©2008/Paramount Pictures/Nickelodeon/all rights reserved. |
Review The Spiderwick Chronicles (2008) Ketika Goblin Mengerikan Meneror Seisi Dunia Fantasi
Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak
cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes
copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
Genre : Drama
Keluarga—Fantasi
Rilis : 31 Januari 2008
Episode : -
Sinopsis
Arthur
Spiderwick telah selesai menulis sebuah buku yang sangat berbahaya. Buku itu
menarik perhatian ogre mengerikan bernama Mulgarath. 80 tahun kemudian, Jared
beserta saudara kembar, kakak dan ibunya, pindah ke rumah tua Arthur
Spiderwick. Rumah itu sebelumnya ditinggali oleh Lucinda, anak perempuan
Spiderwick, sebelum “dijebloskan” ke rumah sakit jiwa. Karena telah bercerai
dengan suaminya, ibu Jared terpaksa pindah ke rumah yang lokasinya terpencil
itu. Keputusan itu sangat ditentang oleh Jared yang sangat dekat dengan ayahnya
dan lebih memilih tinggal bersama ayahnya ketimbang bersama ibunya. Setibanya
di rumah tua yang misterius itu, Jared merasakan berbagai keanehan. Rumah itu
penuh dengan persediaan madu dan setiap jendelanya ditaburi garam. Baru saja
Jared sekeluarga pindah ke rumah itu, barang-barang mereka tiba-tiba hilang.
Kunci mobil milik ibunya dan medali milik Mallory, kakak Jared, tiba-tiba saja
hilang. Karena Jared adalah anak yang paling usil, mereka semua menuduh Jared
sebagai pelakunya.
©2008/Paramount Pictures/Nickelodeon/all rights reserved. |
Jared
mendengar suara-suara aneh dari dalam tembok. Ia kemudian memukul tembok dengan
tongkat sapu sampai tembok rumah itu berlubang. Ibunya pun menjadi semakin
kesal kepadanya. Jared menjelaskan kepada Mallory dan Simon, saudara kembar
Jared, bahwa ada sesuatu yang berkeliaran di dalam tembok. Mallory juga
mendengarnya dan memukul tembok rumah hingga mengalami kerusakan yang lebih
parah. Ternyata, bagian tembok tu sengaja dipasang untuk menutupi sebuah katrol
penarik makanan yang mengarah ke sebuah ruangan rahasia di lantai atas. Di
dalam katrol pembawa makanan itu, mereka menemukan barang-barang yang hilang.
Ternyata, katrol itu telah dijadikan rumah oleh sesosok makhluk tak kasat mata.
©2008/Paramount Pictures/Nickelodeon/all rights reserved. |
Setelah
selesai membersihkan sampah yang berserakan, Jared menggunakan katrol makanan
itu untuk masuk ke ruang rahasia. Di dalamnya ia menemukan sebuah peti berisi
buku yang mencurigakan. Terdapat sepucuk surat peringatan yang diselipkan pada
pengikat sampul buku itu. Surat itu mewanti-wanti kepada siapa saja untuk
jangan pernah membuka buku itu karena sekali buku itu dibuka, sama saja membuka
sebuah mala petaka besar. Karena penasaran dan tidak percaya pada peringatan
itu, Jared membuka segel buku misterius tersebut. Benar saja, begitu segel itu
dibuka, angin kencang menerpa wajah Jared dan terdengar suara auman monster
yang mengerikan. Jared menghabiskan sepanjang malam membaca buku itu. Bocah itu
sebenarnya tidak memahami apa yang ada di dalam buku itu dan apa maksudnya buku
itu ditulis karena isinya menjelaskan tentang seluk-beluk dunia fantasi yang
belum pernah dilihat olehnya.
©2008/Paramount Pictures/Nickelodeon/all rights reserved. |
Dari
buku itu, Jared tahu bahwa sosok “pencuri” di dalam rumah adalah Thimbletack
yang sangat menyukai madu. Itulah kenapa rumah tua itu penuh dengan persediaan
madu. Thimbletack diberi tugas oleh Arthur Spiderwck untuk menjaga buku itu
supaya tidak jatuh ke tangan Mulgarath. Ia memberi tahu Jared bahwa jika sampai
Mulgarath mendapatkan buku itu, ia akan menjadi tidak terkalahkan. Karena itu,
Mulgarath tidak akan pernah berhenti sebelum mendapatkan buku rahasia
Spiderwick. Tampaknya, Mulgarath dan para Goblin anak buahnya sudah tahu bahwa
segel buku itu telah dibuka. Para Goblin telah melihat Jared membaca buku itu.
