AMBLIN/Focus Features/2020/all rights reserved. |
Review Come Play (2020) Setan Kesepian Gentayangan di SosMed
Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak
cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes
copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
Genre : Horror—Supranatural
Rilis : 30 Oktober 2020
Episode : -
Sinopsis
Oliver, seorang anak yang mengalami kesulitan bicara, tidak bisa lepas dari smartphone miliknya karena senantiasa digunakan untuk berkomunikasi dan menonton acara Spongebob Squarepants. Suatu ketika, layar smartphone miliknya tiba-tiba menampilkan sebuah aplikasi berisi cerita bergambar tentang Larry, si hantu yang kesepian. Dalam cerita bergambar tersebut, dikisahkan bahwa Larry memiliki bentuk tengkorak yang mengerikan. Karena itulah Larry dijauhi dan sering disalahphami sebagai makhluk jahat, tapi sebenarnya ia hanya ingin berteman. Semakin Oliver membaca lebih banyak halaman dari cerita itu, semakin banyak pula timbul kejadian aneh yang dimulai dengan lampu yang berkedip-kedip dan benda-benda yang bergeser sendiri. Karena ketakutan, Oliver berhenti membaca dan meringkuk ketakutan. Ibunya, Sarah, yang mendengar suara keributan segera menenangkannya dan menerangkan bahwa semua yang terjadi hanyalah mimpi.
AMBLIN/Focus Features/2020/all rights reserved. |
Pada
hari berikutnya, Oliver diganggu oleh teman sekelasnya, Byron dan kawan-kawan
yang menganggap Oliver sebagai orang aneh. Byron pun merebut dan membuang
ponsel Oliver hingga ponsel itu tidak bisa ditemukan. Namun tidak ada orang
dewasa yang mengetahui kejadian tersebut. Kedua orangtua Oliver hanya tahu
bahwa Oliver kehilangan ponselnya dan menganggap bahwa putera mereka
berkelakuan semakin aneh. Marty, ayah Oliver yang bekerja sebagai teknisi
sekaligus penjaga parkir, menemukan sebuah smartphone-tablet yang ada di
tumpukan barang temuan. Karena Oliver butuh perangkat untuk berkomunikasi,
Marty membawa tablet itu pulang dan memberikannya kepada Oliver. Mulanya,
Oliver sangat senang mendapatkan tablet itu. Namun, lagi-lagi aplikasi cerita
bergambar Larry kembali muncul. Bahkan kali ini, Larry makin jelas menampakkan
dirinya lewat tampilan kamera dan suara dari dalam tablet. Ketakutan, Oliver
menyimpan tablet itu rapat-rapat.
AMBLIN/Focus Features/2020/all rights reserved. |
Sarah
diberi tahu oleh terapis Oliver bahwa anak tersebut memerlukan lebih banyak
interaksi sosial. Maka, karena ketidaktahuannya akan insiden perundungan di
sekolah, Sarah mengundang Byron dan beberapa temannya untuk menginap di rumah
Oliver. Byron menemukan tablet yang disembunyikan Oliver dan membaca cerita
Larry yang muncul dengan sendirinya. Kejadian-kejadian aneh mulai terjadi.
Lampu mati, perabotan bergeser sendiri, dan sosok menyeramkan bisa terlihat
melalui kamera tablet. Byron yang tidak percaya justru menghampiri sosok
menyeramkan tersebut dan seketika diserang oleh Larry. Serangan itu menyebabkan
trauma sehingga Byron tidak bicara selama berhari-hari. Semua pihak menyalahkan
Oliver, menganggap anak tersebut berbahaya dan emosinya tidak stabil. Sarah dan
Marty juga tidak percaya pada penjelasan Oliver, sampai mereka mengalami
sendiri kejadian-kejadian aneh setelah cerita Larry muncul di ponsel mereka.
Tampaknya, Larry hanya bisa “mengganggu” alakadarnya lewat dunia lain. Supaya
ia bisa menyeberang ke dunia manusia, seseorang harus membaca cerita Larry
sampai tamat. Karena Oliver beserta orangtuanya menyingkirkan semua alat
komunikasi, Larry memunculkan cerita bergambarnya di layar televisi dan memaksa
Oliver dan ibunya membaca cerita itu hingga tamat. Larry pun kini bisa
melenggang bebas di dunia nyata dengan tujuan utama menyeret Oliver ke dunia
gaib untuk selama-lamanya.
