Review Film Scream (1996) Serangan Psikopat Bertopeng [The Horror Nerd Terror]

 

©1996/Dimension Films/Scream/All Rights Reserved.

Review Film Scream (1996) Serangan Psikopat Bertopeng [The Horror Nerd Terror]

Oleh Nabil Bakri atau Skywalker Hunter

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Horror—Komedi

Rilis                 :

Domestic Releases:

December 20th, 1996 (Wide) by Miramax

International Releases:

February 14th, 1997 (Wide) (Australia)
May 28th, 2020 (Wide) (
New Zealand)

Video Release:

December 8th, 1998 by Dimension Home

MPAA Rating:

R for strong graphic horror violence and gore, and for language

Durasi             : 111 menit

Sutradara       : Wes Craven

Pemeran         : David Arquette, Neve Campbell, Courteney Cox, Matthew Lillard, Rose McGowan, Skeet Ulrich, Drew Barrymore

Episode           : -

©1996/Dimension Films/Scream/All Rights Reserved.

Sinopsis

Casey Becker sedang sendirian di dalam rumahnya. Ia tengah bersiap menonton film dan membuat popcorn sembari menunggu kekasihnya, Steve Orth, untuk datang. Tiba-tiba, telepon berdering. Seorang pria misterius menelepon Casey dan menanyakan berbagai pertanyaan seputar film Horror. Menurut dugaan Casey, pria misterius itu adalah salah satu temannya yang sedang berbuat usil (prankster). Gadis itu beberapa kali menutup telepon, tetapi lelaki itu terus saja menghubunginya. Lama kelamaan, Casey mulai merasa jengkel dan mengancam akan meminta kekasihnya untuk menghajar lelaki misterius itu. Namun, si lelaki misterius telah mengetahui kehidupan pribadi Casey dan tahu bahwa Steve akan datang. Mendengar ancaman dari Casey, lelaki itu meminta Casey melihat ke luar rumah. Ternyata, si penelepon misterius telah menangkap Steve dan mengikatnya di sebuah kursi. Penelepon itu menawarkan sebuah permainan tanya-jawab, tetapi Casey gagal menjawab salah satu pertanyaan. Akibatnya, penelepon misterius itu membunuh Steve dan kini mengincar Casey. Gadis itu berusaha melarikan diri, tetapi ia akhirnya berhasil dibunuh oleh si penelepon misterius. Orangtua Casey terkejut ketika melihat jasad puteri mereka digantung di sebuah pohon.

©1996/Dimension Films/Scream/All Rights Reserved.

Kasus pembunuhan Casey dan Steve menjadi kasus yang menggemparkan di kota Woodsboro, California (fiktif) karena kota itu adalah sebuah kota kecil. Seluruh siswa teman sekolah Casey lantas diperiksa satu per satu untuk dimintai keterangannya. Siswa yang menjadi sorotan adalah seorang gadis bernama Sidney Prescott. Setahun sebelumnya, ibu Sidney diperkosa dan dibunuh oleh Cotton Weary—kekasihnya. Dalam kasus tersebut, Sidney diperiksa sebagai saksi kunci. Namun, kasus yang memenjarakan Cotton Weary itu disangsikan oleh reporter sensasional, Gale Weathers, yang sukses menerbitkan sebuah buku yang mempertanyakan keputusan pengadilan dalam kasus ibu Sidney karena menurutnya kesaksian Sidney kurang meyakinkan. Berbagai spekulasi bermunculan bahwa sebenarnya ayah Sidney-lah yang melakukan aksi pembunuhan. Setelah Sidney selesai memberikan keterangan, ia bergabung bersama teman-temannya ketika salah seorang di antara mereka, Stu Macher, bercanda tentang kasus pembunuhan tersebut. Candaannya membuat Sidney tidak nyaman dan kekasihnya, Billy Loomis, meminta Stu untuk berhenti bercanda. Menjelang satu tahun kematian ibunya, ayah Sidney pergi ke luar kota. Sidney lantas ditemani oleh sahabatnya, Tatum Riley. Sebelum Tatum tiba di rumahnya, Sidney menerima sebuah telepon misterius dari pembunuh Casey. Ia menanyakan berbagai pertanyaan yang sama seputar film Horror. Setelah ia menutup telepon, sang pembunuh dengan pakaian menyeramkan menyerangnya. Sidney berhasil menghindar dan tidak lama kemudian, Billy Loomis muncul dengan gerak-gerik mencurigakan. Sidney menemukan topeng si pembunuh dan mendapati bahwa Billy baru saja menggunakan telepon genggamnya. Gadis itu curiga bahwa Billy sebenarnya adalah si pembunuh. Tatum akhirnya tiba di rumah Sidney dan polisi membawa Billy ke kator untuk diperiksa.

