Review Drama Moment of Eighteen 열여덟의 순간 (2019) Pertarungan Menuju Posisi Puncak di SMA

JTBC/2019/all rights reserved. 

Review Drama Moment of Eighteen 열여덟의 순간 (2019) Pertarungan Menuju Posisi Puncak di SMA

Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter

Periksa index

Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes copyrighted pictures under the doctrine of fair use.

Genre             : Drama Remaja—Puber/Coming of age

Rilis                 : 22 Juli-10 September 2019

Episode           : 16

Sinopsis

Choi Joon-woo dipaksa pindah sekolah karena kasus pencurian di sekolah lamanya yang juga melibatkan sahabat masa kecilnya. Ia merelakan diri dipersalahkan atas pencurian yang dilakukan oleh sahabatnya. Di sekolah barunya, ia dibimbing oleh guru sementara Oh Han-kyeol. Pak Oh merasa harus membantu Joon-woo yang senantiasa murung dan harus menghadapi rumor tentang kasus di sekolah lamanya. Namun bagaimanapun usaha Pak Oh, Joon-woo tetap tak acuh pada pendidikannya sendiri. Joon-woo harus kerja sambilan di sebuah toko untuk mengurangi beban ekonomi ibunya. Suatu hari ia diminta mengantarkan makanan ke sebuah tempat kursus matematika elit yang dihadiri oleh teman sekolah Joon-woo bernama Ma Hwi-young yang kaya raya dan Cho Sang-hoon yang jenius. Karena kesal Sang-hoon berhasil mengerjakan soal matematika dengan enteng, Hwi-young yang dibakar api cemburu memutuskan untuk menyembunyikan jam tangan mahal milik guru les mereka. Tanpa disengaja, jam tangan itu ikut dibuang ke kantung sampah yang dibersihkan oleh Joon-woo selepas mengantarkan pesanan ke dalam kelas. Joon-woo melihat jam tangan tersebut dan Hwi-young memintanya berhenti supaya ia bisa melihat ke dalam kantung sampah dan diam-diam mengabil kembali jam tangan itu.

JTBC/2019/all rights reserved. 

Di sekolah, terjadi keributan karena guru les Hwi-young menuduh Joon-woo dan menuntutnya untuk mengembalikan jam tangan miliknya. Namun Joon-woo menolak untuk mengaku karena dirinya tidak bersalah. Pihak sekolah pun mengancam untuk mengeluarkannya, namun Pak Oh dan Hwi-young mencoba melindungi Joon-woo. Pendapat Hwi-young sangat dihormati karena ia adalah anak CEO kaya raya yang punya kekuatan untuk merusak hidup seseorang. Bahkan pihak pejabat sekolah pun segan kepada Hwi-young. Namun di balik semua itu, Joon-woo tahu betul bahwa dirinya hanya dijadikan sebagai kambing hitam oleh Hwi-young dan mulai terang-terangan mengusut permasalahan hidup Hwi-young. Kemunculan Joon-woo di sekolah itu mulai mengubah  sistim hirarki di sana. Perlahan-lahan kekuasaan Ma Hwi-young mulai tergerus. Amarah Hwi-young kian menjadi-jadi saat mengetahui bahwa Yoo Soo-bin, teman masa kecil sekaligus gadis yang dicintainya, ternyata menyukai Joon-woo.

JTBC/2019/all rights reserved. 

Joon-woo terus menerus menunjukkan penentangan terhadap Hwi-young yang menginspirasi Pak Oh untuk bersikap tegas dan menuntut kenaikan jabatan sebagai wali kelas resmi. Teman-teman sekelas yang senantiasa menurut pada perkataan Hwi-young pun mulai terpecah dan menolak keputusan-keputusannya. Menyadari kekuasaannya memudar dan khawatir persoalan pribadi keluarganya yang tidak harmonis akan terungkap, Hwi-young meminta pengikutnya, Lee Ki-tae, untuk membantu menjatuhkan Joon-woo. Hwi-young berusaha menjerumuskan Joon-woo ke kantor polisi, merenggangkan hubungannya dengan Soo-bin dengan memanfaatkan ibu Soo-bin yang pemarah dan benci orang yang tidak sederajat [termasuk Joon-woo], dan berbagai upaya licik lainnya. Namun bukannya menjatuhkan Joon-woo, usaha licik Hwi-young malah menjadi senjata makan tuan. Joon-woo semakin bersinar menjadi wakil ketua kelas, hubungannya dengan Soo-bin menjadi lebih dekat, dan prestasinya meningkat.

