Review Film Paul (2011) Alien Mesum yang Ingin Pulang ke Planet Asalnya

 

(C) 2011/Universal Pictures/all rights reserved.

Review Film Paul (2011) Alien Mesum yang Ingin Pulang ke Planet Asalnya

Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter

Periksa index

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Komedi—Fiksi Ilmiah

Rilis                 : 14 Februari 2011

Episode           : -

Sinopsis

Dua orang sahabat pecinta komik dan film fiksi ilmiah asal Inggris yang bernama Graeme dan Clive berlibur ke Amerika untuk mengunjungi acara San Diego Comic Con. Mereka begitu terpukau dengan benda-benda bertema film favorit mereka yang dipamerkan di acara itu. Mereka juga menikmati ajang kostum yang dikenakan oleh para penggemar dan pengunjung lainnya—ada yang mengenakan kostum dari Star Wars, Star Trek, dan dari film populer lainnya yang memiliki basis penggemar yang sangat kuat. Selepas dari Comic Con, mereka berencana mengunjungi sebuah gurun di Southwestern untuk mengunjungi lokasi penampakan UFO. Ketika sedang transit di sebuah restoran, secara tidak sengaja Clive menabrak sebuah mobil pikap yang terparkir milik dua orang pria garang. Mereka pun cepat-cepat memacu mobil trailer mereka sebelum ketahuan. Ketika akhirnya tiba di lokasi penampakan UFO, Graeme dan Clive ketakutan saat melihat sorotan lampu di kejauhan yang terus membunyikan klakson. Kedua sahabat itu khawatir kalau pemilik mobil pikap yang tadi mengejar mereka. Akhirnya, mereka berdua kembali tancap gas.


(C) 2011/Universal Pictures/all rights reserved.

Mobil trailer yang dikemudikan Clive tidak bisa dipacu kencang sehingga mobil yang “mengejar” mereka semakin mendekat dan akhirnya mendahului. Ternyata, itu adalah sebuah mobil sedan, bukan mobil pikap yang tadi. Mobil sedan itu melaju sangat kencang dan akhirnya mengalami kecelakaan tunggal. Clive dan Greame berhenti untuk memeriksa kondisi penumpang sedan itu. Namun saat mereka memeriksa bangkai sedan itu, mereka tidak menemukan satu pun orang. Alangkah terkejutnya mereka saat mengetahui bahwa sedan itu dikemudikan oleh sesosok alien bernama Paul. Melihat kemunculan alien, Clive langsung mengompol dan pingsan. Paul meminta Greame untuk memberinya tumpangan dan akan menjelaskan semuanya di jalan. Selama perjalanan dan Clive masih pingsan, Paul bercerita bahwa kaum alien tidak seperti yang ditayangkan di film. Paul tidak akan mencelakai mereka. Ia hanya butuh tumpangan sampai ke Devils Tower National Monument.

(C) 2011/Universal Pictures/all rights reserved.

Masalahnya, Paul adalah buronan FBI. Agen Lorenzo Zoil tiba di lokasi kecelakaan dan memeriksa kondisi sekitar. Ia tidak menemukan adanya mayat alien dan menemukan adanya air seni manusia yang menunjukkan adanya keterlibatan manusia dalam kasus ini. Zoil terus saja didesak oleh atasannya untuk segera menangkap Paul. Agen Haggard dan Agen O’Reilly ditugaskan untuk mencegat dan menggeledah semua kendaraan yang melintas. Kedua agen ini kemudian mencegat Greame dan Clive. Mereka menemukan tumpukan celana yang penuh ompol namun tidak menemukan adanya hal yang mencurigakan dan tidak ada alien. Greame dan Clive pun diperbolehkan untuk melanjutkan perjalanan. Selama perjalanan berlanjut, Paul menceritakan kisah hidupnya dan mulai mengungkapkan kekuatan-kekuatannya satu per satu—misalnya kemampuannya menghilang dan menyembuhkan, bahkan menghidupkan makhluk hidup yang mati. Clive, Greame, dan Paul beristirahat di lokasi tempat parkir kendaraan trailer yang dikelola oleh seorang penganut ajaran Kristus yang taat, Moses, dan puterinya yang juga taat, Ruth. Di malam hari, Greame dan Clive bersenda-gurau dengan Paul di luar trailer. Melihat ada tiga orang, Ruth menjadi curiga karena setahunya hanya ada dua orang yang menaiki trailer itu. Maka keesokan harinya Ruth memeriksa keadaan dan akhirnya bertemu dengan Paul. Ruth yang taat pada ajaran Kristus berdebat sengit dengan Paul soal alam semesta dan penciptaan. Saat itulah Paul menunjukkan kebenaran pada Ruth dan Greame. Paul menunjukkan pengetahuan luar biasa tentang alam semesta. Ia juga mengakui bahwa nyawanya terancam. Setelah ia terdampar di bumi dan menceritakan semua pengetahuannya kepada pemerintah Amerika, kini pemerintah ingin meneliti tentang kemampuan-kemampuan Paul dengan melakukan operasi medis yang bisa membuatnya terbunuh. Itulah sebabnya Paul mengatur rencana kabur dan akan mengirimkan sinyal menggunakan kembang api supaya teman aliennya datang menjemputnya.