©1996/Dimension Films/Scream/All Rights Reserved.

Keesokan harinya, seluruh sekolah menjadi heboh akibat kasus teror dari pembunuh bertopeng yang dijuluki sebagai Ghostface. Karena pembunuh itu menggunakan kostum Halloween yang banyak dijual di pasaran, beberapa siswa sengaja melakukan prank di sekolah dengan menggunakan kostum Ghostface. Salah seorang berkostum Ghostface menyerang Sidney di dalam kamar mandi, tetapi tidak diketahui apakah orang tersebut benar-benar Ghostface atau hanya seorang siswa yang melakukan prank—walau dirinya terlihat sungguh-sungguh ingin membunuh Sidney. Karena kekacauan yang terjadi, pihak sekolah mengumumkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan ditiadakan untuk sementara waktu. Pengumuman itu disambut gembira oleh para siswa yang berencana mengadakan sebuah pesta. Begitu keadaan sekolah telah sepi, Ghostface kembali beraksi dan menghabisi nyawa Kepala Sekolah Arthur Himbry. Karena tidak ada bukti yang kuat, Billy dibebaskan dari segala tuduhan. Pihak kepolisian masih mencari keberadaan ayah Sidney yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Mereka pun menduga bahwa ayah Sidney adalah pelaku yang sebenarnya—apalagi seluruh kasus pembunuha terjadi mendekati peringatan satu tahun tewasnya ibu Sidney, Maureen. Para siswa beramai-ramai menghadiri pesta di rumah Stu Macher dan Sidney menggunakan kesempatan tersebut untuk berbaikan dengan Billy. Namun ketika semuanya mulai kembali normal, teror Ghostface kembali muncul dan rahasia besar pun akan segera terungkap.

©1996/Dimension Films/Scream/All Rights Reserved.

01 Story Logic

Scream merupakan sebuah film Horror yang sering disebut sebagai Slasher. Ciri khas film Horror Slasher adalah adanya aksi mencekam berupa pembunuhan yang dilakukan oleh manusia (bukan hantu/supranatural—meskipun terdapat pula film Slasher Supranatural seperti A Nightmare on Elmstreet) dan umumnya menggunakan senjata tajam. Secara konsep, alur cerita film ini sudah logis sesuai genrenya. Terdapat beberapa kekonyolan yang disengaja dalam film ini karena Scream memang menggabungkan genre Horror dengan Komedi. Unsur Komedi dalam film ini bertujuan memberikan nuansa Metafiction atau Metacinema, yakni sebuah narasi yang dengan tegas menceritakan kepada penikmatnya bahwa mereka sedang menikmati sebuah cerita fiktif. Adegan-adegan bernuansa Metaliterature dalam Scream memang dikemas dalam gaya Komedi dan parodi seperti memparodikan adegan dari film-film populer dan secara sengaja membuat karakternya bersikap tidak rasional/konyol untuk merusak kesan nyata (suspension of disbelief) yang dirasakan oleh penonton. Dengan demikian, berbagai perilaku tidak logis karakter dalam film ini masih bisa dianggap logis sesuai dengan tuntunan genrenya.

©1996/Dimension Films/Scream/All Rights Reserved.

Meski demikian, terdapat beberapa bagian yang tetap tidak dapat dikatakan logis karena menyangkut detil aksi dan reaksi karakternya—yang nanti akan berpengaruh besar pada Konsistensi Ceritanya. Ketika film dimulai, telah ditegaskan bagaimana Ghostface memburu korbannya. Meskipun caranya bisa jadi tidak logis dan konyol, tetapi prosedur pembunuhan yang sudah ditetapkan (established) di awal cerita dan telah muncul secara berulang, semestinya tetap dipertahankan. Dalam film A Nightmare on Elmstreet, hantu Freddy melakukan pembunuhan yang brutal. Namun, prosedur pembunuhannya membentuk sebuah pola yang jelas dan berulang sehingga tindakan-tindakan karakter film ini dalam menghadapi Freddy dapat menjadi logis. Jelas sekali bahwa Freddy hanya membunuh para remaja dan hanya dapat melakukannya dari dalam mimpi. Di awal film Scream, jelas sekali dinyatakan bahwa Ghostface memiliki signature dalam membunuh yakni menyelidiki kehidupan pribadi korbannya sehingga bisa menyerang sisi psikologis mereka lalu mengajak korban bermain tebak-tebakan sebelum menghabisi mereka. Dan, yang terpenting, pembunuhan dilakukan di malam hari dan di lokasi yang terisolasi (bukan di tempat umum). Namun, terjadi perubahan pola yang tidak logis karena Ghostface tiba-tiba menyerang korbannya di siang hari dan di tempat umum. Secara umum, poin tidak logis dalam film ini dikarenakan adanya inkonsistensi cerita sehingga kekurangan dalam hal Logika Cerita berpapasan (intertwined) dengan Konsistensi Cerita—bukan pada tataran konsep.