Namun karena Jared punya saudara kembar, para Goblin salah menculik Simon yang
wajahnya sangat mirip dengan Jared. Anak lelaki itu kemudian harus
menyelamatkan Simon dan keluarganya dari ancaman para Goblin dan Mulgarath yang
kejam. Dengan bantuan pengetahuan yang disediakan oleh Arthur Spiderwick dalam
buku itu, Jared mengungkap berbagai rahasia dunia fantasi dan menggunakannya
untuk melawan sang Ogre Mulgarath bersama anak buahnya.
©2008/Paramount Pictures/Nickelodeon/all rights reserved. |
01 Story Logic
Narasi
film ini sudah logis sesuai koridor genre fantasi. Sejak filmnya dimulai, The
Spiderwick Chronicles sudah secara tegas menyatakan bahwa alur cerita film ini
akan berkutat pada dunia fantasi yang diteliti oleh Arthur Spiderwick. Film ini
telah menciptakan sebuah duna baru dengan makhluk-makluk fantasi dan
aturan-aturan baru yang masuk akal sesuai genre fantasi. Film ini telah
menjelaskan mengapa manusia tidak menyadari tentang keberadaan dunia fantasi
tersebut dan bagaimana caranya manusia bisa bersinggungan dengan dunia fantasi.
Pemilihan karakter anak kecil atau anak SMP dalam film yang memiliki
konsekuensi besar seperti ini seringkali tidak logis karena mustahil seorang
anak kecil bisa menyusun rencana dan bertahan melawan kekuatan jahat yang
mengerikan. Namun, The Spiderwick Chronicles telah menjelaskan bahwa Jared bisa
bertahan karena rumahnya telah diberi ramuan pelindung oleh Arthur Spiderwick.
Selain itu, Arthur Spiderwick juga telah menuliskan seluk-beluk dunia fantasi
di dalam bukunya yang bisa dipelajari oleh Jared. Mustahil anak-anak SMP ini
bisa mempelajari tentang kelemahan para Goblin seorang diri. Namun, kelemahan
Goblin sudah diselidiki oleh arthur Spiderwick dan Jared tinggal membacanya
dari dalam buku saja. Dengan demikian, keahlian-keahlian Jared tidaklah terlalu
dilebih-lebihkan seperti misalnya dianggap sebagai tokoh sakral “the chosen one” karena Jared memanglah
hanya seorang anak biasa. Dalam adegan melawan para Goblin, keluarga Jared
benar-benar bekerja sama untuk bertahan hidup. Dalam hal melawan musuh secara
langsung, Mallory adalah ahlinya karena ia pandai bermain anggar. Dalam
menyusun strategi pertahanan dan perlawanan, Simon ahlinya karena ia yang
paling pintar. Sedangkan dalam urusan pengetahuan dunia fantasi, barulah Jared
menjadi ahlinya karena ia yang sudah membaca buku rahasia Spiderwick. Dengan
demikian, alur ceritanya menjadi semakin masuk akal karena Jared bukanlah
karakter yang tiba-tiba dipilih oleh kekuatan ilahiah dan menjadi karakter yang
serba bisa—ia membutuhkan keluarganya untuk bisa mengalahkan Mulgarath. Maka
secara keseluruhan, alur cerita film ini sudah masuk akal jika kita menilainya
menggunakan standar genre fantasi.
