Review Film Beauty and the Beast (2014) La Belle et la Bête Si Buruk Rupa yang Melanggar Sumpah Keramat dari Istrinya
Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter
Review berikut menggunakan gambar/foto milik pemegang hak
cipta yang dilindungi doktrin fair use. The following review utilizes
copyrighted pictures under the doctrine of fair use.
©Eskwad/Pathé/Studio Babelsberg/Pathé Distribution (France)/Concorde Filmverleih (Germany)/2021/all rights reserved. |
Genre : Drama—Fantasi
Rilis : 12 Februari 2014
Episode : -
Sinopsis
Alkisah,
ada seorang saudagar yang kaya raya. Bisnisnya sangat besar dan tersohor karena
berkat bisnis yang dia jalankan, wilayah sekitar tempat tinggalnya bisa ikut
menjadi maju. Setelah istrinya meninggal, saudagar itu tinggal bersama enam
anaknya: tiga anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Dua kakak laki-laki dan
perempuan yang tertua memiliki sifat yang hampir sama yakni gemar berfoya-foya
dan membuat masalah. Anak laki-laki dan perempuan yang paling muda, Belle dan
Tristan, memiliki sifat yang mirip yakni lebih penurut, rendah hati, dan kalem
dibandingkan kakak mereka. Suatu ketika, badai besar menerjang tiga kapal
dagang milik saudagar itu yang mengakibatkannya bangkrut karena semua
kekayaannya ditelan samudera. Saudagar itu terpaksa memboyong keluarganya ke
pedesaan karena ia tidak mampu lagi mempertahankan rumah mewahnya. Karena
kakak-kakak Belle terbiasa hidup bergelimang harta dan dimanja, mereka enggan
ikut serta mengerjakan pekerjaan sehari-hari dan menyerahkan semuanya kepada
Belle.
©Eskwad/Pathé/Studio Babelsberg/Pathé Distribution (France)/Concorde Filmverleih (Germany)/2021/all rights reserved. |
Saudagar
itu kemudian menerima laporan bahwa salah satu kapal dagangnya berhasil selamat
dari badai. Ia pun mengajak putera tertuanya untuk datang ke kota dan melihat
langsung sisa harta kekayaan mereka. Saudagar itu berjanji akan pulang membawa
apa saja yang diminta oleh anak-anaknya. Kedua kakak perempuan Belle minta gaun
dan perhiasan mewah. Namun Belle hanya ingin sekuntum mawar merah karena di
pekarangan rumah sama sekali belum ada mawar merah. Saudagar itu mencatat semua
permintaan anaknya dan segera bergegas ke kota. Sesampainya di kota, saudagar
itu harus menelan rasa kecewa karena kapal dagangnya ikut disita pihak bank. Ia
mengungkit kembali jasanya yang membangun kota itu menjadi kota yang maju,
namun pihak yang terkait tidak bergeming. Permasalahan itu membuat putera
tertua sang saudagar terbakar emosi dan cepat-cepat menghilang entah ke mana.
Saudagar itu mencari puteranya sampai di sebuah bar. Ia tidak tahu kalau
puteranya itu adalah buronan yang hutang judinya sudah menumpuk dan diincar
oleh Perducas dan gengnya yang berbahaya. Ia diminta melunasi hutang puteranya
dan akhirnya melarikan diri hingga tersesat di hutan. Secara ajaib, saudagar
itu menemukan sebuah istana yang terbengkalai.
©Eskwad/Pathé/Studio Babelsberg/Pathé Distribution (France)/Concorde Filmverleih (Germany)/2021/all rights reserved. |
Meskipun
istana itu sudah morat-marit, namun saudagar itu seolah disambut oleh kekuatan
gaib yang menyediakan beragam hidangan lezat dan tempat beristirahat yang
hangat karena di luar sedang turun salju yang lebat. Kuda saudagar yang terluka
juga sudah diobati entah oleh siapa. Tidak hanya menerima berbagai keramahan, saudagar
itu juga disuguhi beraneka ragam gaun dan perhiasan mewah—persis seperti yang
diminta oleh puterinya. Saudagar itu bisa dengan bebas membawa semua harta
benda yang telah diberikan padanya. Akan tetapi dalam perjalanan pulang,
saudagar itu memetik sekuntum mawar merah yang ia janjikan untuk Belle. Tanpa
disangka, mawar itu adalah harta paling berharga bagi sesosok monster
mengerikan yang menghuni istana tersebut. Monster itu berniat menghabisi nyawa
si saudagar namun memberinya kesempatan untuk mengucap perpisahan pada
keluarganya dan kembali lagi ke istana. Jika ia tidak kembali, seluruh
keluarganya akan dibantai. Sesampainya di rumah, saudagar itu menceritakan
kejadian di istana. Karena merasa bersalah, Belle pergi seorang diri menuju
istana itu dan menawakan diri sebagai ganti atas nyawa ayahnya. Si monster
buruk rupa menerima tawaran itu dan menawan Belle di dalam istananya. Selama
tinggal di istana, Belle senantiasa mengalami mimpi tentang masa lalu istana
itu, tentang seorang Pangeran yang dikutuk oleh Dewa Hutan karena membunuh
puterinya yang merupakan Peri Hutan yang menjelma menjadi manusia. Mimpi itu
mengungkapkan kisah tak terduga dari masa lalu sang Pangeran.
