Review Drama The Penthouse: War in Life 펜트하우스 (2020) Huru-Hara Kehidupan Milyarder Psikopat Pencabut Nyawa
SBS/2020/all rights reserved. |
Review Drama The Penthouse: War in Life 펜트하우스 (2020) Huru-Hara Kehidupan Milyarder Psikopat Pencabut Nyawa
Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak
cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes
copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
Baca Lebih Banyak Review DraKor DI SINI [Termasuk Drama fenomenal Start Up]
Genre : Drama—Thriller
[TELENOVELA/MAKJANG]
Rilis : 26 Oktober 2020-5 Januari 2021
Episode : 21
Sinopsis
Shim Su-Ryeon tinggal di Penthouse alias Griya Tawang [Unit bangunan tempat tinggal paling mewah/spesifikasi tertinggi] di apartemen mewah Hera Palace. Suaminya, Joo Dan-Tae, adalah pendiri Hera Palace yang mengadakan pesta perayaan tahun pertama berdirinya Hera Palace. Acara itu dihadiri para penghuni Hera Palace yang kaya raya termasuk anggota klub ekslusif Hera yang terdiri dari orang-orang terdekat Joo Dan-Tae. Mereka adalah Cheon Seo-Jin, seorang penyanyi klasik terkenal yang memiliki jabatan di sekolah elit SMA Cheong-A Arts School, Ha Yoon-Cheol yang merupakan suami Seo-Jin dan seorang dokter ahli bedah terkemuka, Kang Ma-Ri seorang wanita yang merahasiakan aktivitas sumber kekayaannya, Lee Kyu-Jin seorang pengacara terkemuka dan istrinya, Go Sang-A. Karena tidak enak badan, Shim Su-Ryeon datang terlambat ke pesta. Saat berada di dalam lift kaca, Su-Ryeon melihat seorang gadis bernama Min Seol-A dilempar dari lantai 47 dan tewas seketika mendarat di pangkuan patung Hera kebanggaan apartemen tersebut. Kejadian itu langsung membuat Su-Ryeon pingsan.
SBS/2020/all rights reserved./Min Seol-A |
Joo
Dan-Tae dan teman-teman klub eksklusif Hera melihat kejadian itu dan buru-buru
merahasiakannya. Mereka mengalihkan perhatian tamu pesta dan bergegas
membersihkan TKP. Joo Dan-Tae dan Cheon Seo-Jin merasa geram kepada Min Seol-A
yang memergoki mereka berselingkuh. Jadi sebelum kejadian, mereka menyekap
gadis itu untuk dipaksa bungkam. Karena tidak mau dituduh melakukan pembunuhan,
Joo Dan-Tae meyakinkan anggota klub lainnya bahwa Min Seol-A bunuh diri karena
tertekan setelah ditindas oleh anak-anak mereka yang tidak terima Min Seol-A
yang yatim piatu dan miskin diterima di SMA Cheong-A dengan nilai tertinggi.
Kejadian itu tidak hanya akan membuat anak-anak mereka dalam masalah, tapi
harga unit apartemen mereka akan anlok jika publik mengetahui kejadian itu.
Maka, Joo Dan-Tae menyusun rencana untuk membuat kematian Min Seol-A
seolah-olah bunuh diri di apartemennya sendiri. Seluruh anggota klub saling
membantu memindahkan jasad Min Seol-A dan membersihkan area TKP sehingga gadis
itu benar-benar diketahui tewas bunuh diri dan pesta perayaan Hera Palace bisa
terus dilanjutkan.
SBS/2020/all rights reserved. |
Kematian
Min Seol-A membawa perubahan besar bagi Oh Yoon-Hee dan puterinya, Bae Ro-Na.
