(C) Warner Bros./HBO/HBO-Max/2021/all rights reserved. |
Review Zack Snyder’s Justice League (2021) 4 Jam Aksi Superhero DC Menyelamatkan Bumi
Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter
Review Justice League versi "Asli" 2017 ada DI SINI Justice League (2017) is A Complete Mess
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak
cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes
copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
Genre : Superhero—Aksi—Fiksi
Ilmiah
Rilis : 18 Maret 2021
Episode : -
Sinopsis
Ketika Superman menghembuskan napas terakhir, Mother Box yang dijaga oleh para wanita Amazon terbangun dan mengirimkan sinyal kepada dunia bahwa bumi telah kehilangan sosok penjaganya. Terbangunnya Mother Box diketahui oleh Steppenwolf, mantan pengikut Darkseid yang berkhianat dan kini ingin kembali mengabdi kepada Darkseid. Ia dan pasukan Parademon yang ia miliki lantas menyerang pulau Amazon dan berusaha mencuri Mother Box yang dijaga ketat bahkan oleh Ratu Themyscira, Hyppolita sendiri. Segala upaya kaum Amazon berhasil ditangkal oleh Steppenwolf yang teramat sakti. Ia menghabisi nyawa banyak pejuang Amazon dan akhirnya berhasil membawa pergi Mother Box Amazon. Ratu Hyppolita kemudian mengirimkan pesan kuno kepada umat manusia dengan menembakkan panah ke kuil Amazon yang ada di wilayah manusia. Pesan itu sudah sangat kuno, sehingga tidak ada satu manusia pun yang paham maknanya. Ratu berharap Diana, Wonder Woman, akan menerima pesan itu. Benar saja, Wonder Woman mengambil panah itu dan mengungkapkan pesan darurat dari Amazon.
(C) Warner Bros./HBO/HBO-Max/2021/all rights reserved. |
Wonder
Woman menceritakan isi pesan itu kepada Batman. Ia mengisahkan bahwa lima ribu
tahun yang lalu, sosok maha kuat bernama Darkseid yang gemar menjajah planet
tiba di bumi. Darkseid dipersenjatai dengan tiga bongkah Mother Box yang
merupakan alat canggih yang jika disatukan mampu memperbudak makhluk jajahan
Darkseid dengan mengubah mereka menjadi Parademon. Namun sebelum proses
penjajahan rampung, penduduk bumi melakukan perlawanan yang tidak terduga. Umat
manusia, wanita Amazon, masyarakat Atlantis, hingga Dewa Yunani dan Green
Lantern bersatu melawan Darkseid. Persatuan itu berhasil mengalahkan Darkseid,
memukulnya mundur kocar-kacir dan meninggalkan ketiga Mother Box di bumi.
Masing-masing lantas diberikan kepada wanita Amazon, manusia, dan Atlantis,
untuk dijaga serapat mungkin. Selama Mother Box tertidur dan tidak memberikan
sinyal kepada Darkseid, bumi akan aman. Batman dan Wonder Woman menyimpulkan
bahwa tewasnya Superman memberikan sinyal bahwa bumi kini tanpa pelindung dan
bisa lebih mudah ditaklukkan.
(C) Warner Bros./HBO/HBO-Max/2021/all rights reserved. |
Karena
kodisi dunia modern tidak memungkinkan bagi manusia, Atlantis, Amazon, Green
Lantern, dan Olympus untuk bersatu, Batman memutuskan untuk membentuk tim
pahlawan super. Ia akhirnya berhasil mengumpulkan The Flash, Aquaman, dan
Cyborg. Mereka bersatu untuk menghentikan Steppenwolf yang kian hari menculik
kian banyak manusia untuk diinterogasi soal keberadaan Mother Box. Steppenwolf
akhirnya berhasil mendapatkan Mother Box Atlantis. Kini semua bergantung pada
Justice League untuk menghalangi Steppenwolf mendapatkan Mother Box terakhir.
Jika sampai Mother Box itu jatuh ke tangan Steppenwolf, ia akan membuka portal
yang mengarahkan Darkseid langsung ke bumi dan memberinya kekuatan untuk
menghancurkan segala sesuatu yang ada di muka bumi. Meskipun tim Justice League
terdiri dari orang-orang hebat, Batman merasa bahwa mereka tetap kekurangan
jumlah. Ia memutuskan untuk membangkitkan kembali Superman untuk membantu
menyelamatkan bumi. Namun membangkitkan Superman bukanlah perkara mudah karena
risikonya terlalu besar: membangkitkan Superman dengan menggunakan Mother Box
akan membangunkan Mother Box itu sendiri. Jika itu sampai terjadi, Steppenwolf
akan dengan mudah mengetahui lokasi Mother Box dan mengambilnya. Batman dan tim
Justice League tidak boleh gegabah dalam mengambil keputusan. Nasib umat
manusia, Amazon, dan Atlantis ada di tumpuan mereka.
