Review Film Final Destination (2000) Akibat Menantang Malaikat Maut [What Would Happen If You Cheated Death]
Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter
“We
say that the hour of death cannot be forecast. But when we say this, we imagine
that the hour is placed in an obscure and distant future. It never occurs to us
that it has any connection with the day already begun, or that death could
arrive this same afternoon - this afternoon which is so certain, and which has
every hour filled in advance.”—Tod Waggner
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
Genre : Horror
Supranatural
Rilis :
Domestic Releases: |
March 17th, 2000 (Wide) by New Line |
MPAA Rating: |
R for violence and
terror, and for language |
Sutradara : James Wong
Pemeran : Devon
Sawa, Ali Larter, Kerr Smith, Tony Todd
Episode : -
Sinopsis
Alex
Browning dan teman-teman sekolahnya akan melakukan karyawisata [fieldtrip] ke
Paris pada tanggal 13 Mei 2000. Mereka berangkat dari bandara John F. Kennedy
menggunakan pesawat Boeing 747 Volée Airlines Flight 180. Sebelum pesawat lepas
landas, Alex tertidur dan mengalami mimpi yang mengerikan. Ia bermimpi bahwa
pesawat yang ia tumpangi akan mengalami kecelakaan, meledak di angkasa dan
menewaskan semua orang termasuk dirinya. Ketika terbangun, Alex merasa terkejut
dan ketakutan karena mimpinya terasa sangat nyata. Ia pun menyaksikan
tanda-tanda yang sama persis dengan yang muncul di dalam mimpinya. Alex pun
yakin bahwa pesawat itu benar-benar akan mengalami kecelakaan dan ia memberi
tahu teman-temannya sehingga mengakibatkan kepanikan. Beberapa temannya memaksa
Alex untuk tenang, tetapi Alex sangat yakin bahwa pesawat itu akan mengalami
kecelakaan. Akhirnya, petugas mengeluarkan Alex dari pesawat bersama beberapa
teman yang terlibat dalam keributan yakni sahabat Alex, Tod Waggner, dan teman
sekelas Alex, Carter Horton dan kekasihnya Terry Chaney, Billy Hitchcock, serta
Clear Rivers. Salah seorang guru yang bernama Valerie Lewton memutuskan untuk
mendampingi siswa yang diturunkan dari pesawat dan akan ikut dalam penerbangan
selanjutnya. Miss Valerie mencoba menenangkan Alex dan menanyakan apa yang
sebenarnya terjadi. Remaja itu masih yakin bahwa pesawat akan meledak karena
mimpi yang dia alami terasa seperti nyata—sebuah penglihatan [a vision or
premonition]. Carter dan Billy masih tidak percaya kepada Alex dan justru
merasa semakin kesal karena perjalanan mereka harus ditunda karena alasan yang
konyol. Mereka akhirnya kembali terlibat perkelahian, tetapi tak lama setelah
pesawat Volée Airlines Flight 180 lepas landas, pesawat itu benar-benar meledak.
Sebelum
diizinkan pulang, Alex dan teman-temannya diselidiki oleh dua agen FBI, agen
Weine dan agen Schrek. Menurut pengakuan Tod, ia turun dari pesawat karena ia
adalah sahabat Alex dan diminta oleh kakaknya untuk turun mendampingi Alex.
Kakaknya ikut terbang dengan Volée Airlines Flight 180. Carter, Terry, dan
Billy, terpaksa ikut diturunkan karena terlibat dalam sebuah keributan dalam
upaya membungkam Alex agar tidak bicara tentang pesawat meledak. Miss Valerie
ikut mendampingi selaku guru sementara guru lainnya ikut terbang dan mengalami
kecelakaan. FBI mencurigai Alex dan Clear; mereka ingin tahu bagaimana Alex
bisa mengetahui secara akurat bahwa pesawat akan meledak dan mengapa Clear ikut
turun dari pasawat. Padahal, Clear sama sekali tidak terlibat dalam
keributan—ia ikut turun dengan sukarela mengikuti Alex dan yang lainnya. Pihak
sekolah mengadakan upacara peringatan untuk mengenang seluruh siswa dan guru
yang menjadi korban dalam kecelakaan pesawat tersebut. Tod yang merasa sangat
kehilangan kakanya diminta untuk memberikan pidato. Di akhir upacara, Alex
meminta Tod untuk kembali berteman dan menghabiskan waktu bersama seperti
biasanya. Tod menyetujui permintaan Alex dan berencana mengajaknya berwisata,
tetapi Tod meminta Alex untuk menunggu ayahnya membaik terlebih dulu karena
terpukul setelah puteranya tewas dalam kecelakaan. Orang-orang, entah mengapa,
justru mengaggap Alex bersalah. Padahal, ia justru telah menyelamatkan 6 nyawa
dari kecelakaan tersebut.