©Eskwad/Pathé/Studio Babelsberg/Pathé Distribution (France)/Concorde Filmverleih (Germany)/2021/all rights reserved. |
01 Story Logic
Dari
segi fantasi, film ini sudah memenuhi koridor logika cerita fantasi. Film ini
bahkan menjelaskan bagaimana Pangeran bisa dikutuk menjadi Beast dengan narasi
yang khas sekali dengan nuansa fantasi. Pangeran dalam film ini dikutuk bukan
karena ia memiliki sifat sombong seperti yang dipopulerkan oleh Disney, tapi
karena ia melakukan kesalahan yang fatal karena membunuh sesosok Peri Hutan.
Tentu saja dengan kesalahan sebesar itu penonton bisa lebih memaklumi kenapa ia
mendapat hukuman yang berat. Lokasi istana Beast disembunyikan dengan sihir
sehingga tidak sembarang orang bisa menemukannya. Selain tersembunyi, istana
itu dikelilingi pohon dengan ranting kering yang runcing seperti duri.
Penggambaran dunia fantasi dalam film ini sudah mengikuti koridor cerita
fantasi pada umumnya. Hanya saja, dari segi drama dan detil-detilnya masih
banyak poin yang tidak logis. Cukup disayangkan kenapa film ini membangun
narasi yang lebih logis soal alasan Pangeran dikutuk, tapi membuat akibat dari
kutukan itu tidak logis karena Pangeran/Beast malah memiliki kekuatan sihir dan
sumber air penyembuh yang tidak dia miliki selama menjadi manusia biasa. Tidak
ada konsekuensi yang jelas dari kutukan itu selain fisiknya menjadi monster dan
ia malah mendapat “mukjizat” berupa kekuatan sihir. Dalam film Disney, hukuman
kutuk ini lebih masuk akal karena Beast benar-benar hidup sengsara karena
selain menjadi buruk rupa, ia juga tidak punya kemampuan sihir sama sekali.
Pangeran dalam La Belle et la Bete ini punya pasukan patung batu raksasa
sedangkan Beast versi Disney “hanya” punya pasukan berupa piring dan cangkir
teh. Dari segi drama ada lebih banyak poin yang tidak masuk akal, yang
berkaitan erat dengan poin konsistensi cerita.
©Eskwad/Pathé/Studio Babelsberg/Pathé Distribution (France)/Concorde Filmverleih (Germany)/2021/all rights reserved. |
02 Story Consistency
Film
ini sangat kurang konsisten. Pertama, dari penggambaran sifat karakternya. Film
ini tidak menunjukkan kontras yang tegas yang membedakan Belle dengan dua
saudarinya selain Belle lebih rendah hati dan mau bekerja keras. Namun saat
tiba di istana Beast, Belle tidak terlihat sekalem yang seharusnya. Dengan
demikian, kesediaan Belle menggantikan nyawa ayahnya terkesan kurang
tulus. Permasalahan yang sama juga terjadi pada karakter Beast yang sama sekali
tdak menunjukkan rasa kepada Belle. Dalam animasi Disney, Beast memang
marah-marah kepada Belle. Namun, ditunjukkan juga bahwa Beast sebenarnya sangat
mengharapkan cinta dari Belle dan amarahnya hanya untuk menutupi perasaannya
saja. Hal seperti ini tidak ditampilkan dalam La Belle et la Bete. Dalam versi
yang lain juga umum digambarkan bahwa Belle dan Beast akan menghabiskan waktu
makan malam dan Beast akan selalu menanyakan Belle apakah ia bersedia
menikahinya—namun Belle senantiasa menolak dan Beast hanya geram namun tidak
sampai membuat Belle merasa terancam dan undur diri untuk mencoba bertanya lagi
esok hari. Hal ini juga tidak ada dalam Le Belle et la Bete. Jadi, kemistri
antara dua karakter ini nyaris tidak ada. Ini karena film ini memecah pusat
perhatiannya ke persoalan lain sehingga tidak bisa fokus membangun hubungan
antara Beauty dan Beast. Dalam menjelaskan bagaimana Beast dikutuk, film ini
menggunakan alat cerita berupa mimpi kilasan masa lalu yang disampaikan secara
bertahap atau fragmented sehingga cenderung mengganggu fokus cerita. Mestinya
penjelasan ini dilakukan sejak awal saja supaya narasinya bisa lebih fokus.