(C) Warner Bros./HBO/HBO-Max/2021/all rights reserved. |
01 Story Logic
Film
ini sudah mengikuti logika film Superhero—Aksi—Fiksi Ilmiah dengan baik.
Poin-poin yang diceritakan secara umum sudah masuk akal sesuai genrenya. Tentu
saja, film ini akan dibandingkan secara langsung dengan versi “resmi”-nya yang
dirilis tahun 2017. Dibandingkan dengan versi tersebut, alur cerita Zack
Snyder’s Justice League atau Justice League Snyder’s Cut jauh lebih masuk akal.
Motivasi-motivasi atau alasan yang mendorong perilaku karakter yang sebelumnya
tidak ada dan/atau tidak masuk akal dalam Justice
League kini telah diperbaiki dalam Snyder’s Cut. Salah satu poin penjelsan
yang penting adalah sosok penjahat Steppenwolf. Dalam Justice League, Steppenwolf adalah penjahat utama yang maha kuat.
Namun jika demikian, kekalahan Steppenwolf menjadi tidak logis karena dia
terlalu mudah dikalahkan begitu Superman muncul. Dalam Snyder’s Cut,
Steppenwolf memang penjahat yang berhadapan langsung dengan member Justice
League, namun ia hanya sebagai “bawahan” dari Darkseid. Maka, kelemahan
Steppenwolf masih masuk akal dan bisa dimaklumi karena dia memang bukan sosok
terkuat. Kisah hidup The Flash dan Cyborg juga lebih digali sehingga proses
bergabungnya mereka dalam Justice League menjadi lebih masuk akal. Hal yang
sama berlaku untuk Aquaman. Di Justice
League, keberadaan Mother Box Atlantis menjadi rancu dan bertabrakan dengan
narasi di film Aquaman yang dirilis tahun 2018. Namun di Snyder’s Cut,
ketidakcocokan ini sudah diperbaiki yakni memperjelas lokasi Mother Box di
kerajaan Atlantis yang berbeda sehingga Aquaman belum berhadapan langsung
dengan Orm. Apabila dinilai secara keseluruhan, Snyder’s Cut unggul dari Justice League—salah satu alasannya
adalah tambahan durasi yang tidak tanggung-tanggung sehingga ada lebih banyak
ruang untuk memperhalus rajutan ceritanya. Selain itu, keseluruhan logika film
ini lebih menyatu dengan tangga nada DC Universe yang memang dibangun di atas
visi Zack Snyder lewat Man of Steel.
DC memiliki tangga nada yang lebih gelap dan lebih serius ketimbang Marvel,
namun dalam Justice League, Joss
Whedon mengubah tangga nada Universe mengikuti gaya Marvel Cinematic Universe
yang tentu saja akan membuat Justice
League terpental dari susunan DC Universe karena logika keseluruhannya
tidak cocok/kompatibel dengan dunia DC yang sudah dibangun sebelumnya.
(C) Warner Bros./HBO/HBO-Max/2021/all rights reserved. |
02 Story Consistency
Meskipun
logika ceritanya sudah baik sesuai genre, konsistensi cerita dalam film ini
masih memiliki banyak kekurangan. Keunggulan utama konsistensi cerita Snyder’s
Cut adalah memperbaiki rajutan cerita Justice
League yang acak-acakan seperti kain sobek menjadi lebih proper. Meskipun
tidak benar-benar dirajut secara rapih, tapi paling tidak rajutan narasi
Snyder’s Cut sudah bisa membentuk sebuah sweater
yang bisa dipakai oleh Warner Brothers jika ke depannya akan membuat sebuah
sekuel karena Snyder’s Cut ini lebih memungkinkan untuk dibuatkan sekuel ketimbang
Justice League versi “asli”. Jika
kita melihat Marvel’s The Avengers
yang dirilis tahun 2012, kita akan melihat bahwa susunan tim Avengers sudah
diperkenalkan dengan baik lewat Iron Man,
Iron Man 2, The Incredible Hulk [pengecualian karena berganti aktor namun inti
narasinya sama], Thor, hingga Captain America: The First Avenger.
