Miramax/Troublemaker/Dimension Films/all rights reserved. |
Review Spy Kids 2: The Island of Lost Dreams
Oleh Nabil BakriSkywalker Hunter
Genre : Drama
[Komedi Spionase] Keluarga
Rilis : 7 Agustus 2002
Episode : -
Miramax/Troublemaker/Dimension Films/all rights reserved. |
Sinopsis
Dalam film ke dua seri Spy kids, OSS telah resmi mendirikan divisi agen rahasia khusus anak-anak yang dibentuk setelah kesuksesan Juni dan Carmen Cortez di film pertama. Maka, mereka berdua adalah bintang andalah OSS dan senantiasa mendapat tugas penting. Suatu ketika, putri presiden Amerika mencuri alat rahasia bernama Transmooker dan sengaja menjebak dirinya sendiri di puncak sebuah wahana permainan berbahaya milik pebisnis bergaya koboi, Dinky Winks. Maka, pengawal kepresidenan memanggil Juni dan Carmen Cortez untuk membantu menyelamatkan putri presiden dan mengambil kembali alat Transmooker. Namun, pengawal kepresidenan kurang yakin dengan kemampuan dua bersaudara itu dan meminta bantuan tambahan dari Gary Giggles dan Gerti Giggles, dua kakak beradik yang merupakan saingan terbesar Juni dan Carmen. Meski begitu, Carmen sebetulnya menyukai Gary Giggles. Karena Gary dan Gerti memiliki peralatan yang jauh lebih canggih, mereka berhasil mendapatkan kembali alat Transmooker dan mereka yang mendapat pujian sedangkan Juni dan Carmen tidak dianggap.
Ketika
OSS akan menentukan pemimpin baru, semua agen rahasia termasuk anak-anak dari
divisi Spy Kids diundang. Mereka sudah menduga bahwa pemimpin berikutnya adalah
Gregorio Cortez yang memiliki track record bagus. Namun ketika presiden
membacakan nama pemimpin baru, layar tiba-tiba berubah dan nama Gregorio Cortez
diganti dengan Donnagon Giggles, ayah dari Gary dan Gerti. Juni pun merasakan
adanya kejanggalan dalam acara tersebut, apalagi para pelayan bertingkah mencurigakan.
Benar saja, mereka telah mengisi gelas minuman dengan obat tidur sehingga semua
orang dewasa tak sadarkan diri. Kini para pelayan yang sebenarnya jahat bisa
mencuri alat Transmooker dan harapan berada di tangan anak-anak kecil agen
rahasia. Karena Juni dan Gary senantiasa bersaing, mereka malah menyebabkan
Transmooker jatuh ke tangan musuh dengan mudah. Namun, semua kesalahan
dilimpahkan kepada Juni. Pangkatnya pun dicopot sehingga ia tidak lagi bisa
menjalankan misi rahasia.
Miramax/Troublemaker/Dimension Films/all rights reserved. |
Dalam
upaya mencari Transmooker, OSS menunjuk agen Spy Kids terpilih untuk
menjalankan misi rahasia menuju sebuah pulau terpencil. Tentu saja pilihannya
jatuh kepada Gary dan Gerti Giggles. Mengetahui hal itu, Carmen meretas sistim
komputer OSS dan mengubah data komputer OSS untuk memasukkan kembali Juni ke
dalam daftar agar mereka berdua dapat mengambil alih misi dari Giggles
bersaudara. Mereka pun mengubah tujuan misi Gary dan Gerti ke gurun Gobi. Juni
dan Carmen tiba di pulau terpencil yang mengganggu semua alat elektronik sehingga
peralatan canggih mereka sama sekali tidak berguna. Selain itu, mereka justru
bertemu dengan seorang ilmuwan yang tidak sengaja menciptakan makhluk-makhluk
hybrid yang menakutkan dan berkeliaran bebas di pulau itu.
Akhirnya
Gary dan Gerti menyusul Cortez bersaudara dan mereka masih terus bersaing untuk
mendapatkan alat Transmooker dan mencari tahu siapa dalang di balik pencurian
Transmooker dan apa tujuannya menggunakan alat itu. Di dalam misi kali ini,
kedua orangtua Juni dan Carmen yang panik saat mengetahui kedua anak mereka
pergi tanpa izin ke dalam sebuah misi berbahaya, bergegas mencari kedua anak
itu dengan mengikuti sinyal alat pelacak yang ada pada Juni dan Carmen. Tanpa
disangka, kakek dan nenek Cortez bersaudara menyusup masuk ke dalam kapal selam
Gregorio dan Ingrid Cortez. Mereka tidak percaya dengan kemampuan Gregorio
untuk mencari dan menyelamatkan cucu mereka.
