Review Film Love and Monsters (2020) Melawan Serangga Raksasa Demi Cinta


Paramount Pictures/2020/all rights reserved.

Review Film Love and Monsters (2020) Melawan Serangga Raksasa Demi Cinta

Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter

Periksa index

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Petualangan—Post-Apocalyptic Fiksi-ilmiah—Monster

Rilis                 : 16 Oktober 2020

Episode           : -

Sinopsis

Suatu ketika, bumi diancam oleh asteroid raksasa yang bisa menghancurkan makhluk hidup di bumi. Untuk mencegah asteroid itu menghantam permukaan bumi, pemerintah menggerakkan militer untuk menembakkan bom guna meledakkan asteroid itu di angkasa. Bom itu berhasil menghancurkan asteroid, namun radiasi dari bom itu menyebar dan menyebabkan serangga serta amfibi bermutasi. Mereka berubah menjadi monster raksasa yang memangsa manusia. Umat manusia dibabat habis dengan total korban sebanyak 95% penduduk—menjadikan bumi masuk dalam masa Post-Apocalypse. Mereka yang selamat terbagi menjadi beberapa koloni yang bersembunyi di bunker atau tempat terpencil. Salah satu penyintas Apocalypse itu adalah Joel Dawson yang ikut dalam sebuah koloni yang mendiami sebuah bunker di Fairfield, California. Penyintas di dalam bunker membagi tugas, mulai dari menyiapkan makanan sampai mencari makanan dan melindungi bunker dari serangan serangga. Meskipun sangat ingin membantu melindungi bunker, Joel hanya dibebani “tugas ringan” karena terbukti ia tidak bisa menggunakan senjata dan insting bertahan hidupnya payah.

Paramount Pictures/2020/all rights reserved.

Joel tidak punya siapa-siapa lagi. Satu-satunya orang terdekat yang ia punya adalah Aimee, kekasihnya yang terpisah dan berada di koloni yang berbeda. Setelah panggilan radio Aimee terputus, Joel memantapkan hati untuk keluar bunker menuju ke koloni Aimee. Teman-temannya berusaha mencegahnya karena dunia luar dipenuhi monster yang haus darah. Untuk menuju ke koloni Aimee, diperlukan waktu sekitar tujuh hari. Bertahan selama satu jam saja sudah sulit, apalagi tujuh hari. Namun Joel merasa inilah saatnya keluar dan mengejar cintanya. Ia pun membawa senjata dan perbekalan alakadarnya. Dengan hanya berbekal rasa cinta, Joel memulai perjalanannya menuju koloni Aimee. Di awal perjalanan, Joel sudah dihadang oleh monster kodok raksasa yang berniat memangsanya. Namun Joel beuntung karena seekor anjing datang menolongnya. Anjing itu bernama Boy dan telah kehilangan majikannya. Boy mengikuti Joel melanjutkan perjalanan. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan dua penyintas yakni si tua Clyde dan gadis cilik tangguh Minnow.

Clyde dan Minnow mengajari Joel banyak hal yang mencakup cara menggunakan senjata dan cara bertahan hidup. Clyde menjelaskan bahwa dirinya berencana pergi ke gunung karena lokasi itu dirasa aman dan tidak banyak monster berkeliaran. Namun jalan menuju gunung berlawanan dengan jalan ke koloni Aimee yang letaknya di pinggir pantai. Mereka pun berpisah dan Joel harus menghadapi bahaya monster di perkotaan seorang diri, ditemani oleh anjingnya, Boy.

Paramount Pictures/2020/all rights reserved.