Karakter lain seperti Black Widow dan Nick Fury, meskipun kala itu belum
memiliki film sendiri, sudah diperkenalkan lewat film-film lainnya. Jadi, beban
narasi The Avengers bisa lebih ringan
karena tidak lagi harus menjelaskan latar belakang para pahlawan supernya. Hal
yang berbeda terjadi pada Justice League
yang mana baru Superman dan Wonder Woman yang memiliki film sendiri—pun
keduanya kurang sukses. Batman saja belum memiliki film sendiri karena harus
berbagi dengan Superman di Batman V
Superman: Dawn of Justice. Maka beban narasi Justice League menjadi sangat berat. Justice League memilih untuk skip alias meloncati narasi
perkenalan tokoh sehingga alur ceritanya menjadi tidak jelas karena motivasi
karakternya tidak digali lebih dulu. Snyder’s Cut, karena memiliki durasi yang
jauh lebih panjang, memilih untuk memasukkan latar belakang para member Justice
League. Namun konsekuensinya, alur ceritanya menjadi kurang konsisten karena
sebetulnya tidak ada waktu untuk menceritakan kisah hidup karakternya saat
musuh besar yang mengancam dunia muncul di depan mata. Hal ini menjadikan
Steppenwolf seperti penjahat yang tidak becus karena butuh waktu yang sangat
lama untuk menjalankan rencananya—padahal bukan salah dia, melainkan salah
narasinya karena harus transit dulu di banyak titik.
Bayangkan jika kita harus melihat kisah hidup Groot saat Thanos sudah
mendapatkan semua Infinity Stones. Namun sekali lagi, jika dibandingkan dengan Justice League yang “asli”, Snyder’s Cut
ini jauh lebih konsisten dan memberikan narasi yang lebih jelas dan koheren.
(C) Warner Bros./HBO/HBO-Max/2021/all rights reserved. |
03 Casting Choice and Acting
Tidak
ada keluhan dalam pemilihan aktor. Sejak Justice
League dirilis tahun 2017, pemilihan aktor memang bukan sorotan utama
sasaran kritik negatif. Huru-hara antar penggemar soal pemilihan Henry Cavill
sebagai Superman, Gal Gadot sebagai Wonder Woman, dan Ben Affleck sebagai
Batman sudah selesai diperdebatkan sebelum Justice
League dirilis sehingga Justice League
sebenarnya tinggal meneruskan tongkat estafet saja, tidak perlu memperdebatkan
pemilihan aktor secara berlebihan. Meskipun ketika Man of Steel, Batman V
Superman, dan Wonder Woman
dirilis terdapat perdebatan soal pemerannya [bahkan tokoh Lex Luthor dan Joker
versi Snyder diperdebatkan dengan sengit], namun sewaktu Justice League dirilis mayoritas penonton sudah “terbiasa” dengan
pilihan yang sudah established.
Peningkatan lain dalam Snyder’s Cut adalah desain Steppenwolf dan Parademon.
(C) Warner Bros./HBO/HBO-Max/2021/all rights reserved. |
04 Music Match
Musik
yang digunakan dalam Snyder’s Cut sebetulnya sudah bagus dan spektakuler. Hanya
saja, seringkali musiknya [terutama musik—vokal yang mengiringi Wonder Woman]
dimainkan di momen yang kurang pas dan terlalu sering diulang. Selain itu, film
ini masih terlalu bergantung pada masing-masing anggota Justice League secara
individu, jadi musik Wonder Woman yang dipakai sangat menyolok dan menjadi
jurang pemisah antara anggota Justice League yang satu dengan lainnya. Hal ini
tidak terjadi dalam The Avengers
karena meskipun masing-masing tokoh sentral umumnya memiliki film sendiri, The Avengers memiliki satu musik/theme
yang begitu iconic sehingga penonton akan mengasosiasikan musik itu dengan
Avengers sebagai satu tim, bukan sebagai masing-masing individu. Mestinya Justice League melakukan langkah yang
sama—dalam hal ini “meniru” langkah Marvel justru disarankan karena penonton
perlu diingatkan bahwa para superhero ini bukan lagi bertindak sendiri-sendiri
tapi sebagai sebuah tim [kecuali memang cerita ini dimaksudkan untuk
menunjukkan ketidakcocokan anggota dan tim yang terpecah belah seperti cerita
Marvel’s Civil War—yang mana ini
tidak ditampilkan dalam Snyder’s Cut].