Selain itu, film ini juga mengeksplorasi kehidupan saudara-saudara Belle yang
bermasalah sehingga lagi-lagi mengalihkan perhatian ceritanya. Durasi yang
dibutuhkan untuk membangun kemistri yang natural antara Belle dan Beast sudah
habis dipakai untuk membuat cabang cerita ke mana-mana.
©Eskwad/Pathé/Studio Babelsberg/Pathé Distribution (France)/Concorde Filmverleih (Germany)/2021/all rights reserved. |
03 Casting Choice and Acting
Secara
umum, pemilihan pemain dalam film ini sudah baik. Namun, pemilihan aktor
pemeran Beast kurang tepat. Vincent Cassel yang berperan sebagai Beast
berakting dengan baik, namun dari segi usia kurang cocok memerankan sosok Pangeran.
Untuk merajut narasi dengan lebih halus, mestinya aktor yang memerankan
Pangeran usianya lebih muda karena akan menguatkan poin bahwa Pangeran yang
masih muda ini masih menggebu-gebu dalam hal cinta dan masih belum bijaksana
dalam bertindak sehingga tanpa sengaja ia membunuh Peri Hutan. Kesengsaraannya
juga akan semakin kuat jika Pangeran lebih muda karena di usia yang masih
segarnya ia direnggut dari kebebasannya. Meski demikian, dari segi akting tidak
ada masalah yang terlalu besar. Aktor lainnya sudah sesuai namun kurang bisa
berakting dengan baik karena alur ceritanya kurang logis dan kurang konsisten.
Misalnya, pemilihan kakak perempuan yang manja dan egois akan baik dalam
menunjukkan bahwa karakter mereka memang egois, namun kurang cocok berubah
menjadi kakak yang baik atau yang peduli pada adiknya.
©Eskwad/Pathé/Studio Babelsberg/Pathé Distribution (France)/Concorde Filmverleih (Germany)/2021/all rights reserved. |
04 Music Match
Tidak
ada keluhan di pemilihan musik.
05 Cinematography Match
Tidak
ada keluhan dalam poin sinematografi. Untuk ukuran film non-Hollywood, film ini
memiliki sinematografi yang cukup mengejutkan karena memiliki nuansa kualitas
setara Beauty and the Beast yang
dirilis oleh Disney tahun 2017, tiga tahun setelah La Belle et la Bete dirilis.
Apalagi, tentu film Perancis ini menggunakan dana yang jauh lebih rendah
dibanding film keluaran Disney.
©Eskwad/Pathé/Studio Babelsberg/Pathé Distribution (France)/Concorde Filmverleih (Germany)/2021/all rights reserved. |
06 Costume Design
Film
ini unggul dalam pemilihan kostum. Jika dibandingkan dengan versi Disney 2017,
film ini memiliki rentang pilihan kostum yang superior terutama untuk kostum
Belle yang jauh lebih elegan sehingga benar-benar bisa menguatkan aura kecantikan
Belle yang memang di dalam cerita ini merupakan Beauty alias si Cantik. Bahkan
dalam animasi Disney 1991, Belle mengenakan gaun yang jauh lebih elegan
ketimbang versi live action Emma Watson 2017.
(C)1991 Disney/Burbank CA/all rights reserved. |
07 Background/Set Match
Tidak
ada keluhan dalam pemilihan latar belakang.
08 Special and/or Practical Effects
Tidak
ada keluhan dalam penggunaan efek komputer. Sekali lagi perlu diingat bahwa
film ini bukan film Hollywood, dana pembuatannya jauh di bawah film Disney, dan
dirilis tiga tahun sebelum Disney merilis Beauty
and the Beast 2017. Maka sangat wajar jika ada beberapa penggunaan efek
komputer yang masih kasar dan mestinya bisa ditingkatkan lagi misalnya efek
makhluk pelayan istana yang menyerupai house
elf dalam Harry Potter. Namun
lagi-lagi, dengan berbagai keterbatasan yang sebelumnya disebutkan, film ini
berhasil mencengangkan penonton dari segi efek komputr karena tidak
kalah—bahkan cenderung lebih baik dalam beberapa hal—dari Beauty and the Beast yang dirilis Disney tahun 2017.
©2017/Disney/all rights reserved. |
09 Audience Approval
Mayoritas
penonton memberikan respons negatif.
10 Intentional Match
Film
ini ingin menampilkan cerita Beauty and the Beast yang lebih dewasa namun
hasilnya terlalu tanggung. Dengan penambahan detil cerita yang lebih kompleks
dan adanya banyak adegan dewasa [termasuk kekerasan yang lebih banyak ketimbang
cerita Beauty and the Beast pada
umumnya], film ini tampak sangat ingin menarik perhatian penonton dewasa.