©2008/Paramount Pictures/Nickelodeon/all rights reserved. |
02 Story Consistency
Alur
cerita film ini secara keseluruhan sudah konsisten. Film ini fokus pada aksi
petualangan Jared bertahan dari serangan Mulgarath. Kisah hidup Mulgarath,
Arthur Spiderwick, bahkan masa lalu keluarga Jared tidak disinggung terlalu
dalam bahkan mungkin sama sekali tidak disinggung: bagaimana awalnya Arthur
Spiderwick menemukan dunia fantasi, apa motivasi utama Mulgarath dan seberapa
besar kekuatannya [dampak nyata kekejaman Mulgarath], bagaimana hubungan Jared
dengan ayahnya sebelum kedua orangtua Jared bercerai, dan berbagai detil lain
yang menguatkan establishmnet dari
dunia fantasi Spiderwick. Namun demikian, menceritakan detil-detil potensial
tadi juga berpotensi membuat alur ceritanya tidak konsisten. Itu karena
percabangan yang demikian akan mengacaukan posisi tokoh utamanya—siapakah tokoh
utamanya, Jared atau Arthur Spiderwick? Informasi mengenai seluk-beluk dunia
ajaib mestinya diberikan dalam cerita yang fokus pada kisah hidup Arthur
Spiderwick, jauh sebelum Jared dilahirkan. Karena film ini berfokus pada
perjuangan Jared melawan Mulgarath dan bukannya perjuangan Arthur, maka Jared
adalah tokoh utamanya. Minimnya informasi soal dunia fantasi justru
memungkinkan Jared untuk mengungkapnya secara bertahap bersama dengan penonton
karena baik Jared maupun penonton sama-sama belum tahu tentang seluk beluk
dunia fantasi. Ketidaktahuan ini memiliki potensi menguatkan nuansa ketegangan
ceritanya karena pada dasarnya manusia memiliki rasa takut yang besar pada
sesuatu yang tidak atau belum diketahuinya [fear
of the unknown].
©2008/Paramount Pictures/Nickelodeon/all rights reserved. |
03 Casting Choice and Acting
Pemilihan
aktor dalam film ini sudah baik. Karakter Jared dan Simon diperankan oleh
Freddie Highmore yang berhasil menghidupkan dua karakter yang memiliki
kepribadian berbeda ini benar-benar tampil berbeda dengan menunjukkan kontras
yang jelas antara kedua karakter tersebut. Marie-Louise Parker yang berperan
sebagai ibu Jared juga memapu menghidupkan karakter seorang ibu yang masih
terpukul dan kebingungan dengan perkawinannya yang kandas dan harus menghidupi
tiga orang anak. Para pengisi suara dalam film ini juga telah menghidupkan
karakter mereka dengan baik. Karakter Thimbletack disuarakan oleh komedian
Martin Short yang memang sudah berpengalaman banyak dalam dunia pengisi suara.
Sosok pemimpin para Goblin, Red Cap, disuarakan dengan baik oleh aktor Ron
Perlman sementara komedian Seth Rogen menyuarakan karakter Hobgoblin Hogsqueal
dengan baik.
©2008/Paramount Pictures/Nickelodeon/all rights reserved. |
04 Music Match
Tidak
ada keluhan di pemilihan musik. Musik dalam The Spiderwick Chronicles disusun
oleh musisi James Horner yang sebelumnya sukses besar menata musik untuk Braveheart dan Titanic. Meskipun musik dalam film ini sudah mendampingi jalannya
cerita dengan baik [tidak merusak nuansa fantasi dari narasi yang dibangun]
namun sangat disayangkan tidak ada yang luar biasa sampai menjadi iconic dari penataan musiknya, mengingat
musiknya diciptakan oleh James Horner yang menciptakan musik dalam Braveheart dan Titanic yang sama-sama sangat iconic.
©2008/Paramount Pictures/Nickelodeon/all rights reserved. |
05 Cinematography Match
Tidak
ada keluhan dalam poin sinematografi. Untuk film The Spiderwick Chronicles,
penulis telah melakukan pengamatan secara langsung pada dua kelompok penonton
yang berbeda. Penulis mengamati reaksi penonton usia SMA pada tahun 2013 dan
penonton usia SD-SMP pada tahun 2019. Dari kedua kelompok penonton yang berbeda,
penulis mengamati adanya kesamaan reaksi dalam banyak adegan di film ini.
Sinematografi dalam adegan perjalanan menunggangi Griffin berhasil memukau
penonton karena berhasil menarik mereka ke dalam layar sehingga seolah-olah
mengalaminya sendiri. Sinematografi dalam adegan aksi juga telah berhasil
menguatkan nuansa ketegangan narasinya dengan baik. Secara umum, tidak ada
masalah dalam poin sinematografi di The Siderwick Chronicles.
©2008/Paramount Pictures/Nickelodeon/all rights reserved. |
06 Costume Design
Tidak
ada keluhan dalam poin pemilihan kostum. Desain karakter dalam film ini menjadi
kontroversial karena desain makhluknya tergolong “konyol” jika dibandingkan
dengan karakter dalam film The Lord of
the Rings atau Harry Potter.
