Review Film 2012 (2009) Saat Murka Tuhan Menjadi Nyata Membawa Kiamat

 

(C)2009/Sony Pictures/Columbia Pictures/"2012"/all rights reserved.

Review Film 2012 (2009) Saat Murka Tuhan Menjadi Nyata Membawa Kiamat

Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter

Periksa index

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Fiksi Ilmiah—Bencana

Rilis                 : 13 November 2009

Durasi             : 158 menit

Episode           : -

Sinopsis

Menurut kalender suku Maya, dunia akan berakhir pada tanggal 21 Desember 2012. Tampaknya, ramalan suku Maya ini sejalan dengan hasil pengamatan para ilmuwan dari seluruh dunia. Adrian Helmsley memantau langsung laboratorium di India yang menunjukkan bukti kuat bahwa badai matahari telah menyebabkan inti bumi semakin panas dan kerak bumi menjadi tidak stabil. Ia segera melaporkan temuan itu kepada Carl Enheuser, kepala staf kepresidenan AS, yang lantas melaporkannya langsung kepada presiden Amerika. Para pejabat dunia sudah tahu bahwa dunia akan kiamat dan laporan Adrian adalah titik awal untuk memulai program rahasia terbesar berskala internasional. Pemerintah internasional benar-benar merahasiakan temuan bahwa bumi akan kiamat, dan menyingkirkan siapa saja yang berusaha membocorkan informasi itu kepada publik.

(C)2009/Sony Pictures/Columbia Pictures/"2012"/all rights reserved.

Meskipun temuan tanda-tanda kiamat masih dirahasiakan, masyarakat dunia sudah mulai merasakan tanda-tandanya sendiri meskipun mereka tidak menduga bahwa itu adalah tanda kiamat. Jackson, seorang penulis gagal yang kini bekerja sebagai sopir milyarder Rusia bernama Mr. Karpoff, terbangun setelah gempa melanda wilayahnya. Namun, ia sama sekali tidak memedulikan gempa “kecil” itu karena harus buru-buru menjemput kedua anaknya untuk pergi berkemah di Yellowstone. Jackson menggunakan mobil limusin milik Mr. Karpoff untuk menjemput Lilly dan Noah, kedua anaknya yang kini tinggal bersama mantan istrinya dan kekasihnya, Gordon. Sesampainya di lokasi perkemahan, Jackson mendapati bahwa area danau yang pernah ia kunjungi dulu sudah mengering dan dikelilingi pagar dengan tanda larangan masuk dari pemerintah. Karena penasaran, Jackson tetap menerobos masuk untuk melihat fenomena aneh di bekas danau Yellowstone. Angkatan bersenjata pun tiba untuk membawa mereka pergi dari area terlarang itu.

(C)2009/Sony Pictures/Columbia Pictures/"2012"/all rights reserved.

Pasukan bersenjata membawa Jackson dan anak-anaknya menemui Adrian yang ternyata merupakan penggemar buku Farewell Atlantis—buku karangan Jackson yang tidak laku di pasaran. Adrian kemudian menjelaskan kepada Jackson bahwa mereka tidak boleh masuk kawasan itu karena wilayahnya sedang tidak stabil dan berbahaya. Jackson pun akhirnya diizinkan kembali ke area perkemahan. Di sana, Jackson dicegat oleh seorang penyiar radio konspirasi bernama Charlie yang sedang menyelidiki keanehan sikap pemerintah yang menurutnya sedang menutup-nutupi kenyataan bahwa dunia akan kiamat. Charlie menanyakan pada Jackson apa penjelasan resmi dari pemerintah soal ditutupnya kawasan danau. Setelah mendengar jawaban bahwa kawasan itu tidak stabil, Charlie hanya tertawa tidak percaya pada jawaban pemerintah. Charlie menceritakan kepada Jackson bahwa pemerintah di seluruh dunia sedang membangun pesawat ruang angkasa untuk menyelamatkan diri saat kiamat. Hanya orang-orang super kaya yang bisa membeli tiket untuk menaiki pesawat itu. Keesokan harinya, terjadi gempa besar yang menerjang kawasan rumah Noah dan Lilly. Ibu mereka pun meminta Jackson untuk segera mengantar Noah dan Lilly pulang.