01 Story Logic

Dilihat dari genrenya, logika cerita film ini sebetulnya logis secara garis besar. Hanya saja ada beberapa bagian detil yang tidak masuk akal. Dorongan batin Joel memang sangat kuat, namun keputusannya untuk mencari Aimee tidak masuk akal JIKA dilakukan dengan gegabah. Mestinya paling tidak Joel melakukan persiapan yang matang sebelum melakukan perjalanan. Ia juga sangat ceroboh sehingga justru mengundang para monster. Karakternya lebih logis tewas jika berkelana sendirian. Bahkan setelah memiliki seekor anjing yang telah menyelamatkan nyawanya, Joel masih saja ceroboh dan tidak memedulikan gerak-gerik anjingnya yang mengindikasikan ada bahaya. Ceritanya akan lebih logis jika ia pergi ditemani orang lain yang ahli menggunakan senjata. Selain itu, kemunculan Clay dan Minnow juga tidak masuk akal—bukan karena mereka muncul tiba-tiba, tapi karena keadaan fisik mereka. Dengan adanya bocah kecil yang ahli senjata, kesan serius film ini berkurang drastis menjadi film petualangan anak-anak karena seolah-olah kondisi mencekam itu “tidak terlalu berbahaya”. Cerita asteroid yang dibom nuklir dan memunculkan serangga monster, jika dilihat dari kaca mata drama-serius, tentu tidak logis. Namun dalam fiksi-ilmiah, hal tersebut logis. Hanya saja, jika film ini dimaksudkan untuk mengambil nuansa yang serius, reaksi karakternya haruslah masuk akal dalam koridor “Tindakan apa yang logis dilakukan seseorang jika ingin selamat dari serangan semut sebesar Stegosaurus?”—semut sebesar stegosaurus adalah konsep yang tidak logis di dunia nyata [logis di fiksi-ilmiah], namun reaksi karakter menghadapi semut itu haruslah selogis mungkin JIKA ingin menguatkan kesan serius dan bukannya kesan petualangan anak-anak seperti Spy Kids dalam The Island of Lost Dreams. Meskipun ada bagian yang tidak logis, namun secara garis besar logika narasi film ini sudah sesuai dengan genrenya.

Paramount Pictures/2020/all rights reserved.

02 Story Consistency

Sudah hal yang wajar jika masalah di Story Logic akan berdampak pada Story Consistency. Benar saja, ada bagian-bagian yang tidak konsisten di dalam film ini. Fokus cerita yakni menemukan Aimee setelah melalui berbagai rintangan mematikan, berubah menjadi aksi sabotase yang konyol. Bagian klimaks film ini bukannya menjadi semakin runcing dan serius seperti film petualangan fenomenal Indiana Jones Raiders of the Lost Ark yang ditangkap Nazi atau found-footage monster Cloverfield yang kehilangan anggota kelompok dan diserang oleh monster Clover, tetapi malah konyol dan tampak tidak sejalan dengan pola yang ditampilkan sejak awal. Kemunculan manusia antagonis juga menjadikan kemunculan Clay dan Minnow menjadi tidak logis karena di kondisi Post Apocalypse, akan sulit menemukan orang asing yang rela menolong—biasanya orang asing justru menjarah dan menjadi lebih berbahaya ketimbang monster itu sendiri [dalam Resident Evil dan “Spin-off” Train to Busan: Penninsula, terlihat sekali betapa manusia yang didesak kebutuhan akan menjadi lebih berbahaya daripada para zombie]. Nada atau pola film ini menjadi berubah-ubah dari unik [menampilkan narasi dengan gambar di awal] menjadi serius, kemudian konyol dan mencoba serius lagi. Meskipun demikian, untungnya poin-poin di luar pola tadi tidak merusak tatanan garis besar ceritanya.

Paramount Pictures/2020/all rights reserved.

03 Casting Choice and Acting

Tidak ada keluhan dalam pemilihan pemeran. Penonton sebagian besar sudah familier dengan Dylan O’Brien sebagai Joel yang sebelumnya berperan sebagai Thomas di trilogi Maze Runner yang juga mengambil tema mendekati yakni Dystopian yang dalam laju ceritanya mengarah ke Post-Apocalypse.

04 Music Match

Tidak ada keluhan di pemilihan musik.

05 Cinematography Match

Tidak ada keluhan dalam poin sinematografi.

06 Costume Design

Tidak ada keluhan dalam poin pemilihan kostum.

07 Background/Set Match

Tidak ada keluhan dalam pemilihan latar belakang.