©1996/Dimension Films/Scream/All Rights Reserved.

02 Story Consistency

Alur cerita dan nuansa film ini kurang konsisten, terutama pada bagian puncak dan akhir film. Walaupun Scream merupakan sebuah film dengan unsur Komedi yang disampaikan melalui gaya Metafiction, tetapi film ini membangun nuansa Horror yang lebih dominan di 1/3 awal film sebelum seketika berubah menjadi nuansa Metafiction yang dominan di akhir film. Pengungkapan tersangka pembunuhan terjadi secara kurang logis, cara tersangka bersikap di akhir film tidak logis karena bertolak belakang dengan sikapnya di awal film, dan perilaku para karakternya secara tiba-tiba berubah secara signifikan dari ketika film pertama kali dimulai. Inkonsistensi cerita ini berakibat pada bergesernya nuansa Horror yang lebih serius dengan sentuhan Metafiction menjadi nuansa Komedi Metafiction dengan sentuhan Horror. Scream adalah contoh sempurna kekurangan dalam segi Logika dan Konsistensi yang benar-benar saling mengikat (intertwined) seperti bertemu di sebuah persimpangan. Kekurangan semacam ini tidak menjadikan “Logika Cerita membuat Narasi kurang konsisten”, tetapi “Logika Cerita dan Konsistensi Cerita sama-sama mengalami masalah yang bekerja sama membentuk satu masalah besar—both problems conspire to create a problem, rather than one problem affects the other”.

©1996/Dimension Films/Scream/All Rights Reserved.

03 Casting Choice and Acting

Para aktor dalam film ini sudah dipilih dengan baik karena mampu menghidupkan karakter mereka dengan baik.

04 Music Match

Tidak ada keluhan di pemilihan musik.

05 Cinematography Match

Tidak ada keluhan dalam poin sinematografi.

©1996/Dimension Films/Scream/All Rights Reserved.

06 Costume Design

Tidak ada keluhan dalam poin pemilihan kostum. Bahkan, kostum Ghostface menjadi sangat populer berkat film ini dan menjadi salah satu icon kostum film Horror.

07 Background/Set Match

Tidak ada keluhan dalam pemilihan latar belakang. Lokasi pengambilan gambar telah menunjukkan sebuah kota kecil yang membantu membuat alur ceritanya menjadi lebih logis. Sebuah kota kecil umumnya memiliki fasilitas publik yang tidak sebaik atau sesiap kota-kota besar. Jumlah personel kepolisian dan kemampuan mereka merupakan dua faktor yang penting dalam proses menangkap penjahat. Karena kasus Ghostface terjadi di sebuah kota kecil pada dekade 90-an, maka alur ceritanya menjadi lebih logis ketika jumlah personel polisi yang sedikit dan anggotanya yang kurang kompeten mengalami kesulitan menangkap Ghostface.

©1996/Dimension Films/Scream/All Rights Reserved.

08 Special and/or Practical Effects

Efek visual dalam film ini sudah baik. Meskipun Scream merupakan sebuah film Horror dengan adegan pembunuhan yang mencekam, film ini tetap mengatur cahaya yang baik agar setiap adegan di malam hari atau di ruangan gelap tetap terlihat dengan jelas. Teknik presentasi semacam ini sudah baik karena Scream harus senantiasa mengingatkan penontonnya bahwa Scream hanyalah sebuah film (berkaitan dengan posisi film ini sebagai sebuah Metafiction).

09 Audience Approval

Mayoritas penonton memberikan tanggapan yang positif untuk film ini.

©1996/Dimension Films/Scream/All Rights Reserved.

10 Intentional Match

Scream dimaksudkan untuk mengembalikan kejayaan genre Horror yang mulai redup di era 90-an. Sejak awal, Bob Weinstein selaku pendiri Dimension Film yang mendistribusikan film ini, memang menilai naskah Scream cocok dengan gaya penyutradaraan Wes Craven yang memadukan Horror dengan Komedi. Pada akhirnya, film ini berhasil menjadi sebuah kesuksesan box office yang mengembalikan minat penonton terhadap film Horror—Komedi bernuansa era 80-an dengan menghadirkan karakter Horror baru yang sama iconic-nya dengan karakter-karakter Horror sebelumnya seperti Jason, Freddy, dan Michael Myers.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

©1996/Dimension Films/Scream/All Rights Reserved.

