Review Film Assassin’s Creed (2016) Video Game Tanpa Joystick

20th Century Fox/2016/all rights reserved.

 Review Film Assassin’s Creed (2016) Video Game Tanpa Joystick

Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter

Periksa index

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Fiksi Ilmiah—Aksi

Rilis                 : 13 Desember 2016

Episode           : -

Sinopsis

Seorang anak bernama Cal Lynch gagal melakukan aksi melompat dengan sepedanya di tahun 1986 dan pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, dia melihat ibunya sudah tewas dibunuh oleh ayahnya sendiri yang merupakan seorang Assassins. Assassins adalah kelompok persaudaraan rahasia yang bersumpah menghalangi organisasi jahat Templar untuk mendapatkan Apel Surga [The Apple of Eden—dari nama buah yang menyebabkan Adam dan Hawa diusir dari surga] yang akan digunakan untuk merenggut kebebasan umat manusia sehingga dapat digunakan untuk mengendalikan dunia. Organisasi Templar mengetahui identitas keluarga Cal dan datang untuk menangkap mereka. Sang ayah meminta Cal untuk segera pergi.

20th Century Fox/2016/all rights reserved.

Tiga puluh tahun kemudian, Cal dieksekusi mati menggunakan serum mematikan karena tindak kriminal. Namun berkat campur tangan Sofia Rikkin, Cal dapat selamat dari serum mematikan tersebut. Sofia menjelaskan kepada Cal bahwa dirinya adalah seorang ilmuwan yang berkeinginan untuk menghapuskan kekacauan di muka bumi dengan memahami rahasia genetik manusia dan unsur yang menyebabkan munculnya sifat agresif yang berpotensi memicu perpecahan. Untuk mencapai keberhasilan, Sofia harus melihat ke masa lalu saat persaudaraan Assassins masih berjaya. Ia menciptakan sebuah alat yang bisa melihat ke masa lalu berdasarkan kode DNA. Cal dipilih untuk berpartisipasi karena dirinya adalah keturunan Aguilar, anggota Assassins yang mengetahui keberadaan The Apple of Eden. Informasi 500 tahun yang lalu masih tersimpan di dalam DNA Cal yang dapat dilihat menggunakan mesin.

20th Century Fox/2016/all rights reserved.

Ayah Sofia, Alan Rikkin, ingin menggunakan cara agresif untuk menekan Cal menjalani program dengan mesin meskipun mesin itu bisa menyebabkan kematian jika Cal tidak mengikuti program itu dengan “kemauan sendiri” karena pikirannya akan bertentangan dengan pikiran masa lalu yang diproyeksikan oleh mesin pendeteksi masa lalu. Namun Sofia merasa kalau cara terbaik adalah menuntun Cal untuk masuk ke pihak Templar. Alan tidak bisa mengikuti kemauan puterinya karena dewan tertinggi Templar menuntutnya untuk segera membawakan The Apple of Eden. Ia pun mempengaruhi pikiran Cal dengan memberitahukan bahwa ayahnya yang dulu telah membunuh ibu Cal berada di dalam bangunan itu dan Cal bebas memilih untuk membunuhnya. Namun setelah bertemu dan berbicara dengan ayahnya, Cal justru memilih untuk melanjutkan program melihat ke masa lalu dengan sukarela.

Peserta lain yang juga merupakan keturunan Assassins merasa khawatir Cal akan bergabung dengan Templar dan membocorkan lokasi The Apple of Eden. Mereka pun mulai memberontak melawan Templar. Cal akhirnya menyelesaikan misi dan mengetahui di mana keberadaan The Apple of Eden—begitu juga Alan dan Sofia yang segera pergi meninggalkan tempat untuk mengambil The Apple of Eden.

20th Century Fox/2016/all rights reserved.