(C) Warner Bros./HBO/HBO-Max/2021/all rights reserved. |
05 Cinematography Match
Tidak
ada keluhan dalam poin sinematografi. Adegan pertarungan dalam Snyder’s Cut
tampak lebih spektakuler ketimbang versi “asli”nya. Selain itu, koreografi
pertarungan juga lebih baik.
06 Costume Design
Tidak
ada keluhan dalam poin pemilihan kostum.
07 Background/Set Match
Tidak
ada keluhan dalam pemilihan latar belakang—dari segi konsep dan nuansa lokasi
yang dipilih. Namun, permasalahan penggunaan efek komputer sebagai latar
belakang akan memengaruhi penilaian yang berkaitan dengan poin berikutnya.
(C) Warner Bros./HBO/HBO-Max/2021/all rights reserved. |
08 Special and/or Practical Effects
Lagi-lagi
ada peningkatan yang signifikan dalam Snyder’s Cut dari Justice League yakni pada poin efek komputer. CGI yang masih sangat
kasar di Justice League telah
diperbaiki menjadi lebih halus dan enak dipandang dalam Snyder’s Cut. Meski
demikian, sayang sekali masih ada banyak adegan yang efek komputernya kurang refined. Permasalahan utama seringkali
muncul bukan dari background fantasi dari komputer, namun background
non-fantasi dari komputer. Ada banyak adegan dalam film ini yang mestinya bisa
direkam menggunakan set asli ketimbang menggunakan efek komputer. Selain itu,
pemilihan presentasi Aspect Ratio 4:3 [kotak] film ini menimbulkan masalah
sendiri karena ukuran presentasi semacam ini kurang mampu mendorong tingkat
ke-spektakuler-an adegan aksinya. Sebenarnya wajar jika film ini
dipresentasikan dalam Full Screen tanpa diapit dua garis hitam atas-bawah
karena bisa memperbesar kesan skala filmnya. Melihat skema Snyder’s Cut yang
memang dirilis untuk HBO yang memiliki sejarah pertelevisian yang panjang, sebagian
orang bisa menganggap presentasi 4:3 itu wajar karena itu merupakan standar
penyiaran TV yang dipakai sejak dahulu dan baru berganti ke 16:9 [persegi
panjang] pada tahun 2009. Namun skala Snyder’s Cut jauh lebih besar ketimbang
sebuah serial TV, sehingga presentasi ini kurang tepat. Jika memaksakan untuk
tampil secara 4:3, setidaknya Snyder’s Cut bisa dipresentasikan secara
Anamorphic sehingga penonton memiliki keleluasaan opsi untuk melihatnya dengan
nuansa TV tabung [4:3] atau dengan nuansa yang mendekati TV Flat Screen [16:9].
Presentasi Anamorphic adalah gambar Wide Screen yang “dipadatkan” sehingga
misalnya orang gemuk akan terlihat lebih kurus dalam konfigurasi Anamorphic
atau di TV tabung. Namun jika ditonton menggunakan perangkat Wide Screen,
gambar yang “dipadatkan” tadi akan “dimelarkan” sehingga menjadi Wide Screen
tanpa membuat si orang gemuk kelihatan “lebih gemuk”.
https://id.aliexpress.com/item/33042884721.html [all rights reserved] |
09 Audience Approval
Mayoritas
penonton yang vokal memberikan suara adalah mereka yang menuntut Warner Bros
untuk merilis Snyder’s Cut. Tanggapan penonton pada umumnya positif. Penonton
yang non-penggemar sebagian besar memberikan respons positif terhadap narasi
yang diperbaiki, namun memberikan respons negatif terhadap durasi yang terlalu
panjang.
10 Intentional Match
Zack
Snyder diberi keleluasaan dalam merilis film ini. Durasinya yang fantasitis dan
format presentasinya adalah dua bukti keleluasaannya. Walau bagaimanapun
hasilnya, Snyder’s Cut ini memang telah dibuat sesuai visi dari Zack Snyder.
Dan pada akhirnya, versi ini-lah yang mampu mempresentasikan narasi Justice
League yang tidak hanya lebih masuk akal dan konsisten dari segi cerita, namun
juga lebih konsisten dengan film-film lain di DC Universe dari segi tangga
nada/style/tone. Snyder’s Cut telah mampu menunjukkan [atau mengembalikan]
kontras yang membedakan Marvel dengan DC dari kedua segi tersebut [narasi yang
lebih berat/serius/dewasa dan presentasi yang lebih suram].