JTBC/2019/all rights reserved. 

01 Story Logic

Sebetulnya dari segi konsep, drama ini sudah mengikuti logika yang berlaku di cerita Drama Remaja [Puber(tas)/PuBer/Masa Pencarian Jati Diri). Poin-poin cerita perjuangan remaja yang dilebih-lebihkan memang bisa ditampung oleh koridor drama Puber. Murid cool yang menyendiri dan dirundung kesalahpahaman, cinta pertama yang tidak direstui, perilaku sombong murid elit keturunan orang kaya, guru yang tidak kompeten, kebingungan soal perasaan dan preferensi seksual, semuanya memang diwadahi dalam koridor drama Puber. Maka patut ditegaskan bahwa Moment of Eighteen, dari segi konsep dan alur cerita, sudah sesuai dengan logika genrenya. Hanya saja, detil-detil yang menyangkut aksi dan reaksi tiap-tiap karakternya tidak logis. Hal ini nanti menyangkut poin konsistensi cerita.

Drama ini cenderung serius, namun sering sekali permasalahan yang secara logika patut ditanggapi dengan serius, malah ditanggapi dengan komedi. Ada pula detil lain yang secara logika sederhana, namun dibuat rumit dan bukannya bermakna, tapi malah konyol. Dalam drama Puber, memang tokohnya akan mengambil keputusan yang salah dan kesalahan inilah yang harus diperbaiki di dalam keseluruhan cerita. Namun, kesalahan tokoh dalam drama ini seringkali sepele dan tidak logis—menceritakan soal ponsel yang hilang saja dibuat seolah-olah menceritakan si tokoh telah menghamili anak orang. Mestinya aksi dan reaksi sederhana yang sering terjadi di dunia nyata juga disesuaikan. Bilang saja kalau ponsel itu hilang sehingga si tokoh tidak bisa menerima panggilan telepon kekasihnya. Buat apa hal se-sepele itu menjadi permasalahan baru yang tidak penting. Hal semacam ini berkali-kali terjadi sepanjang 16 episode cerita.

JTBC/2019/all rights reserved. 

Contoh lain yang juga krusial adalah posisi Ma Hwi-young dan orangtuanya. Memang logis jika ada keluarga super kaya yang bisa memengaruhi nilai dan cara kerja sebuah sekolahan, seperti di drama populer Meteor Garden. Namun, posisi keluarga Ma Hwi-young tidak dijelaskan—kenapa mereka begitu berpengaruh? Ternyata sampai episode terakhir pun sebetulnya keluarga Hwi-young tidak punya pengaruh yang cukup besar. Ini berbeda dengan cara Meteor Garden menjelaskan bahwa sekolah Daoming Si jelas-jelas ada di bawah sokongan kekayaan keluarga Daoming, sehingga keberlangsungan sekolah bergantung juga dengan keluarga Daoming. Salah sedikit, Daoming bisa menghentikan sokongannya kepada sekolah. Cara masing-masing karakter menghadapi sebuah aksi atau informasi juga seringkali tidak logis: bagaimana reaksi teman-teman dekat mengetahui bahwa salah satu sahabat mereka sebetulnya gay? Bagaimana reaksi teman-teman dekat mengetahui bahwa salah satu sahabat mereka adalah penipu kelas kakap? Banyak informasi yang memang harus ditanggapi berlebihan, namun malah ditanggapi seadanya—begitu pula sebaliknya informasi yang seharusnya ditanggapi seperlunya, malah ditanggapi sebegitu hebohnya.

JTBC/2019/all rights reserved. 