(C) 2011/Universal Pictures/all rights reserved.

01 Story Logic

Dari segi konsep cerita, film ini sebetulnya sudah mengikuti koridor Komedi—Fiksi Ilmiah dengan baik dan juga kalau diamati memiliki konsep yang menarik. Kenapa bisa dikatakan menarik? Apakah sebelumnya belum ada konsep yang serupa? Well, konsepnya menarik karena alien yang ditampilkan dalam film ini perilakunya sama dengan manusia. Bahkan, bisa dikatakan dia adalah mantan PNS karena sebelumnya bekerja untuk pemerintah Amerika sebelum “dipecat” karena pengetahuannya sudah tidak dbutuhkan lagi. Komedi seputar penggemar komik yang fanatik [geek] sudah sangat populer dan sering diangkat ke layar lebar misalnya dalam film Fanboys yang juga memiliki cameo tidak terduga yakni aktris bintang Star Wars dan aktor Star Trek yang asli. Belum lagi penggunaan karakter geek sebagai bagian dari film yang temanya bukan menceritakan tentang penggemar komik misalnya dalam serial TV Primeval dari BBC dan yang lebih populer Tom Holland sebagai Spiderman dalam Captain America: Civil War. Meski konsepnya sudah masuk akal sesuai genre, film ini mengalami permasalahan dalam detilnya yang tidak berkaitan dengan lawakan yang disajikan. Misalnya, seorang karakter akan bertindak tidak masuk akal tetapi tindakan konyolnya itu justru merupakan bagian dari komedinya sehingga tetap tergolong masuk akal. Nah, yang dipermalahkan dalam Paul bukan kekonyolan detil seperti itu tetapi keanehan yang tidak berkaitan dengan lawakan yang ingin ditampilkan. Dalam adegan pengejaran Paul, ada detil yang mengganggu yakni jumlah personil yang diterjunkan. Akan lebih masuk akal jika The Big Guy mengirim lebih banyak personil yang lebih misterius karena selain akan membuat jalan ceritanya lebih masuk akal, juga ada beberapa bagian lawakan yang bisa menjadi lebih lucu lagi. Sebagai contoh, agen Lorenzo Zoil memeriksa bekas kubangan urin dengan mencicipinya. Akan lebih menggelikan lagi jika ada orang lain yang melihatnya dan memberikan respons pada tindakan agen tersebut. Selain itu, pengejaran yang lebih serius akan membuat para tokoh utamanya merasa semakin terancam dan membuat keputusan mereka semakin krusial. “Penghianatan” agen Zoil juga terasa semakin serius ketika ia harus menyembunyikan niatnya dari anggota tim dan ada kesempatan menunjukkan aksi konyolnya untuk mengelabuhi anggota tim atau menunjukkan betapa bodoh dan tidak kompetennya tim khusus FBI karena tidak sadar mereka sedang ditipu. Ada banyak detil tidak logis dalam film ini yang tidak berhasil mengundang gelak tawa dan hasilnya murni tidak logis.

(C) 2011/Universal Pictures/all rights reserved.

