Review Film Resident Evil (2002) Teror Zombie di Laboratorium Bawah Tanah
Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter
Edisi Review Singkat+PLUS
“The
T-virus is protean, changing from liquid to airborne to blood transmission,
depending on its environment. It is almost impossible to kill.”—Red Queen
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak
cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes
copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
images©2002/Constantin Film/Resident Evil/All Rights
Reserved.
Genre : Fiksi
Ilmiah [Zombie]—Aksi—Thriller
Rilis :
Domestic Releases: |
March 15th, 2002 (Wide) by Sony Pictures |
July 30th, 2002 by Sony Pictures Home
Entertainment |
|
MPAA Rating: |
R for strong
sci-fi/horror violence, language, and brief sexuality/nudity. |
Durasi : 100 menit
Sutradara : Paul W. S. Anderson
Pemeran : Milla Jovovich, Michelle Rodriguez, Eric Mabius, James Purefoy, Martin Crewes, Colin Salmon
Episode : -
Sinopsis
Umbrella
Corporations adalah perusahaan terbesar di dunia. Perusahan ini bergerak di
berbagai bidang dan menjual berbagai peralatan elektronik yang namanya sudah
dikenal luas di tengah masyarakat. Namun, sumber pendapatan terbesar dari
perusahaan ini adalah berbagai produk yang dijual untuk tujuan militer.
Umbrella Corporation memiliki sebuah laboratorium raksasa yang terletak di
bawah tanah kota Raccoon [Raccoon City] yang diberi nama The Hive. Laboratorium
itu berfungsi untuk menjalankan berbagai percobaan militer yang dirahasiakan
dari publik. Salah satu percobaan rahasia dari perusahaan ini adalah T-Virus
yang bisa menjadi senjata biologi. Suatu ketika, seorang penyusup mencuri
T-Virus beserta antivirusnya. Sebelum meninggalkan The Hive, penyusup itu
melempar sebotol T-Virus hingga seluruh virus menyebar melalui saluran udara.
Mengetahui adanya bahaya penularan, komputer yang mengendalikan sistem keamanan
The Hive yang bernama Red Queen segera melakukan tahap pengamanan: Red Queen
mengunci The Hive dan “membunuh” semua pegawai Umbrella Corporation yang
terjebak di dalam The Hive. Berkat tindakan yang dilakukan oleh Red Queen,
T-Virus berhasil ditahan di dalam The Hive dan tidak menyebar ke seluruh kota.
Mengetahui adanya masalah, Umbrella Corporations mengirimkan sebuah tim khusus
untuk memeriksa The Hive.
Untuk
menyembunyikan The Hive, Umbrella Corporations mendirikan “The Mansion”, sebuah
rumah mewah yang menjadi pintu masuk darurat menuju The Hive. Rumah mewah itu
dijaga oleh dua orang petugas keamanan Umbrella yang bernama Alice dan Spence.
Ketika Red Queen mengaktifkan sistem keamanan, gas halon disebarkan ke seluruh
Hive begitu juga dengan The Mansion—walau letaknya di permukaan tanah. Gas itu
membuat Alice pingsan selama berjam-jam dan kehilangan ingatan. Saat terbangun,
Alice sama sekali tidak ingat dengan apa yang telah terjadi dan di mana dia
berada. Seorang polisi setempat, Matthew “Matt” Addison, mendatangi The Mansion
dan bertemu dengan Alice. Sebelum keduanya sempat memeriksa keadaan, The
Mansion sudah diserbu oleh pasukan khusus Umbrella yang terdiri dari 7 orang di
antaranya James Shade yang memimpin operasi, Rain Ocampo, Chad Kaplan, j.D.
Salinas, dan Olga Danilova. James menjelaskan situasinya kepada Alice termasuk
siapa dia yang sebenarnya. Ia pun memerintahkan Alice dan Matt untuk ikut
“turun” memasuki The Hive. Setelah berhasil membuka pintu The Hive, pasukan
khusus menyusuri bagian-bagiannya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya
terjadi sembari menuju pusat kendali untuk mengatur ulang [reset/reboot] Red
Queen. Pasukan khusus menemukan korban lain yakni Spencer, rekan kerja Alice.
Menurut keterangan dari James, Umbrella mengatur pernikahan Alice dan Spencer
sebagai sebuah sandiwara untuk menutupi keberadaan The Hive.
