Review Final Destination 2 (2003) Kecelakaan Maut Rekayasa Malaikat Pencabut Nyawa [The Reaper’s Highway Death Trap]
Oleh Skywalker HunterNabil Bakri
“I
believe that there's a sort of force, an unseen malevolent presence that's all
around us every day. And it determines when we live and die. And some people
call this force the devil. I prefer to call it Death itself.”
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak
cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes
copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
images©2003/New Line Cinema/Final Destination 2/All Rights
Reserved.
Genre : Horror
Supranatural
Rilis :
Domestic Releases: |
January 31st, 2003 (Wide) by New Line |
International Releases: |
March 6th, 2003 (Wide) (Australia) |
MPAA Rating: |
R for strong
violent/gruesome accidents, language, drug content and some nudity. |
Durasi : 90 menit
Sutradara : David R. Ellis.
Pemeran : Ali Larter as Clear Rivers, A.J. Cook as Kimberly Corman, Michael Landes as Thomas
Burke, David Paetkau as Evan
Lewis, James Kirk as Tim
Carpenter, Lynda Boyd as Nora
Carpenter, Keegan Connor Tracy as Kat
Jennings, Jonathan Cherry as Rory
Peters
Episode : -
Sinopsis
Tepat
satu tahun setelah kejadian kecelakaan pesawat Flight 180 yang meledak dan
menewaskan para siswa SMU yang hendak berwisata ke Paris, sebuah tragedi
mengerikan kembali terjadi. Kimberly Corman akan berlibur ke Daytona Beach
bersama tiga orang sahabatnya; Shaina McKlank, Dano Estevez, dan Frankie
Whitman. Ketika mobilnya berhenti di traffic light, Kimberly mendapat
penglihatan yang mengerikan seperti yang dialami oleh Alex Browning sebelum
Flight 180 lepas landas. Dalam penglihatannya, Kimberly melihat sebuah truk
pengangkut gelondongan kayu yang mengalami kecelakaan akibat tali pengikat
kayunya putus. Seluruh gelondong kayu terlontar dan mengakibatkan sebuah
kecelakaan beruntun. Awalnya segelondong kayu menghantam mobil polisi hingga
menewasan pengemudinya, lalu sebuah motor diikuti oleh mobil-mobil lainnya
bertabrakan secara beruntun hingga mengakibatkan ledakan. Kimberly adalah yang
terakhir mengalami kecelakaan dan masih hidup setelah mobilnya terbalik. Namun,
terdapat sebuah truk tak terkendali yang menghantam mobilnya sehingga ia dan
seluruh sahabatnya tidak ada yang selamat. Gadis itu tersentak saat menyadari
bahwa ia masih berhenti di traffic light. Kimberly yang panik membuat
teman-temannya cemas. Setelah lampu menyala hijau, Kimberly justru memarkirkan
mobilnya agar seluruh kendaraan di belakangnya tidak turut terlibat kecelakaan
yang baru saja ia rasakan. Karena perbuatannya melanggar aturan lalu lintas,
seorang polisi bernama Thomas Burke menghampirinya dan menanyakan alasannya
menutupi akses jalan. Kimberly bercerita bahwa ia tahu akan ada sebuah
kecelakaan mengerikan tidak lama lagi. Ia melihat dirinya dan orang-orang di
belakangnya—termasuk si polisi—akan tewas secara mengenaskan jika mereka
melewati traffic light tersebut. Sebuah truk pembawa gelondongan kayu pun lewat
dan Kimberly meminta polisi Burke untuk menghentikannya, tetapi tidak ada
tindakan yang bisa dilakukan karena perkataan Kimberly tidak dapat dipercaya.
