarungan Sadis Robot di Atas Ring Tinju [When Robots Enter the Boxing Ring]

Oleh Skywalker Hunter

"Why can't you get him a fight?" God, you don't quit, do you? You want me to put him in some bottom-rung scrap-fest to the death? I saw how scared you were at Crash Palace. Yeah. The places that will let you fight this robot will make you pee your little pants.”—Charlie Kenton

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Fiksi Ilmiah—Aksi

Rilis                 : 7 Oktober 2011

Durasi             : 127 menit

Sutradara       : Shawn Levy

Pemeran         : Hugh Jackman, Dakota Goyo, Evangeline Lilly, Anthony Mackie, Kevin Durand

Episode           : -

©2011/DreamWorks, Touchstone/Real Steel/All Rights Reserved.

Sinopsis

Charlie Kenton adalah seorang mantan petinju gagal yang memiliki banyak musuh karena terlalu banyak berhutang. Ia mencoba memasuki dunia tinju robot namun mengalami kegagalan dan hanya bekerja “serabutan” menawarkan jasa atraksi robot. Dalam sebuah pekan raya, Charlie mempertontonkan aksi robotnya yang bernama Ambush untuk melawan banteng milik “teman”-nya, Ricky, yang juga merupakan mantan petinju yang dulu pernah mengalahkan Charlie. Berbeda dengan Charlie, Ricky sukses besar setelah tidak lagi bermain tinju. Karena butuh uang dan terlalu percaya diri, Charlie bertaruh $20 ribu dengan Ricky bahwa robotnya akan mengalahkan banteng miliknya. Namun sikap Charlie yang ceroboh membuat Ambush berhasil dikalahkan hingga rusak parah oleh banteng Ricky. Charlie yang sebenarnya kehabisan uang pun buru-buru pergi meninggalkan pekan raya itu—apalagi, sebelumnya Ricky mengancam akan memukuli Charlie sampai sekarat kalau Charlie berbohong soal taruhan $20 ribu itu. Sebelum melarikan diri, Charlie mendapat kabar bahwa mantan kekasihnya telah meninggal dunia. Maka, Charlie harus ke pengadilan untuk mengurus hak asuh atas anaknya, Max Kenton, yang berusia 11 tahun.

©2011/DreamWorks, Touchstone/Real Steel/All Rights Reserved.

Di pengadilan, Charlie bertemu dengan bibi Max, Debra, dan suaminya yang kaya raya, Marvin. Debra merasa Charlie tidak pantas menjadi orang tua dan ia berkeinginan untuk memiliki hak asuh atas Max. Charlie sama sekali tidak peduli dengan Max—dia tidak pernah bertemu dengan anaknya sendiri—dan ingin melepaskan hak asuhnya agar tidak punya beban. Mengetahui bahwa Debra sangat menginginkan hak asuh Max dan suaminya sangat kaya, Charlie memanfaatkan situasi tersebut. Ia menawarkan pada Marvin untuk memberikan hak asuh sepenuhnya kepada Debra asalkan Marvin membayar $100 ribu. Akhirnya Marvin setuju. Namun, Charlie harus mengurus Max untuk sementara waktu karena Marvin dan Debra harus pergi ke luar negeri. Charlie lantas menggunakan uang hasil “menjual” anaknya untuk membeli robot tinju unggulan hasil karya Tak Mashido, Noisy Boy. Robot itu dulunya bermain di ajang tinju profesional sehingga tidak perlu diragukan lagi kualitas dan teknologi yang ada di dalamnya.

©2011/DreamWorks, Touchstone/Real Steel/All Rights Reserved.