(C)2009/Sony Pictures/Columbia Pictures/"2012"/all rights reserved.

Secara tidak sengaja, Jackson mengetahui bahwa Mr. Karpoff dan kedua anaknya akan pergi menaiki “kapal besar” untuk menyelamatkan diri. Ia pun kini percaya pada perkataan Charlie. Jackson bergegas menjemput keluarganya dan meminta mereka untuk segera pergi karena California akan luluh-lantak. Gempa maha dahsyat lantas menerjang California, membuat jalanan amblas, jalan layang ambruk, gedung-gedung runtuh, dan berbagai bentuk kehancuran lainnya. Dengan mengendarai limusin, Jacson membawa pergi Gordon dan keluarganya menuju ke bandara. Mereka pun menaiki sebuah pesawat yang pilotnya tewas akibat gempa. Dengan pesawat itu, mereka berhasil melewati jalanan tanpa celaka. Namun mereka harus menyaksikan kegerian yang luar biasa saat daratan terbelah hingga kereta bawah tanah terjerumus ke jurang dan meledak. Jackson kemudian menjelaskan pada keluarganya bahwa mereka harus pergi ke Yellowstone untuk mengambil peta lokasi pewasat ruang angkasa yang hanya dimiliki oleh Charlie. Perjalan penuh bahaya menuju pesawat itu pun dimulai. Mereka harus berhadapan dengan gunung meletus hingga banjir bandang seperti yang dikisahkan dalam cerita Nabi Nuh.

(C)2009/Sony Pictures/Columbia Pictures/"2012"/all rights reserved.

01 Story Logic

Narasi 2012 secara keseluruhan tidak masuk akal sesuai genrenya. Memang, ini adalah film bencana dan filmnya sudah menyajikan banyak adegan bencana alam. Tetapi, film ini juga merupakan sebuah fiksi ilmiah dan sisi fiksi ilmiahnya belum dieksplorasi secara masuk akal. Sebuah fiksi ilmiah, sudah terlihat dari nama genrenya, memang merupakan sebuah fiksi. Meski demikian, cerita fiksi dalam sebuah fiksi ilmiah harus dibuat sedemikian rupa seolah-olah ilmiah dan dapat dengan mudah dicerna penonton sebagai sebuah penjelasan yang masuk akal tanpa ada pikiran mengganjal, “Kok bisa begitu?”. Dalam film The Day After Tomorrow, misalnya, skenario bencana yang disajikan memang terlalu berlebihan dan mustahil terjadi dalam skema waktu yang dijabarkan dalam film. Akan tetapi, skema bencana dalam film itu meniru skema yang sudah pernah terjadi sebelumnya, hanya digabungkan menjadi sebuah kejadian bencana maha-dahsyat—bagian bencananya adalah bagian ilmiah, sedangkan menggabungkan beberapa bencana menjadi sebuah event dahsyat adalah sisi fiksinya. Penjelasan yang seperti ini tidak dijumpai dalam 2012. Bahkan, tidak jelas arah bencana di film ini mau dikaitkan dengan sains atau dengan supranatural karena menyangkut kepercayaan suku Maya. Apabila dunia benar-benar kiamat, maka tidak ada penjelasan logis yang bisa menampung skemanya karena kiamat sebagaimana yang diceritakan di dalam berbagai kitab suci itu belum pernah terjadi. Namun, dalam 2012, “kiamat” itu sebetulnya bukan kiamat, sehingga ada potensi menggali skenario ilmiah yang masuk akal dari kejadian-kejadian yang sudah pernah terjadi. Hal itu juga akan membuat kontras antara kepercayaan supranatural dengan hitungan ilmiah—bukan untuk menjegal ajaran leluhur, tetapi untuk mengingatkan kembali bahwa kiamat yang sebenarnya masih belum terjadi dan akan jauh lebih mengerikan. Cerita ini memiliki potensi menarik mengadu dua pemikiran: supranatural dan ilmiah di mana tokoh yang percaya supranatural mengatakan bahwa dunia akan mengalami bencana lalu orang yang percaya ilmiah akan mengatakan bahwa ramalan kiamat terbukti salah. Orang yang percaya supranatural bisa saja menganggapi, “Oh, siapa bilang itu tadi kiamat?” Lalu fade out.