02 Story Consistency

Drama Moment of Eighteen memiliki alur cerita yang tidak konsisten. Meskipun konsepnya sudah sesuai dengan koridor genre Drama Puber, namun drama ini kebingungan mau dibawa ke mana fokus ceritanya: apakah ke dinamika persahabatan dan hirarki di sekolah yang menjadi kritik sosial, atau sebatas drama percintaan ala Romeo and Juliet untuk dua karakter utamanya? Kebingungan seperti ini bisa dilihat dari cara seseorang meringkas alur cerita drama ini secara utuh/bukan per episode. Dalam sebuah ringkasan mestinya ada fokus permasalahan utama yang akan dibahas, namun meringkas Moment of Eighteen menjadi sulit karena isu sosial dan percintaan di dalamnya sama-sama kuat dan berjalan sendiri-sendiri. Untuk memudahkan, saya pakai contoh film Titanic. Film ini memusatkan cerita pada percintaan antara Jack dan Rose untuk melihat kejadian sejarah yang menjadi kritik sosial (pemisahan kelas kaum elit dan kau miskin). Hal/kesinambungan yang semacam ini tidak terjadi pada drama Moment of Eighteen karena dua isu besarnya adalah dua entitas yang berjalan sendiri-sendiri.

JTBC/2019/all rights reserved. 

Jika kita akan meringkas film Titanic, kita akan mudah mengambil garis besar kisah cinta Jack yang miskin dan Rose yang golongan elit yang bertemu di atas Titanic yang kemudian tenggelam. Dalam Moment of Eighteen, tidak bisa dikatakan bahwa isu sosial di dalam kelas digunakan untuk menjelaskan kisah asmara Joon-woo dan Soo-bin, begitu juga sebaliknya. Konflik antara Jack dan Caledon di Titanic hanya sebatas memperebutkan Rose, sedangan konflik Joon-woo dan Hwi-young berlapis-lapis, salah satunya adalah memperebutkan Soo-bin. Jika ada fokus cerita yang terlalu banyak, maka akan kesulitan menjabarkan semuanya dalam 16 episode karena isu-isu di Moment of Eighteen terjadi beriringan, bukan satu selesai terus diganti isu yang baru. Pengungkapan-pengungkapan detil kehidupan teman-teman Joon-woo dan Soo-bin juga menjadi permasalahan sendiri karena drama ini bukan Drama Kedokteran ala Private Practice yang satu masalah selesai baru digantikan masalah lain.

JTBC/2019/all rights reserved. 

Dalam Private Practice, seorang dokter harus menangani anak laki-laki yang merasa bingung karena dirinya gay. Namun di episode berikutnya, sudah membahas masalah/pasien lain karena kemunculan si anak ini hanyalah “selingan” cerita atau “tamu” satu episode. Tentu berbeda dengan pengungkapan adanya siswa gay di Moment of Eighteen karena si siswa ini ada dalam lingkup tokoh utama, sehingga akan ada dari episode 1 sampai 16. Maka detil-detil yang berpotensi membuat cerita bercabang semacam ini sepatutnya dihindari karena berpotensi besar membuat ceritanya tidak konsisten. Keterbatasan jumlah episode dengan cabang cerita yang terlalu banyak berpotensi membuat penyelesaian masalah menjadi tidak logis dan merusak poin Logika Narasi drama tertentu. Kembali lagi contoh kecil poin tidak logis di bagian pengungapan karakter yang gay: dengan siapa karakter ini jatuh cinta juga menjadi aneh karena jika diamati lagi akan lebih logis jika dirinya jatuh cinta pada karakter yang lainnya berdasarkan kedekatan, cara berinteraksi, bahkan cara antar karakter saling menatap. Risiko yang dihadapi Hwi-young atas perbuatannya juga tidak jelas dan tidak konsisten: kekuatan ayahnya tiba-tiba luntur seperti lenyap ditelan samudera. Jika melihat ke drama Meteor Garden, Daoming Si menjadi “miskin sesaat”—namun kejadian itu dijelaskan bahwa ibunya sengaja memblokir kartu kredit Daoming Si dan dalam beberapa situasi, Daoming Si memang memilih menjalaninya dengan alasan yang juga sudah dijelaskan di dalam drama. Hal krusial semacam ini tidak ada di dalam Moment of Eighteen.

JTBC/2019/all rights reserved. 