02 Story Consistency

Paul memiliki masalah konsistensi cerita. Dari segi konsep sebenarnya sudah terlihat permasalahan konsistensinya. Film ini tidak jelas mau sebatas memparodikan fiksi ilmiah secara umum dalam budaya populer, atau ingin menceritakan sebuah komedi lucu tentang alien yang melarikan diri. Jika ingin konsisten, mestinya bagian parodi budaya populer fiksi ilmiah hanya sebagai pemanis saja, tidak ditekankan secara berlebihan—we get it, they are geeks, so let’s move on. Contoh yang efektif dan tepat sasaran adalah hal-hal kecil sebagai selingan misalnya adegan ketika Steven Spielberg menelepon Paul untuk minta pendapat sebelum membuat film E.T [The Extra Terrestrial]. Dalam film E.T sendiri ada contoh komedi yang efektif—tepat sasaran—tidak berlebihan—yakni kemunculan seorang anak memakai kostum Yoda yang membuat E.T merasa sudah sampai di rumah karena seolah melihat tetangganya sendiri. Atau jika Paul memang ingin memparodikan budaya populer saja, mestinya parodi ini diperbanyak karena fokus ceritanya masih terpecah antara kedua konsep besar itu. Selain kurang konsisten dalam menentukan konsep mana yang lebih dominan, banyak juga kelucuan yang ditampilkan dalam film ini sifatnya terlalu filosofis dan menyindir/satir. Tidak ada yang salah dari sebuah sindiran, namun hal ini membuat narasinya lebih berat dan tentu saja gelak tawa yang dirangsang berbeda nuansanya dengan tawa yang dipicu oleh aksi lucu yang murni konyol tanpa ada pesan tersebunyi atau sindiran yang mau disampaikan. Sebagai contoh dapat kita lihat perjalanan yang dilakukan oleh Tim Allen, John Travolta, Martin Lawrence dan William H. Macy dalam film Wild Hogs. Kekonyolan yang mereka tampilkan selama di perjalanan sebagian besar murni perilaku konyol sehingga alur ceritanya ringan. Meskipun Wild Hogs memiliki rating yang lebih rendah, saya berani menggunakannya sebagai pembanding dalam review ini karena saya sudah melakukan pengamatan secara langsung pada dua kelompok audiens yang saya putarkan film tersebut dan hasilnya, berbanding terbalik dengan tanggapan kritikus, Wild Hogs justru lebih mampu menggugah gelak tawa penonton. Selain itu, rasio pengeluaran vs pendapatan untuk Wild Hogs [dana $60 juta, hasil $253 juta] lebih baik ketimbang Paul [dana $40 juta, hasil $100 juta] yang menandakan lebih banyak penonton yang tertarik menyaksikan Wild Hogs ketimbang Paul. Jika saya amati, ada kemungkinan penonton terkadang hanya ingin melihat komedi yang murni lawakan yang ringan, tidak terlalu berat. Selain itu, ada banyak poin guyonan dalam Paul yang terlalu bersandar pada produk film lainnya misalnya E.T dan Close Encounters of the Third Kind sehingga hal itu hanya akan terasa lucu bagi penonton yang sudah pernah menonton kedua film tersebut atau setidaknya tahu tentangnya.

(C) 2011/Universal Pictures/all rights reserved.

03 Casting Choice and Acting

Aktor yang dipilih dalam film ini adalah para komedian yang sangat populer. Pemilihan mereka sudah tepat. Namun karena ceritanya tidak konsisten, rasanya seperti potensi aktor yang begitu besar disia-siakan. Hasilnya, para pemeran kurang mampu mengundang gelak tawa penonton bukan karena mereka tidak bisa akting, tetapi karena naskahnya kurang konsisten.

04 Music Match

Tidak ada keluhan di pemilihan musik.

(C) 2011/Universal Pictures/all rights reserved.

05 Cinematography Match

Tidak ada keluhan dalam poin sinematografi. Untuk sebuah film komedi, Paul berhasil menyajikan sinematografi yang baik dan memperbesar skalanya menjadi sebuah Fiksi Ilmiah yang digarap dengan serius. Dapat dikatakan bahwa sinematografi dalam komedi ini merupakan salah satu keunggulannya.

06 Costume Design

Tidak ada keluhan dalam poin pemilihan kostum. Desain karakter Paul sudah baik dan iconic. Selain itu, film ini juga sudah menjelaskan mengapa Paul memiliki desain yang menunjukkan stereotip alien pada umumnya.

(C) 2011/Universal Pictures/all rights reserved.

07 Background/Set Match

Tidak ada keluhan dalam pemilihan latar belakang. Sama halnya dengan keunggulan sinematografi, pemilihan latar film ini juga merupakan suatu keunggulan.

08 Special and/or Practical Effects

Tidak ada keluhan dalam penggunaan efek komputer. Justru, penggunaan efek dalam film ini perlu diapresiasi karena mampu menghidupkan karakter Paul dengan sangat baik dan menyatu dengan lingkungan sekitar serta aktor lain yang merupakan aktor asli. Tidak heran, salah satu pujian besar untuk film ini yang mengantarkannya pada nominasi penghargaan adalah keunggulan penggunaan CGI dengan motion capture.

(C) 2011/Universal Pictures/all rights reserved.