01 Skywalker’s Schemata

Saya cenderung merasa “biasa saja” ketika menyaksikan Scream untuk pertama kalinya. Sebelum menonton, saya sudah tahu seberapa populer film ini dan seberapa iconic-nya kostum Ghostface. Film ini sering sekali dibicarakan—bahkan masih sering dibicarakan ketika saya pertama kali menontonnya sekitar tahun 2016, 20 tahun setelah filmnya dirilis. Melihat betapa positifnya tanggapan penonton dan kritikus terhadap film ini dan jajaran pemain yang populer (Drew Barrymore, Courtney Cox, David Arquette, dan Matthew Lillard yang populer di kalangan anak-anak sebagai pemeran Shaggy dari film live-action Scooby Doo), saya sangat antusias untuk menonton film ini. Ketika film dimulai, saya sudah menyukai nuansanya dan kentalnya aura 90-an berhasil membuat saya bernostalgia. Namun seiring bergulirnya cerita, excitement saya perlahan berkurang. Pertama, marketing film ini membuat seolah-olah Drew Barrymore akan memiliki porsi peran yang sangat besar di dalamnya, tetapi ternyata Barrymore hanya mendapatkan peran yang sangat kecil. Kemudian, entah mengapa saya tidak bisa melepaskan image Komedi dari aktris Courtney Cox yang populer lewat serial Friends. Dengan demikian, saya merasa aktris ini kurang cocok memerankan reporter Gale Weathers. Konsep dan alur cerita yang sudah dibangun dengan baik juga lantas menjadi berantakan pada bagian akhir film. Menurut saya, kadar kekonyolan film ini terlalu besar sehingga ceritanya terlalu mengada-ada di luar batas toleransi ekspektasi saya. Ketika menyaksikan A Nightmare on Elmstreet, saya masih bisa menerima aksi Freddy yang beberapa kali bertindak konyol. Namun, kekonyolan itu tidak sampai merusak nuansa mencekam filmnya. Andai saja bagian akhir film ini dibuat lebih serius, maka logika dan konsistensi ceritanya akan menjadi baik dan saya akan lebih menikmati filmnya. It’s this close from being a perfect Slasher—Comedy, but abruptly flips its gender to Comedy—Slasher which I think should be the other way around.

©1996/Dimension Films/Scream/All Rights Reserved.

02 Awards

Scream menerima berbagai Nominasi dan Penghargaan, di antaranya:

Year

Award

Category

Result

1996

International Horror Guild

Best Film

Won

Saturn Award

Best Actress

Won

Best Direction

Nominated

Best Horror Film

Won

Best Supporting Actor

Nominated

Best Supporting Actress

Nominated

Best Writing

Won

1997

MTV Movie Award

Best Female Performance

Nominated

Best Movie

Won

Gérardmer Film Festival

Grand Prize

Won

 

©1996/Dimension Films/Scream/All Rights Reserved.

03 Financial

Scream mendapatkak kesuksesan besar dari segi finansial. Dari dana yang “hanya” sebesar $15 juta, film ini berhasil menjual tiket sebesar $173 juta.

Scream (1996)

Scream (1996) Theatrical Performance

Domestic Box Office

$103,046,663

Details

International Box Office

$70,000,000

Details

Worldwide Box Office

$173,046,663

Further financial details...


©1996/Dimension Films/Scream/All Rights Reserved.

04 Critics

Film ini mendapatkan respons yang positif dari kalangan kritikus film.

05 Longevity

Scream masih tetap populer bahkan setelah berusia lebih dari 10 tahun. Film ini masih tetap relevan walau zaman telah berganti karena film ini tidak hanya mendapatkan tanggapan yang postif, tetapi juga telah menjadi sebuah icon. Bahkan, studio Paramount Pictures masih merilis paket koleksi Blu-ray 4K film ini pada 19 Oktober 2021 untuk memperingati ulang tahun ke-25 filmnya.

Final Score

Skor Asli                     : 9

Skor Tambahan           : -1

Skor Akhir                  : 8/10

***

Spesifikasi Optical Disc

[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]

Judul               : Scream

Rilis                 : 26 Agustus 2005

Format             : DVD-5 [Single-Layered]

Kode Warna    : 0/NTSC [support upscaling hingga 1080/60 dan 24hz]

Fitur                : -

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

Keterangan Support:

[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]

[Support VCD, DVD, Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]

[Support Semua Termasuk 4K]

Watch Now On

Amazon VOD:

Amazon

iTunes:

iTunesiTunes

Google Play:

Google PlayGoogle Play

 ***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

Edisi Review Singkat+PLUS

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda Review Singkat+PLUS di bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.

Skywalker Hunter adalah alias dari Nabil Bakri

Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers

©1996/Dimension Films/Scream/All Rights Reserved.