Tak
lama setelah truk kayu itu lewat, terjadi sebuah kecelakaan dahsyat persis
seperti yang dikatakan oleh Kimberly. Namun kali ini, korbannya adalah orang
lain karena Kimberly berhasil menahan kendaraan di belakangnya agar tidak
terlibat kecelakaan. Sebuah truk melaju tak terkendali dan menghantam mobil
Kimberly. Beruntung polisi Burke sempat menyelamatkan Kimberly, tapi semua
sahabatnya tewas seketika. Kimberly dan orang-orang yang selamat berkatnya
lantas dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Korban selamat selain
Kimberly dan polisi Burke adalah seorang remaja urakan yang baru saja menang
lotre, Evan Lewis, seorang ibu dan anak sematawayangnya, Nora Carpenter dan
Tim, wanita karier bernama Kat Jennings, pecandu narkoba bernama Rory Peters,
guru yang mengendarai motor bernama Eugene Dix, dan seorang wanita hamil bernama
Isabella Hudson.
Kimberly
menjelaskan bahwa ia melihat masa depan seperti yang dialami oleh Alex
Browning. Karena kecelakaan Flight 180 menjadi berita yang menggemparkan, semua
orang sudah tahu tentang kecelakaan tersebut. Hal yang membuat mereka semua
cemas adalah kenyataan bahwa seluruh siswa yang selamat dari kecelakaan pesawat
Flight 180, termasuk Alex, tewas secara mengenaskan tak lama setelah
kecelakaan. Mereka semua tewas satu per satu dalam keadaan yang aneh atau
mencurigakan. Kalau penglihatan Kimberly sama dengan penglihatan Alex, maka
mereka semua dalam bahaya besar. Mereka telah mencurangi kematian, dan kematian
akan tetap mencabut nyawa mereka dengan segala cara. Sama seperti sebelumnya,
satu per satu penyintas kecelakaan mobil itu menemui ajalnya. Kimberly dan
polisi Burke lantas meminta bantuan Clear, mantan kekasih Alex Browning yang
memenjarakan dirinya sendiri di rumah sakit jiwa. Menurut Clear, kematian tidak
akan tinggal diam sampai mereka semua tewas. Kimberly harus tanggap terhadap
segala pertanda yang muncul sebelum kematian menghabisi mereka semua.
01 Story Logic
Sebagai
sekuel yang secara langsung melanjutkan Final Destination (2000), Final Destination 2 adalah sebuah film yang
sama-sama berada dalam koridor genre Horror Supranatural. Dalam Final Destination, nuansa Horror yang
ditonjolkan adalah pada ketidaktahuan akan teror dari kematian—termasuk urutan
siapa yang akan lebih dulu tewas, bukan pada bagaimana caranya para karakter tewas.
Final Destination pun membuat nyaris
seluruh kematian karakternya tampak jelas seperti hal yang wajar atau dapat
dijelaskan; misalnya seorang karakter tewas karena “bunuh diri” dan karakter
lain tewas karena “rumahnya terbakar”. Barulah setelah Alex dan Clear mencoba
mencurangi kematian, mereka seperti benar-benar “diserang” oleh kematian dengan
cara-cara yang tidak wajar. Final
Destination menjadi logis karena konsep ceritanya adalah bagaimana usia
semua orang sudah ditentukan dan ada dalam sebuah skema besar [the grand
design] dari kematian. Maka, cara-cara mereka tewas haruslah dibuat sewajar
mungkin atau setidaknya dapat “dianggap” masuk akal—seperti kematian tokoh yang
dinyatakan “bunuh diri” dengan alasan karakter tersebut merasa bersalah karena
kakaknya tewas dalam kecelakaan pesawat. Jika skema besar ini diganggu, seperti
penglihatan Alex yang mengubah skema kematian, maka kematian harus menulis
ulang skemanya tetapi tetap harus se“normal” mungkin. Maka, seluruh karakter
yang selamat dari kecelakaan pesawat dalam Final
Destination tidak langsung tewas setelah kecelakaan, tetapi tewas beberapa
bulan setelahnya. Di dalam Final Destination 2, fokusnya bukan lagi pada “siapa
yang akan tewas berikutnya” dan “bagaimana kematian menyusun skema baru yang
masuk akal”, tetapi “seberapa mengenaskan karakter ini akan tewas”. Tidak ada
lagi “fear of the unknown” yang mengikat nuansa Horror dari sebuah film Horror.
