Review Film The Day After Tomorrow (2004) Ketika Amerika Dihancurkan Oleh Alam

 

©2004/20th Century Fox/The Day After Tomorrow/All rights reserved.

Review Film The Day After Tomorrow (2004) Ketika Amerika Dihancurkan Oleh Alam

Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter

Periksa index

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Fiksi Ilmiah—Bencana

Rilis                 : 17 Mei 2004

Episode           : -

Sinopsis

Jack Hall adalah seorang pakar meteorologi yang tengah meneliti fenomena mencairnya es akibat pemanasan global. Ia dan dua rekannya, Frank dan Jason, mengalami secara langsung dampak pemanasan global yang mengakibatkan bongkahan es sebesar Rhode Island retak. Di depan para pejabat dunia yang berkumpul di konferensi United Nations di India, Jack menjelaskan bahwa pemanasan global secara terus menerus bisa menyebabkan munculnya zaman es baru. Ia mendesak para pejabat untuk segera ambil tindakan agar krisis besar tidak terjadi dan menimpa anak-cucu mereka. Pernyataan Jack ditentang keras oleh Wakil Presiden Amerika, Raymond Becker, yang lebih memedulikan permasalahan ekonomi karena upaya menekan pemanasan global berpotensi besar merusak tatanan ekonomi. Meskipun sebagian besar peserta konferensi menyangsikan temuan Jack Hall, pakar kelautan dari Skotlandia bernama Professor Terry Rapson mendukung temuan tersebut. Rapson menyatakan bahwa ia tengah mengamati pergerakan iklim yang tidak wajar dan pengamatannya sejalan dengan temuan Jack Hall.

©2004/20th Century Fox/The Day After Tomorrow/All rights reserved.

Sepulangnya ke Amerika, Jack mencoba kembali menjangkau puteranya, Sam, yang telah beranjak dewasa. Sam adalah salah satu siswa paling cerdas di sekolah dan selalu mendapat nilai sempurna. Namun, Jack menerima laporan bahwa Sam mendapat nilai F untuk pelajaran matematika. Sebelum Sam pergi ke New York untuk mengikuti acara lomba cerdas cermat, Jack menanyakan kenapa Sam sampai mendapat nilai F. Sam kemudian menjelaskan bahwa gurunya merasa sakit hati karena Sam lebih pintar darinya. Jack pun meminta maaf kepada Sam dan berjanji akan bicara dengan guru puteranya. Sam berangkat ke New York bersama dua orang temannya, Laura dan Brian, menggunakan pesawat. Itu adalah kali pertama Sam menumpang pesawat karena ia sebetulnya takut terbang. Ibu Sam menjelaskan pada Jack bahwa Sam memberanikan diri naik pesawat karena ia suka pada Laura.

©2004/20th Century Fox/The Day After Tomorrow/All rights reserved.

Sementara Sam berlomba di New York dan Jack melanjutkan penelitiannya, iklim dunia mulai bergejolak dengan cepat. Terjadi hujan es yang dahsyat di Jepang, badai salju di India, dan angin ribut yang terbesar melanda California sampai menghancurkan papan tanda Hollywood. Setelah California luluh-lantak, pemerintah Amerika memberlakukan larangan terbang. Larangan tersebut menunda kepulangan Sam dan teman-tamannya. Mereka pun harus menginap di apartemen kenalam baru mereka, J.D., dan mengubah rencana untuk pulang menggunakan kereta. Namun sebelum mereka bisa pulang, New York dilanda banjir yang menutup semua akses kereta. Di tengah keributan banjir, sebuah ombak dahsyat menghantam Manhattan dan memaksa Sam beseta teman-temannya untuk berlindung di perpustakaan kota.

©2004/20th Century Fox/The Day After Tomorrow/All rights reserved.