Meski demikian, alur cerita film ini memang jauh lebih “ringan” ketimbang The Lord of the Rings dan Harry Potter sekalipun. Apabila film ini
menggunakan desain karakter yang lebih serius seperti karakter monster dalam
film fantasi yang menyasar penonton khusus orang dewasa, maka nuansa fantasi
yang berorientasi pada tontonan keluarga
bisa menjadi buyar. Kekonyolan desain para Goblin, misalnya, memungkinkan
logika film ini untuk membuat para Goblin bertindak konyol karena tidakan
mereka sesuai dengan bentuk fisik mereka. Jadi meskipun desain monster dalam
film ini tergolong lebih “lucu” ketimbang film fantasi pada umumnya, desainnya
sudah masuk akal sesuai logika genrenya dan sesuai aturan dunia fantasi yang
dibangun.
©2008/Paramount Pictures/Nickelodeon/all rights reserved. |
07 Background/Set Match
Tidak
ada keluhan dalam pemilihan latar belakang.
08 Special and/or Practical Effects
Apabila
disaksikan lebih dari 10 tahun setelah filmnya dirilis, tentu saja ada banyak
bagian yang efek komputernya masih kurang baik. Namun, secara umum efek
komputer film ini masih bertahan setelah berusia 10 tahun. Terlebih lagi, kita
harus menilai pencapaian efek komputer dengan melihat tahun perilisannya untuk
mengapresiasi keberhasilannya dan “memaklumi” keterbatasan-keterbatasannya—dan
The Spiderwick Chronicles merupakan salah satu film keluarga dengan efek
komputer terbaik yang dirilis pada tahun 2008. Presentasi film ini juga sudah
baik karena setiap adegan terutama adegan aksi diberi pencahayaan yang cukup
sehingga tetap tampak jelas. Memastikan warna-warni yang tidak terlalu gelap
dalam film ini sangatlah penting karena biar bagaimanapun, The Spiderwick Chronicles
adalah sebuah film keluarga yang tidak hanya akan dikonsumsi oleh remaja dan
orang dewasa, tapi juga anak-anak.
©2008/Paramount Pictures/Nickelodeon/all rights reserved. |
09 Audience Approval
Film
ini mendapatkan tanggapan yang beragam dari penonton. Jika melihat torehan
hasil penjualan tiketnya, jelas sekali penonton tidak begitu menyukai film ini.
Kritikus film telah memberikan tanggapan yang beragam dan tidak sedikit yang
memberikan respons negatif. Maka, ketika orang membaca respons negatif itu
besar kemungkinan mereka akan enggan menonton filmnya. Ada kemungkinan hal
seperti in terjadi karena filmnya dirilis pada bulan Januari yang dikenal
sebagai Bulan Pembuangan [Dump Month]
yakni bulan setelah bulan perayaan besar-besaran dan studio sudah jor-joran
menayangkan film-film terbesar mereka. Tentu saja, semua keseruan dan tenaga
sudah terlanjur dihabiskan di bulan Desember tahun sebelumnya [karena ada Natal
dan Tahun Baru], sehingga film-film di Januari dan Februari biasanya seperti
orang yang baru saja bangun setelah mabuk semalaman. Di momen-momen Pembuangan,
respons kritikus sangat penting karena penonton akan benar-benar memilah film
mana yang akan mreka tonton karena tenaga [dan mungkin biaya] mereka sudah
banyak terkuras di tahun sebelumnya. Jadi dengan tanggapan kritikus yang “sayup-sayup”,
bisa jadi penonton juga jadi enggan menonton film ini. Padahal, kala itu
Freddie Highmore masih menjadi nama besar setelah bermain di Charlie and the Chocolate Factory dan Arthur and the Minimoys.
©2008/Paramount Pictures/Nickelodeon/all rights reserved. |
10 Intentional Match
Untung
saja film ini memilih untuk menceritakan keseluruhan cerita The Spiderwick
Chronicles ketimbang membuat film dengan cerita yang tanggung untuk sekuelnya.
Jadi apabila nanti film ini terbukti tidak sukses sekalipun, ceritanya sudah
rampung dan tidak menyiksa penggemarnya dengan rasa penasaran yang berlarut-larut
seperti yang terjadi pada I am Number
Four, Eragon, dan The Chronicles of Narnia. Ini karena
sumber ceritanya sendiri merupakan sebuah serial yang berjumlah 5 volume.
