Review Film Star Wars Episode I: The Phantom Menace (1999) Kisah Masa Kecil Anakin Skywalker

 

Review Star Wars Episode I: The Phantom Menace (1999) Kisah Masa Kecil Anakin Skywalker

Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter

Edisi Review Singkat+PLUS

“Fear is the path to the dark side, Fear leads to anger, anger leads to hate, hate.. leads to suffering. I sense much fear in you.”—Yoda

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

images©1999/20th Century Fox, LucasFilm/SWI The Phantom Menace/All Rights Reserved.

Genre             : Fiksi Ilmiah—Petualangan

Rilis                 :

Domestic Releases:

May 19th, 1999 (Wide) by 20th Century Fox
February 10th, 2012 (Wide) by 
20th Century Fox
, released as Star Wars: The Phantom Menace 3D

International Releases:

June 3rd, 1999 (Wide) (Australia)

Video Release:

March 22nd, 2005 by Fox Home Entertainment, released as Star Wars - Episode I, The Phantom Menace

MPAA Rating:

PG for sci-fi action/violence

 Durasi             : 133 menit

Sutradara       : George Lucas

Pemeran         : Liam Neeson, Ewan McGregor, Natalie Portman, Jake Lloyd, Ian McDiarmid, Anthony Daniels, Kenny Baker, Pernilla August, Frank Oz

Episode           : -

Sinopsis

Federasi Dagang [Trade Federation] memblokade Planet Naboo dalam persiapan untuk melakukan invasi. Dua orang ksatria Jedi dikirim oleh pemimpin Republik [Galactic Republic] Chancellor Valorum sebagai Duta besar untuk bernegosiasi dengan pemimpin Federasi Dagang. Dua ksatria Jedi itu adalah Master Qui-Gon Jinn dan muridnya, Obi-Wan Kenobi. Secara sembunyi-sembunyi, operasi ilegal Federasi Dagang ternyata diprakarsai oleh seorang Sith, musuh besar Jedi, bernama Darth Sidious. Sidious memerintahkan Federasi Dagang untuk membunuh kedua duta besar Republik. Federasi yang awalnya menduga bahwa kedua duta besar hanyalah orang biasa, terkejut bukan main ketika mengetahui bahwa mereka sebenarnya adalah ksatria Jedi. Keduanya sangat mahir menggunakan pedang Lightsaber dan berhasil menghindari serangan Federasi. Qui-Gon dan Obi-Wan kemudian menyusup ke dalam pesawat yang dipersiapkan untuk menginvasi planet Naboo. Mereka berdua pun ikut mendarat di planet Naboo dan mencoba menuju ke istana Ratu Amidala. Federasi Dagang telah memulai invasi dengan mengirimkan pasukan robot tempur [battle droids] yang berbaris melewati hutan. Ketika sedang menghindari barisan robot tempur, Qui-Gon menyelamatkan satu makhluk Gungan bernama Jar-Jar Binks. Agar selamat dari robot tempur, Jar-Jar membimbing Obi-Wan dan Qui-Gon menuju negeri bawah air, Gungan City. Pemimpin Gungan, Boss Nass, marah besar melihat Jar-Jar kembali karena ia telah diusir dari kota. Qui-Gon menjelaskan bahwa planet Naboo sedang diserang dan Gungan dalam bahaya. Boss Nass tidak mau ambil pusing atas serbuan Federasi karena menurutnya Federasi hanya mengincar istana Ratu Amidala, bukan kota Gungan. Akhirnya Obi-Wan hanya meminta bantuan kepada Boss Nass untuk memberikan tumpangan menuju istana Ratu di Theed, ibu kota Naboo dan membawa Jar-Jar sebagai pemandu jalan sekaligus pengikut setia Qui-Gon karena berhutang nyawa. Boss Nass mengabulkan permintaan Qui-Gon dan mereka pun pergi melewati Planet’s Core yang berbahaya karena dipenuhi monster-monster mematikan.