Cuaca ekstrem semakin memburuk ketika badai salju turun. Tiga helikopter di Inggris mengalami kecelakaan akibat jalurnya dilewati oleh pusat badai es yang membuat bahan bakar membeku. Pusat badai adalah titik terdingin dari terjangan badai. Awak helikopter yang selamat dan berusaha keluar seketika membeku dalam hitungan detik. Jack mewanti-wanti Sam lewat telepon untuk tidak meninggalkan perpustakaan karena badai akan semakin buruk, apalagi jika wilayah mereka dilewati oleh pusat badai yang membuat mereka mustahil untuk kabur karena mereka akan membeku seketika. Sayangnya, Sam tidak mampu meyakinkan para korban lainnya yang berlindung di perpustakaan. Nyaris semua orang di perpustakaan memilih untuk pergi mencari perlindungan—padahal tindakan mereka sama saja bunuh diri. Jack berjanji pada Sam untuk datang menjemputnya. Yang harus Sam lakukan adalah bertahan hidup sebisa mungkin di dalam perpustakaan dan menunggu sampai badai berlalu. Jack pun melakukan misi penyelamatan berbahaya menuju New York dari Washington bersama dua rekannya dengan berjalan kaki menembus badai salju yang mematikan.

©2004/20th Century Fox/The Day After Tomorrow/All rights reserved.

01 Story Logic

Film ini sudah logis sesuai genrenya. Berbagai bencana yng ditampilkan dalam film ini sudah dijelaskan dengan baik oleh narasinya dan bencananya pun tidak terlalu berlebihan dalam artian (misalnya) terjangan tsunami yang terjadi ketinggiannya masih terbilang “masuk akal” karena tidak lantas menelan seisi Manhattan sampai tenggelam sepert Atlantis—gedung-gedung pencakar langit masih berdiri tegak sehingga masih banyak orang yang bisa selamat dari bencana itu. Memang, skema bencananya terlalu mengada-ada dan terjadi terlalu ekstrem (dibandingkan yang mungkin terjadi di dunia nyata) serta berlangsung terlalu cepat (abrupt)—bahkan Jack Hall membuat skema yang merefleksikan prakiraan ilmuwan di dunia nyata yakni bencana itu muncul berangsur-angsur selama ratusan tahun. Namun kita harus ingat bahwa ini adalah film yang mengandung narasi Fiksi Ilmiah dan Film Bencana, bukan sebuah dokumenter BBC yang dipandu oleh Sir David Attenborough, jadi justru film ini memperlihatkan skema yang (cukup) otentik di dunia nyata (prakiraan Jack Hall) dan dengan sengaja mempercepat kejadiannya supaya ceritanya bisa dikemas dalam narasi Bencana yang menarik dalam waktu kurang lebih dua jam dengan alur cerita yang menarik dan mengalir. Apabila semua bencana terjadi selama rentang waktu ratusan tahun, tidak hanya ceritanya akan meniadakan tokoh sentral (mereka sudah meninggal karena usia tua) tapi juga meniadakan unsur suspense berpacu melawan waktu yang merupakan salah satu unsur kunci sebuah film Bencana. Apabila semua terjadi perlahan selama ratusan tahun, maka Jack tidak perlu repot-repot berdebat dengan Wakil Presiden dan tidak perlu pergi ke New York menyelamatkan Sam. Secara keseluruhan, film ini sudah logis—mungkin bencana yang ditampilkan juga logis karena skema bencananya sebetulnya sudah pernah terjadi di zaman es dan hanya digeser ke abad 21 sehingga bencana yang terjadi tidak terlalu mengada-ada hanya dipercepat saja supaya membentuk narasi yang kuat dengan suspense yang baik untuk memenuhi standar sebagai bukan sekadar Fiksi Ilmiah, tetapi juga sebagai film Bencana.

©2004/20th Century Fox/The Day After Tomorrow/All rights reserved.