Miramax/Troublemaker/Dimension Films/all rights reserved. |
01 Story Logic
Sama
halnya dengan film pertamanya, film ke dua ini memiliki logika cerita yang
sesuai dengan genrenya. Karena dimaksudkan untuk menjadi sebuah film komedia
keluarga bertema spionase a la James Bond dan Mission Impossible, alur cerita
film ini berhasil menawarkan kisah spionase yang ringan, lucu, dan cocok untuk
dinikmati bersama keluarga. Jika kembali melihat ke pakem genre drama komedi
keluarga seperti Home Alone, Baby’s Day Out, atau Richie Rich, kelihatan sekali
kalau Spy kids 2 memiliki konsep cerita yang sama yakni ceritanya memang tidak
realistis dan sengaja dibuat untuk pure
memberi hiburan kepada penonton segala usia. Hanya saja, karena mengambil tema
spionase, segala bentuk aksi dan kelucuan karakternya berhubungan dengan
spionase. Dengan demikian, film ini berhasil menjadi semacam “parodi” untuk
film-film spionase serius seperti James Bond dan Mission Impossible. Contoh
lain drama komedi spionase keluarga adalah Agent Cody Banks. Namun, Agent Cody
Banks mengambil sub-genre lagi berupa Aksi sedangkan Spy Kids 2 berupa
petualangan. Di film pertamanya, Spy Kids mengambil sub-genre aksi. Hanya film
Spy Kids 2 yang mengambil sub petualangan karena di film ke-3 dan ke-4 semuanya
mengambil sub Aksi.
Miramax/Troublemaker/Dimension Films/all rights reserved. |
02 Story Consistency
Permasalahan
besar Spy Kids, sejak film pertamanya, adalah ceritanya kurang konsisten.
Lagi-lagi ini dikarenakan ada banyak poin cerita yang ingin disampaikan tapi
karena keterbatasan waktu, alhasil poin-poin ini hanya dinikmati “kulitnya”
saja jadi tidak mendalam. Misalnya, persaingan antara Cortez dan Giggles,
permasalahan antara Gregorio Cortez dengan mertuanya, dan motif dari peran
antagonis melakukan tindak kriminal. Posisi antagonis menjadi tidak jelas
karena ia semestinya dijadikan misteri yang baru diungkap di akhir film
[seperti dalam Spy Kids pertama, tidak seperti Spy Kids 3 yang memang
menceritakan tentang si musuh sedari awal], namun sudah diungkap dengan kesan
terburu-buru mendekati pertengahan film. Posisi ilmuwan di pulau juga menjadi
tidak jelas, apalagi koneksi antara dirinya dengan tokoh antagonis juga kurang
dieksplorasi. Karena kelemahan-kelemahan ini, Spy Kids 2 dinilai kurang dalam
konsistensi cerita.
03 Casting Choice and Acting
Berbeda
dengan film sebelumnya yang berhasil menawarkan jajaran pemain yang cocok
memerankan karakter dalam cerita, film ke-2 menampilkan banyak karakter yang
kurang cocok. Pemeran yang sudah ada sejak film pertama tentu sudah cocok
memerankan karakternya, namun permasalahan ditemukan dalam pemilihan pemeran
tokoh baru. Ketidakcocokan ini sebetulnya lebih dikarenakan cara mereka
berakting yang kurang bisa menampilkan si tokoh dengan apik, jadi bukan soal tampilan
fisik. Kekurangan semacam ini seringkali terjadi bukan karena si aktor tidak
pintar berakting, namun karena skenario yang kurang mendukung. Jika dilihat
dari kurang konsistennya alur cerita Spy Kids 2, tidak heran beberapa pemain
cukup kesulitan menyesuaikan perubahan karakter yang tiba-tiba dan tanpa
penjelasan yang seamless tentang mengapa dan bagaimana mereka berubah. Sebagai
contoh, film ini gagal menunjukkan si tokoh antagonis sebagai tokoh antagonis
karena gerak-geriknya tidak meyakinkan bagi dia untuk jadi tokoh antagonis yang
jenius—mana mungkin tokoh yang konyol bisa membuat rencana sedemikian rupa?