Max dan Charlie akhirnya bertemu untuk pertama kalinya. Max merasa geram karena Charlie “menjual”-nya dan menuntut Charlie untuk membagi uang pemberian Marvin. Bocah itu memilih untuk pergi sendiri sembari menunggu kepulangan bibinya. Namun Charlie mengatakan bahwa semua uang itu sudah habis untuk membeli robot Noisy Boy. Tampaknya, Max juga sangat tertarik dengan dunia tinju robot. Ia berhasil mendesak Charlie untuk mengajaknya ke arena pertarungan robot amatir untuk membawa Noisy Boy bertarung. Setibanya di arena, Charlie bersikap angkuh dan meminta pertandingan utama dengan bayaran tertinggi melawan robot kuat bernama Midas. Max berkali-kali memperingatkan Charlie untuk tidak buru-buru dan memilih pertandingan tingkat bawah terlebih dulu—jangan langsung memilih tingkat paling atas. Namun, Charlie tidak mau mendengarkan saran Max karena merasa robotnya tidak terkalahkan. Sudah diduga, Noisy Boy berhasil dikalahkan oleh Midas. Charlie menyalahkan Noisy Boy sebagai robot yang jelek, namun Max tahu betul kalau Noisy Boy sebenarnya sangat bagus tetapi Charlie tidak becus mengendalikannya. Charlie baru saja membeli Noisy Boy dan belum paham semua kode kombinasi di dalam Noisy Boy. Bukannya mempelajari Noisy Boy dan memilih pertandingan dari level yang paling mudah dulu, Charlie buru-buru memilih level tersulit tanpa persiapan. Karena rugi besar, Charlie pergi ke tempat pembuangan robot untuk mencuri onderdil robot.

©2011/DreamWorks, Touchstone/Real Steel/All Rights Reserved.

Di dalam tempat pembuangan itu, Max menemukan sebuah robot tua yang dulu digunakan sebagai robot latihan di masa-masa awal tinju robot. Robot itu bernama Atom. Dengan susah payah, Max mengambil robot itu. Kekasih Charlie, Bailey, memeriksa kondisi Atom dan menyatakan kalau robot itu masih bisa berfungsi. Max lantas mendesak Charlie untuk membawa Atom bertarung. Sayangnya, Charlie lebih tertarik menjual robot itu ketimbang membawanya bertarung. Atom adalah robot ketinggalan jaman yang didesain untuk dipukuli sebagai latihan tinju—tidak memungkinkan baginya untuk dibawa ke arena tinju robot. Namun Charlie sudah benar-benar kehabisan ide dan kehabisan uang. Ia akhirnya membawa Max dan Atom ke arena pinggiran bernama Zoo yang dikendalikan oleh Kingpin. Di dalam arena Zoo, Atom bertarung melawan robot milik Kingpin. Charlie yang payah dalam pertarungan robot ternyata ahli dalam menebak gerakan musuh. Berkat arahannya, Max berhasil mengalahkan robot Kingpin. Berawal dari kemenangan kecil itu, karier Atom terus melesat naik hingga sampai kepada arena tinju profesional. Max Kenton pun berharap robotnya bisa melawan robot terkuat di dunia, Zeus, suatu saat nanti.

©2011/DreamWorks, Touchstone/Real Steel/All Rights Reserved.

01 Story Logic

Narasi dalam Real Steel sudah logis sesuai dengan genrenya. Film ini merupakan sebuah Fiksi Ilmiah yang menceritakan tentang bagaimana tinju manusia digantikan oleh tinju robot. Dalam menyampaikan poin tersebut, film ini telah menjelaskan alasan tinju robot diadakan dan bagaimana konsep tersebut memungkinkan. Real Steel pada dasarnya menggunakan latar waktu yang tidak terlalu jauh dari tahun perilisannya yakni 2011. Maka, film ini sudah melakukan hal yang logis dengan membuat robot yang bertarung masih sepenuhnya dikendalikan oleh manusia, belum menggunakan teknologi Artificial Intelligence—teknologi yang sangat umum digunakan dalam Fiksi Ilmiah yang bercerita tentang robot/mesin. Meskipun Real Steel adalah sebuah Fiksi Ilmiah, film ini juga merupkan sebuah film Aksi. Penjelasan yang terlalu berbelit-belit dalam Fiksi Ilmiah yang serius dapat bertentangan dengan genre Aksi yang mengedepankan pergerakan tokoh utama secara cepat merespons sebuah masalah yang menggerakkan narasinya. Real Steel dapat membagi porsi Fiksi Ilmiah dan Aksi dengan proporsional sehingga penonton mendapatkan cukup informasi yang meladasi konsep film ini [apa itu tinju robot, bagaimana hal itu memungkinkan, dan kenapa hal itu terjadi] tanpa menghabiskan terlalu banyak waktu sehingga memberikan ruang untuk adegan-adegan aksi.

©2011/DreamWorks, Touchstone/Real Steel/All Rights Reserved.