Karena kisah hidup Alex sudah diketahui publik, seluruh karakter dalam film ini
dapat dengan mudah memahami masalah yang mereka hadapi. Karena mengutamakan
“seberapa mengenaskan” karaker-karakternya akan tewas, proses kematian para
karakter dalam film ini menjadi tidak semasuk akal di film pertamanya. Hal ini
tidak hanya membuat konsep filmnya menjadi tidak logis, tetapi juga detil
ceritanya menjadi tidak logis.
Di
awal film, ayah Kimberly melihat cairan [fluid] yang bocor dari mobil
puterinya. Ternyata, itu adalah cairan oli transmisi yang kemudian menyebabkan
lampu check engine mobilnya menyala. Anehnya, semua karakter bersikap biasa
saja. Apabila cairan yang bocor adalah cairan wiper atau radiator coolant,
wajar jika mereka bersikap biasa saja; cairan wiper tidak memengaruhi performa
mobil dan radiator coolant, jika dalam keadaan darurat, bisa senantiasa diisi
dengan air biasa dan mesin bisa dimatikan sampai dingin jika indikator suhu
menandakan mesin sudah sangat panas sebelum terjadi overheat. Tetapi jika oli
transmisi atau oli mesin yang bocor—apalagi sebanyak kebocoran mobil Kimberly
yang sampai membuat indikator check engine menyala—tentunya orang tidak bisa
tinggal diam karena resikonya terlalu besar. Selain itu, proses penglihatan
Kimberly terjadi terlalu cepat. Dalam Final
Destination, Alex sempat tertidur di dalam pesawat sebelum lepas landas.
Hal itu lebih logis karena bisa saja pesawat tertunda karena satu atau lain
hal. Dengan kata lain, jarak antara masuknya Alex di dalam pesawat dengan waktu
lepas landas memberikan waktu yang cukup baginya untuk mendapatkan penglihatan.
Dalam kasus Kimberly, proses penglihatan terjadi terlalu cepat karena ia berada
di traffic light yang lengang. Akan lebih logis jika ia terjebak kemacetan
sehingga Kimberly ketiduran. Namun, jalan raya dalam film ini tampak lengang,
tidak ada hambatan, dan Kimberly berada di posisi paling depan dalam traffic
light. Jarak waktu antara berhentinya Kimberly dengan menyalanya lampu hijau
terlalu singkat untuk memberikan Kimberly penglihatan—apalagi ia adalah tokoh
yang mengemudikan mobil. Akan lebih logis jika Kimberly adalah penumpang,
sehingga bisa saja ia ketiduran dalam perjalanan ketika temannya yang memegang
kemudi.
Detil
tidak logis lainnya datang dari respons para karakter setelah mendengar
pernyataan Kimberly: ketidakpercayaan mereka bahkan setelah mereka jelas-jelas
terselamatkan dari maut dan setelah mereka semua tahu tentang tragedi yang
menimpa Alex dan teman-temannya [yang kebetulan juga diselidiki FBI]. Respons
mereka menjadi semakin tidak logis ketika masih ada karakter yang tidak percaya
pada perkataan Kimberly setelah karakter lain yang selamat
dari kecelakaan tewas secara mengenaskan di apartemennya. Berbagai proses
kematian dalam film ini pun sebenarnya terlalu mengada-ada sehingga jauh lebih
tidak masuk akal dibandingkan dengan film pertamanya. Sebagai contoh, seorang
karakter tewas karena kecerobohan tim evakuasi dan karakter lainnya tewas
justru karena mengikuti petunjuk dari Kimberly. Final Destination 2 memang
melanjutkan kisah dari film sebelumnya, tetapi film ini mengubah konsep
Horror—Supranatural yang kental dengan menambahkan unsur Komedi. Berbeda dengan
film seperti Cannibal Holocaust yang
kematian karakternya ditampilkan secara mengenaskan dengan serius, kematian
mengenaskan karakter Final Destination 2 ditampilkan dengan kesan konyol
[seperti perbandingan antara kematian karakter dalam Cannibal Holocaust dengan karakter dalam “remake”-nya, Green Inferno]. Kekurangan kekuatan
logika cerita dalam Final Destination 2 adalah poin yang nantinya akan
membentuk franchise Final Destination.