[konyol dan pura-pura konyol adalah dua hal yang berbeda, tokoh jahat sering
berpura-pura konyol untuk menyembunyikan kecerdasan mereka]
Miramax/Troublemaker/Dimension Films/all rights reserved. |
04 Music Match
Tidak
ada keluhan di pemilihan musik. Mengikuti kesuksesan film pertamanya dalam
menyuguhkan musik, film ke dua ini juga memberikan musik yang mendapat respon
positif.
05 Cinematography Match
Memang
ada banyak poin sinematografi yang menampilkan lokasi-lokasi spektakuler
seperti hutan, gurun pasir, canyon/tebing, dan gua, namun pemilihan lokasi dan
penggunaan special effects yang kurang bagus menjadikan poin-poin sinematografi
itu tidak bagus. Dalam film pertamanya, sebagian besar adegan terjadi di kota
dan di dalam ruangan, sehingga dapat direkam langsung tanpa efek komputer dan
alhasil sinematografi film pertama berhasil mendukung keutuhan ceritanya.
Sayang sekali alur cerita yang lebih spektakuler di film ke dua ini tidak
diimbangi dengan sinematografi yang sama spektakulernya.
06 Costume Design
Tidak
ada keluhan dalam poin pemilihan kostum.
07 Background/Set Match
Keluhan
di poin ini berkaitan erat dengan poin sinematografi dan special effects.
Miramax/Troublemaker/Dimension Films/all rights reserved. |
08 Special and/or Practical Effects
Di
film pertamanya, sebagaimana sudah disebutkan di poin sinematografi, sebagian
bersar adegan terjadi di kota dan di dalam ruangan. Maka, tidak memerlukan
terlalu banyak efek komputer. Kalaupun ada, efek itu digunakan untuk
meningkatkan kesan konyol filmnya yang juga menceritakan tentang badut yang
menjadi bintang di acara TV anak-anak. Maka, penggunaan efek komputer yang
kurang realistis justru bisa mendukung ceritanya. Bahkan, di film Spy Kids 3
yang dicaci maki efek komputernya sebetulnya justru bisa dimaklumi karena efek
itu seperti sengaja dibuat “jelek” karena Juni memang masuk ke dalam video game
yang grafik-nya jelek. Maka, jeleknya efek komputer di film itu justru
disengaja dan justru mendukung penceritaan filmnya karena memberikan kontras
antara dunia nyata dan dunia game awal 2000an. Dalam film Spy Kids 2, ada
banyak sekali adegan petualangan yang terjadi di dunia nyata [bukan acara TV
badut dan bukan video game], jadi mestinya efek komputer bisa dimaksimalkan.
Latar belakang gua, laut, dan hutan seringkali terlihat palsu dan mengalihkan
perhatian penonton. Itu karena latar-latar ini bisa dijumpai di dunia nyata,
jadi semestinya difilmkan dengan set asli saja atau dengan efek yang mendekati
nyata. Selain itu, sosok monster yang muncul juga memiliki efek yang kurang
bagus. Jika monster itu ada di dalam game atau di dalam acara TV, maka masih
bisa dimaklumi. Tapi jika monster itu dianggap nyata, mestinya efek komputernya
ditingkatkan lagi.
09 Audience Approval
Film
ini memperoleh lebih sedikit penghasilan ketimbang film pertamanya, dan
mendapat respon positif yang jauh lebih “senyap” dari film pertamanya.
Kemungkinan ini karena Spy Kids 2 tidak benar-benar menawarkan konsep yang baru
dan segar. Apalagi, film ini dirilis hanya dalam setahun setelah film
pertamanya, sehingga penonton masih ingat betul dengan film pertamanya.
Meskipun demikian, tanggapan orang kebanyakan masih positif.
Miramax/Troublemaker/Dimension Films/all rights reserved. |
10 Intentional Match
Jika
film dimaksudkan untuk menyamai film pertamanya dalam hal kualitas, jelas
sekali terjadi penurunan dari beberapa hal yang sebetulnya bersifat teknis,
bukan dari segi konsep. Film ini berbeda dari film pertama dan selanjutnya
karena mengambil sub Petualangan. Maka, bukannya mengikuti konvensi cerita
spionase yang mengutamakan aksi seperti Mission Impossible, film ini justru
mengekor film petualangan seperti Indiana Jones, Pirates of the Carribean, dan
Tomb Raider. Namun pemilihan sub petualangan ini kurang bagus dalam segi
eksekusi sehingga belum mampu memenuhi visi dari sutradara filmnya.