AMBLIN/Focus Features/2020/all rights reserved. |
01 Story Logic
Sebetulnya,
logika film ini sudah sejalan dengan logika horror. Hanya saja, cerita
horror—supranatural yang menyangkut teknologi seringkali justru mengurangi atau
bahkan menghilangkan kadar horror ceritanya. Banyak sekali film
horror—supranatural yang mengisahkan setan muncul dari benda elektronik yang
itu saja sudah mengurangi kadar kengerian narasinya, apalagi jika setan muncul
lewat aplikasi smartphone yang berarti setan tersebut harus pintar coding
dan diverivikasi oleh Google Play. Cerita horror yang mengandalkan koneksi
internet kurang begitu logis—hal supranatural dan teknologi masa kini saling
berbenturan karena teknologi-lah yang menyebabkan orang semakin tidak percaya
pada penampakan hantu. Itulah mengapa cerita horror—supranatural lebih memiliki
efek menyeramkan jika terjadi sebelum era 90-an dan/atau di area terpencil yang
masih “minim teknologi”.
AMBLIN/Focus Features/2020/all rights reserved. |
Hantu
yang muncul di reruntuhan kuil di tengah hutan di India akan lebih mencekam
ketimbang jika hantu itu muncul di sebuah WarNet, rental PlayStation, atau
iPhone Store. Hantu yang memanipulasi siaran televisi, radio, bahkan
kelistrikan rumah maupun mobil mungkin masih bisa ditoleransi karena televisi
dan radio menangkap sinyal atau frekuensi yang pada dasarnya menyatu dengan
alam [bahkan televisi bisa menangkap residu dentuman Big Bang] dan alarm mobil
juga dapat diaktifkan dengan sinyal radio. Namun ketika hantu ini sudah masuk
ranah internet yang mengandalkan data digital, kadar kengeriannya akan
berkurang dengan sangat drastis karena teknologi ini justru merupakan antitesis
dari kisah-kisah supranatural. Bagaimana hantu bisa mengerti sisitim rekaman
video di The Ring, bagaimana sosok
misterius muncul lewat website di The
Pulse, bahkan hingga pencabut nyawa menyedot manusia masuk ke dalam website
di serial animasi Ghost at School.
AMBLIN/Focus Features/2020/all rights reserved. |
Cerita
mengenai seseorang yang diculik makhluk halus sudah sering didengar. Namun
cerita itu berkisar pada penjelajah atau petualang di hutan, tempat terpencil,
atau di lokasi lain yang terasingkan—bukan seseorang ditarik masuk ke dalam
website. Yang ada malah film fiksi ilmiah seperti Tron Legacy yang mengubah manusia menjadi data digital dan
menariknya masuk ke dalam video game secara harfiah. Ceritanya akan berbeda
jika sang hantu merasuki jiwa seorang programmer dan mengakibatkan si
programmer membuat aplikasi yang membahayakan misalnya yang mampu mengendalikan
kendaraan dengan fitur kemudi otomatis untuk menabrak kereta atau meluncur ke
jurang. Tapi tidak masuk akal kalau si hantu sendiri yang duduk di depan PC dan
mengetikkan kode perintah untuk A.I dengan maksud jahat. Terkadang kita memang
ingin menampilkan konsep yang lebih kekinian soal cerita horror—supranatural,
namun justru di sinilah letak kelemahan ceritanya. Meski demikian, film ini
tetap mampu menyuguhkan sisa narasi dan konsep yang sudah sejalan dengan genre
horror—supranatural. Apalagi, film ini telah menjelaskan alasan kemunculan
Larry dan mengapa ia mengincar Oliver.
AMBLIN/2020 |
02 Story Consistency
Come
Play menyuguhkan narasi yang “cukup” konsisten sehingga membentuk sebuah cerita
yang utuh. Hanya saja, ada beberapa bagian yang tidak konsisten terutama yang
menyangkut kepribadian tokohnya dan kecepatan mereka berubah sifatnya. Dalam
film The Omen (1976), dikisahkan
lahirnya anak Anti-Kristus. Meskipun demikian, si anak ini justru bukan fokus
cerita yang disorot karena ceritanya berfokus pada proses penyelidikan yang
dilakukan oleh ayah si anak bersama dengan seorang jurnalis yang bertekad
mengungkap jati diri si anak. Dalam Come Play, fokusnya masih berubah-ubah
antara Oliver dan masalah persahabatannya yang termasuk kesulitannya
bercengkerama di sekolah, masalah keluarga yang meliputi percekcokan antara
Sarah dan Marty, dan bagaimana Larry muncul.