Federasi Dagang telah menguasai istana dan menahan Ratu Amidala. Mereka memaksanya untuk menandatangani perjanjian sepihak yang setara dengan menyerahkan kekuasaan kepada Federasi Dagang. Beruntung, Qui-Gon dan Obi-Wan datang dan berhasil menyelamatkan Ratu Amidala. Mereka pun segera melarikan diri dengan Royal Starship dengan tujuan planet pusat pemerintahan [capital planet] Republik, Coruscant. Ketika melewati blokade Federasi Dagang, pesawat kerajaan diserang dan mengalami kerusakan parah pada komponen hyperdrive. Berkat robot reparasi R2D2, Royal Starship tetap dapat memancarkan tabir pelindung [shield] agar lolos dari blokade, tetapi pesawat itu tidak bisa melanjutkan perjalanan menuju Coruscant dan terpaksa mendarat di planet Tatooine, sebuah planet gersang yang dikuasai oleh Jabba the Hut dan tidak berada di bawah pengawasan Republik ataupun Federasi. Qui-Gon, Obi-Wan, dan Jar-Jar Binks berencana pergi ke Moss Espa untuk membeli suku cadang Royal Starship. Ratu Amidala memerintahkan seorang dayangnya yang bernama Padme untuk turut menyertai kedua Jedi bersama dengan robot R2D2. Mereka sampai di “toko” suku cadang bekas [junkyard] milik Watto, sesosok alien oportunis yang tidak menerima uang Republik milik Qui-Gon. Watto memiliki dua orang budak, seorang anak kecil berusia 9 tahun yang sangat ahli dalam bidang robot/mesin sekaligus sangat cekatan bernama Anakin Skywalker, dan ibunya Shmi Skywalker. Menurut Anakin, dirinya bisa ikut balapan pesawat [pod racing] dan menjadi pemenang. Qui-Gon melihat potensi besar dalam diri Anakin dan merasakan bahwa Anakin adalah The Chosen One, orang tepilih yang akan membawa keseimbangan Force.

Qui-Gon membuat sebuah kesepakatan dengan Watto. Apabila Anakin menang balapan, Watto harus memberikan suku cadang kepadanya. Namun jika Anakin kalah, Qui-Gon akan memberikan pesawat Royal Starship kepada Watto. Sebelum perlombaan dimulai, Qui-Gon kembali menantang Watto untuk bertaruh: jika Anakin kalah, pesawat balap yang dikendarai Anakin boleh dimiliki oleh Watto, tetapi jika Anakin memang, Watto harus membebeaskan Anakin. Watto tidak keberatan ikut bertaruh karena ia yakin bahwa Sebulba akan memenangkan perlombaan—selama ini, Sebulba selalu menang. Watto yakin betul bahwa Anakin akan kalah. Keyakinan Qui-Gon pada Anakin terbukti benar, Anakin memenangkan perlombaan tersebut. Watto memberikan suku cadang yang diminta oleh Qui-Gon dan membebaskan Anakin. Anak itu merasa gembira karena bisa bertualang melihat galaksi, tetapi ia sangat sedih karena harus berpisah dari ibunya. Sang ibu merestui kepergian Anakin dan meminta Qui-Gon untuk merawatnya. Qui-Gon bertekad untuk melatih Anakin menjadi ksatria Jedi karena ia telah melihat potensi besar Anakin yang memliki kekuatan Force yang besar. Sebelum mencapai pesawat kerajaan Naboo, Qui-Gon dan Anakin diserang oleh Sith bernama Darth Maul yang sebenarnya adalah murid Darth Sidious. Beruntung, mereka semua berhasil meloloskan diri dan mendarat di Coruscant dengan selamat.

Ratu Amidala berdiskusi dengan delegasi Naboo, Senator Palpatine yang mendesaknya untuk meminta pengambilan suara menggantikan Chancellor Valorum yang menurutnya korup dan tidak kompeten dalam menyelesaikan masalah invasi Federasi Dagang. Sementara itu, Qui-Gon membawa Anakin menghadap Konsul Jedi yang dipimpin oleh Master Yoda. Qui-Gon memberi tahu tentang kemunculan Sith yang bernama Darth Maul dan meminta izin Konsul untuk melatih Anakin menjadi Jedi. Beberapa anggota Konsul menyangsikan informasi Qui-Gon karena mereka yakin Sith—yang merupakan musuh Jedi—sudah lama musnah. Namun, Master Yoda meminta semua Jedi untuk selalu waspada. Seluruh anggota Konsul termasuk Yoda dan Mace Windu menyatakan keberatan untuk menerima Anakin karena ia sudah terlalu tua untuk direkrut menjadi murid Jedi [Youngling]. Konsul menunda diskusi tentang masa depan Anakin dan meminta Qui-Gon serta Obi-Wan untuk mendampingi Ratu Amidala kembali ke planet Naboo. Sang Ratu menganggap para birokrat di Republik terlalu lambat dalam mengambil tindakan sehingga ia akan menyelesaikan masalah Naboo dengan caranya sendiri, meskipun itu berarti perang besar antara Naboo dan Federasi Dagang tidak bisa dihindari. Bahaya besar pun senantiasa mengintai karena Darth Maul bertekad untuk menghabisi para Jedi.