Setelah
menyusuri The Hive, mereka semua heran karena ruangan-ruangan dalam The Hive
dikunci rapat dan sama sekali tidak ada tanda manusia di dalamnya. James dan 4
timnya mendatangi ruang kendali utama yang merupakan tempat komputer Red Queen
berada. Red Queen menyadari bahwa pasukan khusus ingin menonaktifkannya dan ia
membunuh James beserta tiga anak buahnya. Pada akhirnya, Alice dan Chad
berhasil memasuki ruang kendali dan menginterogasi Red Queen. Komputer itu
menjelaskan bahwa dirinya tidak punya pilihan karena T-Virus sudah terlanjur
menyebar. Ia meminta Alice dan Chad dengan tegas supaya tidak menonaktifkan
dirinya karena mereka akan menghadapi konsekuensi yang sangat berbahaya. Namun,
mereka tetap menonaktifkan Red Queen. Perbuatan mereka menyebabkan semua kunci
terbuka. Ternyata, Red Queen mengurung orang-orang di dalam ruangan karena
mereka yang terpapar T-Virus telah berubah menjadi zombie. Agar para zombie
tidak keluar, Red Queen menyegel seluruh bangunan. Tindakan Chad dan Alice
telah membebaskan para zombie yang kemudian menyerang dua anggota pasukan
lainnya, Rain dan J.D., beserta Matt yang menunggu di dekat jalur pintu keluar.
Pada mulanya, Rain dan J.D. menduga para zombie adalah pegawai yang berhasil
selamat. Namun setelah para pegawai menyerang mereka, Rain dan J.D. sadar bahwa
para pegawai telah berubah menjadi monster yang berbahaya. Para zombie berhasil
menggigit Rain dan membunuh J.D. Kekacauan itu membuat pasukan khusus terpisah.
Sementara
Rain, Chad, dan Spence berlindung di ruang kendali, Alice dan Matt melarikan
diri ke area kantor. Matt menjelaskan bahwa ia sedang mencari adiknya, Dr. Lisa
Addison, yang bekerja di The Hive. Matt dan adiknya bergabung dalam aliansi
untuk membongkar berbagai kejahatan Umbrella. Untuk mendapatkan bukti percobaan
ilegal, Lisa bekerja sama dengan seorang informan yang sudah mengetahui seluk
beluk The Hive dan berjanji akan membawakan T-Virus kepada Lisa. Namun akibat
kekacauan di dalam The Hive, Lisa turut berubah menjadi zombie. Setelah Alice
dan Matt berhasil mencapai ruang kendali, mereka semua tidak tahu bagaimana
caranya keluar dari The Hive. Padahal, The Hive akan dikunci secara otomatis
dalam waktu satu jam. Alice pun mengaktifkan kembali Red Queen untuk meminta
petunjuk jalan. Red Queen menegaskan bahwa tidak ada satu pun zombie yang boleh
dibiarkan lepas karena akan menyebarkan virus. Ia juga menegaskan bahwa satu
gigitan atau luka cakaran dari para zombie sudah cukup untuk mengubah manusia
biasa menjadi zombie. Informasi itu membuat orang-orang cemas, apalagi Rain
telah digigit oleh zombie. Di tengah perjalanan menuju keluar, ingatan Alice
mulai pulih dan ia ingat bahwa ada antivirus untuk T-Virus. Mereka harus segera
menemukannya untuk mengobati Rain sebelum terlambat. Mampukah mereka menemukan
antivirusnya? Sanggupkah mereka keluar dari The Hive hidup-hidup? Monster
mengerikan apa lagi yang disimpan di dalam laboratorium Umbrella? Siapa
sebenarnya penyusup yang sengaja menyebarkan T-Virus di dalam The Hive?