Selain itu, film ini juga memiliki porsi Drama yang sangat besar. Namun lagi-lagi, Real Steel berhasil membagi porsinya dengan baik. Selalu ada unsur Drama di dalam setiap film—itulah mengapa sebuah film Aksi, Thriller, Horror, Petualangan, dan Fiksi Ilmiah tidak perlu lagi disebutkan sebagai Drama karena unsur-unsur dalam genre ini berkaitan dengan kehidupan manusia yang senantiasa ada dalam setiap cerita, tergantung seberapa besar porsinya. Karena masih harus menanggung beban Fiksi Ilmiah dan Aksi, Real Steel memusatkan unsur Drama pada hubungan antara ayah dan anak yang mengubah karakter Charlie Kenton. Hubungan Charlie Kenton dengan tokoh lain tidak didalami karena tidak akan mengubah laju cerita—karena sejak awal Charlie sudah digambarkan sebagai tokoh yang arogan serta gegabah sementara kisah masa lalu Charlie hanya menjelaskan karakter Charlie saat film dimulai dan tidak mengubah karakternya di akhir film. Hubungannya dengan Max lah yang mengubah kepribadiannya sehingga hubungan ini yang paling banyak dieksplorasi—pun fokusnya pada saat film berjalan [present] bukan di masa lalu ataupun masa depan. Selain membuat narasi dalam Real Steel logis, pembagian yang proporsional ini juga membuat Real Steel konsisten—berkaitan erat dengan poin penilaian Konsistensi Cerita.

©2011/DreamWorks, Touchstone/Real Steel/All Rights Reserved.

02 Story Consistency

Alur cerita Real Steel sudah konsisten. Narasi yang dibangun dengan logis sesuai genrenya membantu alur cerita film ini mengalir dengan baik. Real Steel memilih poin-poin penting dalam sebuah cerita yang hanya akan saling memengaruhi secara langsung dan meaningful dalam mengubah karakter tokoh utamanya. Tidak ada percabangan cerita yang dieksplorasi yang tidak memiliki pengaruh terhadap keseluruhan cerita. Bahkan, kisah perseteruan Charlie dengan Ricky yang dijelaskan di awal nantinya berpengaruh pada hubungan Charlie dengan Max setelah mereka meraih kesuksesan. Singkatnya, tidak ada “pengalihan jalan” [detour] cerita dalam film ini. Salah satu cara mengetahui konsisten atau tidaknya sebuah film adalah dengan menuliskan kembali sinopsis filmnya. Tidak peduli apakah alur ceritanya tidak runtut atau memiliki unsur flashback, jika penonton mampu menuliskan sinopsis filmnya secara lengkap dengan mengalir, maka dapat dikatakan bahwa alur cerita film tersebut sudah konsisten. Hal ini karena, meskipun ada flashback atau alur yang tidak runtut [seperti misalnya dalam film Kill Bill], ceritanya sudah konsisten sehingga penonton dapat dengan mudah memilih adegan-adegan inti yang berperan penting dalam sebuah cerita.

©2011/DreamWorks, Touchstone/Real Steel/All Rights Reserved.

03 Casting Choice and Acting

Para aktor yang dipilih sudah mampu menghidupkan karakter mereka dengan baik. Hugh Jackman dapat menghidupkan karakter Charlie yang arogan—egois, gegabah, bermasalah, dan cenderung tak acuh. Peran Hugh Jackman dalam film populer X-Men sebagai Wolverine dan Australia sebagai Drover mampu menguatkan poin narasi yang menyatakan bahwa Charlie adalah seorang petinju yang hebat—Jackman berhasil membuat penonton percaya bahwa ia adalah seorang petinju yang handal hanya dengan melihat tampilan fisiknya saja. Aktor Dakota Goyo dapat dengan baik memerankan karakter Max Kenton sebagai anak kecil yang gemar bermain game dan menyukai dunia tinju robot. Sikapnya yang keras kepala juga masuk akal karena sikap ini mirip dengan ayahnya.

©2011/DreamWorks, Touchstone/Real Steel/All Rights Reserved.

