©2021/New Line Cinema/Warner Bros./Mortal Kombat/All Rights Reserved. |
Review dan Sinopsis Mortal Kombat (2021) Bertarung Sampai Mati Selamatkan Bumi
Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak
cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes
copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
Baca Juga: Review Film Assassin's Creed (2016)
Genre : Fantasi—Aksi
Rilis : 8 April 2021
Durasi : 110 menit
Sutradara : Simon McQuoid
Pemeran : Lewis Tan, Jessica McNamee, Josh Lawson, Tadanobu Asano, Mehcad
Brooks, Ludi Lin, Chin Han, Joe Taslim, Hiroyuki Sanada
Episode : -
Sinopsis
Hanzo Hasashi adalah pemimpin klan ninja Shirai Ryu di Jepang pada abad 17. Anggota klan Lin Kuei di bawah Bi-Han [Sub-Zero] yang merupakan musuh Shirai Ryu datang menyergap kediaman Hanzo. Bi-Han membunuh istri dan anak laki-laki Hanzo kemudian memberi tahu Hanzo bahwa seluruh anggota klan-nya telah dihabisi. Keduanya lantas bertarung dengan sengit hingga Bi-Han berhasil membunuh Hanzo. Sebelum tewas, Hanzo menekankan kepada Bi-Han untuk senantiasa mengingat wajahnya karena suatu saat nanti ia akan kembali dan membalaskan dendamnya. Bi-Han pergi meninggalkan Hanzo dan keluarganya yang telah tewas. Namun, Bi-Han tidak mengetahui bahwa Hanzo memiliki dua orang anak. Bayi perempuan Hanzo berhasil disembunyikan oleh ibunya sebelum Bi-Han menemukan mereka. Bayi itu kemudian ditemukan oleh Raider, sang Dewa Guntur, dan ia bawa pergi untuk diselamatkan. Bayi itu menjadi kunci ramalan sakral mengenai kemenangan umat manusia dalam arena Mortal Kombat yang diikuti oleh keturunan Hanzo. Sang Ninja Hanzo sendiri arwahnya pergi menuju neraka Netherrealm dan tidak berhenti untuk mencoba kembali ke dunia fana guna membalaskan dendamnya.
©2021/New Line Cinema/Warner Bros./Mortal Kombat/All Rights Reserved. |
Terdapat
dunia-dunia yang berada di luar bumi alias Earthrealm yang disebut sebagai
“dunia luar” alias Outworld. Untuk menjaga keseimbangan, dibuatlah sebuah
turnamen antar dunia yang memiliki aturan mengenai sah/tidaknya sebuah dunia
menyerang dunia lain. Outworld bisa menguasai Earthrealm apabila para ksatria
pilihan dari bumi telah kalah dalam pertarungan Mortal Kombat sebanyak 10 kali.
Sebelum itu terjadi, Outworld tidak diperbolehkan menyerang bumi. Pada abad
ke-21, Earthrealm telah kalah sebanyak 9 kali. Jika bumi kalah sekali lagi di
ajang Mortal Kombat, maka bumi akan jatuh ke tangan penyihir penghisap jiwa,
Shang Tsung, yang sangat berkuasa di Outworld. Meskipun telah menang sebanyak 9
kali, Shang Tsung tidak dapat merasa tenang karena sebuah ramalan yang menyebutkan
bahwa keturunan Hanzo akan membawa kemenangan bagi Earthrealm. Ia pun berbuat
curang dengan membunuh para ksatria pilihan Earthrealm.
©2021/New Line Cinema/Warner Bros./Mortal Kombat/All Rights Reserved. |
Cole
Young, seorang mantan bintang petarung martial arts yang sedang mengalami masa
kegagalan, adalah keturunan Hanzo yang selamat dan memiliki tanda petarung
Mortal Kombat berupa “tanda lahir” berbentuk naga. Bi-Han yang kini berada di
bawah perintah Shang Tsung dan mengganti namanya menjadi Sub-Zero, mengetahui
tentang garis keturunan Cole Young dan mengincarnya untuk dihabisi. Sub-Zero
lantas menyerang Cole dan keluarganya menggunakan kekuatan es yang ia miliki.