01 Story Logic

Dari segi konsep dan cerita, The Phantom Menace sudah logis sesuai dengan genrenya. Dalam berbagai kesemptan, sutradara George Lucas menyatakan bahwa Star Wars berbeda dengan Star Trek karena Star Trek adalah Fiksi Ilmiah, sedangkan Star Wars adalah Space Opera yang pada dasarnya merupakan sebuah film Aksi. Namun, penilaian Skywalker memeriksa pola Star Wars dan menyimpulkan bahwa Star Wars tetaplah sebuah Fiksi Ilmiah, meskipun mungkin kadar Ilmiah-nya jauh lebih rendah dibandingkan dengan kadar Fiksinya. Sebelum George Lucas merilis The Phantom Menace, argumennya mungkin dapat dipertimbangkan secara serius, tetapi setelah The Phantom Menace, George Lucas justru semakin memperjelas posisi Star Wars sebagai sebuah Fiksi Ilmiah melalui hadirnya sebuah konsep baru: Midichlorians. The Phantom Menace mencoba menjelaskan keajaiban-keajaiban dalam dunia Star Wars dengan cara Ilmiah yang sifatnya menyerupai proses revelation dari ilmuwan di dunia nyata ketika satu per satu keajaiban di alam semesta mulai dapat dipahami dengan cara non-religius. Posisi planet-planet dan keteraturan sistem galaksi yang lebih arbiter di dalam tiga seri asli Star Wars [the original trilogy] pun semakin diperjelas dalam The Phantom Menace [aspek politik] sehingga universe Star Wars semakin menyerupai universe Star Trek—yang sebetulnya tidak masalah dan tidak perlu dipermasalahkan, lagipula sebuah genre terbentuk dari adanya pola yang berulang.

George Lucas menyatakan bahwa Star Wars memiliki inti berupa Aksi. Dilihat dari pola cerita film ini, The Phantom Menace merupakan sebuah film Petualangan. Standar atau acuan genre Petualangan yang ideal dalam sistem penilaian Skywalker adalah Indiana Jones Raider of the Lost Ark. Apabila kita amati film Indiana Jones, jelas seali bahwa genre Petualangan sudah mengandung unsur Aksi sehingga tidak perlu membagi lagi genre The Phantom Menace menjadi sebuah film Petualangan dan Aksi karena Aksinya sudah dirangkum dalam Petualangan. The Phantom Menace sudah sesuai dengan genre Petualangan karena telah menampilkan perjalanan panjang [journey atau quest] karakter-karakternya menempuh lokasi-lokasi yang berbeda. Berbeda dengan perjalanan di dalam film Aksi, perjalanan di dalam film Petualangan adalah bagian penting dalam ceritanya dan mengubah banyak hal di dalam ceritanya. Sebagai contoh, terdapat Petualangan di dalam film Harry Potter and the Sorcerer’s Stone ketika Harry dan teman-temannya harus menelusuri ruangan rahasia di dalam Hogwarts. Namun, Petualangan ini bukanlah aspek yang sangat penting dan tidak benar-benar dieksplorasi—berbeda dengan Petualangan dalam film Eragon; yang mana Petualangan dalam Eragon sangat penting dalam mengubah sifat tokoh-tokohnya. The Phantom Menace telah memperlihatkan Petualangan Master Qui-Gon dan Obi-Wan menuju planet Naboo, kemudian menuju Tatooine. Petualangan mereka membuat alur cerita berkembang karena Qui-Gon menyelamatkan Jar-Jar Binks dan membebaskan Anakin di Tatooine. Dalam entry Star Wars berikutnya, Petualangan-Petualangan karakter kunci di dalamnya akan sangat menentukan karakter mereka yang akan mengubah jalannya cerita.