Di malam harinya, Alex mendapatkan sebuah petunjuk dari sobekan majalah yang bertuliskan nama Tod. Ia pun bergegas mendatangi rumah sahabatnya. Di dalam kamar mandi di rumah Tod, terjadi kebocoran air secara misterius yang menyebabkan Tod terpeleset dan lehernya terjerat kabel dari tirai kamar mandi. Ia berusaha melepaskan diri, tetapi ia ada di dalam bathub yang sangat licin akibat tumpahan sabun dan kabel itu mengencang dengan sendirinya. Sebisa mungkin Tod berusaha melepaskan kabel itu dan berusaha meraih sebuah gunting, tetapi usahanya sia-sia karena kabel tersebut secara misterius menjadi semakin kencang hingga mencekik Tod sampai tewas. Pihak keluarga dan kepolisian menduga kematian Tod adalah akibat bunuh diri. Ayah Tod menyalahkan kejadian tersebut kepada Alex. Menurutnya, Alex menyebabkan Tod tenggelam dalam kesedihan akibat tewasnya sang kakak hingga ia memutuskan untuk bunuh diri. Namun, Tod bersikeras bahwa Tod tidak mungkin bunuh diri. Ia menjelaskan bahwa Tod dan dirinya baru saja membuat rencana untuk berwisata bersama dan tidak ada tanda-tanda depresi yang membuat Tod ingin bunuh diri—justru ayah Tod-lah yang masih tenggelam dalam kesedihan. Kemunculan Alex di rumah Tod tepat saat Tod tewas membuat FBI semakin mencurigai Alex. Pemuda itu terkejut melihat Clear juga berada di rumah Tod tepat saat Tod tewas. Menurut Clear, ia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Tod. Mereka lantas mendatangi rumah pemakaman untuk melihat keadaan jasad Tod. Di sana, mereka bertemu dengan pengurus jenazah yang bernama William Bludworth. Ia menjelaskan bahwa terdapat bekas usaha menyelamatkan diri di tubuh Tod, menandakan bahwa Tod sebenarnya tidak bunuh diri melainkan dibunuh. Bludworth menjelaskan bahwa Alex dan teman-temannya telah berbuat curang kepada kematian [cheated death] yang menentang takdir. Maka, ia memperingatkan, kematian akan menuntut balas secepatnya. Mereka yang lolos dari takdir kematian akan tetap dibunuh satu per satu. Apa yang harus Alex lakukan?
“You have to realize that we're just a mouse
that a cat has by the tail. Every single move we make, from the mundane to the
monumental, the red light that we stop at or run, the people we have sex with
or want with us, the airplanes that we ride or walk out of, it's all part of
death's sadistic design. Leading to the grave.”—Bludworth
01 Story Logic
Logika
dan konsep film ini sudah baik sesuai dengan genrenya. Baik Logika cerita
Horror dan Supranatural yang membentuk genre Horror Supranatural telah
disajikan dengan baik. Dalam Final Destination, konsep cerita yang diangkat
pada dasarnya tergolong sangat logis karena case
yang ditampilkan tidak terlalu mengada-ada [not
too far-fetched] karena menceritakan tentang kematian dan penglihatan [premonition] atau firasat, yang percaya
atau tidak percaya sering ditemui dalam kehidupan nyata. Hanya saja, Final
Destination mengambil case dalam kehidupan nyata tersebut dan membawanya ke
ranah yang ekstrem. Horror dalam Final Destination terletak pada ketakutan akan
kematian dan ketidaktahuan akan kapan dan bagaimana seorang karakter akan
tewas. Sementara itu, sisi Supranatural film ini ada pada konsep kematian itu
sendiri—bukan sebatas kisah hantu atau iblis, tetapi benar-benar melibatkan
unsur Supranatural yang cenderung religius karena menyangkut takdir [Fate]
manusia; manusia tidak bisa mencurangi kematian [people cannot cheat death]
karena umur seseorang telah digariskan [for everything is predetermined] dalam
desain kehidupan [the grand design of life].