Mereka adalah keluarga miskin yang senantiasa dihalang-halangi masuk ke SMA
Cheong-A karena selain miskin, ternyata Oh Yoon-Hee dan Cheon Seo-Jin yang
merupakan calon direktur SMA Cheong-A adalah musuh bebuyutan sejak SMA. Seo-Jin
yang kurang berbakat merasa tidak terima dikalahkan oleh Yoon-Hee, gadis miskin
yang memang memiliki bakat menyanyi jauh di atas Seo-Jin. Ia pun menggunakan
kekuasaan ayahnya untuk mengatur supaya Yoon-Hee dikeluarkan dan Seo-Jin bahkan
dengan sengaja merebut kekasih Yoon-Hee yakni Ha Yoon-Cheol yang kini menjadi
suaminya. Bae Ro-Na masuk dalam posisi murid cadangan. Dengan meninggalnya Min
Seol-A, Ro-Na lantas diterima di SMA Cheong-A. Namun masuknya Ro-Na di SMA itu
adalah awal dari penderitaan baru karena ia dan ibunya dituduh membunuh Min
Seol-A karena mereka adalah pihak yang paling diuntungkan dari meninggalnya
Seol-A. Shim Su-Ryeon, istri Joo Dan-Tae yang curiga kepada suaminya, memutuskan
untuk menyelidiki lebih lanjut soal kematian Min Seol-A dengan memanfaatkan
perseteruan antara Yoon-Hee dengan anggota klub Hera. Satu per satu rahasia
kelam mulai terbongkar, namun para penjahat di klub Hera tidak akan pernah
menyerah dan akan menghalalkan segala cara untuk terhindar dari jeratan
hukum—mereka bahkan rela membunuh, menyiksa anak-anak mereka secara fisik dan
mental, dan menyuap pejabat demi mempertahankan posisi mereka dan berlomba
mencapai posisi teratas dengan simbol memiliki apartemen Griya Tawang di lantai
teratas. Hera Palace yang tampak elegan dari luar, ternyata penuh intrik busuk
dan pertumpahan darah di dalamnya.
SBS/2020/all rights reserved. |
01 Story Logic
Di
laman Wikipedia, drama ini secara konsisten dikategorikan sebagai drama
Suspense/Thriller. Namun jika dipaksakan sebagai drama thriller dan/atau crime
saja, The Penthouse akan menjadi sebuah cerita yang amat sangat tidak logis.
Poin-poin narasi di drama ini terlalu mengada-ada dan secara garis besar
konyol. Maka ulasan ini memutuskan untuk memasukkan drama The Penthouse ke
dalam naungan Telenovela. Acara televisi yang masuk telenovela, dalam ulasan
ini, adalah acara televisi yang umum dipakai di Amerika Latin seperti Mari
Mar atau Rosalinda, dan pakem semacam ini juga yang dipakai di Indonesia
yang kita kenal sebagai Sinetron. Acara televisi semacam ini memang tidak
logis, konyol, berlebihan, dan seringkali tidak bermutu. Logika-logika yang
berjalan di The Penthouse itu sama dengan logika yang berjalan di Telenovela Rosalinda dan Sinetron Cahaya, Mentari, atau Cinta Fitri—poin
narasi dipelintir sedemikian rupa hingga tidak masuk akal dengan tujuan membuat
penonton geram dan memecah penonton menjadi dua kubu: yang penasaran akan
sangat tenggelam ke dalam cerita dan selalu haus untuk mengetahui kelanjutannya,
dan yang sangat membenci karena memang alur ceritanya konyol dan membuat emosi.
Dengan memasukkan The Penthouse ke dalam keluarga Telenovela, logika konyol di
drama ini bisa diterima.