ADDITIONAL CONSIDERATIONS
[Lima poin tambahan ini bisa menambah dan/atau mengurangi
sepuluh poin sebelumnya. Jika poin kosong, maka tidak menambah maupun
mengurangi 10 poin sebelumnya. Bagian ini adalah pertimbangan tambahan
Skywalker, maka ditambah atau dikuranginya poin pada bagian ini adalah hak
prerogatif Skywalker, meskipun dengan pertimbangan yang sangat matang]
01 Skywalker’s Schemata
Meskipun
film ini memiliki banyak kekurangan dibandingkan dengan film pertamanya, namun
Spy Kids 2 masih mampu memberikan hiburan keluarga yang berkesinambungan dengan
film pertamanya. Film ini terbukti sukses menarik minat penonton dan kritikus,
dan meneruskan seri Spy Kids dengan ciri khasnya sendiri. Maka, meskipun dengan
berbagai kekurangan yang sudah disebutkan, saya memutuskan untuk memberikan
tambahan 2 poin untuk film ini.
02 Awards
Poin
ini kosong.
03 Financial
Spy
Kids 2 The Island of Lost Dreams memang meraup keuntungan yang cukup besar.
Namun, film ini membutuhkan dana yang lebih besar dari film pertamanya sedangkan
meraih keuntungan di bawah alias lebih kecil dari film pertamanya. Maka,
dilihat dari segi keuntungan, film ini masih kalah dari film pertamanya. Ini
sangat disayangkan, padahal Spy Kids telah memunculkan potensi baru dan basis
penonton baru yang mestinya bisa mendorong seri Spy Kids menjadi franchise yang
lebih menguntungkan. Merosotnya angka keuntungan juga menandakan menurunnya
minat penonton yang bisa jadi berkaitan dengan merosotnya kualitas film itu.
04 Critics
Mayoritas
kritikus masih memberikan respon positif, meskipun dengan “agak berat hati” dan
tidak “sepositif” film pertamanya.
05 Longevity
Film
ini kalah pamor dari film pertamanya dan dari film ke-3 yang justru sampai
sekarang masih sering dibahas terutama dalam diskusi-diskusi soal dunia
perfilman 3D.
Final Score
Skor
Asli : 5/10
Skor
Tambahan : 2
Skor
Akhir : 7/10
Spy
Kids 2 The Island of Lost Dreams memang kurang konsisten dalam menyampaikan
cerita dan efek komputer yang digunakan sangat mengecewakan sehingga hanya
dalam hitungan beberapa tahun sudah kelihatan sangat jelek—apalagi dilihat di
puluhan tahun mendatang. Ada banyak bagian cerita yang sebetulnya tidak
memerlukan efek komputer dan bisa diiptakan langsung atau datang ke lokasi
langsung. Namun, justru menggunakan efek komputer yang kelihatan “murahan”. Ini
cukup ironis karena film ini sejatinya mengkritisi kecenderungan masyarakat
modern 2000an yang sudah mulai kecanduan teknologi: apa-apa butuh teknologi.
Jika dipikir-pikir, film ini menyindir dirinya sendiri yang terlalu banyak
memakai efek komputer “murahan” padahal bisa dilakukan dengan manual dan
hasilnya lebih bagus. Terlepas dari semua kekurangan itu, Spy Kids 2 tetap
mampu menghibur penonton. Film ini juga melanjutkan kisah di film pertamanya,
sehingga memperlebar “universe” Spy Kids. Misalnya, film ini menampilkan
didirikannya divisi OSS Spy Kids secara resmi yang memperkenalkan agen-agen
cilik lainnya.
***
Edisi Review Singkat
Edisi ini berisi penilaian film menggunakan pakem/standar
penilaian Skywalker Hunter Scoring System yang diformulasikan sedemikian rupa
untuk menilai sebuah karya film ataupun serial televisi. Karena menggunakan
standar yang baku, edisi review Skywalker akan jauh lebih pendek dari review
Nabil Bakri yang lainnya dan akan lebih objektif.
©Nabil Bakri Platinum.
Teks ini dipublikasikan dalam Nabil Bakri Platinum [https://nabilbakri.blogspot.com/] yang diverifikasi Google dan dilindungi oleh DMCA.
Nabil Bakri Platinum tidak bertanggung jawab atas konten dari
link eksternal yang ada di dalam teks ini—termasuk ketersediaan konten video
atau film yang dapat berubah sewaktu-waktu di luar kendali Nabil Bakri
Platinum.