02 Story Consistency

Meskipun alur cerita film ini sudah logis, The Day After Tomorrow memiliki masalah konsistensi cerita. Film ini membuat beberapa cabang cerita yang tidak perlu karena saling bertolak belakang dan membelokkan (sejenak) fokus ceritanya. Misalnya, di awal film diperlihatkan “seolah-olah” Jack memiliki masalah degan puteranya, Sam. Adanya jarak antara ayah dan putera merupakan hal yang sering sekali terjadi dan sering diangkat ke layar lebar. Namun begitu bencana terjadi, diugnkapkan bahwa Sam justru sangat dekat dengan Jack dan mereka berbicara dengan cara yang wajar layaknya hubungan mereka baik-baik saja. Hal ini menjadi bertolak belakang dengan narasi yang dibangun sebelumnya. Seolah-olah, aksi penyelamatan Jack adalah salah satu upaya memperbaiki hubungannya dengan Sam—bagaimana Jack menyesal terlambat berbaikan dengan Sam. Tapi ternyata, aksi penyelamatannya justru karena ia sangat dekat dengan Sam dan sangat menyayangi puteranya. Film ini juga kurang konsisten apakah ingin memvisualisasikan proyeksi bencana yang mungkin terjadi akibat pemanasan global secara ekstrem atau ingin menyindir pemerintah dan masyarakat (sebuah satir atau Film Bencana). Terlebih lagi, sindiran yang dilayangkan dalam film ini bukan hanya sindiran terhadap perilaku ekonomi yang merusak lingkungan, tetapi juga cara masyarakat bertindak sehari-hari. Misalnya, film ini mau menceritakan bencana yang segera terjadi dan fokus menceritakan tentang Sam dan teman-temannya, namun masih sempat membahas bagaimana seorang pria tunawisma diperlakukan di tempat umum. Meskipun ada poin-poin cerita yang kurang konsisten, itu semua ditutupi oleh logika ceritanya yang kuat dan poin-poin lain dalam penilaian ini sehingga secara keseluruhan tidak mengganggu jalannya film.

©2004/20th Century Fox/The Day After Tomorrow/All rights reserved.

03 Casting Choice and Acting

Pemilihan aktor dalam film ini sudah baik. Meski demikian, pemilihan aktor Jake Gyllenhaal cukup dipertanyakan. Memang, aktor ini berakting dengan baik, namun dari tampilan fisiknya ia terlihat terlalu dewasa untuk ukuran anak SMA yang mengikuti lomba cerdas cermat. Faktanya, nyaris semua karakter sentral SMA dalam film ini tampak lebih cocok menjadi anak kuliahan. Mungkin akan lebih baik jika di dalam naskah diubah status Sam dan teman-temanya sebagai mahasiswa dan bukan mengikuti Academic Decathlon (lomba cerdas cermat tahunan antar SMA di Amerika) tetapi kompetisi ilmiah antar fakultas dari beberapa universitas di Amerika. Namun secara keseluruhan, jajaran pemain dalam film ini sudah mempu menghidupkan karakternya dengan baik—apabila penonton mengesampingkan fakta bahwa Sam masih SMA, maka sebetulnya akting Jack Gyllenhaal dan Emmy Rossum sudah baik.

©2004/20th Century Fox/The Day After Tomorrow/All rights reserved.

04 Music Match

Tidak ada keluhan dalam musik yang digunakan di film ini.

05 Cinematography Match

Tidak ada keluhan dalam poin sinematografi. The Day After Tomorrow memiliki sinematografi yang baik dan mampu menampilkan bergabai bencana dengan baik sehingga tidak semata-mata tampak mengerikan tetapi juga tampak majestic—menekankan mengenai kenyataan bahwa bencana tersebut merupakan kekuatan yang tidak dapat dibendung oleh manusia dan pada akhirnya memiliki dampak yang positif untuk bumi. Sinematografi dalam The Day After Tomorrow tidak hanya dipilih untuk tampil majestic atau keren, tetapi juga untuk membantu jalannya cerita sehingga setiap adegan bencana bisa dipahami dengan mudah tanpa penonton harus banyak menduga-duga (misalnya) “Apakah ini yang dimaksud dengan pusat badai?” karena sudah sangat jelas dari segi visual.

©2004/20th Century Fox/The Day After Tomorrow/All rights reserved.

06 Costume Design

Tidak ada keluhan dalam poin pemilihan kostum.

07 Background/Set Match

Tidak ada keluhan dalam pemilihan latar belakang.

08 Special and/or Practical Effects

Kritikus film sebagian mengkritisi naskah film ini dan mempertanyakan tema besar yang diambil. Namun, sebagian besar kritikus dan penonton setuju bahwa efek komputer dalam film ini sudah sangat baik—terutama untuk ukuran tahun 2004 ketika kita semua umumnya masih menggunakan Windows XP dan Microsoft Paint untuk membuat gambar digital. Efek komputer bencana dalam film ini sudah terlihat nyata dan menyatu dengan baik dengan set asli dan pemeran asli. Efek komputer lain yang tidak kalah hebat adalah efek serigala komputer yang sudah sangat baik, apalagi mengingat film ini dirilis setahun sebelum Disney merilis The Chronicles of Narnia: The Lion, The Witch, and the Wardrobe yang memajukan standar animasi binatang (termasuk serigala) photo-realistic semakin ke depan.