(C) Warner Bros./HBO/HBO-Max/2021/all rights reserved. |
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
01 Skywalker’s Schemata
Saya
sangat menyukai Marvel terutama The
Avengers 2012. Saya ikut berdiri dan tepuk tangan saat film itu selesai di
bioskop tahun 2012 lalu. Namun tidak bisa dipungkiri, saya akhirnya merasa
jenuh dengan Marvel dan menganggap franchise ini sudah terlalu berlebihan dan
merusak kontras yang jelas antara Film dan Sinetron [TV Series].
Saya merasa tidak masalah jika Marvel ini adalah serial TV, tapi masalah besar
jika menjadi Film karena toh setiap entri baru dalam Marvel Universe hanya
berlaku sebagai “iklan” untuk film berikutnya—seperti lubang tanpa batas, saya
tidak menyukainya. Karena itu saya sangat butuh alternatif lain dan melihat
potensi yang ditawarkan oleh DC. Saya lebih menyukai animasi DC ketimbang
animasi Marvel karena alur ceritanya secara umum lebih serius dan dewasa. Saya
pun termasuk orang yang mengapresiasi Batman
V Superman karena akhirnya saya menemukan sesuatu yang berbeda dengan
Marvel yang penuh warna dan nyaris tidak ada ceritanya [dangkal]. Saya menyukai
Watchmen, film superhero Snyder yang
dirilis tahun 2008. Ceritanya berat dan rumit, bukan tipe cerita yang bisa
dinikmati dengan canda tawa seperti film superhero Marvel. Maka saya berharap
besar pada Justice League tahun 2017
lalu. Namun, alangkah kecewanya saya setelah menonton filmnya dan mendapati
bahwa film itu berusaha keras meniru-niru formula Marvel dan jelas tidak
berfungsi karena pada dasarnya kedua Universe ini sudah terlanjur memiliki
tangga nada atau aura/nuansa yang berbeda. Pengubahan aura yang dipaksakan ini
tidak akan membuat penggemar Marvel lantas jatuh hati pada DC, dan justru
berpotensi membuat penggemar DC meninggalkan franchise ini karena merasa
dikhianati.
(C) Warner Bros./HBO/HBO-Max/2021/all rights reserved. |
Ketika
informasi sebenarnya mengenai berbagai masalah produksi film tersebut dirilis,
kekacauan hasil akhirnya mulai bisa dipahami. Namun penonton butuh pembuktian,
apakah benar Justice League itu jelek
karena masalah produksi, atau memang film tersebut pada dasarnya jelek? Kalau
benar ada masalah di waktu produksi, studio diminta membuktikan dengan merilis
Snyder’s Cut. Awalnya hal ini dianggap mitos, tidak ada yang namanya Snyder’s
Cut. Tapi begitu Warner Bros mengumumkan secara resmi akan merilis Snyder’s
Cut, saya enggan menggantungkan harapan terlalu tinggi dan saya senang telah
mengambil keputusan yang tepat. Saya merasa Snyder’s Cut memang meningkatkan
kualitas Justice League jauh lebih baik, namun tidak
benar-benar di atas rata-rata. Film yang berantakan sudah ditata ulang sehingga
lebih rapih dan saya mengapresiasinya. Tetapi saya juga merasa film ini terlalu
panjang—padahal saya adalah penggemar Gone
with the Wind yang durasinya juga 4 jam dan bagi saya durasinya itu pas,
malah kalau bisa ditambah lagi lanjutan kisah Scarlett O’Hara selepas kepergian
Rhett Butler.
(C) Warner Bros./HBO/HBO-Max/2021/all rights reserved. |
02 Awards
Sampai
artikel ini dirilis, belum ada penghargaan yang penting untuk disebutkan.
03 Financial
Sampai
artikel ini dirilis, belum dapat dihitung pasti keuntungan vs dana pembuatan.
Apalagi, film ini dirilis di platform streaming HBO Max dan kemudian dalam format
Home Video [DVD, Blu-ray].
04 Critics
Kritikus
terbagi dua antara yang memuji dan mengkritik negatif. “Kritikus—YouTuber”
mayoritas menyuarakan tanggapan positif.
05 Longevity
[Pending—karya
masih berusia di bawah 10 tahun]
Final Score
Skor
Asli : 8.5
Skor
Tambahan : -1/2
Skor
Akhir : 8/10
Untuk informasi lebih lanjut mengenai Spesifikasi DVD, kunjungi profil instagram @skywalkerhunter95
***
Edisi Review Singkat