Film-film Final Destination
berikutnya akan mengikuti pakem logika yang dibentuk oleh Final Destination 2
yakni dengan menambahkan nuansa Komedi—melebih-lebihkan proses kematian dengan
cara yang terlalu tidak masuk akal sehingga tidak benar-benar menakutkan bagi
penonton.
02 Story Consistency
Alur
cerita film ini tidak konsisten dengan film sebelumnya [seperti yang sudah
dibahas dalam poin Logika Cerita]. Namun cerita dalam film ini sendiri secara
umum sudah konsisten karena permasalahan yang disuguhkan di awal cerita sudah
dieksplorasi dan diselesaikan di akhir film. Adapun hal-hal kurang konsisten
dalam detil film ini lebih mengarah pada permasalahan Logika Cerita, bukan pada
Konsistensi keberlanjutan ceritanya. Sebagai contoh, seluruh penyintas
kecelakaan berkumpul di apartemen polisi dan mengubahnya menjadi markas dengan
menyingkirkan seluruh benda berbahaya. Namun setelahnya, mereka justru
meninggalkan apartemen itu tanpa alasan yang jelas. Penjelasan mengenai
premonition [penglihatan] dan pertanda yang ada di film ini juga tidak
konsisten—bahkan pertanda “Man with Hooks” bukan disaksikan oleh Kimberly,
tetapi karakter lainnya percaya negitu saja. Detil ini tentunya tidak konsisten
dengan landasan cerita yang dibangun yakni kemampuan Kimberly melihat
tanda-tanda datangnya kematian. Namun sekali lagi, tidak konsistennya detil
semacam ini merupakan masalah dari Logika Cerita yang tidak konsisten
menyampaikan aturan-aturan di dalam filmnya, bukan dari segi runtutan alur
ceritanya.
03 Casting Choice and Acting
Pemilihan
aktor dalam film ini sudah baik. Adapun kekurangan dalam hal akting umumnya
disebabkan oleh alur cerita yang memang tidak logis.
04 Music Match
Tidak
ada keluhan di pemilihan musik.
05 Cinematography Match
Sinematografi
dalam film ini sudah baik, terutama dalam adegan kecelakaan yang menjadi adegan
pembuka film ini. Bahkan kalangan yang memberikan respons negatif untuk film
ini pun setidaknya memberikan apresiasi pada adegan kecelakaan tersebut.
06 Costume Design
Pemilihan
kostum dalam Final Destination 2 sudah baik. Latar waktu film ini adalah satu
tahun setelah kecelakaan Flight 180. Maka, busana yang dikenakan dalam film ini
seharusnya merupakan busana kasual awal 2000-an.
07 Background/Set Match
Tidak
ada keluhan dalam pemilihan latar belakang.
08 Special and/or Practical Effects
Efek
visual dalam film ini sudah baik, terutama dalam efek visual kecelakaan
beruntun yang menggunakan efek nyata. Hasil presentasi film ini pun sudah baik.
Hanya saja, adegan kematian yang menggunakan CGI dalam film ini masih terlihat
kasar. Kasarnya CGI kematian dalam film ini menguatkan nuansa Komedi-nya.
Karena kekasaran ini masih saja terjadi dalam film-film berikutnya, hal ini
kemungkinan memang disengaja.