SBS/2020/all rights reserved. |
Orang-orang
penghuni Penthouse adalah orang-orang kaya. Namun, karakter dan perilaku mereka
terlalu konyol sehingga mustahil manusia seperti mereka bisa menjadi orang
sukses yang kaya raya. Jika mau serius, kita bisa melihat ke film The Godfather: Don Corleone bisa menjadi
mafia yang ditakuti karena ia sangat teliti dan sikapnya pun mencerminkan
kewibawaan seorang bos mafia. Tiap langkah yang dia ambil penuh perhitungan dan
punya banyak sekali bawahan. Sosok seperti Joo Dan-Tae di The Penthouse,
mutahil bisa mendirikan perusahaan besar dan menjadi milyarder. Bukan hanya karena
sikapnya tidak mencerminkan seorang miliarder, tapi juga karena dirinya
ceroboh. Sama halnya dengan karakter triliuner Logan Lee yang jauh lebih kaya
dari Dan-Tae, tapi tidak memiliki pasukan mata-mata atau pelindung sebanyak
Dan-Tae. Orang sepenting itu mustahil bertindak konyol tanpa pengawasan atau
penjagaan. Semua tindak kecurangan dan kejahatan di dalam drama ini juga tidak
masuk akal dan konyol, termasuk cara para pelaku lolos dari jeratan hukum juga
konyol—hal-hal yang sangat sepele atau sewajarnya dipikir dengan common sense [dinalar sehari-hari]
dilibas habis-habisan. Misalnya, seorang karakter yang sangat ahli menyusun
rencana kini sedang diincar. Tapi ia mendapat telpon dan langsung datang ke
lokasi. Di sinilah letak kebodohannya, ya jelas lah itu jebakan. Yang aneh
adalah, masak si karakter tidak punya pikiran sejengkal pun bahwa telepon itu
adalah jebakan? Setidaknya hadir bersama bodyguard atau menyiapkan rencana
cadangan. Tidak. Karakter ini datang begitu saja seperti sopir yang tahu ada
kereta lewat, tapi tetap jalan sehingga mobilnya mengalami kecelakaan—common sense alias nalar sehari-hari
sudah hancur tak bersisa di drama ini.
SBS/2020/all rights reserved. |
Tapi
begitulah telenovela. Racikan cerita konyol yang tidak bermutu semacam ini
tetap memiliki basis penggemar tersendiri dan buktinya telah membentuk sebuah
pola sendiri. Maka benar jika beberapa kalangan menyebut bahwa drama ini bukan
untuk semua kalangan. Bahkan dalam kasus telenovela Amerika Latin, kanal
YouTube dan situs Funny or Die sampai membuat series berjudul Telenovelas are Hell yang membahas
kekonyolan-kekonyolan dalam Sinetron. Nyatanya, kekonyolan semacam ini selain
bisa membuat penonton frustasi, juga memiliki nuansa tersendiri yang disukai
oleh penggemarnya dan telah menjadi Signature
atau ciri khas Telenovela atau Sinetron. Dengan demikian, logika cerita drama
The Penthouse Season 1 sudah sejalan dengan koridor Telenovela.
Tambahan: Jatuhnya Min
Seol-A seharusnya menghancurkan tubuhnya, atau setidaknya akan ada bagian yang
lepas.
SBS/2020/all rights reserved. |
02 Story Consistency
Salah
satu permasalahan terbesar Telenovela atau Sinetron adalah dalam hal
konsistensi cerita. The Penthouse tidak luput dari permasalahan ini. Fokus
cerita, tokoh utama, hingga detil narasi di dalam drama ini tidak konsisten dan
saling bertolak belakang. Perubahan sifat karakter yang terlalu tiba-tiba dan
fluktuatif juga menjadi masalah tersendiri karena mencederai poin konsistensi
narasi. Kalau karakternya saja tidak konsisten, akan sulit bagi ceritanya untuk
tetap konsisten. Dalam Telenovela Carita
De Angel, misalnya, meskipun poin narasi sering berubah-ubah, namun
karakter Suster Cecilia tidak serta merta terombang-ambing berubah mengikuti
episode—sifat dasarnya baik saat menjadi Suster maupun setelah menjadi wanita
kaya, tetap sama—setidaknya secara garis besar. Bahkan tokoh Fernando Jose
dalam Rosalinda, misalnya, tetap
merupakan the dumb rich and handsome man
sampai akhir—poin dumb di sini tidak
berubah, pria ini tidak smart. Poin cerita The Penthouse
berubah-ubah dengan liar dan tidak mendalam karena 90% permasalahan adalah
masalah yang sama dengan sebelumnya, hanya diulang lagi [bahkan di dua episode
awal Season 2 hanya mengulang narasi
yang sama, tetapi tokoh yang meninggal diganti bukan Min Seol-Ah—namun tetap
mengulang tema balas dendam yang sama persis], sehingga sebetulnya drama ini
bisa dipersingkat tapi malah kesannya dipanjang-panjangkan. Dengan demikian,
kesannya drama ini menjadi tanggung karena pemanjangan cerita yang tidak
konsisten di drama ini sifatnya sangat singkat dan berulang-ulang [tindak kejahatan—dibongkar—lolos hukum—kembali
mengulang tindak kejahatan (siklus berputar)].