AMBLIN/Focus Features/2020/all rights reserved. |
Dalam The Omen, perseteruan yang terjadi
antara ayah dan ibu tidak menjadi poin cerita tersendiri, dan perseteruan itu
terjadi akibat si anak iblis, bukan kejadian yang berdiri sendiri. Oranguta
Oliver berseteru karena masalah ekonomi dan ketidakharmonisan keduanya, bukan
karena kemunculan Larry. Dalam film pembunuhan Halloween (2007), permasalahan keluarga dirangkai sebagai bagian
cerita yang runtut dan memiliki hubungan sebab-akibat yang jelas: keluarga yang
kacau balau menjadi bensin tambahan untuk api psikopat di dalam diri Mike
Myers. Jadi, hubungan antara latar belakang keluarga dan kasus pembunuhan Mike
Myers itu berbading lurus, bukan bercabang. Nah, dalam Come Play, hubungannya
tidak membentuk garis lurus tetapi membentuk cabang. Sehingga kurang jelas apa
yang mau “diselesaikan” di akhir film. Misalnya, apakah kejadian horror akan
menyatukan hubungan keluarga yang retak, menyatukan hubungan persahabatan yang
rusak, hubungan ibu dan anak yang renggang, hubungan si suami dengan si istri,
hubungan orangtua dengan orangtua lainnya yang juga ada latar belakang masalah.
Jika semua-muanya mau dibahas, maka alur ceritanya berpotensi menjadi kurang
konsisten. Meski demikian, jika dilihat secara keseluruhan, konsistensi film
ini sudah “cukup” lah untuk membentuk
sebuah cerita yang utuh meski sedikit belepotan.
AMBLIN/Focus Features/2020/all rights reserved. |
03 Casting Choice and Acting
Pemilihan
aktor dan akting pemeran dalam film ini masih kurang mumpuni dan kurang
meyakinkan, baik pemeran dewasa maupun pemeran anak-anak. Namun permasalahan
yang paling besar datang dari pemeran anak-anak. Untuk sebuah film yang fokus
pada karakter anak-anak, pemilihan aktor cilik di film ini masih sangat kurang.
Come Play berbeda dengan film horror—supranatural lain seperti Insidious karena dalam film itu,
karakter anak tidak menjadi sentral dan menghabiskan sebagian besar waktu
“hanya” berbaring saja. Fokus Insidious
tetaplah pada upaya kedua orangtua untuk “membangunkan” anak mereka, bukan
bagaimana interaksi si anak dengan sosok makhluk halus. Maka dalam cerita Sleeping Beauty, Puteri Aurora justru
“jarang tampil” karena ia “hanya” tergeletak—meskipun ia pernah bertemu dengan
penjahat Maleficent, namun inti ceritanya bukan pada perseteruan Aurora dengan
Maleficent, sama dengan Insidious,
meskipun si anak diculik oleh setan, namun perseteruan si anak dan si setan di
sini bukan sentral, melainkan perseteruan si ayah dengan si setan. Peran
karakter anak di Come Play sangat besar dan bukan hanya mencakup karakter
Oliver, tapi juga teman-temannya. Jika kita melihat ke film seperti Stand By Me, The Goonies, bahkan It, pemilihan aktor cilik-nya justru
dipikirkan secara matang karena mereka akan membawa obor narasi filmnya. Dalam
film Come Play, Oliver dan teman-temannya berhadapan langsung dengan setan
Larry. Setan ini bahkan sering berinteraksi dengan Oliver melalui ponsel dan
benda-benda yang berubah posisi. Oliver adalah manusia yang diincar oleh Larry,
jadi jelas sekali Oliver adalah tokoh sentral. Beban narasi yang begitu besar
untuk tokoh sentral mestinya dipertimbangkan sehingga pemilihan aktor, dialog,
dan pengarahan sutradara bisa lebih ditingkatkan lagi kualitasnya.
AMBLIN/Focus Features/2020/all rights reserved. |
04 Music Match
Tidak
ada keluhan di pemilihan musik.
05 Cinematography Match
Tidak
ada keluhan dalam poin sinematografi.
06 Costume Design
Tidak
ada keluhan dalam poin pemilihan kostum.
07 Background/Set Match
Tidak
ada keluhan dalam pemilihan latar belakang.
08 Special and/or Practical Effects
Tidak
ada keluhan dalam penggunaan efek komputer.
09 Audience Approval
Penonton
memberikan tanggapan beragam untuk film ini, namun tanggapan beragam penonton
mengarah ke cenderung positif.
10 Intentional Match
Film
ini memang ingin menggali konsep kemunculan makhluk halus dari kemajuan
teknologi yang sekaligus menyindir pola hidup manusia masa kini yang senantiasa
terpaku pada gawai dan menyebabkan naiknya angka depresi. Meskipun konsep yang
ingin digali ini “sangat berbahaya” bagi sebuah film horror—supranatural
(sebagaimana dijelaskan di poin Story Logic dan Story Consistency), Come Play
berhasil menampilkan sebuah film horror yang alur ceritanya jelas dan
menghibur, terbukti film ini berhasil menarik minat penonton jika dilihat dari
angka pendapatan/box-office film ini meskipun dirilis di tengah pandemi. Konsep
dan pesan yang ingin disampaikan pun telah berhasil disampaikan.