Sebelum Sub-Zero berhasil membunuh Cole, Jax yang merupakan seorang mantan
tentara dan juga memiliki tanda naga Mortal Kombat, datang untuk menyelamatkan
Cole dan keluarganya. Ia meminta Cole untuk pergi menemui sahabatnya sementara
Jax menghalau Sub-Zero. Namun, Sub-Zero terlalu kuat dan berhasil mengalahkan
Jax dengan mengamputasi kedua tangannya hingga Jax sekarat. Cole berhasil
menyembunyikan keluarganya di lokasi terpencil sementara ia pergi menuju markas
Jax. Di markas, Cole bertemu dengan Sonya Blade yang merupakan sahabat Jax.
Sonya dan Jax menghabiskan 7 tahun terakhir mencari para pejuang Mortal Kombat.
Mereka berdua mengalami kesulitan karena orang-orang suruhan Outworld selalu mengintai
para pejuang bumi dan membunuh mereka. Sejauh ini, hanya Cole dan seorang
kriminal sadis bernama Kano yang berhasil mereka temukan.
©2021/New Line Cinema/Warner Bros./Mortal Kombat/All Rights Reserved. |
Karena
Sub-Zero tidak berhasil menghabisi keturunan Hanzon, Shang Tsung menjadi semakin
tidak sabar dan mengirimkan kadal bengis yang ahli kamuflse, Syzoth alias
Reptile, untuk menghabisi Cole sekaligus Kano dan Sonya Blade. Namun setelah
ketiga pejuang itu bekerja sama, mereka berhasil mengalahkan Syzoth. Sonya
kemudian menawarkn imbalan sebesar $3 juta apabila Kano bersedia bergabung
bersama mereka dan membantu menemukan kuil Raiden. Setibanya di kuil Raiden,
mereka bertiga bertemu dengan Liu Kang dan Kung Lao, dua ksatria pilihan yang
telah berlatih bersama Raiden. Cole dan Kano harus terus berlatih agar arcana alias kekuatan “super” mereka
bisa muncul. Raiden menyangsikan kemampuan Cole, namun kemunculan Shang Tsung
tidak memberinya pilihan selain melindungi para ksatria yang tersisa dan
memberi mereka waktu untuk terus berlatih. Raden menggunakan kekuatan pusakanya
untuk menciptakan tabir pelindung yang menyelubungi kuilnya agar musuh dari
Outworld tidak dapat menyerang. Anak buah Shang Tsung yang merupakan mantan
sekutu Kano tahu betul dengan sifat Kano. Ia berhasil meyakinkan Kano untuk
berkhianat dengan merusak tabir pelindung. Bahkan sebelum pertarungan Mortal
Kombat yang sesungguhnya dimulai, para ksatria bumi harus bertarung sekuat
tenaga untuk menyelamatkan nyawa mereka sendiri agar nantinya dapat
menyelamatkan Earthrealm.
©2021/New Line Cinema/Warner Bros./Mortal Kombat/All Rights Reserved. |
01 Story Logic
Alur
cerita film ini tidak logis sesuai genrenya. Mortal Kombat adalah sebuah film
Fantasi yang dipadukan dengan Aksi. Dalam sebuah cerita Fantasi, konsep cerita
sangat boleh [bahkan harus] tidak masuk akal dan mustahil terjadi—misalnya
adanya sekolah sihir Hogwarts dalam Harry
Potter dan adanya Tuhan Singa, Aslan, dalam The Chronicles of Narnia. Namun, konsep yang tidak masuk akal di
dunia nyata ini wajib diberi penjelasan mengenai aturan-aturan yang ada di
dalamnya—ibarat adanya gaya gravitasi di bumi, harus dijelaskan hukum apa yang
berlaku di sebuah dunia Fantasi. Dalam menciptakan Horcrux, misalnya, Voldemort
tidak bisa seenaknya meminum ramuan dan langsung mampu membagi jiwanya menjadi
beberapa bagian. Bahkan, dalam cerita Fantasi yang lebih awal seperti Narnia dan The Lord of the Rings, ada banyak sekali aturan yang dijabarkan.