04 Music Match

Musik yang dipakai dalam film ini sudah baik. Karena Real Steel bercerita mengenai robot yang dikendalikan manusia dan melakukan berbagai atraksi di sebuah dunia yang “sedikit” futuristik, maka musik aliran Rock, Hip Hop, dan Electronic Music yang mengiringi film ini sudah sejalan dengan nuansa filmnya. Film ini memiliki nuansa yang lebih mendekati film-film futuristik seperti Tron: Legacy dan The Matrix, sehingga musik Electronic lebih mampu menangkap esensi film dari segi musik. Hal ini berbeda dengan film-film futuristik non-Aksi yang bernilai filosofis tentang “keajaiban dan misteri penciptaan” seperti Prometheus dan 2001: A Space Odyssey yang lebih banyak menggunakan unsur musik klasik.

05 Cinematography Match

Tidak ada keluhan dalam poin sinematografi.

©2011/DreamWorks, Touchstone/Real Steel/All Rights Reserved.

06 Costume Design

Tidak ada keluhan dalam poin pemilihan kostum. Desain untuk robot dalam film ini juga sudah baik. Penonton dapat dengan mudah membedakan dan menimbang kekuatan dari para robot. Terdapat perbedaan desain [bahasa desain] yang jelas antara robot-robot versi awal, robot petarung utuh, robot petarung modifikasi, dan robot petarung profesional. Masing-masing robot juga didesain sesuai dengan “karakteristik” mereka. Karakter robot Zeus, misalnya, didesain sebagai sebuah robot yang ukurannya lebih besar dari robot lain pada umumnya dan memiliki warna yang tidak terang/mencolok namun sangat mengilat.

07 Background/Set Match

Tidak ada keluhan dalam pemilihan latar belakang. Walaupun Real Steel dikisahkan terjadi di “masa depan” [dilihat dari perspektif tahun filmnya dirilis, 2011], namun “masa depan” di sini tidak sampai berpuluh-puluh bahkan ratusan tahun dari tahun 2011. Maka, background dalam film ini sudah baik tanpa perlu menunjukkan latar tempat yang terlalu futuristik seperti misalnya dalam Back to the Future II.

©2011/DreamWorks, Touchstone/Real Steel/All Rights Reserved.

08 Special and/or Practical Effects

Efek visual dalam film ini sudah baik. Tokoh manusia dan tokoh robot dapat berinteraksi seolah-olah robot tersebut nyata [perhatian penonton tidak perlu dialihkan untuk menduga-duga apakah robot yang “mengangkat” Max itu nyata atau hanya hasil rekayasa CGI]. Efek visual tidak hanya sebatas penambahan CGI, namun juga bagaimana presentasi akhir film ini. Real Steel ditampilkan dengan nada warna yang cerah sehingga setiap detil aksi pertarungan robot dapat terlihat dengan jelas. Meski demikian, cukup disayangkan film ini mempertahankan format ukuran layar Wide Screen untuk adegan pertarungan robot. Padahal, beberapa tahun sebelumnya sutradara Michael Bay sudah merilis Transformers Revenge of the Fallen dengan menampilkan adegan aksi dalam format ukuran Full Screen sehingga penonton dapat merasakan nuansa spektakuler yang lebih kuat karena ukuran layar saat adegan aksi menjadi lebih lebar.

©2011/DreamWorks, Touchstone/Real Steel/All Rights Reserved.

09 Audience Approval

Mayoritas penonton memberikan tanggapan yang positif untuk film ini. Di luar pandangan umum penonton yang dapat diamati dari ulasan/opini penonton pada berbagai platform, penulis mengamati secara langsung reaksi penonton ketika penulis memutarkan film ini untuk 29 audiens berusia 17-18 tahun pada tahun 2013. Dalam pengamatan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa keseluruhan 29 penonton memberikan tanggapan yang positif untuk Real Steel.

10 Intentional Match

Real Steel, menurut sutradara legendaris sekaligus petinggi DreamWorks [studio yang membuat Real Steel] Steven Spielberg, memiliki konsep yang “gila”. Namun setelah membaca naskahnya, Spielberg merasa bahwa konsep yang terlihat sarat akan aksi ini sebetulnya mampu memberikan cerita yang “lebih” kepada penonton. Walau konsep “pertarungan robot” diasosiasikan dengan adegan aksi tiada akhir tanpa adanya narasi yang “mendalam”—seperti seri Transformers, namun Real Steel sejak awal memang dibuat untuk memberikan narasi yang lebih kuat dalam artian emosi manusia dalam filmnya akan benar-benar digali sehingga Real Steel bukan hanya menjadi sebuah film aksi yang sarat akan pukul-pukulan [mindless actions], tetapi juga sebuah film dengan drama manusia yang kompeks. Tujuan ini telah berhasil dicapai oleh Real Steel. Sebagaimana telah dibahas dalam poin logika dan konsistensi cerita, Real Steel telah berhasil membagi-bagi porsi genre-nya dengan baik sehingga film ini tidak hanya menyajikan mindless actions, tetapi juha kompleksitas emosi manusia [dalam hal ini hubungan antara ayah dengan anak].