©2004/20th Century Fox/The Day After Tomorrow/All rights reserved.

09 Audience Approval

Meskipun kini cukup banyak penontn yang memberikan tanggapan beragam dan seolah ingin “menjauh” dari film ini (enggan mengakui menyukai film ini) (salah satu dampak dari pendapat kritikus profesional adalah mampu memengaruhi pola pikir penonton awam yang mengaku-aku sebagai kritikus), namun saat perilisan dahulu sebetulnya mayoritas penonton memberikan tanggapan positif. Tanpa bermain argumen, kita bisa melihat angka torehan Box Office film ini yang cukup fantastis. Angka ini memang tidak menunjukkan kualitas sebuah film secara objektif, namun jelas menunjukkan seberapa besar minat masyarakat untuk menonton film ini. Apabila mayoritas masyarakat tidak menyukainya, mustahil film ini mampu menarik minat sekian banyak penonton dan menghasilkan banyak uang.

©2004/20th Century Fox/The Day After Tomorrow/All rights reserved.

10 Intentional Match

The Day After Tomorrow memang memiliki inti sebagai sebuah Fiksi Ilmiah—Bencana. Namun, sutradara Roland Emmerich dan penulis naskah film ini dengan sengaja ingin menjadikan film ini sebagai lebih dari sekadar sebuah film bencana melainkan sebagai sebuah bentuk sindiran/kritik. Film ini menyambung suara kalangan pecinta lingkungan yang vokal menyuarakan bahayanya pemanasan global yang kian kencang disuarakan di awal abad 21, momen ketika film ini dirilis. Untuk bisa menyampaikan sindiran itu, film bencana ini harus menggunakan teori yang paling mungkin. Maka tidak heran jika film ini mengambil poin-poin argumen dari buku The Coming Global Superstorm yang dirilis tahun 1999 yang di dalamnya juga mendiskusikan skenario fiktif yang mungkin terjadi jika pengerusakan lingkungan terus terjadi. Pada akhirnya, The Day After Tomorrow tidak hanya berhasil menyampaikan komentar/sindirannya dengan baik (meskipun dengan mengorbankan konsistensi cerita) tetapi juga mampu menjadi sebuah hiburan yang benar-benar dinikmati masyarakat luas dan menjadi sebuah kesuksesan besar untuk Roland Emmerich—mengukuhkannya sebagai sutradara film bencana sebelum ia menyutradarai 2012 5 tahun kemudian.

©2004/20th Century Fox/The Day After Tomorrow/All rights reserved.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

©2004/20th Century Fox/The Day After Tomorrow/All rights reserved.

01 Skywalker’s Schemata

Film ini dirilis sewaktu saya kelas 4 SD. Saya pertama kali menontonnya setelah film ini ditayangkan di TV. Bahkan saat SD-pun, film ini bisa dengan mudah saya pahami dan berhasil menahan perhatian saya sepanjang film. Mulai dari efek komputernya yang hebat, sinematografi yang spektakuler, sampai ketegangan kejar-kejaran dengan serigala, film ini berhasil memberikan sebuah tontonan yang, lebih dari sekadar memiliki sebuah pesan, sangat menghibur. Itulah titik teratas penilaian sebuah film bagi saya: Apakah filmnya (secara keseluruhan) menghibur. Terlepas dari seperti apa pesan yang mau disampaikan, sebuah film yang bagus haruslah menghibur dari awal hingga akhir. Kalau saya mau mencerna pesan moral atau pengetahuan/wawasan mendalam, saya tidak akan menonton film melainkan membaca buku. Film bukanlah buku dan The Day After Tomorrow bukanlah sebuah dokumenter. Maka wajar saja jika ada hal-hal di luar nalar yang disajikan—pun demikian disajikan dengan teori-teori kemungkinan yang membuat bencana di dalam film ini semakin realistis. Saya menonton ulang film ini di tahun 2014 ketika saya baru saja mendapatkan Blu-ray player baru dan ingin melihat bagaimana spektakulernya efek komputer film ini dalam format Full High Definition (karena streaming dan download di kala itu mayoritas masih High Definition biasa [tanpa Full]). Hasilnya, saya tetap merasa terhibur dan tetap terpukau dengan efek komputernya meskipun filmnya (kala itu) sudah berusia 10 tahun. Sebelum membuat ulasan ini, saya pun menonton kembali The Day After Tomorrow. Dan, dapat saya katakan, film ini memiliki value tonton ulang yang lebih baik ketimbang 2012 karena memang alur ceritanya lebih masuk akal dan lebih jelas.