Karena dunia Fantasi ini tidak masuk akal dan berbeda dari dunia nyata, maka
ada kewajiban untuk membuat dunia tidak masuk akal ini menjadi masuk akal
dengan menyertakan aturan-aturan yang tidak bisa dilanggar oleh karakternya.
Sosok sekuat Aslan sekalipun tetap mengikuti aturan Deep Magic yang mengikat
seluruh penghuni Narnia. Zeus dalam Clash
of the Titans mengalami masalah setelah manusia ciptaannya tidak mau lagi
berdo’a kepadanya setelah ia mengatur supaya do’a manusia bisa menjadi sumber
kekuatan para dewa Olympus. Aturan dunia Fantasi Mortal Kombat masih kurang
dieksplorasi dan kalaupun ada, tokoh-tokohnya sering melanggar aturan tersebut
dan menciptakan plot hole [lubang cerita].
Misalnya, aturan siapa yang bisa mendapatkan tanda naga Mortal Kombat. Dalam
kasus Cole Young, ia mendapatkan tanda itu sejak lahir yang diturunkan dari
moyangnya yakni Hanzo. Dengan demikian, aturan dunia Fantasi Mortal Kombat
mengenai siapa saja yang dipilih menjadi ksatria telah ditetapkan: orang
tersebut dipilih sejak lahir berdasarkan keturunan. Namun seiring berjalannya
cerita, aturan ini berubah kembali. Tampaknya, siapa saja yang membunuh seorang
ksatria bertanda naga akan mendapatkan tanda itu untuknya. Lantas, apakah tanda
itu akan berpindah ke tubuh ksatria Outworld jika mereka membunuh seorang
manusia yang bertanda naga? Posisi karakter-karakter kunci yang berkaitan
dengan tatanan kehidupan di dunia Mortal Kombat juga tidak dieksplorasi, misalnya
posisi Raiden sebagai Dewa Guntur dan Shang Tsung sebagai “pimpinan” Outworld
[padahal dalam sumber ceritanya, masih ada sosok yang posisinya di atas Shang
Tsung]. Aturan-aturan ini bahkan dapat dijelaskan dengan lebih baik dalam
animasi Mortal Kombat Legends: Scorpion's
Revenge yang dirilis tahun 2020.
Selain
tidak logis dari segi Fantasi, film ini juga tidak logis dari segi reaksi
karakternya terhadap sebuah kejadian. Meskipun dunia Fantasi memiliki aturan
sendiri, ada banyak hal yang seharusnya sama dengan dunia nyata. Misalnya,
Frodo Baggins memang hidup di dunia fantasi Middle Earth, tetapi jika ia
ditusuk menggunakan pedang [tanpa memakai Mithril], ia akan terluka, darahnya
berwarna merah, dan akan sangat kesakitan [bahkan bisa tewas]. Sebuah cerita
Aksi memiliki kelebihan dapat “memperkuat” tokoh utamanya sehingga “lebih tahan
banting” jika menerima serangan semisal tinjuan di perut atau kepala. Namun,
karakter Aksi yang bisa menerima serangan seperti ini selalu Arnold
Schwarzenegger, Sly Stallone, Joker, dan karakter lain yang sejak awal memang
digambarkan “lebih kuat” dari karakter lain atau sudah “mati rasa” secara
psikologis [seperti Joker]. Beberapa karakter dalam Mortal Kombat masih kuat
bertarung setelah menerima serangan yang terlalu berat sehingga dia seharusnya
tidak bisa berdiri lagi. Hal semacam ini masih lebih dimaklumi dalam sebuah
animasi, namun tidak dalam live-action. Itulah mengapa Mortal Kombat Legends: Scorpion's Revenge dapat menampilkan adegan
kekerasan secara lebih bebas dan tetap mengalir lebih halus. Ada pula masalah
sebaliknya yakni karakter yang digambarkan sangat kuat namun ternyata sangat
lemah [atau tidak sekuat yang dijanjikan] misalnya Sub-Zero, Hanzo, Mileena,
Goro, dan tokoh utama dalam skema Game Mortal Kombat yakni Liu Kang. Masih
banyak aksi dan reaksi karakter dalam film ini yang tidak masuk akal—dua contoh
kecil adalah kaca mobil yang tidak pecah plus body mobil tidak ringsek setelah
mendapat hantaman bongkahan es dari Sub-Zero, dan istri serta anak Cole Young
yang bereaksi tidak wajar saat Goro datang: bukannya tutup mulut dan
bersembunyi, mereka malah berteriak.