(C)2009/Sony Pictures/Columbia Pictures/"2012"/all rights reserved.

Selain konsep logikanya yang kurang kuat, detil narasi film ini juga memiliki banyak titik tidak masuk akal. Misalnya, terlalu banyak kebetulan di dalam film ini. Kebetulan sekali Jackson bekerja untuk Mr. Karpoff yang merupakan miliarder Rusia yang membeli tiket “pesawat” anti-kiamat sehingga Jackson bisa menyelamatkan dirinya dan keluarganya. Kebetulan sekali mantan istri Jackson menjalin hubungan dengan seorang dokter kecantikan yang 1) kenal dengan kekasih Mr. Karpoff dan 2) bisa menerbangkan pesawat sehingga Jackson sekeluarga bisa menyelamatkan diri dengan pesawat yang kebetulan juga ditinggal mati oleh pemiliknya. Jalur bencana juga kebetulan selalu mengejar Jackson dan keluarganya sampai pada titik tidak rasional. Daratan yang amblas sepertinya hanya tertarik pada limusin Jacskon sehingga amblasnya tepat mengekor di belakang mobil Jackson. Setelah sampai di bandara pun tanah yang amblas juga mengejar Jackson, padahal bisa saja tanah itu amblas ke arah yang lain. Kebetulan sekali Jackson adalah seorang penulis yang kebetulan bukunya disukai oleh Adrian Helmsley—padahal bukunya sama sekali tidak laku di pasaran—semua kebetulan dalam film ini peluang terjadinya sangat kecil sehingga jika disajikan berulang-ulang dan terus menerus akan menjadi tidak masuk akal. Sikap pemerintah dalam menangani proyeksi kiamat juga tidak masuk akal, hingga pembuatan “pesawat ruang akgkasa” yang sebenarnya kapal raksasa juga tidak masuk akal karena terlalu mengada-ada.

(C)2009/Sony Pictures/Columbia Pictures/"2012"/all rights reserved.