©2004/20th Century Fox/The Day After Tomorrow/All rights reserved.

02 Awards

Film ini mendapat berbagai penghargaan dan nominasi di ajang penghargaan bergengsi terutama untuk efek komputernya. Film ini memenangkan penghargaan BAFTA dan MTV Movie Awards untuk efek komputernya yang spektakuler (Best Action Sequence untuk MTV Movie Awards). Film ini juga mendapat penghargaan dari Environmental Media Awards sebagai Film Terbaik.

03 Financial

Dari dana sebesar $125 juta, film ini meraup keuntungan sebesar $552 juta. Dilihat dari torehan penjualan bioskop, jelas sekali bahwa The Day After Tomorrow sukses besar dan mendatangkan profit. Apalagi, DVD film ini laris manis dan terjual hingga mencapai $110 juta. Maka jika penjualan tiket digabungkan dengan penjualan DVD, film ini mendapatkan total [sekitr] $653 juta. Tingginya angka penjualan DVD juga menandakan tingginya minat penonton terhadap film ini. Jika ingatan saya tidak keliru, The Day After Tomorrow adalah salah satu film yang laris dipinjam dari rental VCD di Indonesia—kata guru saya sewaktu SD dulu.

©2004/20th Century Fox/The Day After Tomorrow/All rights reserved.

04 Critics

Meskipun populer di kalangan penonton umum, kritikus tidak terlalu hangat dalam menyambut film ini. Namun jika dilihat dari genrenya, The Day After Tomorrow memang bukan tipe film yang akan mendapat tanggapan positif dari kritikus karena mayoritas kritikus punya standar subjektif yang tinggi dan tidak melihat sebuah film berdasarkan genrenya, tetapi berdasarkan selera mereka. Jadi jika mereka menyukai film drama dengan narasi yang mendalam seperti Citizen Kane, mereka akan berkespektasi flm bencana juga punya kedalaman narasi yang setara padahal yang namanya film bencana memang tidak mengharuskan adanya kedalam narasi atau drama yang kompleks seperti Sunset Boulevard.

©2004/20th Century Fox/The Day After Tomorrow/All rights reserved.

05 Longevity

Film ini secara mengejutkan bertahan dengan cukup baik, terutama dari segi efek komputernya. Dalam jajaran film garapan Roland Emmerich, The Day After Tomorrow termasuk film yang masih sering didiskusikan ketimbang 2012 dan dianggap lebih unggul dari segi narasi dan akting. Film ini juga sering disebutkan dalam diskusi tentang film bertema bencana.

Final Score

Skor Asli                     : 9

Skor Tambahan           : -1

Skor Akhir                  : 8/10

Spesifikasi DVD

Judul               : The Day After Tomorrow

Rilis                 : 2008

Format             : Blu-ray Disc

Kode Warna    : Full High Definition [60/24p] Region Free [Distributor: Innova Digimedia/Magix Eyes/Disc Tarra—defunct]

Fitur                : Audio Commentary, Deleted Scenes, Global Warming Trivia, Interactive Game, Fox on Blu-ray HD Trailers

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Spesifikasi DVD, kunjungi profil instagram @skywalkerhunter95

©2004/20th Century Fox/The Day After Tomorrow/All rights reserved.

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

Skywalker Hunter adalah alias dari Nabil Bakri

©2004/20th Century Fox/The Day After Tomorrow/All rights reserved.

©2004/20th Century Fox/The Day After Tomorrow/All rights reserved.