01 Story Logic

Sebuah fiksi ilmiah yang dipadukan dengan aksi tentu memiliki batasan-batasan logis tersendiri. Assassin’s Creed, sebagai sebuah fiksi ilmiah yang dipadukan dengan aksi, tidak mampu memberikan konsep cerita yang logis. Sebuah fiksi ilmiah memiliki tantangan logika yang cenderung lebih sulit ketimbang aksi dan petualangan. Akan lebih baik jika Assassin’s Creed ini mengedepankan unsur aksi yang dipadukan dengan petualangan, tapi film ini malah memilih perpaduan fiksi ilmiah dengan aksi—pun porsi fiksi ilmiah menjadi lebih besar ketimbang porsi aksinya. Sejak awal cerita hingga akhir, Assassin’s Creed secara umum tidak logis. Ketidaklogisan yang terjadi bukan hanya di tataran konsep, namun juga alur ceritanya tidak logis. Karena berani menyentuh ranah fiksi ilmiah, film ini mestinya mengeksplorasi bidang teknologi yang dipakai untuk memantau masa lalu dari DNA—itu adalah sebuah teknologi yang tidak masuk akal, maka di sinilah peran sebuah fiksi ilmiah yakni membuat narasi supaya yang tidak masuk akal itu seolah-olah masuk akal. Tindakan-tindakan karakternya, terutama keputusan dan respon mereka terhadap sebuah kejadian/informasi juga tidak logis. Kisah hidup Cal juga tidak logis karena penonton tidak diberi kesempatan untuk mengetahui bagaimana hidup Cal selama 30 tahun ditinggal kedua orangtuanya—bagaimana anak kecil yang lugu masuk ke dalam penjara dan dijatuhi hukuman mati. Apa saja kejadian logis yang mengarah ke sana? Poin ini berpengaruh besar kepada poin konsistensi cerita.

20th Century Fox/2016/all rights reserved.

02 Story Consistency

Assassin’s Creed 2016 ini alur ceritanya sangat tidak konsisten. Dari segi konsep, film ini kewalahan untuk menonjolkan sisi dominan genrenya. Sisi fiksi ilmiah tidak berhasil dieksplorasi, menjadikan sisi aksi berdiri sendiri ditemani kesan-kesan petualangan—maka memang film ini lebih cocok memadukan aksi dan petualangan ketimbang fiksi ilmiah dan aksi. Dari segi alur cerita, film ini tidak konsisten dalam mendalami tokoh utamanya: Cal atau Aguilar, leluhurnya? Cerita Aguilar di masa lalu sebetulnya cukup kompleks dan tidak proporsional jika dijejalkan ke dalam keseluruhan film. Alangkah lebih baik jika film ini fokus saja pada kisah Aguilar di masa lalu, membangun basis cerita yang kuat soal apa itu Templar, apa itu Assassins, mengapa mereka berseteru, dan hal-hal lain yang sifatnya dasar atau fondasi bagi kelanjutan ceritanya. Barulah nanti di film ke-2 [jika ada], fokus berganti ke masa kini dengan peran utama Cal. Karena dasar ceritanya sudah dibangun, tidak perlu lagi ada penjelasan dan bisa langsung fokus membahas kompeksitas permasalahan Cal. Tujuan tiap tokoh dalam cerita film ini juga tidak konsisten dan ditampilkan secara tidak logis. Apa tujuan sebenarnya dari Templar? Siapa musuh utama yang sebenarnya? Pada bagian awal, dewan tertinggi Templar menyatakan akan menghentikan aliran dana kepada Alan Rikkin karena menurut mereka, tanpa The Apple of Eden pun masyarakat sudah mudah untuk dikendalikan. Lalu kenapa Alan masih bersikeras untuk menemukan Apel itu? Uang kah tujuannya? Tidak jelas tapi sepertinya bukan. Lantas, jika dirasa tidak perlu, kenapa dewan tidak menghentikan saja program yang dijalankan oleh Alan dan puterinya? Apa sebetulnya motif Alan Rikkin? Film ini begitu tidak konsisten dan tidak masuk akal sampai terlihat seperti sebuah kaos putih yang dicuci bersamaan dengan kaos-kaos bermacam warna mudah luntur sehingga warnanya belepotan mengotori kaos putih. Memadukan petualangan—supranatural seperti Prince of Persia dengan fiksi ilmiah—aksi seperti Matrix, jika tidak dilakukan dengan benar, akan seperti air yang dipaksakan untuk bercampur dengan minyak: tidak bisa menyatu. Ini menyebabkan suspension of disbelief [Mengesampingkan Rasa Tak Percaya] menjadi mudah lenyap.

20th Century Fox/2016/all rights reserved.

03 Casting Choice and Acting

Sebetulnya tidak ada keluhan dalam pemilihan pemain karena aktor yang dipilih semuanya memiliki sepak terjang yang mumpuni. Hanya saja, berdasarkan karakteristik mereka, beberapa dirasa kurang cocok memerankan tokohnya. Selain itu, konsep yang tidak jelas juga memengaruhi proses para aktor dalam berakting sehingga potensi besar seperti Jeremy Irons [pengisi suara Scar di The Lion King] dan Charlotte Rampling tidak dimaksimalkan.