01 Story Logic
Konsep
Resident Evil sudah logis sesuai dengan genrenya. Sistem Skywalker menempatkan
film ini sebagai sebuah Fiksi Ilmiah—Aksi—Thriller. Perpaduan ketiga genre ini
membuat Resident Evil secara default akan tampil tidak begitu logis jika
dinilai dari sudut pandang Fiksi Ilmiah saja [yang serius dan kompleks]. Film
semacam ini umumnya akan mendapat kritik negatif karena ceritanya dinilai tidak
masuk akal, padahal film semacam ini memang pada dasarnya menyajikan konsep
yang tidak masuk akal. Adalah tugas film ini untuk membuat cerita yang tidak
masuk akal menjadi seolah-olah masuk akal. Dibandingkan dengan beberapa film
zombie, Resident Evil tergolong “logis” dalam menyajikan kisah awal mula
terjadinya wabah zombie. Film ini menceritakan tentang sebuah laboratorium
super rahasia yang dimiliki oleh perusahaan paling besar di dunia, Umbrella
Corporation. Perusahaan tersebut menjalin kontrak yang sangat menguntungkan
dengan pihak militer sehingga logis jika Umbrella Corporation mengembangkan
virus di dalam The Hive untuk dikembangkan demi kepentingan militer. Apabila
konsep ini dinilai terlalu mengada-ada pada saat Resident Evil pertama kali dirilis,
perkembangan zaman justru membuktikan bahwa berbagai hal yang disajikan dalam
film ini tidak sepenuhnya mustahil untuk terjadi. Perusahaan yang memilii
kekuatan layaknya Umbrella Corporation ternyata sungguh-sungguh ada, bahkan ada
beberapa jumlahnya. Maka, tidak mustahil jika ada sebuah perusahaan yang
menjadi begitu besar dan menguasai berbagai sektor hingga bisa mengendalikan
sistem pemerintahan—meskipun terdengar seperti sebuah konspirasi. Jumlah
perusahaan yang dimiliki oleh The Walt Disney Company saja mungkin bisa membuat
banyak kalangan terkejut karena perusahaan yang dimulai dari suksesnya krakter
seekor tkus bernama Mickey itu kini telah menggurita dengan tentakel bisnis
yang merambah dunia olah raga, resort, hingga kapal pesiar dan masih banyak
lagi.
Film
yang berjudul Contagion kembali
populer di tahun 2020 karena dinilai memperlihatkan potensi penyebaran virus
COVID-19 yang realistis. Perkembangan kasus virus ini juga sering dikaitkan
dengan isu kebocoran laboratorium biologi. Sudah bukan rahasia lagi jika
lembaga militer tertentu memang memiliki senjata biologis—entah apapun itu
bentuknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Resident Evil sudah logis
sesuai genre Fiksi Ilmiah karena telah menjelaskan asal usul T-Virus dan
bagaimana virus itu bisa menyebar. Proses penyebara virus dan infeksi, walau
terkesan mengada-ada, tergolong sudah logis karena rangkaian prosesnya sudah
diperlihatkan dengan jelas: 1) sebuah perusahaan raksasa mengembangkan virus
berbahaya yang bisa mengakibatkan mutasi dan mengubah makhluk hidup menjadi
zombie untuk kepentingan militer, 2) virus itu bocor dan meyebar ke seluruh
laboratorium dan menginfeksi seluruh pegawai The Hive, dan 3) sistem keamanan
The Hive yang dikendalikan oleh Red Queen menjalankan protokol standar agar
virus tidak menyebar ke luar The Hive. Keberadaan kecerdasan buatan, Red Queen,
yang dulunya mungkin dinilai terlalu mengada-ada pun menjadi lebih dapat
diterima oleh penonton seiring berjalannya waktu dan seiring semakin pintarnya
mesin (Artificial Intelligence). Sejauh ini, Resident Evil sudah logis sesuai
dengan koridor genre Fiksi Ilmiah.
Keberadaan
pasukan khusus Umbrella telah menyesuaikan dengan koridor genre Aksi dan
Thriller. Karakter Alice, Spence, dan Matt telah mendukung logika detil cerita
film ini. Resident Evil telah memperlihatkan sebuah cerita Aksi yang ideal
melibatkan satuan khusus yang memang dilatih untuk melakukan misi berbahaya.
Dalam film ini, karakter yang bukan merupakan tim khusus juga diperlihatkan
memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa. Alice, misalnya, mampu melakukan
gerakan-gerakan bertarung yang hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu.