Masalahnya, film ini masih terlalu kekanak-kanakan untuk orang dewasa karena
ada banyak bagian yang seolah ingin menarik perhatian penonton anak-anak juga.
Film ini pun dibuka dengan Belle yang bercerita kepada kedua anaknya [maka
asumsinya film itu diceritakan pada anak Belle—berarti film itu memang untuk
anak-anak karena kalau ada adegan dewasa atau kekerasan, berarti Belle
menceritakan adegan dewasa kepada anak-anaknya juga—which is unlikely—namun jika adegan dewasa yang ada dihilangkan,
maka filmnya bisa masuk dalam kelas yang sama dengan Beauty and the Beast versi Disney karena konten dewasanya juga
tidak terlalu signifikan dan tidak memengaruhi ceritanya sama sekali. Akhirnya,
bukannya menjadi film Beauty and the Beast yang lebih dewasa dan lebih serius,
film ini menjadi sebuah film yang tanggung: terlalu rumit dan dewasa untuk
anak-anak, namun terlalu ringan dan tidak masuk akal untuk orang dewasa.
©Eskwad/Pathé/Studio Babelsberg/Pathé Distribution (France)/Concorde Filmverleih (Germany)/2021/all rights reserved. |
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
01 Skywalker’s Schemata
Saya
sama sekali tidak menyukai film ini. Namun saya sangat menyukai konsep yang
disajikan. Alasan saya menggunakan hak Skywalker untuk mengurangi poin film ini
adalah karena saya merasa sedih melihat potensi besar yang disia-siakan. Film
ini memiliki konsep yang bagus, susunan pemain yang bagus, teknik pengambilan
gambar dan efek komputer yang bagus, namun hasil akhirnya tidak memuaskan. Narasi
khas fantasi yang menjelaskan bagaimana Pangeran dikutuk dirusak dengan cara
disampaikan secara bertahap dan kurang terfokus, pemilihan aktris Belle yang
baik tidak mampu disandingkan dengan aktor Beast yang sesuai, dan detil fantasi
serta drama yang tidak masuk akal dan kurang konsisten. Sayang sekali potensi
besar untuk menyampaikan Beauty and the Beast versi dark ini tidak
dimaksimalkan. Walau demikian, saya akan berkata jujur bahwa saya lebih
menyukai versi ini ketimbang versi Disney tahun 2017. Dari segi pemilihan peran
Belle dan kostumnya, penjelasan hubungan antara Pangeran dan si Pemberi
Kutukan, serta desain karakter Beast itu sendiri La Belle et la Bete unggul
ketimbang versi Disney. Walau saya tidak menyukai film Perancis ini, jika saya
diminta untuk memilih mana yang akan saya tonton ulang hari ini, saya akan
memilih menonton La Belle et la Bete karena sekonyol-konyolnya film ini, masih
lebih pantas ditonton ketimbang versi Disney 2017. Atau kalau mau benar-benar
melihat adaptasi yang bagus, saya tentu akan memilih menonton Beauty and the Beast versi animasi
Disney tahun 1991 yang jauh lebih bagus daripada kedua live-action yang kita
bahas ini.
©Eskwad/Pathé/Studio Babelsberg/Pathé Distribution (France)/Concorde Filmverleih (Germany)/2021/all rights reserved. |
02 Awards
Film
ini tidak memenangkan pernghargaan yang penting untuk disebutkan, namun film ini
masuk nominasi Best European Film dalam People’s Choice Award dan mendapat tiga
nominasi penghargaan Cesar Awards [menang untuk Best Production Design].
03 Financial
Dana
pembuatan film ini dihitung dalam Euro dan menghabiskan total sekitar €35 juta.
Secara resmi film ini dilaporkan mendapatkan keuntungan sebesar $49 juta dan
dianggap sukses secara pendapatan. Film ini sukses besar di Jepang, mengalahkan
rekor pendapatan penghasilan penjualan tiket di Jepang yang sebelumnya dipegang
oleh Red Cliff.
©Eskwad/Pathé/Studio Babelsberg/Pathé Distribution (France)/Concorde Filmverleih (Germany)/2021/all rights reserved. |
04 Critics
Mayoritas
kritikus memberikan respons negatif untuk film ini.
05 Longevity
[Pending—karya
masih berusia di bawah 10 tahun]
Final Score
Skor
Asli : 6.5
Skor
Tambahan : -2
Skor
Akhir : 4.5/10
Spesifikasi DVD
Untuk informasi lebih lanjut mengenai Spesifikasi DVD, kunjungi profil instagram @skywalkerhunter95.
***
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan
standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review
Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
©Eskwad/Pathé/Studio Babelsberg/Pathé Distribution (France)/Concorde Filmverleih (Germany)/2021/all rights reserved. |