©2021/New Line Cinema/Warner Bros./Mortal Kombat/All Rights Reserved. |
02 Story Consistency
Alur
cerita Mortal Kombat tidak konsisten. Bahkan, tidak jelas siapa karakter inti
yang harus diekplorasi tentang kehidupannya. Film ini ingin menjejalkan terlalu
banyak cerita latar belakang karakternya tetapi hanya diceritakan kilasannya
saja sehingga tidak begitu jelas. Padahal, tidak perlu semua karakter
dieksplorasi misalnya seperti mainan dalam film Toy Story, tidak perlu penonton tahu dari mana masing-masing mainan
diproduksi dan dibeli. Penonton bahkan tidak perlu tahu bagaimana Professor Minerva
McGonagall di Harry Potter pertama
bisa berubah menjadi kucing karena memang latar belakang itu tidak mengubah
jalannya cerita. Namun dalam Harry Potter
and the Prisoner of Azkaban, penting diceritakan bagaimana dua karakter
kuncinya bisa menjadi serigala jadi-jadian karena latar belakang tersebut
berpengaruh besar pada jalannya cerita. Tidak jelas apakah Mortal Kombat ingin
membahas mengenai balas dendam Hanzo yang berarti film ini akan berfokus pada
kisah hidup Hanzo dan Sub-Zero, latar belakang Mortal Kombat itu sendiri yang
berarti menjelaskan asal usul terjadinya Mortal Kombat, memperkenalkan hero
baru yakni Cole Young yang berarti fokus pada proses transformasinya menjadi
ksatria, menekankan peran Liu Kang sebagai tokoh utama dalam skema Mortal
Kombat secara keseluruhan, atau apa. Tampaknya kesemua poin narasi ini ingin
coba dieksplorasi oleh film ini sehingga justru membuat alur ceritanya tidak
konsisten.
©2021/New Line Cinema/Warner Bros./Mortal Kombat/All Rights Reserved. |
Film
ini bukanlah sebuah lanjutan dari film sebelumnya atau sebatas remake dari salah satu film sebelumnya.
Mortal Kombat 2021 adalah sebuah reboot
yang artinya seluruh produksi film Mortal Kombat sebelumnya untuk sementara kita
anggap tidak ada dan kita ulangi kembali seri ini dari awal alias “mulai dari
nol”. Namun, film ini justru tidak memberikan kejelasan mengenai konsep-konsep
dalam dunia Mortal Kombat [bekaitan dengan poin Logika Cerita] dan telah
membunuh karakter-karakter yang penting dalam Mortal Kombat sebelum mereka
bertarung di arena Mortal Kombat. Padahal, cerita Mortal Kombat adalah cerita
yang sama persis dengan judulnya yakni tentang pertarungan dalam ajang Mortal
Kombat [dari kata Combat=Pertarungan]. Ketika tokoh-tokoh yang penting ikut
serta dalam Mortal Kombat justru tewas sebelum Mortal Kombat, maka besar
kemungkinan pengembangan cerita ke depannya akan jauh lebih sulit dan
berpotensi menjadi lebih berantakan. Kesalahan mengubah terlalu banyak kunci
sebuah cerita pernah dilakukan oleh Eragon
dan alhasil, film itu kesulitan untuk melanjutkan narasinya—sekuelnya gagal
dibuat.