Ceritanya menjadi tidak logis jika orang-orang yang tidak punya latar belakang
pelatihan khusus mampu melakukan adegan Aksi yang berbahaya. Untungnya,
Resident Evil telah menyediakan informasi penting yakni Alice dan Spence adalah
petugas keamanan yang bekerja untuk Umbrella. Mereka direkrut untuk menjaga
pintu masuk The Hive. Dengan kata lain, mereka sudah sepantasnya ahli membela
diri. Karakter Matt, meskipun tidak begitu jelas apakah ia dulunya seorang
polisi atau bukan, juga bukan orang “biasa” yang menyusup ke dalam The Hive.
Singkatnya, orang-orang yang memasuki The Hive bukanlah orang-orang biasa
sehingga wajar jika mereka lebih ahli dalam bertahan hidup melawan serangan
zombie. Faktanya, mereka lebih mampu mengatasi zombie daripada mengatasi Red
Queen. Selain logis sesuai genre Aksi, Resident Evil juga sudah logis sesuai
dengan genre Thriller. Film ini mengeksplorasi adegan kekerasan dan ketegangan
atas apa yang sudah diketahui—fear of the dangerous known—bukan apa yang tidak
diketahui [fear of the unknown] yang merupakan atribut kisah Horror.
02 Story Consistency
Alur
cerita Resident Evil sudah konsisten. Film telah menjelaskan
permasalahan-permasalahan karakternya dengan jelas sehingga membentuk sebuah
cerita yang utuh. Film ini menceritakan tentang awal mula wabah zombie yang
menjangkit Raccoon City. Dari mana sumber wabah tersebut, apa penyebab
tersebarnya T-Virus, dan apa yang membuat wabah zombie gagal ditahan di dalam
The Hive, semua sudah dieksplorasi dengan baik. Kehidupa pribadi
karakter-karakter dalam film ini, walaupun sesekali sedikit disinggung, tidak
dieksplorasi dengan mendalam sehingga tidak menggeser fokus cerita yakni
menjabarkan proses terjadinya bencana zombie. Melihat posisi film ini di antara
semua sequelnya, dapat dikatakan Resident Evil pertama ini telah memberikan
sebuah landasan cerita yang kuat untuk kisah-kisah lanjutannya.
03 Casting Choice and Acting
Pemilihan
aktor dalam film ini sudah baik. Karena Resident Evil merupakan sebuah film
Aksi, kondisi fisik aktornya sangatlah penting—dan penting memberi tahu
penonton secara langsung mengenai kemampuan seorang karakter hanya dari tampilan
fisiknya saja. Sebuah film bukanlah novel yang memiliki keleluasaan untuk
menjabarkan kehidupan karakter sampai berlembar-lembar. Maka, penggunaan
stereotype dalam film sebetulnya sangat dibutuhkan untuk memangkas waktu
menjelaskan tentang karakteristik seorang karakter. Dalam film Predator, misalnya, aktor-aktor berbadan tegap dan kekar dipilih
untuk menjadi Dutch dan timnya yang menyusuri hutan. Penampilan fisik mereka
sudah cukup untuk meyakinkan penonton bahwa mereka adalah orang-orang yang
sangat kuat dari segi fisik. Penampilan itu sangat meaningful karena mendukung
jalan ceritanya: menunjukkan seberapa berbahayanya sosok Predator karena
orang-orang terkuat sekalipun dapat dikalahkan dengan mudah. Aktor yang
berperan sebagai tim pasukan khususu Umbrella dalam Resident Evil sudah dipilih
dengan baik. Dari dua anggota pasukan perempuan, Rain dan Olg Danilova yang
masing-masing diperankan oleh Michelle Rodriguez dan Liz May Brice, sudah
terlihat jelas perbedaan kemampuan mereka masing-masing dan tokoh mana yang
lebih badass.
04 Music Match
Musik
dalam Resident Evil sudah baik karena masing-masing bagiannya diputar untuk
mengiringi adegan yang sesuai.
“Even in death the human body still is
active. Hair and finger nails continue to grow, new cells are produced, and the
brain itself holds a small electrical charge that takes months to dissipate.