03 Casting Choice and Acting

Tidak ada keluhan dalam pemilihan aktor. Masing-masing telah menampilkan akting yang sesuai dengan watak karakter yang mereka perankan. Komentar saya dalam pemilihan karakter tidak berlaku di sini karena drama ini mayoritas keunggulannya ada pada pemilihan aktor—dibuktikan dengan diraihnya penghargaan aktor terbaik dalam kategori tertentu. Namun karena saya telah melihat drama More than Friends yang juga diperankan oleh Ong Seong-wu, saya menilai bahwa akting aktor yang satu ini masih perlu diasah lagi. Saya mengamati pola banyak sekali aktor dan sering saya jumpai aktor yang terjebak dalam sifatnya sendiri—hanya bisa memerankan tokoh dengan karakter/sifat yang sama, menggunakan gaya yang sama. Aktor-aktor muda yang tampan dan cantik seringkali menghadapi masalah yang sama: bagaimana caranya keluar dari persona publik sebagai tokoh tertentu. Misalnya, Leonardo DiCaprio butuh usaha keras untuk keluar dari persona pemuda tampan di Romeo+Juliet dan Titanic, Robert Pattinson dari citra sosok Edward Cullen di Twilight, hingga Emma Watson dari citra Hermionie Granger di Harry Potter dan banyak lagi aktor lainnya.

JTBC/2019/all rights reserved. 

04 Music Match

Lagu-lagu yang dipilih dalam drama ini tidaklah jelek sebagai lagu. Namun, sering tidak cocok jika dipadukan dengan drama ini karena persoalan bahasa. Lagu-lagu berbahasa Inggris yang dipakai bukanlah lagu yang jelek, namun berpotensi besar mengaburkan nuansa Korea yang dibangun. Mau tidak mau, suka tidak suka, bahasa sebuah lagu membawa stereotip tersendiri. Maka (contohnya) lagu Yo Te Amo dalam Meteor Garden terlihat “tidak pada tempatnya”, namun saat Daoming Si dan Shan Cai pergi ke Spanyol, lagu Yo Te Amo menjadi sesuai. Dalam film Titanic, lagu My Heart Will Go On hanya diputar di akhir, karena lagu pop bisa mengaburkan nuansa klasik-bersejarah di sepanjang jalannya film. Akan lebih sesuai jika lagu-lagu yang dipilih berbahasa Korea, karena genre lagu yang dipilih sebetulnya sudah cocok dengan aura ceritanya, hanya saja lagu yang dipilih itu tidak cocok dengan visualisasi cerita secara keseluruhan.

05 Cinematography Match

Tidak ada keluhan dalam poin sinematografi.

06 Costume Design

Tidak ada keluhan dalam poin pemilihan kostum.

07 Background/Set Match

Tidak ada keluhan dalam pemilihan latar belakang.

JTBC/2019/all rights reserved. 

08 Special and/or Practical Effects

Tidak ada keluhan dalam penggunaan efek komputer. Namun, format akhir video dari drama ini kurang pas menggunakan aspek widescreen 16:9 [video diapit dua garis hitam]. Kenapa demikian? Jika kita benar-benar mau membahas hal ini, kita harus kembali jauh ke sejarah perfilman dan pertelevisian. Kedua format presentasi video ini [presentasi layar lebar dan presentasi layar kaca] memiliki standar yang berbeda, memang begitulah adanya. Perbedaan inilah yang membedakan nuansa menonton film bioskop dan sinetron [atau FTV dan Film Direct-to-DVD]. Dari segi frame rates saja sudah berbeda standarnya yang mana serial TV umumnya menggunakan 30-60fps sedangkan film 24fps. Serial TV pun umumnya menggunakan aspek gambar full screen sehingga memang nuansa serial TV yang umumnya bergenre Drama menjadi lebih “natural—amatir” ketimbang film. Drama Moment of Eighteen akan lebih baik jika dipresentasikan secara full screen.



09 Audience Approval

Mayoritas penonton memberikan tanggapan positif. Hal ini bisa dilihat dari opini pengguna yang diunggah ke Google dan polling yang disertakan dalam AsianWiki.

JTBC/2019/all rights reserved. 