Ludi Lin as Liu Kang (C) Men's Folio/2021/all rights reserved. |
03 Casting Choice and Acting
Para
aktor yang dipilih tidak cocok memerankan karakter mereka dan tidak mampu
menghidupkan karakter mereka. Sosok Hanzo yang merupakan Scorpio diperankan
oleh aktor yang kurang “kekar” dan bisa seketika mengindikasikan kekuatan
[bandingkan dengan karakter animasinya]. Karakter Shang Tsung diperankan oleh
sosok yang kurang mengintimidasi dan tidak menunjukkan sosok yang perlu
ditakuti. Liu Kang diperankan oleh sosok yang juga kurang “kekar” karena
sekilas tidak bisa memberikan tanda kepada penonton bahwa ia adalah tokoh yang
sangat kuat. Karakter Raiden pun diperankan oleh sosok yang kurang mampu
menunjukkan kewibawaan dan kebijaksanaan setingkat Dewa. Pemilihan aktor dari
segi fisik tidak bisa semata-mata dihujat sebagai sebuah tindakan yang rasis
atau menghina fisik seseorang. Penggunaan stereotip dalam sebuah film justru
perlu karena akan menyederhanakan proses narasinya dari tampilan visual saja.
Misalnya, penonton tidak perlu dijelaskan lagi bahwa Dutch dalam film Predator adalah sosok yang sangat kuat
fisiknya karena ia diperankan oleh Arnold Schwarzenegger yang berbadan kekar
dan telah berakting dalam banyak film Aksi. Apakah badan kekar otomatis
menandakan kekuatan seseorang? Tentu saja tidak. Jika ini adalah sebuah novel,
maka bisa saja tokoh kuat ini berbadan kurus karena novel memiliki keistimewaan
jumlah halaman yang tidak dibatasi durasi dan pembaca bisa menginterpretasikan
deskripsi tokoh dalam novel masing-masing. Untuk film, sutradara perlu mencari
aktor yang memenuhi stereotip deskripsi karakternya supaya bisa memberikan
gambaran general yang universal mengenai karakter tersebut. Apakah kritik negatif
terhadap para aktor di film ini berarti penulis adalah orang yang rasis dan
membenci para aktor? Tentu saja tidak. Hanya saja, tampilan fisik mereka memang
kurang mendukung karakter yang diperankan karena gagal mempersingkat narasi
sebatas dengan tampilan visual. Tampilan fisik Liu Kang, misalnya, gagal
menjelaskan secara visual bahwa dia adalah sosok yang sangat kuat. Apabila para
aktor ini memang menjadi pilihan mutlak sutradara, mereka mstinya menjalani
kerja yang lebih ekstra untuk menjiwai karakter mereka sekaligus melakukan
latihan fisik lebih ekstra—lagipula mereka memang dibayar untuk itu.
©2021/New Line Cinema/Warner Bros./Mortal Kombat/All Rights Reserved. |
04 Music Match
Tidak
ada keluhan di pemilihan musik, meskipun tidak spektakuler juga.