Namun, karena sumber ceritanya berjumlah 5 volume, ada banyak sekali detil yang
dilewatkan dan diubah oleh film ini. Tak heran jika filmnya tidak hanya gagal
menjadi calon serial fantasi potensial penerus Harry Potter “di masa depan”
dari segi popularitas dan finansial, namun juga kurang berhasil menangkap
keseluruhan narasi dari serialnya.
©2008/Paramount Pictures/Nickelodeon/all rights reserved. |
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
01 Skywalker’s Schemata
The
Spiderwick Chronicles merupakan satu dari sedikit film yang kualitasnya bisa
saya uji langsung dengan penonton. Terbukti, dari dua kelompok penonton dengan
rentang usia 10-17 tahun sama-sama memberikan tanggapan yang positif untuk film
ini. Tidak semua film yang saya putarkan di depan audiens mampu memberikan engagement yang tinggi—terutama di
kalangan usia 17 tahun—tetapi The Spiderwick Chronicles berhasil mencuri
perhatian penonton dari awal hingga akhir. Saya pun bisa mengamati bagaimana
penonton tenggelam ke dalam ceritanya dan menikmati efek visualnya yang
memukau. Namun terlepas dari itu semua, tentu saya sudah menonton film ini
lebih dulu sebelum memutarkannya di depan audiens. Dan sejak pertama menonton
pun saya sudah menyukai film ini. Tidak sebanding memang jika disejajarkan
dengan The Lord of the Rings, Harry Potter, atau bahkan Narnia sekalipun karena skala film ini
tidak sebesar franchise film-film
tadi dan sasaran penontonnya lebih berorientasi kepada keluarga. Saya menyukai
film ini pertama karena ceritanya yang ringan namun tetap memiliki nuansa
fantasi yang kuat. Ke dua, jajaran pemeran dalam film ini sudah baik. Terakhir,
saya menyukai efek visual yang disajikan oleh film ini. The Spiderwick
Chronicles memiliki akhir bagi villain yang bisa dibilang konyol, namun di saat
bersamaan unik dan bisa diterima sesuai koridor genre dan aturan dunia fantasi
yang dibangunnya.
©2008/Paramount Pictures/Nickelodeon/all rights reserved. |
02 Awards
The
Spiderwick Chronicles tidak menerima penghargaan yang penting untuk disebutkan.
03 Financial
Dari
dana sebesar $90 juta, film ini “hanya” mendapatkan uang sebesar $164 juta.
Karena angka pendapatan bahkan tidak sampai dua kali lipat biaya produksi, film
ini tergolong gagal secara finansial untuk ukuran sebuah film fantasi Hollywood
dengan jajaran aktor yang populer. Banyak film yang justru merugi jika
pendapatannya hanya sampai dua kali
lipat biaya produksi apalagi jika tidak sampai dua kali lipat. Biaya pembuatan
film tidak hanya dihabiskan untuk menggaji karyawan [sutradara, aktor, teknisi,
dan lain-lain] tapi juga untuk pemasaran/marketing, distribusi, dan ke depannya ada hak cipta yang senantiasa
harus diurus dan dibayarkan royaltinya [apabila ada].
©2008/Paramount Pictures/Nickelodeon/all rights reserved. |
04 Critics
Kritikus
memberikan tanggapan yang beragam untuk film ini.
05 Longevity
Film
ini tidak mampu bertahan melawan gempuran zaman dan telah dilupakan oleh
masyarakat. Dalam jajaran film fantasi produksi studio besar Hollywood, pamor
film ini tidak bisa bersinar secemerlang Harry
Potter dan Narnia.
Final Score
Skor
Asli : 8
Skor
Tambahan : +2, -2
Skor
Akhir : 8/10
Spesifikasi DVD
Rilis : 31 Maret 2008
Format : VCD [with Innova Digimedia’s Digital Encoding Process]
Kode
Warna : PAL
Harga : Rp 49,000,-
Fitur : -
Support : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].
Untuk informasi lebih lanjut mengenai Spesifikasi DVD, kunjungi profil instagram @skywalkerhunter95
***
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan
standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review
Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
©2008/Paramount Pictures/Nickelodeon/all rights reserved. |