Jika memang ingin membentuk sebuah Sinetron yang alur ceritanya bisa memiliki
jutaan cabang seperti Cinta Fitri
atau Tersanjung Season 1 sampai
Season 6, drama ini memerlukan lebih banyak episode dan serius menyelesaikan
satu cabang sebelum mulai melalui cabang lainnya.
SBS/2020/all rights reserved. |
03 Casting Choice and Acting
Pemilihan
aktor dan aktris untuk drama ini sudah baik. Lee Ji Ah mampu memerankan sosok
keibuan lemah lembut Shim Su-Ryeon yang bisa berubah menjadi sosok cermat yang
berbahaya, Kim So-Yeon berhasil memerankan sosok diva Cheon Seo-Jin yang tidak
stabil emosinya dan hobi memecahkan perabotan, Yoon Jong-Hoon berhasil
memerankan sosok suami Ha Yoon-Cheol yang dumb-handsome
alias si tampan tapi dungu, Eugene dengan sukses memerankan Oh Yoon-Hee yang
labil dan tidak jelas kemauannya. Jika dilihat dari susunan pemainnya, drama
The Penthouse memang didukung oleh aktor-aktor yang mampu memerankan karakter
mereka dengan baik.
SBS/2020/all rights reserved. |
04 Music Match
Tidak
ada keluhan di pemilihan musik. Kekonyolan musik klasik yang ditampilkan tidak
bisa dikatakan kurang sesuai dengan drama ini, karena memang pemilihan itu
mendukung ketidakmasukakalan ceritanya. Musik-musik yang mengiringi jalannya
cerita juga dimainkan secara dramatis dan diulang-ulang: ada musik dramatis tertentu
yang selalu diputar saat karakter terkejut, saat karakter berencana jahat, saat
karakter bertengkar. Musik-musik khusus ini diputar berulang-ulang setiap kali
ada adegan yang memang khusus memerlukan musik-musik tersebut sebagai pembeda
situasi yang tegas dan menguatkan nuansa atau aura narasinya. Pemilihan musik
dalam drama ini sudah baik karena sudah mampu menambah depresi penontonnya.
SBS/2020/all rights reserved. |
05 Cinematography Match
Tidak
ada keluhan dalam poin sinematografi.
06 Costume Design
Tidak
ada keluhan dalam poin pemilihan kostum.
07 Background/Set Match
Tidak
ada keluhan dalam pemilihan latar belakang.
08 Special and/or Practical Effects
Tidak
ada keluhan dalam penggunaan efek komputer.