05 Cinematography Match
Sinematografi
dalam film ini gagal memperlihatkan kebesaran skala konsep filmnya—untuk ukuran
sebuah film Fantasi dengan basis franchise yang besar. Bagaimana penjahat utama
direkam saat pertama kali muncul untuk terlihat lebih mengintimidasi, bagaimana
hujan es buata Sub-Zero ditampilkan supaya terlihat lebih dahsyat, dan banyak
adegan lain yang seharusnya ditampilkan lebih “memukau” atau berkekuatan
memperlihatkan kebesaran skala konsep Mortal Kombat. Fokus pengambilan gambar
pada masing-masing karakter secara close-up juga terlalu sering terjadi
sehingga setiap karater lain berbicara, kamera akan berpindah posisi secara
cepat ke karakter lain sehingga transisinya kurang rapih karena
berpindah-pindah terlalu cepat. Padahal, bisa saja menggunakan teknik pengambilan
gambar jarak jauh atau mengitari para pemain secara perlahan. Penonton tidak
perlu selalu harus melihat siapa yang sedang bicara. Ketika Liu Kang bicacar
dengan Sub-Zero, sebagai perumpamaan, tidak perlu harus wajah Liu Kang yang
diperlihatkan. Bisa saja kamera tetap fokus pada Sub-Zero dan mendukung
jalannya cerita dengan cara visual yakni memperlihatkan bagaimana Sub-Zero
bereaksi terhadap perkataan Liu-Kang.
©2021/New Line Cinema/Warner Bros./Mortal Kombat/All Rights Reserved. |
06 Costume Design
Ada
banyak sekali pilihan konstum yang terlalu “biasa”—lagi-lagi di bawah standar
skalanya. Perlu saya ingatkan bahwa sistim penilaian ini juga melihat standar
skala sebuah film. Untuk ukuran film-film murahan, kostum yang “biasa saja” ini
sudah baik. Namun untuk sebuah produksi major yang disokong oleh studio besar
[apalagi bergenre Fantasi—Aksi yang semestinya spektakuler], kostum yang “biasa
saja” adalah sebuah dosa besar.
07 Background/Set Match
Tidak
ada keluhan dalam pemilihan latar belakang.
©2021/New Line Cinema/Warner Bros./Mortal Kombat/All Rights Reserved. |
08 Special and/or Practical Effects
Masih
banyak efek komputer dan praktis dalam film ini yang seharusnya bisa
ditingkatkan. Misalnya, darah komputer dalam Mortal Kombat masih terlihat jelas
seperti darah palsu. Orang-orang di industri hiburan telah berusaha hingga
lebih dari seratus tahun untuk membuat darah tampak senyata mungkin. Maka
mengherankan ketika teknologi komputer tahun 2021 yang sudah lebih maju
daripada 2001 tidak digunakan semaksimal mungkin untuk membuat detil efek darah
terlihat lebih nyata. Dalam adegan kemunculan Syzoth [Reptile], efek praktis
koreografi Sonya Blade juga masih tampak “kurang rapih” seolah masih ada tali yang mengangkatnya ke udara.
©2021/New Line Cinema/Warner Bros./Mortal Kombat/All Rights Reserved. |
09 Audience Approval
Myoritas
penonton memberikan respons negatif.
10 Intentional Match
Film
ini dimaksudkan untuk menjadi sebuah lembaran baru bagi franchise Mortal Kombat.
Selain ingin menghadirkan kembali karakter-karakter lama, film ini juga ingin
membuat signature tersendiri dengan
menghadirkan karakter baru yakni Cole Young. Sebagai sebuah lembaran baru, film
ini harus mampu memberikan pondasi yang kuat untuk pijakan sekuelnya ke depan.
Sayang sekali, tujuan-tujuan ini tidak berhasil dicapai oleh hasil akhir
filmnya. Untuk sebuah reboot yang
memulai dari awal, film ini sama sekali tidak memberikan gambaran yang kuat
mengenai konsep Mortal Kombat. Hal tersebut sama saja membuat reboot Superman tanpa memperlihatkan proses terdamparnya Clark Kent di
bumi. Jika kita perhatikan, reboot
seperti Man of Steel dan The Amazing Spider-Man masih mengulang
titik awal Kal-El dan Peter Parker menjadi Superman dan Spider-Man. Namun dalam
Spider-Man Homecoming penceritaan
semacam ini tidak diulang karena memang film ini bukan sebuah reboot. Niatan Mortal Kombat 2021 dalam
memberikan ciri khasnya lewat karakter Cole Young juga tidak berhasil karena
meang tidak jelas apakah ia merupakan karakter yang perlu dieksplorasi atau
tidak.