02 Story Consistency

Meskipun konsep film ini sudah logis sesuai dengan genrenya, alur cerita The Phantom Menace masih belum konsisten. Film ini mencoba mengeksplorasi permainan politik para senat, Federasi Dagang, serta Darth Sidious. The Phantom Menace mencoba memperjelas aturan universe Star Wars, tetapi di sisi lain harus mengeksplorasi kisah hidup Anakin Skywalker dan awal kemunculan kembali Sith Lord. Terdapat terlalu banyak dinamika cerita yang harus dieksplorasi dalam film ini. Bagaimana Federasi Dagang bisa memblokade Naboo dan apa alasan mereka sebenarnya [alibi, karena alasan sebenarnya adalah menjalankan perintah Sidious, tetapi tentunya mereka membutuhkan alibi yang kuat] belum dieksplorasi secara jelas—termasuk dinamika pemerintahan di Naboo karena terdapat kerajaan bawah laut, Gungan City. Dalam seri Justice League, pada sebuah episode yang berjudul The Enemy Below, Aquaman harus menghadiri Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membahas tentang wilayah kekuasaan Atlantis yang tidak diakui oleh hukum internasional. Dengan demikian, penonton dapat memahami panasnya situasi politik antara kaum Atlantis dengan umat manusia. Tentunya jika sebuah seri animasi anak-anak dapat memperlihatkan detil kecil yang penting ini, The Phantom Menace juga bisa melakukannya. Kalau tidak, maka tidak ada alasan bagi kemunculan kaum Gungan—yang artinya tidak ada alasan bagi kemunculan Jar-Jar Binks. Alur ceritanya dapat lebih dipusatkan lagi dengan menghapuskan cabang cerita Gungan dan mengandalkan kekuatan pasukan Naboo. Dengan demikian, kubu yang berperang akan menjadi jelas yakni antara Federasi dengan pasukan Naboo.

Dinamika politik dalam film ini juga kurang kuat, salah satunya adalah bagaimana cara kerja Senat yang dapat dengan mudahnya menggulingkan kepemimpinan Valorum. Jurisdiksi Republik dan Jedi pun belum dieksplorasi, sehingga belum begitu jelas posisi Jedi di dalam Republik dan mengapa Tatooine berada di luar hukum Republik [akan menjelaskan kenapa Qui-Gon tetap mau mendarat di Tatooine meskipun uang Republik tidak akan diterima sehingga sulit untuk membeli suku cadang]. Eksplorasi posisi Jedi yang kurang ternyata didampingi dengan eksplorasi Sith yang kurang. Maka, [spoiler] kemunculan Darth Maul tampak tanpa proses dan dapat dikalahkan dengan sagat mudah oleh Obi-Wan. Padahal, [spoiler] Darth Maul ditampilkan sebagai Sith yang perkasa dan berhasil mengalahkan Qui-Gon yang merupakan guru dari Obi-Wan. Penjelasan villain yang kurang dieksplorasi dalam film ini baru akan diperbaiki dalam seri berikutnya lewat kemunculan Count Dooko.

03 Casting Choice and Acting

Secara umum, aktor yang dipilih dalam film ini sudah baik karena berhasil memerankan karakter mereka sesuai deskripsinya. Terdapat berbagai kritik negatif yang ditujukan kepada aktor Jake Lloyd yang memerankan Anakin Skywalker dan Ahmed Best yang memerankan Jar-Jar Binks. Namun, kritik tersebut sebetulnya salah kaprah karena kedua aktor tersebut telah memerankan karakter mereka dengan baik sesuai dengan naskah yang diberikan. Dengan demikian, adapun kekurangan dalam hal akting umumnya bukan disebabkan oleh aktor yang tidak pandai akting, tetapi adanya kekurangan dalam dialog yang tidak konsisten. Menanggapi kasarnya [hostility] penggemar berat Star Wars dalam menghina Jake Lloyd dan Ahmed Best, aktor senior Mark Hamill yang merupakan pemeran Luke Skywalker ikut bersuara dan menyatakan bahwa kritik para penggemar tidak tepat diarahkan kepada para aktor karena mereka sudah mengikuti naskah dan deskripsi karakter mereka dengan baik. Hal serupa disuarakan oleh sutradara film Solo: A Star Wars Story, Ron Howard, dalam sebuah surat yang ia tujukan kepada majalah Newsweek [foto disertakan setelah paragraf ini]. Apabila ada kekurangan dalam hal naskah, tidak sepatutnya diutarakan kepada aktor. Kritik terhadap kru The Phantom Menace yang sangat kasar secara verbal hingga dapat dikategorikan sebagai harrasment, merupakan salah satu contoh fenomena kejahatan penggemar yang populer disebut sebagai Toxic Fanbase—dan fenomena ini bisa terjadi dalam basis penggemar apapun selain Star Wars.