02 Story Consistency

Alur cerita film ini tidak konsisten. Seperti dibahas sebelumnya, kurang jelas apakah 2012 mau mengarahkan konsep bencananya ke ranah sains murni atau supranatural. Kemudian, terlalu banyak tokoh yang saling kenal sehingga menimbulkna banyak pertanyaan serupa “Bagaimana mereka saling kenal?” yang masing-masing harus dijelaskan—padahal tidak ada waktu untuk bernostalgia membahas masa lalu untuk terlalu banyak karakter. Kompleksitas hubungan antar karakter non-kunci juga mengalihkan konsistensi cerita film ini. Kisah masa lalu Mr. Karpoff, hubungan kekasihnya dengan seorang pilot, hubungan kekasih Mr. Karpoff, Jackson dan mantan istrinya, dengan Gordon, semua sama sekali tidak memberikan sumbangan narasi bermakna yang signifikan kepada keseluruhan cerita. Ibarat sebuah mesin jet, detil-detil itu hanyalah udara berlebih yang ditiupkan ke ruang pembakaran sehingga tidak menambah kemampuan jarak tempuh mesin tersebut dan justru berpotensi mengurangi performa bahkan merusak mesin. Cara dan alasan beberapa tokoh “mendekati kunci” [orang yang dekat dengan tokoh kunci] menemui ajal mereka juga konyol dan tidak konsisten karena mengubah keseluruhan penokohan dan hubungan dinamis di antara tokohnya. Misalnya [Spoiler], Jackson dan mantan istrinya sudah tidak akur lagi. Ditambah, anak-anak Jackson sudah merasa nyaman dengan Gordon sebagai ayah angkat mereka. Jika ceritanya logis dan konsisten, maka Jackson akan merelakan keluarganya dan menjadikan kejadian itu sebagai pelajaran untuk ke depannya. Apalagi, Jackson sudah bisaca “hati ke hati” dengan Gordon dan “merestui” Gordon menjadi ayah angkat untuk anak-anaknya. Namun, Gordon justru dibunuh oleh sang sutradara supaya Jackson bisa kembali lagi bersama mantan istrinya—padahal jelas-jelas mereka sudah tidak cocok dan belum ada pembangunan koneksi yang baru untuk merekatkan kembali hubungan mereka. Gordon juga baru saja tewas, mestinya jika mantan istri Jackson dan kedua anaknya benar-benar menyayangi Gordon seperti yang diceritakan, mereka akan bersedih secara mendalam bukannya langsung move on seolah Gordon tidak pernah ada. Di samping masalah konsistensi dari segi karakter dan detil tindakan mereka, fokus utama film ini juga tidak konsisten antara membangun narasi ketegangan sampai pada sebuah bencana besar lalu bagaimana karakternya menyikapi bencana itu, atau bagaimana tokoh kunci bertahan menghindari “kejaran” bencana. Dalam The Day After Tomorrow, ceritanya lebih konsisten dan fokus: Bencana terjadi, lalu beginilah para tokoh kunci menyikapinya, bukan bencana—sikap—bencana—sikap—bencana lagi—sikap lagi. Terakhir, durasi film ini sangat panjang sementara bencana-bencana yang terjadi hitungannya hanya sebentar [tidak seperti Poseidon atau Titanic yang tenggelam dalam waktu yang lama]. Maka, cerita soal bencana ini harus dipanjang-panjangkan dengan cerita konspirasi, permasalahan rumah tangga, hingga ada pula aksi survival di dalam kapal.

(C)2009/Sony Pictures/Columbia Pictures/"2012"/all rights reserved.

03 Casting Choice and Acting

Tidak ada keluhan dalam pemilihan aktor. Kekurangan para aktor umumnya disebabkan oleh cerita yang tidak logis dan tidak konsisten.

04 Music Match

Tidak ada keluhan di pemilihan musik.

05 Cinematography Match

Tidak ada keluhan dalam poin sinematografi. Berbagai adegan bencana mampu ditampilkan dengan sangat baik dan spektakuler. Adegan-adegan bencana dalam film ini merupakan adegan-adegan bencana terbaik dalam sejarah film bertema bencana. Keunggulan ini dapat dicapai berkat 1) pengalaman sutradara Roland Emmerich yang memang dinilai piawai dalam membuat adegan bencana/kehancuran lewat film Independence Day, Godzilla [1998], hingga The Day After Tomorrow, 2) efek komputer yang baik dan terlihat realistis [untuk ukuran tahun 2009 bahkan hingga 10 tahun setelah filmnya dirilis], 3) penataan suara efek bencana yang baik dengan musik yang minimal, serta 4) sinematografi dengan koreografi adegan bencana yang baik.

(C)2009/Sony Pictures/Columbia Pictures/"2012"/all rights reserved.

06 Costume Design

Tidak ada keluhan dalam poin pemilihan kostum.

07 Background/Set Match

Tidak ada keluhan dalam pemilihan latar belakang.