Meskipun
konsep dan narasi film ini secara keseluruhan sudah logis sesuai dengan
genrenya, ada beberapa masalah dalam detil ceritanya yang kurang logis.
Misalnya, respons teman-teman Alex yang sudah “diselamatkan” olehnya tampak
tidak logis karena beberapa dari mereka sampai membenci Alex. Respon Miss
Valerie pun tampak kurang logis ketika ia juga “menyalahkan” Alex, padahal ia
adalah seorang guru yang seharusnya dapat bersikap lebih dewasa. Sejak awal,
Miss Valerie sudah digambarkan sebagai seorang guru yang ramah dan
bertanggungjawab [ia rela menunda keberangkatan, tidak memarahi Alex, dan
mencoba menenagkan Alex setelah turun dari pesawat] sehingga perilakunya yang
bertolak belakang dengan perilaku sebelumnya menjadi kurang logis. Respons Tod
sudah logis dan dapat dimengerti, tetapi respons ayahnya kurang logis karena ia
juga “menyalahkan” Tod, bukannya berterima kasih karena telah menyelamatkan
salah satu dari dua puteranya. Respons Alex dan kedua orangtuanya pun tampak
kurang mengalami kejutan meskipun mereka telah mengalami sebuah peristiwa yang
sangat mengejutkan—bahkan kedua orangtua Alex tampak tertidur sewaktu
menyaksikan berita pesawat yang jatuh. Dalam keadaan yang wajar, mustahil
seseorang dapat menjadi tenang dalam waktu singkat setelah mengalami peristiwa
yang mengejutkan. Karena korban dalam pesawat adalah teman-teman Alex, besar
kemungkinan kedua orangtuanya juga mengenal murid-murid tersebut atau orangtua
mereka. Cara FBI merespons situasi juga sebenarnya kurang logis, ditambah
gerak-gerik Alex yang justru bertingkah mencurigakan setelah ia dicurigai oleh
FBI. Meski terdapat permasalahan dalam detilnya, permasalahan ini tidak merusak
logika konsepnya secara keseluruhan.
02 Story Consistency
Secara
umum, alur cerita Final Destination sudah konsisten. Namun, terdapat beberapa
bagian yang masih kurang konsisten. Rencananya, film ini ditutup dengan Alex
dan Clear yang memiliki bayi. Alex mengorbankan nyawanya agar urutan kematian
terganggu dan Clear selamat. Dengan “menciptakan” kehidupan berupa seorang
anak, Alex juga sebenarnya telah “mencurangi” kematian sekali lagi karena
sebagian dari diri Alex tetap hidup dalam diri bayinya. Pada akhirnya, adegan
penutup ini dihapus dan diganti dengan adegan yang resmi disertakan dalam hasil
akhir filmnya. Sebelum Final Destination dirilis, pihak studio mengadakan uji
coba [test screening] dengan menghadirkan anak-anak remaja untuk menonton
filmnya dan memberikan respons mereka; catatan dari respons ini akan digunakan
untuk memperbaiki filmnya sebelum dirilis. Salah satu respons negatif adalah
adegan penutup yang menunjukkan bahwa Alex dan Clear memiliki seorang bayi.