04 Music Match

Tidak ada keluhan di pemilihan musik. Star Wars telah memiliki musik khas [signature score] yang telah populer sejak kemunculan Star Wars untuk pertama kalinya di tahun 1977.

05 Cinematography Match

Sinematografi dalam film ini sudah baik. Berbagai adegan Aksi telah ditampilkan dengan baik sehingga penonton dapat melihat seluruh detilnya dengan jelas. Adegan balapan pesawat di Tatooine dan adegan peperangan telah diperlihatkan dari sudut-sudut terbaik sehingga tampak spektakuler dan menguatkan seberapa besar skala film ini.

06 Costume Design

Tidak ada keluhan dalam poin pemilihan kostum.

07 Background/Set Match

Tidak ada keluhan dalam pemilihan latar belakang dan properti yang digunakan. Adegan-adegan yang direkam di lokasi nyata sudah tampak baik. Untuk adegan-adegan yang direkam di sudio menggunakan layar biru, sebenarnya sudah baik untuk standar 1999. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam poin berikutnya.

08 Special and/or Practical Effects

Jika kita menilai efek komputer film ini dengan standar 2020 ke atas, maka akan tampak berbagai frame yang masih terlihat kasar atau palsu dibandingkan dengan film Marvel seperti Endgame di tahun 2019. Namun apabila kita menilai film ini sesuai dengan masanya, 1999, maka dapat disimpulkan bahwa efek komputer dalam The Phantom Menace sudah baik. Hasil presentasi film ini pun sudah baik.

09 Audience Approval

Tanggapan penonton The Phantom Menace terbagi menjadi dua yang sama-sama kuatnya. Fenomena ini bahkan menyebabkan munculnya dua kubu penggemar Star Wars yang berbeda yakni The Original Trilogy Fans dan The Prequel Fans. Terdapat banyak penggemar Original Trilogy yang mengaku membenci The Phantom Menace, tetapi banyak penggemar yang diam-diam mendukung The Phantom Menace. Hal ini dibuktikan dengan tingginya pendapatan box office film ini. Kasus serupa dialami oleh film Avatar yang mendapat kritikan pedas dari banyak kalangan hingga memunculkan tren ‘fun to hate or cool to hate Avatar—menyenangkan atau keren kalau membenci Avatar’ tetapi pada kenyataannya film tersebut menjadi film terlaris sepanjang masa [sampai artikel ini dirilis] yang bahkan gagal dikalahkan oleh Avengers: Endgame bahkan setelah ada kampanye penggemar Endgame menonton ulang filmnya di boskop 5 sampai 7 kali, sementara tidak ada kampanye semacam itu ketika Avatar dirilis.

10 Intentional Match

The Phantom Menace, terlepas dari tanggapan penonton dan kritikus, tampaknya berhasil memenuhi visi sang pencipta yakni George Lucas. Ia mengaku lebih menikmati proses pembuatan The Phantom Menace karena sudah familier dengan ceritanya dan tidak perlu terlalu khawatir tentang adanya adegan yang terlalu spektakuler karena sudah ada teknologi CGI yang bisa membantunya—teknologi yang belum maju ketika ia merilis Star Wars pada 1977 sehingga ia sebenarnya belum puas dengan film Original buatannya sendiri. Dalam The Phantom Menace, George dapat melakukan apa saja yang dahulu tidak bisa atau mustahil ia lakukan. Dari segi cerita, The Phantom Menace juga sudah memenuhi ekspektasi karena prequel Star Wars ini dimaksudkan untuk membuat Anakin Skywalker menjadi hero agar dapat memperlihatkan tragedi perubahan seorang hero menjadi villain.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