08 Special and/or Practical Effects

Efek komputer dalam film ini adalah keunggulan terbesar 2012. Meskipun logika dan konsistensi cerita film ini dipertanyakan oleh banyak kritikus, namun mayoritas sepakat bahwa efek komputer film ini, pada kala itu, adalah salah satu yang terbaik dan mampu bertahan [tidak terlihat kasar] selama tenggat waku wajar ‘penuaan” sebuah film yakni 10 tahun [artinya di tahun 2019 pun efeknya masih terlihat baik dan nyata].

(C)2009/Sony Pictures/Columbia Pictures/"2012"/all rights reserved.

09 Audience Approval

Mayoritas penonton adalah mereka yang datang ke bioskop untuk menikmati adegan spektakuler yang tiada henti. Dan, itulah yang disajikan oleh film ini—tidak lebih [filmnya sama sekali tidak menjanjikan cerita yang mendalam atau sarat makna]. Maka, mayoritas penonton memberikan tanggapan yang positif untuk film ini karena, pada kenyataannya, penonton terpukau dengan efek komputer yang disajikan. Bahkan, saking fenomenalnya adegan-adegan bencana dalam film ini, banyak media dan pengguna teknologi pada umumnya, yang menggunakan potongan adegan bencana dalam film itu untuk menggambarkan kejadian kiamat karena memang masyarakat luas telah mengasosiasikan adegan dalam film itu dengan proyeksi kiamat yang sesungguhnya [sebuah gambaran].

(C)2009/Sony Pictures/Columbia Pictures/"2012"/all rights reserved.

10 Intentional Match

Film ini telah memenuhi visi dan misi penciptanya dengan baik. 2012 tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi film yang filosofis dengan alur cerita penuh kedalaman makna atau film yang benar-benar mengikuti konsep ilmiah seperti The Day After Tomorrow sekalipun untuk memuaskan para kritikus. Film ini menjanjikan sebuah pengalaman menonton penuh efek komputer yang spektakuler untuk masyarakat umum dan, pada akhirnya, tujuan itu telah tersampaikan dengan baik melalui film ini.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

(C)2009/Sony Pictures/Columbia Pictures/"2012"/all rights reserved.

01 Skywalker’s Schemata

Yang paling saya ingat tentang momen dirilisnya film ini adalah seberapa hebohnya masyarakat dunia terutama Indonesia dalam menyikapi film 2012. Itu karena sebelum filmnya dirilis, ramalan suku Maya soal kiamat bulan Desember 2012 sudah ada dan justru dari situlah pihak studio memanfaatkan market yang siap dipanen. Popularitas film ini digerakkan oleh rasa takut dan rasa penasaran penonton—terutama di negara-negara berkembang yang mayoritas penduduknya masih mudah terhasut oleh ramalan. Terbukti, film ini “biasa saja” di negara asalnya, Amerika Serikat, yang lebih memilih menonton Avatar ketimbang 2012. Sedangkan seingat saya, sewaktu hubungan Indonesia-Hollywood sedang tidak harmonis [waktu itu pemerintah berencana menaikkan pajak film asing dengan alasan melindungi film lokal yang kalah saing] salah seorang narasumber di sebuah acara diskusi TV One (kalau tidak salah, saya lupa detilnya) mengungkapkan bahwa di Indonesia, penjualan tiket film 2012 lebih tinggi dibanding Avatar. Benar saja, saya mendengar kabar anak-anak SMA yang membolos sekolah demi menonton film ini. 2009 adalah waktu yang berbeda, dan saya hanya bisa menikmati 2012 dari VCD bajakan dengan kualitas mengenaskan [saya baru sadar setelah dewasa kalau toko VCD original langganan saya dulu itu berbeda franchise dengan toko yang mengedarkan film keluaran Sony Pictures jadi saya cari-cari 2012 tidak kunjung rilis karena lisensi film itu ada pada Sony].

(C)2009/Sony Pictures/Columbia Pictures/"2012"/all rights reserved.