09 Audience Approval
Mayoritas
penonton memberikan tanggapan yang positif untuk film ini.
10 Intentional Match
Pembuatan
Final Destination 2, sama dengan pembuatan sequel non-buku lainnya, pada
dasarnya didalangi oleh uang: pihak yang diuntungkan berkat kesuksesan Final Destination pertama ingin kembali
mendapat keutungan seperti film pertamanya. Namun untuk tujuan artistik,
sutradara film ini ingin menampilkan cerita yang berkaitan dengan Final Destination, tetapi masih bisa
berdiri sendiri. Dengan kata lain, film ini memang dimaksudkan untuk memiliki
nuansa atau aura yang berbeda dari film sebelumnya. Pada akhirnya, Final
Fantasi 2 berhasil memenuhi visi di balik penciptaannya baik secara finansial
maupun secara artistik. Film ini terbilang sukses tayang di bioskop, dan memang
film ini berhasil “membelah diri” dari Final
Destination dengan menambahkan unsur Komedi yang nantinya akan tetap
digunakan dalam sekuel Final Destination.
[EN]"I
wanted our film to be able to stand alone but I watched Final Destination to see what they did that was so successful. I
tried to use some of that while trying to keep a stand-alone feel for our
movie. I kind of took what worked and tried to improve on it.[ [1][2]]"—David R. Ellis, Sutradara.
[IDditerjemahkan oleh Nabil Bakri]“Saya ingin film kami menjadi sebuah film yang bisa berdiri
sendiri, tetapi saya menonton Final Destination
untuk melihat apa-apa saja yang sudah berhasil dilakukan dengan sangat sukses.
Saya mencoba menggunakan beberapa formula Final
Destination sembari mempertahankan nuansa film stand-alone untuk film kami. Saya meminjam formula yang berhasil
dan mencoba meningkatkannya.”—David R. Ellis, Sutradara
[EN]"We
wanted to take what the first film did effectively, and add levels and layers
that would come out through the characters. When we first started writing this,
we were trying to think, 'How can we make Death just a total badass?' and to be
perfectly honest, the first crack we ever took at this script had to be reined
in![[3]]"—Eric Bress, Penulis.
[ID]“Kami
ingin menggunakan formula yang efektif dari film pertamanya, dan memberikan
tambahan-tambahan lapisan kompleksitas yang dimunculkan dari karakter-karakter
kami. Ketika kami pertama kali menulis naskah film ini, kami mencoba berpikir,
“Bagaimana kita bisa membuat Kematian sebagai sesuatu yang Badass?” dan jujur
saja, versi pertama naskah film ini sampai harus dikendalikan agar tidak
berlebihan!”
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
01 Skywalker’s Schemata
Ketika
pertama kali menyaksikan adegan kematian dalam kecelakaan maut di Final
Destination 2, saya sudah bisa merasakan aura keseriusan yang jauh dikurangi
dari film pertamanya. Saya menduga bahwa film ini akan mengkesploitasi
kengerian dari kematian para karakternya. Dan dugaan saya ternyata benar.
Nuansa misteri dan Horror yang cukup kental di Final Destination benar-benar dikurangi dalam Final Destination 2.