SBS/2020/all rights reserved. |
09 Audience Approval
Drama
ini memang ditonton oleh banyak sekali penonton dan senantiasa ditunggu-tungu
kelanjutan episodenya. Tapi “banyak ditonton” bukan berarti orang secara umum
menyukainya. Di sinilah letak keunikan Telenovela: mereka yang membencinya akan
benar-benar membencinya, dan yang suka ya akan benar-benar menyukainya. Lihat
saja fenomena ibu-ibu rumah tangga yang gemar menonton Sinetron di stasiun
televisi swasta. Padahal, ada sebagian publik yang sama kuatnya yang
menyuarakan anti terhadap Sinetron karena konyol dan tidak bermutu. Review ini
telah memutuskan untuk menyeret The Penthouse masuk ke dalam naungan
Telenovela. Dan benar saja, drama ini mengalami perpecahan tanggapan penonton
yang menyukai dan menentang. Alhasil, banyak tanggapan penonton yang diunggah
ke Google, Asian Wiki, dan kolom komentar YouTube yang menyatakan bahwa drama
sekelas The Penthouse tidak akan cocok untuk sebagian kalangan karena bisa
membuat penontonnya merasa tertekan. Tidak sedikit pula yang mengutarakan bahwa
drama ini membosankan karena pada dasarnya konflik yang disajikan hanya diulang-ulang
dengan detil atau posisi yang diubah saja.
SBS/2020/all rights reserved. |
10 Intentional Match
Jika
tujuan drama ini adalah mengaduk-aduk perasaan dan emosi [amarah] penonton
supaya penonton tetap terikat dan penasaran menonton episode berikutnya, drama
ini telah sukses besar. The Penthouse adalah wujud sempurna Telenovela Korea.
Jelas sekali drama ini berhasil menciduk penonton dan mempertahankan perhatian
mereka sampai akhir. Keberhasilan ini bisa dilihat dari grafik jumlah
penonton—bukan dari seberapa banyaknya penonton, tapi dari bentuk grafik yang
secara konsisten merangkak naik, tidak turun atau bahkan fluktuatif sekalipun.
Grafik angka penonton drama ini dengan mantap terus naik dari episode 01 hingga
21. Sinetron semacam ini memungkinkan produser untuk melihat fenomena pasar
atau penonton sehingga mereka bisa menambah ketegangan narasi berdasarkan minat
penonton. Misalnya, jika produser tahu bahwa penonton sedang greget dan benci
setengah mati kepada karakter A yang selalu mem-bully si karakter B yang baik
hati, maka bukannya menolong si karakter B, pihak pembuat drama justru akan
mencelakai tokoh B yang baik dan membuat tokoh A menjadi pemenang. Formula ini
terus diulang dalam drama The Penthouse.
SBS/2020/all rights reserved. |
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
01 Skywalker’s Schemata
Saya
tidak menyukai drama ini karena terus terang saja, saya tidak menyukai
Telenovela dan Sinetron. Saya menganggap ceritanya terlalu konyol dan tidak
memberikan kontribusi apapun terhadap pemikiran manusia. Dalam kasus The
Penthouse, drama ini malah berpotensi memberikan dampak negatif terutama dari
tujuan utama para karakternya. Kenapa seni? Kenapa lebih spesifik seni musik
klasik? Kenapa gaya hidup seperti itu yang harus dijadikan sebagai cita-cita?
Dan masih banyak kenapa-kenapa yang lainnya. Bagi saya, drama semacam ini
adalah drama yang Toxic. The
Penthouse membuat otak saya kelelahan karena logika ceritanya yang porak
poranda dan seringkali terlalu bodoh hingga mustahil terjadi di dunia nyata—padahal
ini drama kehidupan, bukan fantasi. Saya juga tidak menyukai cara drama ini
memakai formula yang sama berulang-ulang. Sutradara James Cameron pernah
mengungkapkan bahwa pembuat film mestinya tidak terlalu sering menggunakan
formula yang sama. Konflik yang itu-itu saja, cara pemecahan masalah yang
begitu-begitu saja, respons pemain yang hanya sebatas memecahkan perabotan juga
begitu-begitu saja. Sampai akhirnya di pertengahan, mudah bagi saya untuk
menebak apa yang akan terjadi selanjutnya karena pasti hanya akan mengulang
formula yang sama. Penyanyi Cheon Seo-Jin akhirnya membuat saya kesal bukan
karena dia sangat jahat, tapi sangat bodoh sewaktu berteriak-teriak seperti
orang gila padahal tenggorokannya sedang sakit sebelum acara pentas besar.