The T-virus provides a massive jolt, both to cellular growth, and to those
trace electrical impulses. Put quite simply, it reanimates the body.”—Red
Queen
05 Cinematography Match
Sinematografi
dalam film ini sudah baik. Film Aksi adalah genre film yang memang menjanjikan
berbagai adegan aksi yang dilakukan oleh karakternya. Oleh karena itu,
adegan-adegan aksi di dalamnya harus diperlihatkan sejelas mungkin. Resident
Evil telah memperlihatkan adegan-adegan aksinya dengan baik karena sudah
terlihat jelas dan “utuh” atau tidak ada yang disembunyi-sembunyikan [misalnya
di dalam ruangan yang terlalu gelap atau perkelahian terjadi di luar bingkai
layar]. Beberapa adegan bahkan direkam dan disajikan dari sudut pengambilan
gambar yang tidak realistis, misalnya ketika Alice melawan sekelompok anjing,
tetapi hal tersebut bukanlah masalah karena 1) tidak bertentangan dengan
genrenya, dan 2) mendukung kesinambungan nuansa dan narasi ceritanya karena
memperlihatkan seberapa serius situasinya dan seberapa badass Alice sebenarnya.
06 Costume Design
Kostum
yang dikenakan dalam film ini sudah baik. Kostum para zombie adalah kostum
kantor sehari-hari di awal 2000-an karena mereka adalah pegawai The Hive dan
film ini dirils pada tahun 2002. Seragam yang dikenakan oleh pasukan khusus
sudah baik karena sudah merepresentasikan pekerjaan mereka dan kontras dengan
karakter non-petugas [Alice, Spence, Matt, dan para zombie]—maka ketika ada
anggota yang berubah menjadi zombie, penonton dapat mengidentifikasinya dengan
mudah berkat kostum yang dikenakan. Pakaian Alice juga sudah baik karena
pakaian itu sama sekali tidak menunjukkan kemampuan Alice yang sebenarnya. Hal
itu sangat penting karena proses Alice mengingat kembali siapa dia yang
sebenarnya merupakan bagian penting dari film ini.
07 Background/Set Match
Latar
belakang dan properti yang digunakan dalam film ini sudah baik. Mulai dari The
Mansion hingga The Hive, latar belakang yang digunakan sudah berhasil mendukung
jalan ceritanya dan menguatkan kebesaran skala film ini—meskipun nyaris
keseluruhan cerita terjadi di dalam satu konstruksi The Hive saja.
08 Special and/or Practical Effects
Efek
visual Resident Evil sudah baik. Terdapat beberapa efek CGI yang sudah terlihat
kasar untuk standar 2010 ke atas. Namun, kita tidak bisa menggunakan standar
penilaian teknologi komputer 2010 ke atas untuk menilai film yang dirilis pada
tahun 2002. Ketika film ini pertama kali dirilis, efek komputernya sudah
tergolong baik. Pencahayaan dalam film ini pun sudah baik sehingga berbagai
adegan aksi yang penting tetap diperlihatkan dengan jelas [dalam banyak film,
rekaman yang “terang” sengaja “digelapkan” di proses editing untuk alasan
artistik].
09 Audience Approval
Mayoritas
penonton memberikan tanggapan yang positif untuk film ini.
Platform |
Score |
IMDb |
6.7/10 |
Rotten Tomatoes |
67% |
Metacritic |
6.7/10 |
Cinemascore |
B |
Google User |
88% |
- Rain: It brings the dead back to life?
- Red Queen: Not fully. The subjects have the simplest of
motor functions. Perhaps a little memory, but virtually no intelligence.
They're driven by the basest of impulses, the most basic needs.
- Mr. White: Which is?
- Red Queen: The need to feed.”
10 Intentional
Match
Residet
Evil telah berhasil memenuhi visi dari para penciptanya. Film ini dimaksudkan
untuk memberikan stadar baru tentang awal mula wabah zombie yang begitu populer
dalam skenario game Resident Evil. Pada
akhirnya, film ini berhasil menjadi sebuah kisah “origin” yang ideal dan
terbukti kuat sehingga dapat dikembangkan menjadi beberapa sekuel. Terkait hal
ini, sutradara Paul W. S. Anderson menjelaskan pandangannya ketika diwawancarai
oleh Shivers Magazine:
[EN]“To be scary you have to be unpredictable, and that's why I felt completely free to reinvent the story and use my own set of fresh characters,” said Anderson. “There was no point in using the Jill Valentine character from the first Resident Evil game, as the fans would know she wasn't going to be killed because she pops up in the later games. The suspense dynamic of who is going to live, who is going to die and what people's allegiances are, was only going to work with new characters.”