08 Special and/or Practical Effects

Tidak ada keluhan dalam penggunaan efek komputer dan praktis yang menyangkut tata kota. Namun, efek dan desain monster di film ini dirasa kurang dan malah mendekati desain yang umum digunakan dalam cerita fantasi. Bukannya menakutkan, mosnter-monster film ini justru terlihat seperti monster dari dunia ajaib The Spiderwick Chronicles. Selain masalah desain monsternya, penggunaan efek komputer pada mosnter juga terkadang terkesan masih kasar atau kurang lifelike. Meski demikian, proses rendering dan pewarnaan berhasil menyelamatkan nada film ini tetap di jalurnya yang lebih serius dan secara keseluruhan tidak ada keluhan yang besar soal penggunaan efek khusus.

09 Audience Approval

Mayoritas penonton memberikan tanggapan positif untuk film ini, ditinjau dari ulasan penonton yang diunggah ke Google.

Paramount Pictures/2020/all rights reserved.

10 Intentional Match

Film ini berhasil mengeksekusi konsepnya yang menarik sesuai koridor genrenya dan mempertahankan konsistensi ceritanya sehingga film ini tetap padat dan menghibur. Tidak ada poin cerita yang dilambat-lambatkan dan mengarah ke cabang cerita yang berbeda. Film ini dimaksudkan untuk menjadi hiburan yang ringan dan seru, sehingga memang tidak ada poin narasi yang terlalu kompleks. Film ini telah mencapai itu semua dengan baik.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

Paramount Pictures/2020/all rights reserved.

01 Skywalker’s Schemata

Saya merasa terhibur oleh film ini dari awal sampai akhir. Padahal, saya sangat kecewa dengan seri Maze Runner dan khawatir film ini akan mengalami nasib yang serupa. Namun, film ini berhasil menjaga antusiasme saya dan perhatian saya kepada narasinya. Pembukaan film ini termasuk unik karena menampilkan narator dan cerita bergambar. Kemudian, dari penyajian yang unik dan ringan ini, ceritanya berangsur-angsur menjadi serius dan saya berharap nada ceritanya akan konsisten serius sampai akhir. Di sinilah letak permasalahannya, alur ceritanya kurang konsisten sampai akhir. Saya memutuskan untuk mengurangi satu poin film ini. Meski demiian, film ini secara keseluruhan berhasil menghibur saya tanpa perlu komentar atau kritik yang berlebihan.

02 Awards

Sampai artikel ini diterbitkan, film ini belum mendapatkan penghargaan yang penting untuk disebutkan.

Paramount Pictures/2020/all rights reserved.

03 Financial

Film ini gagal di data box office. Dari total biaya sebesar $30 juta, Love and Monsters hanya mendapatkan $1.1 juta saja. Namun, hal ini sangatlah wajar karena film ini dirilis sewaktu terjadi pandemi yang menyebabkan bioskop-bioskop internasional ditutup. Maka, layanan film ini dialihkan ke media streaming dan DVD. Kelemahan skema perilisan seperti ini adalah video yang beredar di dunia maya akan mudah sekali tersebar baik itu secara ilegal maupun legal. Maksudnya, tidak semua orang perlu membayar langganan platform Apple TV. Cukup satu orang yang berlangganan, dan seluruh teman/keluarganya bisa ikut menonton dengan gratis. Belum lagi penjualan DVD yang dengan mudah bisa ditonton bersama dan dipinjamkan ke teman atau saudara. Maka skema bioskop yang mengharuskan per kepala membayar uang tiket, dipangkas habis-habisan akibat pandemi.

04 Critics

Mayoritas kritikus memberikan tanggapan positif untuk film ini.

05 Longevity

[Pending—karya masih berusia di bawah 10 tahun]

Final Score

Skor Asli                     : 8.5/10

Skor Tambahan           : -0.5

Skor Akhir                  : 8/10


Spesifikasi DVD


Judul               : Love and Monsters

Rilis                 : 5 Januari 2021

Format             : DVD, Blu-ray, 4K Blu-ray

Kode Warna    : NTSC Max Upscaling 1080/60 [DVD], A [Kode Negara] [Blu-ray], 0 [Region Free] [Blu-ray 4K]

Fitur                : (1) Bottom of the Food Chain: The Cast of Love and Monsters (2) It's a Monster's World: Creating a Post Apocalyptic Landscape (3) Deleted scenes.

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player] [Hanya Windows 7-10 untuk Blu-ray dan 4K], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360] Hanya untuk DVD, Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Spesifikasi DVD, kunjungi profil instagram @skywalkerhunter95

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.