Adegan itu kemudian diganti. Adegan Alex dan Clear memiliki bayi memang tampak
tidak konsisten dengan keseluruhan filmnya, tetapi sebenarnya bukan dalam hal
narasi melainkan dalam hal tone atau nuansa filmnya secara keselurhan. Penutup asli Final Destination, apabila
diamati, sebenarnya lebih konsisten secara narasi karena membuat konsep
kematian dan perbuatan curang terhadap kematian menjadi “baku” atau terikat
sebuah aturan tertentu—yakni rantai kematian akan putus jika urutan kematian
dilompati. Dalam versi awal, Clear sehausnya tewas lebih dulu, tetapi Alex
mengorbankan nyawanya dan rantai kematian pun berhasil dipatahkan. Alex yang
seharusnya mati muda tanpa keturunan pun lagi-lagi mencurangi kematian karena
ia memiliki seorang bayi. Masalahnya, tone atau nuansa adegan penutup ini memang
bertolak belakang dengan tone keseluruhan filmnya. Bagian penutup yang baru
telah berhasil melanjutkan konsistensi tone atau nuansa filmnya, tetapi
sebenarnya kurang konsisten dalam hal narasi karena membuat aturan tentang
kematian dan rantai kematian menjadi lebih ambigu.
03 Casting Choice and Acting
Para
pemeran yang dipilih dalam film ini sudah baik karena berhasil memerankan
karakter mereka sesuai dengan deskripsinya masing-masing. Devon Sawa berhasil
memerankan karakter Alex yang merupakan siswa “biasa-biasa saja [ordniary]”
yang secara tiba-tiba menjadi extra-ordinary karena memiliki premonition
tentang bencana pesawat terbang yang menimpa dirinya dan teman-teman
sekelasnya. Sawa juga berhasil memerankan sosok Alex baik ketika ia masih
memiliki sifat penuh keragu-raguan [reserved] menjadi lebih berani dan percaya
diri. Aktris Ari Larter memerankan Clear yang penyendiri dengan baik, Seann
William Scott memerankan karakter Billy yang menyerupai karakternya sebagai
Stiffler dalam seri American Pie dengan
baik. Pemeran lainnya secara umum juga telah berakting dengan baik.
04 Music Match
Musik dalam film ini sudah baik karena berhasil mendukung nuansa ceritanya; tidak ada pilihan musik yang terkesan tidak pada tempatnya. Album musik pengiring dari Final Destination sendiri mendapatkan respons yang positif dari kritikus.
[EN]The score is mostly low-key, with the exception of the
suspense and death scenes.[23] It was
performed by a union orchestra, obliging New Line Cinema to grant the film its
own score.[21][22][23] Walker
described her score as "very theme-driven, conservative music that covers
the range from bizarre animal noises with stronger visceral impact to stirring
emotional music with well-defined melodies that evolve through the
storytelling".[22] The
"Main Title" piece, used for the opening credits, was rare for
opening a film aimed at a youth audience at the time. "What a treat for me
to get to write a piece that calls you into the movie and lets you know
something bad is going to happen from the get-go", Walker said.[23] According to
Walker, "Main Title" consumed most of her time, due to its "dark
theme and counter-melody which carries throughout the score".[23]
[ID]Musik dalam film ini
umumnya bernada rendah, tapi dengan pengecualian adegan tegang dan adegan
kematian. Musiknya dimainkan oleh sebuah orkestra, jadi New Line Cinema harus
merilis album musik film ini secara terpisah. [Shirley] Walker [musisi Final
Destination] menggambarkan musiknya sebagai musik yang “sangat bergantung pada
tema, musik konservatif yang cakupannya sangat luas meliputi suara-suara
binatang yang aneh dengan kemampuan membuat merinding, sampai dengan musik yang
mengaduk-aduk perasaan dengan melodi yang jelas dan berkembang seiring
berjalannya cerita.” Musik utama yang dijadikan sebagai pembuka dari film ini
adalah jenis musik yang tidak umum digunakan sebagai musik pembuka dalam
film-film yang menyasar kalangan penonton remaja. “Senang sekali saya bisa
menulis musik pembukaan sebuah film dan langsung memberi tahu kamu bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi,” ungkap Walker. Menurutnya, musik utama film
ini memerlukan waktu pengerjaan yang paling lama karena memiliki tema yang
gelap dan musik ganda/pengiring musik utama yang muncul di sepanjang musik
utama tersebut. [sumber tertera pada angka yang mengandung hyperlinkditerjemahkan
oleh Nabil Bakri]
05 Cinematography Match
Sinematografi
dalam film ini sudah baik, terutama dalam memperlihatkan detil rangkaian
kejadian yang membawa seorang karakter menuju kematian. Sebagai contoh, kamera
fokus pada saluran air kakus yang bocor di dalam kamar mandi Tod, menampilkan
sebuah detil yang tidak disadari olehnya hingga akhirnya ia terpeleset dan
terjerat kabel tirai. Berbagai detil kecil yang menjadi fokus kamera ini sangat
mendukung jalannya cerita yakni: tidak ada unsur kebetulan di dalam kematian,
semuanya sudah direncanakan sedetil mungkin. Di dalam film ini pun tidak ada
fokus kemera yang mengindikasikan adanya sosok “makhluk halus” secara terus
menerus karena memang “kematian” di dalam film ini bukan disebabkan oleh hantu
yang menyeramkan, tetapi oleh takdir itu sendiri.