Saya baru benar-benar menonton 2012 secara proper tepat pada tahun 2012 dan saya begitu terpukau oleh efek visualnya yang memang luar biasa. Meskipun logika dikesampingkan dan konsistensi dilempar ke tong sampah dalam film ini, tetapi 2012 tetap berhasil mempertahankan perhatian saya dikunci kepada filmnya. Lagu film ini, Time for Miracles, langsung mencuri hati saya dan menjadi salah satu lagu favorit. Meski demikian, sesuai dugaan saya, begitu tahun 2012 lewat dan saya mencoba menonton ulang film ini, sensasi yang saya rasakan sudah jauh berbeda. Tidak ada lagi yang istimewa dari angka 2012 di judul filmnya karena semua misteri dan rasa takut akan sesuatu yang tidak diketahui telah sirna. Dengan demikian, apa yang membuat 2012 istimewa selama 3 tahun, hilang. Padahal, ada karya lain yang juga menggunakan tahun spesifik yang sudah lewat namun tetap fenomenal yakni 2001: A Space Odyssey dan 1984. Itu karena kedua film ini berpegang kuat pada sebuah konsep yang menembus batas waktu dan bisa diproyeksikan terjadi di luar tahun yang sudah ditentukan. Konsep yang kuat ini tidak ditemukan dalam 2012 yang benar-benar spesifik merujuk pada tahun 2012 dan nuansa utuh filmnya hanya benar-benar bisa dinikmati dengan pengetahuan bersama bahwa menurut [tafsir tertentu] kalender Maya, bumi akan berakhir pada tahun 2012.

(C)2009/Sony Pictures/Columbia Pictures/"2012"/all rights reserved.

02 Awards

2012 mendapatkan berbagai nominasi penghargaan terutama dalam bidang efek visual. Sayang sekali, film ini tayang bersama dengan Avatar yang menuai lebih banyak pujian soal efek visual dan menjadi film terlaris sepanjang masa sampai artikel ini dipublikasikan. Alhasil, nyaris semua nominasi efek visual yang didapatkan hanyalah sebatas nominasi. Padahal, efek visual film ini tergolong spektakuler pada waktu dirilis.

03 Financial

Dari dana sebesar $200 juta, 2012 mendapatkan sebesar $791 juta dari penjualan tiket bioskop.

04 Critics

Mayoritas kritikus memberikan tanggapan yang negatif untuk film ini.

(C)2009/Sony Pictures/Columbia Pictures/"2012"/all rights reserved.

05 Longevity

Potongan-potongan adegan 2012 memang masih sering digunakan untuk memvisualisasikan narasi tentang bencana hingga saat artikel ini dipublikasikan. Walau demikian, 2012 secara keseluruhan sebagai sebuah film perlahan-lahan telah dilupakan. Hal ini bisa dikarenakan film ini skemanya memanfaatkan ketakutan dan rasa penasaran penonton sebelum tahun 2012 tiba. Maka, skema film ini sebenarnya mirip dengan skema seri Scary Movie yang sangat bergantung pada momen filmnya dirilis untuk mampu memberikan nuansa menonton yang maksimal dengan pengalaman yang tidak bisa lagi dirasakan oleh penonton yang menyaksikannya di era yang berbeda. Benar saja, jika film ini disaksikan setelah tahun 2012 lewat, maka sensasinya akan jauh berbeda dari sebelum tahun 2012 karena tidak ada lagi rasa takut [bahkan cenderung paranoid] atau penasaran sebab sudah terbukti bahwa di tahun 2012 tidak terjadi bencana seperti yang diramalkan dan dulu di-“viral”-kan.

Final Score

Skor Asli                     : 8

Skor Tambahan           : -1

Skor Akhir                  : 7/10

Spesifikasi DVD

Judul               : 2012

Rilis                 : 2 Maret 2010

Format             : DVD, Blu-ray

Kode Warna    : PAL [DVD]

Fitur                : Deleted Scenes, Behind the Scenes

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.

(C)2009/Sony Pictures/Columbia Pictures/"2012"/all rights reserved.

Skywalker Hunter adalah alias dari Nabil Bakri