10 Intentional Match

Drama Puber semacam ini ingin menunjukkan dinamika persoalan kalangan remaja. Drama ini telah menunjukkan sulitnya bersaing dalam hal akademik dan dalam hal asmara. Moment of Eighteen memperlihatkan Tiger Parenting pada level yang ekstrem—entah apakah karena memang ingin mengkritik kebiasaan orang tua Asia dan condong merujuk pada pola pikir Barat [keduanya berbeda, tidak perlu diperdebatkan lagi]. Jika memang tujuannya hanya memperlihatkan aspek-aspek tersebut, drama ini telah berhasil. Namun jika maksud drama ini adalah memberikan sebuah narasi yang penuh makna, maka drama ini belum berhasil.

ADDITIONAL CONSIDERATIONS

[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]

JTBC/2019/all rights reserved. 

01 Skywalker’s Schemata

Saya tidak menyukai drama ini karena poin-poinnya tidak logis dan alur ceritanya tidak konsisten. Saya juga tidak menyukai pemilihan aktor dalam drama ini. Menurut saya Ong Seong-wu dan Kim Hyang-gi tidak nampak memiliki chemistry yang kuat dan kurang cocok beradu akting sebagai pasangan kekasih. Banyak sekali poin-poin detil cerita yang menurut saya tidak perlu dan cenderung dipaksakan padahal tidak mengubah keseluruhan atau fokus cerita. Saya tidak menyukai pengungkapan karakter sebagai gay yang hanya sebatas pengungkapan saja tanpa makna lain atau pendalaman cerita seolah-olah tidak direncanakan dari awal dan “tiba-tiba” penulis skenario merasa “oh, sebaiknya aku ganti saja” seperti pengungkapan bahwa professor Dumbledore adalah gay, itu sama sekali tidak mengubah alur ceritanya sehingga tidak penting untuk diungkapkan. Mestinya sedari awal tunjukkan saja bahwa karakter itu memang gay, sehingga penonton bisa tetap merasa wajar dan tidak merasa perlu ada yang didalami lagi. Saya tida suka cara drama ini menampilkan dinamika dunia pendidikan yang digarap dengan tidak serius karena tidak logis. Drama ini juga bukannya menjadi sebuah obat pahit yang sarat makna supaya bisa menjadi pelajaran bagi anak-anak Puber, malah berperan sebagai permen cokelat yang manis. Di era sekarang, penting menunjukkan realita kepada anak-anak bahwa apa yang dianggap penting di SMA, persoalan yang sangat rumit di SMA, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan realita persoalan hidup abad 21. Drama ini masih saja berkutat pada persoalan pentingnya belajar dan mengejar passion, percaya pada hati, sebuah pop psychology yang memang bisa membuat orang tersenyum, tapi tidak benar-benar mengandung makna yang bermanfaat. Ini sangat disayangkan karena konsep drama ini sudah bagus.

02 Awards

Drama ini mendapat penghargaan terutama dalam pemilihan aktor.

03 Financial

Karena merupakan sebuah serial, tidak ada data seputar biaya versus penghasilan tiket bioskop. Namun, dilihat dari rating penonton, drama ini tidak benar-benar mampu mengunci perhatian penonton. Terbukti jumlah penontonnya sangat fluktuatif dan menjelang episode terakhir bukannya meningkat jumlah penontonnya malah jauh berkurang. Ini menandakan bahwa penonton tidak begitu peduli dengan drama ini, meskipun mayoritas suara memberikan respons positif.

04 Critics

Mayoritas kritikus memberikan respons positf terhadap drama ini

05 Longevity

[Pending—karya masih berusia di bawah 10 tahun]

Final Score

Skor Asli                     : 7/10

Skor Tambahan           : -2, +1

Skor Akhir                  : 6/10

Spesifikasi DVD


Judul               : At Eighteen

Rilis                 : 2019

Format             : DVD

Kode Warna    : NTSC [Region Free/0]

Fitur                : -

Support           : Windows 98-10 [VLC Media Player], DVD Player, HD DVD Player [termasuk X-Box 360], Blu-ray Player [termasuk PS 3 dan 4], 4K UHD Blu-ray Player [termasuk PS 5].

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Spesifikasi DVD, kunjungi profil instagram @skywalkerhunter95

***

Edisi Review Singkat

Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.