06 Costume Design
Tidak
ada keluhan dalam poin pemilihan kostum. Kisah dalam Final Destination terjadi
pada tahun 2000, bersamaan dengan waktu filmnya dirilis. Maka, kostum yang
dikenakan adalah pakaian sehari-hari masyarakat era akhir 1990-an. Pakaian yang
dikenakan oleh para siswa dan orang dewasa dalam film ini sudah sesuai dengan
gaya busana pada akhir 1990-an dan awal 2000-an.
07 Background/Set Match
Tidak
ada keluhan dalam pemilihan latar belakang.
08 Special and/or Practical Effects
Tidak
ada keluhan dalam penggunaan efek komputer. Presentasi film ini pun sudah baik
karena pencahayaannya tidak terlalu gelap sehingga penonton tetap bisa melihat
setiap detil kejadiannya. Pencahayaan yang relatif “cerah” ini sebenarnya
mendukung konsep cerita bahwa film ini bukan film hantu dan kecerahan tersebut
sangat mencirikan era 1990-an hingga awal 2000-an [bahkan film Freddy's Dead: The Final Nightmare yang
dirilis tahun 2001 dan Freddy vs Jason
yang dirilis pada 2003 tampak lebih “cerah” dibandingkan film pertamanya].
09 Audience Approval
Mayoritas
penonton memberikan tanggapan yang positif untuk film ini. Sebagaimana telah
dibahas dalam poin Konsistensi Cerita, film ini sebelumnya dipertontonkan
kepada test audience untuk melihat bagaimana reaksi mereka. Final Destination
merupakan sebuah Horror Supranatural yang berbeda dengan The Omen atau The Exorcist
karena sengaja dibuat untuk menyasar kalangan penonton anak muda [remaja]—maka
alur ceritanya memang tidak akan semendalam The
Omen yang lebih “dewasa”. Berdasarkan reaksi penonton uji coba, penonton
bioskop, dan opini penonton, dapat disimpulkan bahwa Final Destination
mendapatkan tanggapan yang positif.
10 Intentional Match
Poin
ini secara langsung menyambung poin Konsistensi Cerita dan Audience Approval.
Final Destination tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi sebuah film yang
memiliki makna yang sangat dalam. Film ini diciptakan dengan mengangkat
fenomena yang umum dan memelintirnya ke arah yang ekstrem untuk menghibur
penonton. Demi mewujudkan tujuan ini, adegan penutup yang secara narasi sudah
konsisten dengan konsep ceritanya tetap diganti demi memenuhi keinginan
penonton yang ingin nuansa Final Destination tetap konsisten—tidak boleh ada
momen yang terlalu menurunkan kadar ketegangannya.
“In death there are no accidents, no
coincidences, no mishaps, and no escapes.”—Bludworth
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
01 Skywalker’s Schemata
Saya
sudah beberapa kali menonton Final Destination dan tentunya pengalaman menonton
film ini tidak semenarik ketika menontonnya untuk pertama kali. Film-film yang
mengedepankan ketegangan seperti ini memang umumnya hanya menarik disaksikan
satu kali dan akan terus berkurang kesan menariknya jika sering ditonton ulang.