01 Skywalker’s Schemata

Saya tahu betul bahwa Star Wars merupakan sebuah franchise yang besar. Maka, saya akhirnya memutuskan untuk menonton serial film ini. Saya cukup bingung karena Episode IV terlihat sangat tua dibandingkan dengan Episode I. Saya pun baru tahu kalau Episode IV sebenarnya adalah film pertama Star Wars yang diganti judulnya setelah trilogi prequel dirilis. Saya tidak akan berbohong, saya sama sekali tidak menyukai Star Wars Episode IV. Satu-satunya entry dalam Original Trilogy yang saya sukai adalah Episode V: Empire Strike’s Back. Saya merasa Episode IV seperti “kehilangan” sesuatu: Latar Belakang. Film itu seperti mulai dari tengah-tengah tanpa ada eksplorasi mengenai latar belakangnya lebih dulu. Setelah saya menonton Star Wars Episode I-III, barulah Episode IV menjadi masuk akal. Saya berkenalan dengan Star Wars melalui Prequel Trilogy, sehingga saya tidak menyukai penggemar Original Trilogy yang terlalu berlebihan menghina The Phantom Menace, Attack of the Clones, dan Revenge of the Sith. Apabila “I am your father” berhasil membuat penonton generasi 1970-an terkaget-kaget, saya sebagai generasi 2000-an terkaget-kaget ketika melihat [Spoiler] Anakin Skywalker menjadi Darth Vader karena saya sama sekali tidak tahu bahwa Anakin akan berubah menjadi villain. Perasaan semacam inilah yang gagal dipahami oleh generasi yang lebih tua yang menghina Prequel Trilogy. Saya sebagai penggemar Prequel pun sebenarnya tidak menyukai Original Trilogy dan lebih tidak menyukai Sequel Trilogy, tetapi saya merasa tidak perlu marah-marah sampai menyerang para aktornya.

Salah satu alasan George Lucas menjual LucasFilm adalah karena para penggemar Original Trilogy yang mendewakan Star Wars Episode IV-VI dan mencaci maki karya George lainnya. Saya pun menyaksikan sediri adanya penyesalan dari penggemar yang selama ini menghina Prequel Trilogy ketika ternyata Sekuel yang dikerjakan oleh Disney justru lebih rendah kualitasnya ketimbang Prequel karena Sekuel Star Wars bertolak belakang dengan aturan universe yang sudah dibangun sebelumnya. Apabila Prequel Trilogy memvalidasi atau memperkuat posisi Original Trilogy, Sekuelnya yang dimulai dengan The Force Awakens justru menegasi keenam film sebelumnya. Saya pun sempat membuat kesimpulan bahwa pembenci Prequel adalah mereka yang menonton Star Wars original semasa kecil dan gagal tumbuh dewasa, seperti kasus Anton Ego dalam film Ratatouille yang menyantap Ratatouille dengan bahagia karena mengingatkannya pada masa kecilnya. Namun saya di sini tidak akan mempermasalahkan tentang penggemar Star Wars, toh pada akhirnya kita semua sama-sama penggemar. Saya hanya mencoba menilai film ini seobjektif mungkin karena memang tidak ada yang sempurna di dunia ini. Apabila sebuah film itu jelek, saya akan berusaha memberikan argumen dengan bukti yang memvalidasi pernyataan saya, lalu selesai. Saya merasa tidak perlu terus-terusan menyuarakan kebencian saya di semua platform. Saya tidak menyukai remake live-action Disney. Yang saya lakukan adalah menonton ulang film-filmnya, mempelajari kembali sejarahnya, dan menuliskan argumen-argumen saya mengapa remake tersebut kualitasnya jelek. Namun setelah itu saya tidak berkomentar terus menerus di YouTube atau forum karena saya mengkritik menggunakan Logika, bukan menggunakan Perasaan. Berkali-kali saya berhadapan dengan orang yang membenci Avatar, Titanic, Gone with the Wind, tetapi alasan mereka dapat disimpulkan menjadi “saya tidak suka, berarti jelek—well, I don’t like it, it must be trash atau seru dan keren kalau kita membenci sebuah hal yang populer dan membuat kita tampak sophisticated—it’s fun and cool to hate something popular so we seem to be more sophisticated”. Dengan pola pikir yang seperti itu, saya merasa sia-sia berdiskusi dengan mereka—to talk to them is a waste of time. The Phantom Menace is a fun movie that is even more sophisticated than its original predecessors—and admit it, better special effects.