©2021/New Line Cinema/Warner Bros./Mortal Kombat/All Rights Reserved. |
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
01 Skywalker’s Schemata
Saya
tidak menyukai film ini, meskipun saya memaksa diri saya untuk mencoba
menyukainya. Sebelumnya, saya sudah menonton Mortal Kombat Legends: Scorpion's Revenge dan menyukainya. Jadi,
saya sangat beharap Mortal Kombat live-action ini mampu menyuguhkan setidaknya
adegan aksi yang sama spektakulernya dengan animasi tersebut. Bagian awal film
ini benar-benar mengingatkan saya pada animasi Mortal Kombat Legends: Scorpion's Revenge—meskipun penampilan
karakternya benar-benar jauh di bawah ekspektasi saya karena gagal
merepresentasikan karakteristik tokoh yang mereka perankan. Saya membuat review
dengan membagi-bagi skema penilaian berdasarkan genre dan skala sebuah film.
Jadi, saya tidak akan memakai standar film keluaran studio besar yang dibuat
oleh orang-orang ternama di baliknya, dengan film kecil “kelas B” yang dibuat
oleh studio kecil berdana rendah serta ditangani oleh sutradara dan aktor yang
tidak terkenal. Tentu saja standar penilaian keduanya haruslah berbeda karena
memang skema dan skala keduanya berbeda. Maka, saya memberikan ekspektasi
tinggi pada Mortal Kombat karena ada nama-nama besar di balik film ini, Mortal
Kombat adalah sebuah nama yang besar sekaligus populer, dan diedarkan oleh
studio besar yakni Warner Bros. Namun, saya menjadi sangat kecewa karena film
ini malah terlihat seperti film “murah Kelas B”. Mulai dari ceritanya,
aktingnya, hingga sinematografinya terlihat kurang “profesional” jika
dibandingkan dengan film-film lain sekelasnya. Film ini tidak bisa mengikuti
“kekonyolan” Mortal Kombat 1995
karena skema film tahun 2021 ini berbeda dengan tahun 1995 yang mana Mortal
Kombat 2021 memiliki konsep yang lebih serius dan skala yang lebih besar.
Sekali lagi, saya harus merasa kecewa bukan semata-mata karena saya membenci
filmnya, tetapi karena saya harus menyaksikan satu potensi besar yang
disia-siakan.
©2021/New Line Cinema/Warner Bros./Mortal Kombat/All Rights Reserved. |
02 Awards
Tidak
ada penghargaan yang penting untuk disebutkan.
03 Financial
Dari
dana sebesar $55 juta, hingga Juni 2021 Mortal Kombat telah mendapat uang
sebesar $81 juta dari penayangan bioskop saja. Padahal, film ini juga
ditayangkan melalui streaming HBO Max
yang berarti Mortal Kombat kemungkinan besar mendapat lebih banyak
keuntungan lagi. Mengingat bahwa film ini dirilis dalam masa social distancing COVID-19, perolehan
box-office-nya sebetulnya tidak mengecewakan walau tidak juga spektakuler.
©2021/New Line Cinema/Warner Bros./Mortal Kombat/All Rights Reserved. |
04 Critics
Mayoritas
kritkus film memberikan tanggapan yang negatif.
05 Longevity
[Pending—karya
masih berusia di bawah 10 tahun]
Final Score
Skor
Asli : 2
Skor Tambahan : -
Skor
Akhir : 2/10
***
Baca Juga: Review Film Assassin's Creed (2016)
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan
standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review
Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
Skywalker Hunter adalah alias
dari Nabil Bakri