04 Music Match

Tidak ada keluhan di pemilihan musik, meskipun tidak ada yang istimewa juga.

05 Cinematography Match

Tidak ada keluhan dalam poin sinematografi.

06 Costume Design

Tidak ada keluhan dalam poin pemilihan kostum.

07 Background/Set Match

Tidak ada keluhan dalam pemilihan latar belakang.

08 Special and/or Practical Effects

Tidak ada keluhan dalam penggunaan efek komputer.

09 Audience Approval

Film ini mendapat tanggapan negatif dari penonton. Sebagian besar menyayangkan alur ceritanya yang tidak jelas.

20th Century Fox/2016/all rights reserved.

10 Intentional Match

Assassin’s Creed dimaksudkan untuk menjadi sebuah seri film yang memperluas dunia video game. Akan tetapi bukannya mengawali seri itu dengan fondasi yang kokoh, film ini malah asal aduk semen dan campuran lalu dituang asal-asalan. Film ini tidak mampu menjelaskan konsep-konsep, aturan-aturan, batasan-batasan, semua dasar yang diperlukan oleh penonton untuk benar-benar memahami dunia Assassin’s Creed. Film yang “serupa” adalah Prince of Persia karena keduanya berawal dari kosep permainan video yang sama [Assassin’s Creed mengeksplorasi universe dari Prince of Persia]. Walaupun Prince of Persia yang dibuat oleh Disney juga gagal, film itu setidaknya memiliki fokus yang jelas. Pangeran Dastan adalah anak yatim piatu yang diasuh oleh raja. Sepanjang film Prince of Persia, jelas sekali ada konflik keluarga yang muncul sejak awal film hingga akhir dan bagian akhir itu menyelesaikan permasalahan yang disinggung di awal. Hal semacam ini tidak ada di Assassin’s Creed. Maka, mustahil bagi film ini untuk mewujudkan tujuannya menjadi landasan cerita seri Assassin’s Creed. Terbukti, sekuel untuk film ini akhirnya dibatalkan.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

20th Century Fox/2016/all rights reserved.

01 Skywalker’s Schemata

Sangat sulit mengesampingkan rasa tidak percaya jika hal yang beraura supranatural lima ratus tahun yang lalu dikawinkan dengan fiksi ilmiah abad 21. Hanya karena Templar telah berkembang menjadi organisasi besar yang mengendalikan dunia di abad 21, bukan berarti mereka harus sepenuhnya bergabtung pada teknologi. Justru jika mereka masih menjunjung tinggi ritual masa lalu, filmnya akan lebih menarik karena Templar benar-benar akan terlihat seperti sebuah Cult atau sekte: Para pesohor dan penguasa yang rutin berkumpul melakukan ritual supranatural. Cara Templar melihat ke masa lalu pun tidak dengan alat, tapi dengan bantuan mantra, misalnya, maka itu justru membuat ceritanya lebih logis karena biarpun tidak logis dalam fiksi ilmiah, poin narasi yang demikian sangat logis di film petualangan atau supranatural, dan akan menyatu dengan baik dengan nuansa abad ke-15. Kosep film ini tidak jelas, tidak logis, dan tidak konsisten. Pemerannya kurang pas dan tidak disukai penonton. Saya putuskan untuk mengurangi 2 poin dari film ini.

20th Century Fox/2016/all rights reserved.

02 Awards

Film ini tidak mendapat banyak pernghargaan.

03 Financial

Dari total biaya $125 juta, film ini “hanya” mampu mendapat $240 juta dari penjualan tiket bioskop. Angka pendapatan film ini tidak sampai dua kali lipat dan kemungkinan besar penghasilannya hanya pas untuk menutup dana atau malah kurang jika benar-benar dihitung secara pendapatan bersih. Dari perolehan box office, film ini termasuk mengecewakan. Pihak studio menyadari kegagalan ini dan membatalkan rencana perilisan sekuelnya karena seri ini telah merugi sejak awal.

04 Critics

Mayoritas kritikus memberikan respon negatif kepada film ini.

05 Longevity

[Pending—karya masih berusia di bawah 10 tahun]

Final Score

Skor Asli                     : 5/10

Skor Tambahan           : -2

Skor Akhir                  : 3/10

Spesifikasi DVD

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Spesifikasi DVD, kunjungi profil instagram @skywalkerhunter95

 

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.