Hal ini karena nilai jual film ini, yakni ketegangan atas ketidaktahuan, telah
habis setelah penonton melihatnya untuk pertama kali. Ini bukan berarti filmnya
jelek, tetapi hal ini sangatlah wajar untuk film-film Horror dan Thriller. Maka
dalam memberikan komentar, saya akan menggunakan perpektif ketika saya pertama
kali menonton film ini. Beruntung, saya baru menonton Final Destination untuk
pertama kali sekitar tahun 2019—ketika saya sudah dewasa. Menurut saya, Final
Destination merupakan salah satu film Horror Supranatural terbaik yang pernah
dibuat. Saya menyukai cara film ini menggunakan sebuah konsep yang sangat dekat
dengan realita dan mengarahkannya ke jalur yang ekstrem tetapi tanpa melibatkan
hantu atau iblis. Dalam kehidupan sehari-hari, sering sekali kita jumpai orang
yang mendapat firasat atau bermimpi tentang kejadian yang akan datang—meskipun
tidak semuanya negatif. Film ini pun memiliki konsep firasat seseorang yang
benar-benar didokumentasikan oleh departemen kepolisian Amerika Serikat yakni
seorang Intuitive Investigator bernama Pam Coronado[temukan
dalam LinkedIn]—yang kemudian ditampilkan dalam dokumenter Blu-ray Final
Destination dan menjelaskan keterlibatan FBI dalam cerita Final Destination.
Saya juga menyukai konsep “ketiadaan penjahat” dalah Final Destination; karena
apabila diamati, sebenarnya tidak ada “penjahat” di dalam film ini. Mereka yang
“dibunuh” satu per satu bukanlah orang yang dipilih secara acak atau asal
dibunuh, melainkan orang yang memang sudah ditakdirkan untuk meninggal di dalam
sebuah kecelakaan pesawat—namun berhasil selamat. Karena menentang takdir,
mereka pun dipaksa menghadapi takdir mereka. Alex dan teman-temannya harus mati
bukan karena mereka dihantui oleh iblis, tetapi karena memang sudah waktunya
bagi mereka untuk mati. Final Destination
is a well-crafted Supranatural Horror aimed at teenagers but can actually
enthrall adults and film lovers in general. It is one of the finest Horror films
I have ever seen in my entire film-scrutinizing life.
02 Awards
Final
Destination memenangkan beberapa penghargaan yang penting untuk disebutkan yakni memenangkan Best Horror Film dan Best Performance by a
Younger Actor untuk Devon Sawa dari Saturn Award, serta Breakthrough
Performance – Female untuk Ali Larter dari Young Hollywood Awards.
03 Financial
Final
Destination sukses secara finansial. Dari dana sebesar $23 juta, film ini
berhasil menjual tiket sebesar $112 juta.
Final
Destination
(2000) Theatrical Performance |
||
Domestic
Box Office |
$53,302,314 |
|
International
Box Office |
$58,734,556 |
|
Worldwide
Box Office |
$112,036,870 |
|
04 Critics
Tanggapan
dari kritikus terpecah menjadi dua dan mereka yang memberikan tanggapan negatif
bena-benar vokal dalam menyuarakan pendapat mereka.
05 Longevity
Setelah
berusia lebih dari 10 tahun, film ini masih tetap populer dan relevan karena
tanggapan penonton generasi baru masih tetap positif. Kesuksesan dan
popularitas film ini pun memungkinkan Final Destination menjadi sebuah
franchise.
Final Score
Skor
Asli : 9.5
Skor
Tambahan : -1/2
Skor
Akhir : 9/10
***
Spesifikasi Optical Disc
[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]
Judul : Final Destination
Rilis : April 2009
Format : Blu-ray Disc [||]
Kode
Warna : A/FHD
Fitur : Audio commentary, deleted
scenes, test screening, documentary on Pam Coronado, trailers
Support : Windows 98-10 [VLC Media Player],
DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].
Keterangan Support:
[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]
[Support VCD, DVD,
Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]
[Support Semua
Termasuk 4K]
***
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan
standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review
Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
Edisi Review Singkat+PLUS
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda
Review Singkat+PLUS di
bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel
tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.
Skywalker Hunter adalah alias
dari Nabil Bakri
Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers
images ©2000/New Line Cinema/Final Destination/All Rights Reserved.
images ©2000/New Line Cinema/Final Destination/All Rights Reserved. |