Anderson goes on, “This film is the explanatory prequel all the game players have always wanted to see, using the scary mechanisms and devices that have become part of the Resident Evil cyber-culture. I felt the Ground Zero idea was the correct approach for both people who had never heard of the game and were unfamiliar with it, and for the avid players who will adore all the references included in the action-packed scenario just for them.” [spong.com, 26 June 2001]
[ID]“Saya ingin film ini menakutkan dan sulit ditebak. Itulah mengapa saya merasa bebas untuk mengubah ceritanya dan menggunakan karakter-karakter baru,” ungkap Anderson. “Tidak akan ada gunanya menggunakan karakter Jill Valentine dari game Resident Evil yang pertama karena penggemar sudah tahu Jill tidak akan tewas karena dia muncul di game berikutnya. Dinamika perasaan tegang ketika menebak-nebak siapa yang akan selamat, siapa yang akan tewas, dan ada di pihak mana mereka, itu semua hanya akan berhasil dicapai jika menggunakan karakter-karakter baru.”
Anderson menambahkan, “Film ini adalah kisah awal mula yang sudah ditunggu-tunggu oleh penggemar, menggunakan mekanisme-mekanisme menakutkan dan berbagai peralatan yang sudah dikenal dalam komunitas cyber Resident Evil. Saya merasa ide Titik Pusat Bencana—Ground Zero—adalah pendekatan terbaik untuk penonton yang tidak kenal dengan game Resident Evil, sekaligus untuk pemain lama Resident Evil yang akan menyukai berbagai referensi yang diambil dari game, termasuk skenario yang penuh aksi hanya untuk mereka.” [spong.com, 26 June 2001diterjemahkan oleh Nabil Bakri]
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
01 Skywalker’s Schemata
Resident
Evil [dan Apocalypse] adalah salah
satu film bertema zombie terbaik yang pernah saya tonton, atau bahkan yang
terbaik. Ketika adik saya akhirnya cukup umur untuk menyaksikan film ini, saya
izinkan dia untuk menonton Resident Evil untuk pertama kalinya. Sebelumnya,
adik saya sudah pernah menonton film-film zombie populer seperti Train to Busan, Alive, World War Z, hingga serial Netflix yang berjudul Kingdom [season 1]. Seperti biasa setelah selesai menonton saya
akan mengajukan beberapa pertanyaan, salah satu alasannya adalah untuk
mendukung pengamatan saya tentang pandangan orang lain terhadap sebuah karya.
Adik saya, yang baru pertama kali menonton Resident Evil 20 tahun setelah
filmnya dirilis, menyatakan bahwa ia sangat menyukai Resident Evil dan bahkan
menganggapnya sebagai film zombie terbaik yang pernah ia saksikan sejauh itu.
Alasannya pun masuk akal, Resident Evil menyajikan cerita dengan sangat jelas.
Film ini menceritakan tentang awal mula wabah zombie yang diceritakan dengan
sederhana, jelas, dan masuk akal sehingga membentuk sebuah cerita yang utuh dan
kuat. Bagaimana Zombie bisa muncul? Siapa yang membuat virusnya? Mengapa virus
itu dibuat? Siapa yang bertanggung jawab atas kebocoran virus? Mengapa Red
Queen menutup The Hive rapat-rapat? Mengapa Umbrella Corp mengirimkan pasukan
khusus? Mengapa Alice memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa? Semua
pertanyaan penting itu sudah dijawab secara jelas di dalam filmnya. Maka tidak
heran jika sutradara Terminator dan Avatar, James Cameron, memberi pujian
untuk film ini dan menyatakan bahwa Resident Evil merupakan sebuah Guilty
Pleasure[Sumber].
Film
pertama Resident Evil benar-benar memberikan narasi yang kuat tentang penyebab
terjadinya wabah zombie. Film ini memiliki musik yang baik, akting yang baik,
sinematografi yang baik, dan efek visual yang juga baik—menjadikannya sebuah
film zombie plus Aksi yang ideal. Sama halnya dengan film-film zombie lainnya,
kemunculan zombie bisa jadi terlalu mengada-ada, tetapi Resident Evil berhasil
menyajikannya dengan skenario yang dapat dimaklumi dan semakin relevan seiring
berjalannya waktu [terutama setelah COVID-19 dan munculnya berbagai konspirasi].