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
AMBLIN/Focus Features/2020/all rights reserved. |
01 Skywalker’s Schemata
Saya
tidak menyukai cerita hantu yang ada kaitannya dengan teknologi modern. Saya
bahkan lebih menyukai The Grudge
ketimbang The Ring karena The Ring melibatkan penggunaan televisi
dan teknologi perekam video VCR. Meskipun teknologi yang dipakai dalam The Ring masih berupa teknologi analog, namun tetap saja bagi saya hal
semacam ini terlalu aneh untuk menjadi media kemunculan hantu atau setan.
Okelah jika setan ini sebatas menghidupkan lampu atau bahkan menghidupkan TV
dan komputer, tapi kalau menyusup masuk ke dalam komponennya dan menyiarkan
sesuatu dari teknologi, bagi saya terlalu sukar dipercaya dan merusak nuansa
horror filmnya. Bisa saja disiasati misalnya si hantu tidak masuk ke TV, tapi
merasuki pikiran tokoh-nya menjadi seolah-olah si tokoh melihat sesuatu di TV.
Dalam film Evil Dead, saya masih
menyukainya dan merasa nuansa horornya masih tetap kental meskipun ada
teknologi yang digunakan. Meskipun ada teknologi, yang dipakai adalah sebuah
perekam suara dan bukan alat perekamnya yang menjadi sentral, melainkan suara
yang direkam.
Bagi
saya, setan yang muncul secara online terlalu mengada-ada: jika data dan perangkat
analog saja sudah mustahil dimanipulasi oleh setan, apalagi data dan perangkat
digital yang mana hal seperti ini lebih masuk akal jika masuk ke cerita fiksi
ilmiah seputar alien. Bisa saja tentang hantu, tapi mungkin sosok hantu yang
merasuki jiwa seorang ahli komputer dan mendorongnya untuk melakukan tindakan
keji menggunakan teknologi yang dia miliki, misalnya, “Bunuh dia!”—si setan
hanya meminta si hacker untuk membunuh, tapi teknis peretasannya tergantung
keahlian si hacker, misalnya ia bisa mengendalikan mobil Tesla milik si korban
atau menyebarkan data pribadi si korban ke pembunuh berantai. Meskipun
demikian, saya cukup terkejut karena film ini toh masih bisa dinikmati karena
alurnya jelas dan aspek lain di luar konsep ceritanya sudah mendukung.
Misalnya, tidak ada adegan yang dibuat-buat terlalu gelap supaya penonton
kesulitan melihat Larry [seperti Godzilla
2014]—kalau waktunya Larry keluar ya dia akan keluar, tidak seperti Godzilla 2014 yang waktunya keluar malah
diliputi kegelapan dan debu sehingga tidak kelihatan sama sekali. Saya merasa
terhibur oleh film ini dan merekomendasikan film ini kepada teman-teman saya.
02 Awards
Sampai
artikel ini dipublikasikan, Come Play belum memperoleh penghargaan yang penting
untuk disebutkan.
03 Financial
Dari
dana sebesar $9 juta, film ini berhasil mendapatkan penghasilan sebesar $12-13
juta dari penayangan bioskop. Angkanya bisa jadi lebih jika keuntungan dari
streaming dan penjualan DVD ikut dihitung. Angka $13 juta memang tidak
fantastis di dalam skema film Hollywood, tapi mengingat situasi pandemi dan
genre film ini yang memang biasanya mendapat keuntungan lebih kecil dari
film-film epik, angka ini terbilang luar biasa. Banyak sekali film yang sama
sekali tidak mendapat jatah tayang di bioskop dan film-film keluaran studio
besar sekaliber Disney dan Warner Bros. pun banyak yang tidak menutupi biaya
produksinya. Angkanya memang fantastis di atas $100 juta, tapi ya sama saja rugi
jika tidak bisa menutup cost produksi.
04 Critics
Kritikus
film memberikan tanggapan beragam. Sama dengan tanggapan beragam penonton,
tanggapan kritikus juga mengarah ke tanggapan positif.
05 Longevity
[Pending—karya
masih berusia di bawah 10 tahun]
Final Score
Skor
Asli : 8/10
Skor
Tambahan : -1
Skor
Akhir : 7/10
Untuk informasi
lebih lanjut mengenai Spesifikasi DVD, kunjungi profil instagram
@skywalkerhunter95
***
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk
menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar
yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil
Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.