02 Awards

The Phantom Menace memperoleh beragam nominasi khususnya untuk efek visual, tetapi tidak berhasil memenangkan nominasi tersebut. Selain itu, film ini justru mendapatkan 7 nominasi dalam Golden Raspberry Award. Sebagai film yang menampilkan efek visual memukau untuk standar 1999, kekalahan bertubi-tubi The Phantom Menace dalam kategori Best Visual Effects membuat kekalahan ini menjadi catatan buruk yang sangat mencederai citra The Phantom Menace. Maka, saya memutuskan untuk mengurangi poin Awards dari film ini.

03 Financial

Dari dana sebesar $115 juta, film ini berhasil menjual tiket sebesar $924 juta dan menjadikannya film terlaris tahun 1999. Setelah dirilis ulang dalam format 3D pada tahun 2012, pendapatan The Phantom Menace menjadi $1.2 miliar. Film ini juga sukses besar di pasar penjualan DVD. Pada bulan April tahun 2000, kaset pita VHS The Phantom Menace dirilis dan 4.5 juta kopi VHS edisi reguler terjual hanya dalam waktu dua hari, sementara versi Spesial terjual sebanyak 500.000 kopi. Pada bulan Oktober 2001, film ini dirilis dalam format DVD dan menjadi film Star Wars pertama yang dirilis dalam DVD. Pada minggu pertamnya, DVD The Phantom Menace terjual sebanyak 2.2 juta kopi.

Star Wars Ep. I: The Phantom Menace (1999) Theatrical Performance

Domestic Box Office

$474,544,677

Details

International Box Office

$552,500,000

Details

Worldwide Box Office

$1,027,044,677

Further financial details...

04 Critics

The Phantom Menace mendapatkan tanggapan beragam dari kritikus. Secara umum, kritikus film menilai negatif naskah film ini tetapi memuji akting serta efek visual yang disajikan.

05 Longevity

Star Wars Episode I: The Phantom Menace tetap populer bahkan setelah berusia lebih dari 10 tahun. Ketika film ini baru dirilis, tanggapan positif masih dapat didengar dengan jelas. Seiring berjalannya waktu, tanggapan negatif terdengar semakin jelas dan mengalahkan tanggapan-tanggapan yang positif. Namun setelah Disney merilis Star Wars Episode VII, VIII, dan IX, masyarakat yang sebelumnya memberikan tanggapan negatif terhadap The Phantom Menace pun perlahan-lahan mulai mengapresiasi seri Prequel karena tetap memberikan nuansa Star Wars yang dikerjakan oleh George Lucas dan tidak kontradiktif dengan Original Trilogy. Dapat disimpulkan bahwa seiring berjalannya waktu, tanggapan penonton yang dulunya negatif berangsur-angsur menjadi lebih positif.

Final Score

Skor Asli                     : 8.5

Skor Tambahan           : -1/2

Skor Akhir                  : 8/10

***

Spesifikasi Optical Disc

[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]

Judul               : Star Wars Episode I: The Phantom Menace [2011 Blu-ray Version]

Rilis                 : 16 September 2011

Format             : Blu-ray Disc [||]

Kode Warna    : A

Fitur                : Audio commentary

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

Keterangan Support:

[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]

[Support VCD, DVD, Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]

[Support Semua Termasuk 4K]

STREAMING

Amazon VOD:

Amazon VODAmazon VOD (Plus Bonus Content)Amazon 4K UHD VOD

iTunes:

iTunes

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

Edisi Review Singkat+PLUS

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda Review Singkat+PLUS di bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.

Skywalker Hunter adalah alias dari Nabil Bakri

Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers

©1999/20th Century Fox, LucasFilm/SWI The Phantom Menace/All Rights Reserved.