©2011/DreamWorks, Touchstone/Real Steel/All Rights Reserved.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

01 Skywalker’s Schemata

Saya menyukai film ini. Bagi saya, film ini berhasil menyajikan sebuah tontonan yang seru dan spektakuler. Lebih dari itu, film ni juga berhasil menceritakan kisah menyentuh antara ayah dan anak juga kisah jatuh-bangun perjuangan seseorang untuk menggapai impiannya. Sejak pertama kali menyaksikan film ini pada tahun 2011, saya merinding dan merasa terharu melihat puncak dan akhir dari film ini. Sebelum menulis artikel ini, saya kembali menonton film ini dan masih tetap merasa terharu seperti ketika pertama kali menontonnya. Real Steel adalah salah satu film favorit saya karena 1) saya memang menyukainya, dan 2) saya selalu menonton film ini bersama teman atau keluarga dan selalu bisa menikmatinya bersama-sama. This movie is extraordinarily amazing, to leave you speechless this movie really is!

©2011/DreamWorks, Touchstone/Real Steel/All Rights Reserved.

02 Awards

Tidak ada penghargaan yang penting untuk disebutkan.

03 Financial

Real Steel menghabiskan dana sebesar $110 juta dengan pendapatan sebesar $299 juta. Meskipun film ini telah menghasilkan lebih dari dua kali lipat biaya dan menduduki posisi puncak box office, penghasilan film ini tetap tergolong “kecil”.

Real Steel (2011) Theatrical Performance

Domestic Box Office

$85,463,309

Details

International Box Office

$178,417,032

Details

Worldwide Box Office

$263,880,341

Home Market Performance

Est. Domestic DVD Sales

$31,873,956

Details

Est. Domestic Blu-ray Sales

$18,979,774

Details

Total Est. Domestic Video Sales

$50,853,730

Further financial details...

 

©2011/DreamWorks, Touchstone/Real Steel/All Rights Reserved.
04 Critics

Mayoritas kritikus film memberikan tanggapan yang positif untuk Real Steel.

05 Longevity

Sayang sekali, dengan berbagai keunggulan yang dimiliki Real Steel, film ini kian dilupakan oleh masyarakat luas. Sebenarnya, sejak pertama kali dirilis pun film ini memang tidak populer. Pada tahun 2012, dimulailah era superhero besar-besaran yang diawali oleh kesuksesan luar biasa The Avengers. Kalangan penonton umumnya tidak punya waktu lagi untuk menggali-gali masa lalu hanya untuk mengingat Real Steel.

Final Score

Skor Asli                     : 10

Skor Tambahan           : -

Skor Akhir                  : 10/10

***

Spesifikasi DVD

Judul               : Real Steel

Rilis                 : 8 Desember 2012

Format             : DVD-9 [Dual-Layered]

Kode Warna    : 3/NTSC [support upscaling hingga 1080/24 dan 60hz]

Fitur                : Making of Metal Valley, building the bots, audio commentary, bloopers

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

Keterangan Support:

[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]

[Support VCD, DVD, Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]

[Support Semua Termasuk 4K]

***

Spesifikasi Blu-ray

Judul               : Real Steel Blu-ray+DVD Combo SteelBook®

Rilis                 : 8 Desember 2012

Format             : Blu-ray Disc

Kode Warna    : A/B/C [Region Free]/FHD 60 dan 24hz

Fitur                : Making of Metal Valley, building the bots, audio commentary, bloopers, interview before Zeus and Atom fight

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

Keterangan Support:

[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]

[Support VCD, DVD, Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]

[Support Semua Termasuk 4K]

Streaming

iTunes:

iTunes

Google Play:

Google Play

Netflix:

Netflix

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

©2011/DreamWorks, Touchstone/Real Steel/All Rights Reserved.

Skywalker Hunter adalah alias dari Nabil Bakri

©2011/DreamWorks, Touchstone/Real Steel/All Rights Reserved.