Berbagai keunggulan ini berhasil dicapai walau keseluruhan filmnya terjadi di
dalam sebuah laboratorium dan film ini berhasil memberikan nuansa
klaustrofobia, perasaan takut atau tertekan berada di dalam ruangan yang
tertutup rapat. The First Resident Evil
is awesome. It is solid as rock.
02 Awards
Resident
Evil tidak memenangkan penghargaan yang penting untuk disebutkan.
03 Financial
Dari
dana sekitar $33 juta, Resident Evil berhasil menjual tiket bioskop sebesar
$103 juta. Angka tersebut menunjukkan bahwa film ini sukses besar secara
finansial.
Resident Evil (2002) Theatrical
Performance |
||||||||||||||
Domestic Box Office |
$40,119,709 |
|||||||||||||
International Box Office |
$63,667,692 |
|||||||||||||
Worldwide Box Office |
$103,787,401 |
|||||||||||||
|
04 Critics
Meskipun
mendapatkan respons yang positif dari penonton dan film ini sukses secara
finansial, Resident Evil menerima tanggapan yang lebih negatif dari kalangan
kritikus. Bahkan, kritikus paling populer Roger Ebert menyatakan Resident Evil
sebagai salah satu film yang paling ia benci. Dalam situs Metacritic, akumulasi
tanggapan kritikus disimpulkan sebagai “Secara umum tidak disukai”, sementara
Rotten Tomatos menyimpulkan tanggapan kritikus sebagai “Like other video game
adaptations, Resident Evil is loud, violent, formulaic, and cheesy”. Kesimpulan
respon kritikus dalam Rotten Tomatoes jelas sekali salah kaprah seolah-olah
tidak memahami konsep mendasar dari film ini. Mengapa “Loud/keras”,
“Violent/penuh kekerasan”, dan “Formulaic/mengulang-ulang formula” ditanggapi
secara negatif padahal memang itulah yang ingin ditampilkan oleh Resident Evil.
Penonton tidak seharusnya berharap mendapatkan narasi yang sangat kompleks dan
out of the box ketika menonton Resident Evil. Kesimpulan tersebut sama saja
menyatakan film Cars dari Pixar itu
jelek karena mobilnya bisa bicara—well, duh!
05 Longevity
Setelah
berusia lebih dari 10 tahun, Resident Evil masih tetap populer dan tanggapan
penonton generasi baru secara umum masih tetap positif. Pada 17 November 2020,
Resident Evil dirilis dalam format Blu-ray 4K. Hal ini merupakan sebuah
keistimewaan karena tidak semua film “tua” dirilis ulang dalam format Blu-ray
4K. Studio pada umumnya akan menimbang kembali film apa saja yang masih populer
dan “worth upgrading” dari format Blu-ray ke 4K. Dirilisnya Resident Evil dalam
format fisik 4K mengindikasikan bahwa studio merasa film ini masih populer dan
relevan.
Final Score
Skor
Asli : 10
Skor
Tambahan : -1
Skor
Akhir : 9/10
***
Spesifikasi Optical Disc
[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]
Judul : Resident Evil
Rilis : 2008
Format : Blu-ray Disc [||]
Kode
Warna : A
Upscaling : Support Player-HDMI Upscaling [YES||NO]
[1080/60/50/24p]
Fitur : Behind the scenes
Support : Windows 98-10 [VLC Media Player],
DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].
Keterangan Support:
[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]
[Support VCD, DVD,
Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]
[Support Semua
Termasuk 4K]
STREAMING
iTunes: |
|
Google Play: |
***
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan
standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review
Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
Edisi Review Singkat+PLUS
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda
Review Singkat+PLUS di
bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel
tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.
Skywalker Hunter adalah alias
dari Nabil Bakri
Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers
©2002/Constantin Film/Resident Evil/All Rights Reserved.
©Nabil Bakri Platinum.
Teks ini dipublikasikan dalam Nabil Bakri Platinum [https://nabilbakri.blogspot.com/] yang diverifikasi Google dan dilindungi oleh DMCA.
Nabil Bakri Platinum tidak bertanggung jawab atas konten dari
link eksternal yang ada di dalam teks ini—termasuk ketersediaan konten video
atau film yang dapat berubah sewaktu-waktu di luar kendali Nabil Bakri
Platinum.