09 Audience Approval

Penonton memberikan tanggapan yang beragam. Berkaitan dengan poin konsistensi cerita, banyak penonton yang mengeluhkan “eksklusifitas” film ini dalam artian terlalu banyak poin guyonan yang berkaitan erat dengan produk film lain. Tidak semua orang paham dengan lelucon tentang E.T atau Close Encounters of the Third Kind. Seperti sudah dibahas juga, film ini terlalu memposisikan diri di segmen khusus para penggemar fiksi ilmiah dalam budaya populer. Mestinya film ini mengambil porsi yang lebih seimbang agar penonton “awam” juga bisa mengikuti ceritanya dengan baik dan bisa ikut tertawa saat lawakan ditampilkan. Dalam film Toy Story 2, ada lawakan yang meniru film Star Wars. Namun kelucuan bukan sebatas menirukan Star Wars, tapi ada gerakan lucu yang ditambahkan [di luar Star Wars] sehingga meski penonton tidak paham dengan Star Wars, masih ada potensi mereka untuk tertawa melihat aksi konyol tokohnya.

(C) 2011/Universal Pictures/all rights reserved.

10 Intentional Match

Ternyata, film ini memang sebuah pesan “cinta” para pembuatnya untuk film-film fiksi ilmiah dalam budaya populer. Kesuksesan film ini secara tanggapan kritikus dan finansial menandakan bahwa keinginan penciptanya telah tercapai. Kritikus film umumnya dalah orang yang sudah punya database atau daftar tontonan film yang lebih luas ketimbang penonton awam, sehingga mereka bisa lebih mudah memahami lelucon yang disajikan film ini. Meski demikian, seharusnya film ini bisa lebih konsisten memilih jalur: apakah memang mau fokus menghibur kalangan geek atau menyasar masyarakat luas juga. Jika memang fokus menyasar para geek, film ini masih kurang all-out.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

(C) 2011/Universal Pictures/all rights reserved.

01 Skywalker’s Schemata

Melihat konsep dan jajaran pemain film ini, saya berharap besar bahwa film ini akan benar-benar membuat saya melupakan realita, menonaktifkan sebagian besar kerja otak, dan membuat saya menikmati waktu menonton dengan gelak tawa yang menggebu-gebu. Namun ternyata, film ini tidak mampu membuat saya terhibur. Dimulai dari beberapa bagian yang kurang logis—bahkan untuk ukuran komedi, dan dari inkonsistensi konsep yang disajikan. Saya tidak mempermasalahkan lawakan rujukan budaya populer dalam film ini karena saya paham maksudnya [ya karena saya sudah menonton film-film lain yang dirujuk oleh film ini]. Namun saya kecewa karena film ini memiliki tujuan utama bukan untuk menghibur penonton tetapi untuk memberi penghormatan kepada film-film fiksi ilmiah besar yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Bagi saya, dalam sebuah proses penuturan kisah, tidak ada yang lebih penting ketimbang cerita—narasinya. Soal pesan terselubung, kritik yang mau disampaikan, penghormatan, penghargaan, dan lain sebagainya itu buat saya tatarannya di bawah Narasi. Seorang pencerita harus punya tujuan utama menyampaikan Cerita. Nanti tinggal mau cerita yang bagaimana, apakah yang lucu, mengerikan, atau mengharukan. Sekarang kalau sutradara ini menampilkan rujukan dari film populer, lantas apa yang mau diceritakan? Itu namanya merujuk, bukan menceritakan. Film ini memiliki terlalu banyak rujukan, tapi juga tanggung karena masih kurang banyak: sekalian saja dibuat menjadi parody-fest seperti film-film Scary Movie, Disaster Movie, SuprheroMovie, dan yang sebangsanya. Kekecewan terbesar saya adalah kesia-siaan para bintang film yang bermain dalam film ini. Paul juga dibintangi oleh aktris senior Sigourney Weaver, namun tidak mampu memaksimalkan potensi aktris ini—pun dialog yang diberikan pada Sigourney di akhir terkesan berantakan dan tidak terlalu niat.

(C) 2011/Universal Pictures/all rights reserved.

02 Awards

Film ini meraih nominasi untuk efek komputernya yang memukau. Tentu ini sebuah pencapaian yang tidak “biasa” untuk sebuah film komedi.

03 Financial

Film ini tergolong sukses secara finansial.

04 Critics

Mayoritas kritikus film memberikan tanggapan positf untuk film ini.

(C) 2011/Universal Pictures/all rights reserved.

05 Longevity

Meski telah lewat 10 tahun, film ini masih kerap dirujuk—bukan karena kelucuan atau gebrakan dalam segi cerita, namun berkat desain karakter Paul yang memiliki daya tarik tersendiri dan masih sering dijadikan referensi kritik film ketika membahas tentang teknologi motion capture.

Final Score

Skor Asli                     : 7.5

Skor Tambahan           : -2

Skor Akhir                  : 5.5/10

Spesifikasi DVD

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Spesifikasi DVD, kunjungi profil instagram @skywalkerhunter95.

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.