Saya benar-benar tidak peduli pada karakter-karakternya karena saya hanya
menunggu siapa yang akan mati berikutnya dan dengan cara apa dia mati. Setelah
satu karakter mati, saya hanya terkejut sesaat dengan cara matinya yang
mengenaskan, lalu melupakannya. Di film pertama, saya benar-benar peduli pada
karakternya. Saya benar-benar berharap Alex dan Clear bisa selamat dari rencana
kematian. Urutan “siapa yang mati berikutnya” menjadi menegangkan karena saya peduli
pada karakter di filmnya, bukan bagaimana cara mereka tewas tetapi bagaimana
cara mereka menghindari rencana kematian. Final Destination 2 adalah “tumbal”
yang harus dikorbankan untuk memisahkan entry franchise Final Destination dengan nuansa film pertamanya karena seluruh
kelanjutan Final Destination
mengikuti standar yang digunakan dalam Final Destination 2 yakni mengarah pada
Komedi ketimbang pada keseriusan film pertamanya. Walau begitu, saya menyukai
Final Destination 2. Adegan kecelakaan di awal film ini adalah adegan yang
spektakuler. Saya pun merasa terhibur selama menonton film ini karena Final
Destination 2 memiliki durasi yang singkat. Tidak banyak penjelasan yang
bertele-tele dan kalaupun ada, penjelasan-penjelasan itu tidak penting karena saya
hanya mau melihat proses kematian yang berikutnya. Menonton film ini rasanya
seperti menghitung sampai sepuluh, enteng: singkat dan padat. If you wish for a Horror—Supranatural as
good as the original, you will be disappointed. But if you are in for a
fun-thrilling ride, you will be impressed. So hop in, grab the snack, dim the
light, and have a good time.
02 Awards
Final
Destination 2 menerima berbagai nominasi untuk kategori Film Horror, tetapi
selalu mengalami kekalahan—salah satunya karena berhadapan dengan film-film
populer seperti The Ring dan 28 Days Later. Adegan kecelakaan dalam
film ini menerima pujian yang berlimpah dari berbagai kalangan dan sering
dimasukkan dalam daftar atas adegan kecelakaan terbaik dalam sejarah perfilman.
03 Financial
Final
Destination sukses secara finansial karena berhasil menjual tiket sebesar $90
juta dari dana sebesar $26 juta.
Final Destination 2 (2003) Theatrical Performance |
||
Domestic
Box Office |
$46,896,664 |
|
International
Box Office |
$43,500,000 |
|
Worldwide
Box Office |
$90,396,664 |
|
04 Critics
Final
Destination 2 mendapatkan tanggapan yang negatif dari kalangan kritikus. Secara
umum film ini dinyatakan memiliki kualitas di bawah film pertamanya.
05 Longevity
Final
Destination 2 masih tetap populer bahkan setelah berusia lebih dari 10 tahun.
Tanggapan penonton generasi baru masih tetap positif seperti ketika film ini
pertama kali dirilis.
Final Score
Skor
Asli : 9
Skor Tambahan : -1
Skor
Akhir : 8/10
***
Spesifikasi Optical Disc
[Cakram Film DVD/VCD/Blu-ray Disc]
Judul : Final Destination 2
Rilis : 2011
Format : Blu-ray Disc [||]
Kode
Warna : Full HD 1080p
Fitur : -
Support : Windows 98-10 [VLC Media Player],
DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].
Keterangan Support:
[Support VCD, DVD, Kecuali Blu-ray dan 4K]
[Support VCD, DVD,
Termasuk Blu-ray, Kecuali 4K]
[Support Semua
Termasuk 4K]
STREAMING
***
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian
Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk
menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar
yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil
Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
Edisi Review Singkat+PLUS
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Apabila terdapat tanda
Review Singkat+PLUS di
bawah judul, maka berdasarkan keputusan per Juli 2021 menandakan artikel
tersebut berjumlah lebih dari 3.500 kata.
Skywalker Hunter adalah alias
dari Nabil Bakri
Keterangan Box Office dan penjualan DVD disediakan oleh The Numbers
©2003/New Line
Cinema/Final Destination 2/All Rights Reserved.
©Nabil Bakri Platinum.
Teks ini dipublikasikan dalam Nabil Bakri Platinum [https://nabilbakri.blogspot.com/] yang diverifikasi Google dan dilindungi oleh DMCA.
Nabil Bakri Platinum tidak bertanggung jawab atas konten dari
link eksternal yang ada di dalam teks ini—termasuk ketersediaan konten video
atau film yang dapat berubah sewaktu-waktu di luar kendali Nabil Bakri
Platinum.