Tololnya itu, lho, sampai ke sum-sum
tulang. Kalau sakit ya istirahat dan minum obat, bukan malah teriak-teriak.
Ceritanya akan lebih masuk akal jika misalnya Seo-Jin ditangkap dan
dikejar-kejar, sehingga dia teriak minta tolong dan alhasil suaranya hilang
sehingga konsernya gagal total. Karena itu, dia ingin balas dendam kepada pihak
yang mengganggunya. Masak dia sendiri yang merusak suaranya sendiri. C’mon, lah, please make sense.
SBS/2020/all rights reserved. |
Meskipun
saya tidak menyukai drama ini, saya tidak bisa menafikan bahwa The Penthouse
adalah sebuah Telenovela yang sangat bagus. Marimar,
Rosalinda, Mentari, Cahaya, Candy, hingga Betty LaFea pasti bangga kepada The Penthouse karena berhasil
membuat Telenovela kembali disorot seperti Sky
Castle. Saya mengubah genre The Penthouse dalam review ini menjadi
Telenovela semata-mata karena melihat bahwa drama ini tidaklah jelek, jika
memang memiliki tujuan dan pola seperti Telenovela atau Sinetron. Selain tidak
menyukai drama ini, saya sebenarnya juga tidak suka drama yang memiliki Season
lebih dari satu, baik drama Korea, China, Indonesia, sampai Amerika. Maka saya
memang cenderung tidak suka series Amerika karena ada banyak sekali Season-nya.
Saya benci ketika sebuah cerita berhenti tanpa diakhiri dengan proper. Saya tidak peduli apakah tokoh
baik yang menang, atau tokoh jahat, yang penting cerita itu harus diakhiri
dengan baik sehingga nanti kalau ada Season 2, terserah saya mau melanjutkan
atau tidak tanpa ada perasaan mengganjal [contohnya dalam film Resident Evil, cerita film itu adalah
seputar penyebaran virus di laboratorium.
Filmnya telah menyelesaikan cerita tentang penyebaran tersebut sehingga nanti
di film ke-2, ceritanya sudah berbeda yakni penyebaran virus di kota—setelah cerita 01 selesai, bisa
dilanjtkan ke cerita 02]. Karena saya sehari-hari mengamati film, saya sangat
menghindari perasaan mengganjal semacam ini karena melelahkan buat saya. The
Penthouse saya tonton karena ketidaktahuan saya bahwa drama ini akan memiliki
lebih dari satu season. Kini setelah tahu, ada kemungkinan saya tidak akan mengulas Season lanjutannya.
SBS/2020/all rights reserved. |
02 Awards
The
Penthouse meraih berbagai penghargaan bergengsi terutama penghargaan untuk
pemilihan aktor dan acting para pemeran yang luar biasa.
03 Financial
Karena
merupakan sebuah tayangan televisi, sulit dilihat total pendapatan drama ini
layaknya pendapatan tiket bioskop karena kita tidak tahu secara pasti/nyata
seberapa besar masing-masing sponsor menggelontorkan dana dan besaran royalti
hak siar di negara lain dan situs streaming. Namun jika dilihat dari angka
penonton yang tinggi, drama ini semestinya sukses besar dari segi finansial.
Kalau misalnya gagal, mustahil Season selanjutnya akan dibuat.
04 Critics
Mayoritas
kritikus memberikan tanggapan positif untuk drama ini.
05 Longevity
[Pending—karya
masih berusia di bawah 10 tahun]
Final Score
Skor
Asli : 8/10
Skor
Tambahan : -
Skor
Akhir : 8/10
Spesifikasi DVD
Untuk informasi lebih lanjut mengenai Spesifikasi DVD, kunjungi profil instagram @skywalkerhunter95
***
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan
standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review
Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
SBS/2020/all rights reserved. |